Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AHLI WARIS SABABIYAH DAN AHLI WARIS NASABIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Adat yang diampu oleh
Bapak Mahbubi. SH

Disusun Oleh:
Moh. Sutrisno (21382071013)
Moh. Rifhan Asyaiedi (21382071012)
Imam Rozali (21382071058)
Ivana Dhea Ananda (21382072009)
Adinda Lady Litwiti Rohim (21382072042)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, nikmat,
dan hidayahnya kita mampu melaksanakan kewajiban sehari-hari dan mampu
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karena berkat ekspansi
pergerakan beliau kita mampu merasakan manisnya akan ilmu pengetahuan.

Makalah ini yang berjudul “Macam Macam Ahli waris”.Disusun untuk


memenuhi tugas Mata Kuliah Muwaris. Tidak lupa pula kami ucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi baik
dari segi pemikiran, susunan kepenulisan dan materi kepada Dosen Pengampu. karena
sudah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dengan baik.

Adanya makalah ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para


pembaca sehingga bisa memberikan inofasi baru kepada para pembaca, dalam makalah
ini kami menyadari masih banyak kekurangan didalamnya baik itu secara teori,
kepenulisan, dan diksi bahasa. Maka dari itu kami harap saran dan kritikan dari para
pembaca khususnya dosen pengampu, sehingga kami dapat meningkatkan kualitas
dalam penyusunan makalah berikutnya.

Akhirnya dari kami, kami harap semoga Allah SWT. Menjadikan makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya amin ya robbal
alamin.

Wassalamualaikumwr.Wb.

Pamekasan,18 oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5

A. PengertianAhli waris................................................................................5
B. Ahli waris Sababiyah...............................................................................6
C. Ahli Waris Nasabiyah...............................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................9

A. Kesimpulan...............................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................9
C. DAFTAR PUSTAKA..............................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum waris menduduki tempat amat penting dalam Hukum Islam. Ayat-ayat
Al-Qur’an mengatur hukum waris dengan jelas dan terperinci, hal ini dapat dimengerti,
sebab masalah warisan pasti dialami oleh setiap orang. Kecuali itu ketentuan-ketentuan
pasti, amat mudah menimbulkan sengketa diantara ahli waris. Setiap terjadi peristiwa
kematian seseorang, segera timbul pertanyaan bagaimana harta peninggalannya harus
diperlakukan dan kepada siapa saja harta itu dipindahkan serta bagaimana caranya.
Inilah yang diatur dalam hukum waris. Keistimewaan ketentuan bagian ahli waris dalam
hukum waris Islam ialah bahwa bagian seorang ahli waris sering tidak tetap, berubah-
ubah menurut keadaan ahli waris. Oleh karena itu, perludiperhatikan sepenuhnya, agar
tidak terjadi kekeliruan dalam membagi harta warisan

B. Rumusan Masalah
1. apa yang dimakud ahli waris?
2. apa yang dimaksud ahli waris sababiyah?
3. apa yang dimaksud ahli waris nasabiyah?

C. tujuan
1, untuk mengetahui yang dimakud ahli waris
2. untuk mengetahui yang dimakud ahli waris sababiyah
3. . untuk mengetahui yang dimakud ahli waris nasabiyah

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ahli Waris


Ahli waris adalah orang yang berhak mewaris karena hubungan kekerabatan
(nasab) atau hubungan perkawinan (nikah) dengan pewaris, beragama Islam dan
tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli artwaris.Kata “ahli waris” yang
secara bahasa berarti keluarga, tidak secara otomatis dia dapat mewarisi harta
peninggalan si pewaris. Karena kedekatan hubungan kekeluargaan juga dapat
mempengaruhi kedudukan dan hak-haknya untuk mendapat kan warisan. Terkadang
yang dekat menghalangi yang jauh, atau ada juga yang dekat tetapi tidak
dikatagorikan sebagai ahli waris yang berhak menerima warisan, karena jalur yang
dialuinya perempuan.

2. Ahli Waris Sababiyah

Ahli waris sababiyah adalah ahli waris yang hubungan kewarisannya timbul karena
sebab-sebab tetentu, yaitu:

1. Sebab perkawinan

2. Sebab memerdekakan hamba sahaya.

Sebagai ahli waris sababiyah, mereka dapat menerima bagian warisan apabila
perkawinan suami isteri tersebut sah, baik menurut ketentuan hukum agama dan
memiliki bukti-bukti yuridis artinya perkawinan mereka dicatat menurut hukum yang
berlaku. Demikian juga memerdekakan hamba sahaya hendaknya dapat dibuktikan
menurut hukum.1 Jadi, dalam pembagian ahli waris sababiyah yang menerima warisan
adalah suami, istri, laki-laki yang memerdekakan si mayit dari perbudakan dan
perempuan yang memerdekakan si mayit dari perbudakan.2 Kedudukan mereka sebagai
ahli waris ditetapkan oleh firman Allah QS. An-nisa ayat 12:

1
Ahmad rofiq, fiqih mawris,hal 84
2
Suhrawardi K. Lubis dan komis simajuntak, hukum waris isla, hal 84

5
"Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak jika isteri-isterimu itu mempunyai
anak. Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya
sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar
hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika
kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki
(seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-
masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah
menciptakan sedemikian itu sebagai ) syariat yang benar benar dari allah, dan
allah maha mengetahui lagi maha penantun.

3. Ahli Waris Nasabiyah

Hubungan Ahli waris nasabiyah adalah ahli waris yang pertalian kekerabatannya
kepada al-muwarris didasarkan pada hubungan darah,3 yaitu hubungan nasab yang
ditentukan oleh adanya kelahiran. Jika seorang anak lahir dari seorang ibu, maka ibu
mempunyai hubungan kerabat dengan anak yang dilahirkan. Sebaliknya, bila diketahui
hubungan antara ibu dengan anaknya maka dicari pula hubungan dengan laki-laki yang
menyebabkan si ibu melahirkan. Jika dapat dibuktikan secara hukum melalui
perkawinan yang sah penyebab si ibu melahirkan, maka hubungan kekerabatan berlaku
pula antara si anak yang lahir dengan si ayah yang menyebabkan kelahirannya.4
Maka ditinjau dari hubungan nasab, ahli waris nasabiyah terbagi kepada tiga
macam yaitu garis kebawah, keatas dan kesamping.5

3
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001),. 61
4
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet. I ,. 111
5
Firdaweri, Konsep Ahli Waris Menurut Islam dan Adat, Jurnal Asas, vol. 7, no. 2 Juli 2015,. 4

6
1. Furu‟ Al-Mayit yaitu keturunan dari orang yang meninggal, garis lurus kebawah.
a) Anak laki-laki dan anak perempuan. Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya
Q S An-Nisaa‟ (4) : 11.
‫ن‬Gِ ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي‬
ِ ْ‫ۚ يُو‬ 
Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki16 sama dengan bagahian
dua orang anak perempuan..”6

b) Anak laki-laki dari anak laki-laki yaitu cucu laki-laki sampai kebawah Karena
lafaz auladukum dalam Q S An-Nisaa (4) : 11 diatas dapat dijadikan dalil bagi
ahli waris ini.
c) Anak perempuan dari anak laki-laki yaitu cucu perempuan, atau. Hal ini dapat
difahami dari hadis Rasul yang artinya: “Dari Ibnu mas’ud, Nabi SAW telah
menetapkan tentang bagian anak perempuan 1/2, dan untuk anak perempuan
dari anak laki-laki 1/6, mencukupkan bagian menjadi 2/3. Dan sisanya untuk
saudara perempuan.7
2. Ushul al-Mayit yaitu orang-orang yang melahirkan orang yang meninggal dunia atau
keturunan garis keatas, maka ahli warisnya adalah:
a.) Ayah dan Ibu. Sesuai dalam firman-Nya Q S An-Nisaa‟ (4) : 11.
ُ ُ‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد و ََّو ِرثَ ٗ ٓه اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
‫ث‬ َ ‫اِل َبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما ت ََر‬
Artinya: “... Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka
ibunya mendapat sepertiga.8

b.) Datuk, atau kita sebut kakek shahih Yaitu ayah dari ayah, diatasnya ayah dari
ayah lagi seterusnya sampai keatas tanpa diselingi perempuan. Jika ada campuran
perempuan maka ahli waris dinamakan kakek ghairu shahih. Kedudukan kakek

6
7 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya,. 116
7
Muhammad ibn Isma’il, Shahih Bukhari, (Maktabah Syamilah, tt), XX, hadis No. 6239,. 461
8
9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,. 117

7
shahih ini disebut sebagai ahli waris karena diterangkan “Dari Sulaiman bin
Yasar, bahwa dia berkata: Umar bin Khathab menetapka bagian kakek
seperenam.9
c.) Nenek Shahihah, hubungan nasabnya tanpa diselingi oleh kakek. Kedudukan
nenek ini sebagai ahli waris diterangkan oleh hadits Rasul SAW : Dari Ibnu
Buraidah dari Bapaknya bahwa Nabi SAW menetapkan bagi nenek seperenam
harta warisan jika tidak bersama dangan ibu.10

9
Malik Ibn Anas, Al-Muwaththa’ (Maktabah Syamilah, tt), III,. 495
10
Abu Dawud, sunan abi daud, (Maktabah Syamilah, tt), VII, hadis no. 2508,. 99.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ahli waris adalah orang yang berhak mendapatkan bagian dari harta warisan
yang ditinggalkan pewaris. Seseorang bisa dinyatakan sebagai ahli waris setelah
ditunjuk secara resmi berdasarkan hukum yang digunakan dalam pembagian harta
warisan, baik melalui hukum Islam, Hukum Perdata, dan hukum adat
Apabila dicermati ahli waris ada dua macam yaitu:
1. Ahli waris Nasabiyah, yaitu ahl waris yang hubungan kekeluargaannya timbul
karena hubungan darah.
2. Ahli waris Sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena suatu sebab
tertentu, yaitu:
- Perkawinan yang sah
- Memerdekakan hamba sahaya atau karena adanyaa perjanjian tolong menolong

9
Daftar Pustaka

Dawud, Abu, Sunan Abi Dawud, Maktabah Syamilah, tt, VII


Anas, Malik Ibn, Al-Muwaththa’ Maktabah Syamilah, tt, III
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah / Pentafsir Al-Qur an, 1971
Isma’il, Muhammad ibn, Shahih Bukhari, Maktabah Syamilah, tt
Firdaweri, Konsep Ahli Waris Menurut Islam dan Adat, Jurnal Asas, vol. 7, no. 2 Juli
2015
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet. I
Rofiq, Ahmad, Fiqih Mawaris, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Suparman
Intisari Hukum Waris Indonesia, Bandung: Armico, 1985

10

Anda mungkin juga menyukai