Disusun oleh :
XII MIPA 2
25
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta nikmat yang tak terhingga kepada tiap manusia. Dia lah yang memberikan batasan atas
setiap usaha yang manusia lakukan dan atas izin-Nya lah makalah ini terselesaikan.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Ijal Sa’ban, S.Pd. selaku guru pengajar
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, saya menyadari
bahwa hanya Allah lah yang memiliki segala kesempurnaan, dan segala pengetahuan. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan sekali kritik dan saran dari Bapak sebagai pembaca
makalah ini agar dapat dijadikan pembelajaran bagi saya sendiri.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
ISI.........................................................................................................................................................2
2.1 Ketentuan Waris dalam Islam.................................................................................................2
2.2 Cara Pembagian Warisan menurut Islam..............................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2
5) Saudara laki-laki sekandung
6) Saudara laki-laki sebapak
7) Saudara laki-laki seibu
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sekandung
9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seayah
10) Saudara laki-laki bapak yang sekandung
11) Saudara laki-laki bapak yang seayah
12) Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak yang sekandung
13) Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak seayah
14) Suami
15) Laki-laki yang memerdekakan si mayit dari perbudakan (yakni mantan
majikannya), jika si mayit tidak meninggalkan ahli waris.
Jika semua ahli waris tersebut ada, yang berhak menerima warisan hanya tiga, yaitu
sebagai berikut.
1) Bapak
2) Anak laki-laki
3) Suami
b. Ahli Waris dari Pihak Perempuan
1) Anak perempuan
2) Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
3) Ibu
4) Nenek dari bapak
5) Nenek dari ibu
6) Saudara perempuan sekandung
7) Saudara perempuan sebapak
8) Saudara perempuan seibu
9) Istri
10) Perempuan yang memerdekakan si mayit (yakni mantan majikannya), jika si
mayit tidak meninggalkan ahli waris
Jika semua ahli waris perempuan ada, yang berhak menerima warisan hanya lima
yaitu sebagai berikut.
1) Istri
3
2) Anak perempuan
3) Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki)
4) Ibu
5) Saudara perempuan sekandung
Selanjutnya jika ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan semuanya ada, yang
berhak mewarisi harta hanya lima orang saja, yaitu sebagai berikut.
Jika yang meninggal dunia tidak memiliki ahli waris maka harta peninggalannya
diserahkan ke baitul mal untuk kepentingan perjuangan Islam.
4
ِ َصيْبٌ ِّم َّما ت ََركَ ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُوْ ۖنَ َولِلنِّ َس ۤا ِء ن
ََصيْبٌ ِّم َّما ت ََركَ ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُوْ ن ِ ال ن ِ لرِّج
َ ِل
َص ْيبًا َّم ْفرُوْ ضًا ِ ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ اَوْ َكثُ َر ۗ ن
Terjemahan :
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.” (Q.S.
An-Nisa (4) : 7)
ۚ َق ْاثنَتَي ِْن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََرك َّ ِص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم ل
َ ْلذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو ِ ْيُو
ۚ اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما ت ََركَ اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ِ ف ۗ َواِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َو ُ ْاح َدةً فَلَهَا النِّص ِ َت َو ْ َواِ ْن َكان
صيَّ ٍة ِ ث ۚ فَاِ ْن َكانَ لَهٗ ٓ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو
ُ ُفَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗ ٓ اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل
هّٰللا هّٰللا
َ ْضةً ِّمنَ ِ ۗ اِ َّن َ ص ْي ِبهَٓا اَوْ َدي ٍْن ۗ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِري ِ ْيُّو
َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما
Terjemahan :
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari
dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang
ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang
meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas)
setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Q.S An-Nisa (4) : 11)
8. Tindakan terhadap Harta Warisan Sebelum Dibagikan
a. Biaya Pengurusan Jenazah
b. Membayar Utang
c. Memenuhi Zakat
d. Memenuhi Wasiat
5
Contoh :
6
jadi, bagian dari 2 anak laki-laki adalah sebagai berikut.
4
x Rp. 24.000.000,00 = 4 x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 16.000.000,00.
6
2
x Rp. 24.000.000,00 = 2 x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 8.000.000,00
6
7
4) Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih jika tidak ada saudara
perempuan yang seibu sebapak.
e. Ahli waris yang memperoleh 1/3, yaitu sebagai berikut.
1) Ibu apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (dari anak
laki-laki), tidak pula meninggalkan dua orang saudara (laki-laki maupun
perempuan), baik saudara seibu sebapak atau saudara sebapak saja.
2) Dua orang saudara atau lebih, dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun
perempuan.
f. Ahli waris yang memperoleh 1/6, yaitu sebagai berikut.
1) Ibu apabila yang meniggal itu mempunyai anak, cucu (dari anak laki-laki), dan
saudara atau lebih baik saudara laki-laki atau perempuan, seibu sebapak atau
sebapak saja.
2) Bapak jika yang meninggal itu meninggalkan anak atau cucu (dari anak laki-
laki).
3) Nenek jika ibu dari jenazah tidak ada.
4) Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, baik sendirian atau berbilang jika
bersama satu anak perempuan. Apabila anak perempuan jenazah lebih dari
satu, cucu perempuan itu tidak mendapatkan harta pusaka.
2. Beberapa Contoh Cara Menghitung Harta Warisan
Bagian ahli waris yang tertentu itu ada 6 macam, yaitu ½, 1/4, 1/8, 2/3,
1/3, dan 1/6. Bilangan itu adalah bilangan pecahan. Karena itu bila ada ahli waris
yang mendapat bagian 1/2 , sedangkan yang lain 1/3, harus dicari dulu KPT-nya
(Kelipatan Persekutuan yang Terkecil). KPT dari dua bilangan itu adalah 6.
Dalam ilmu faraid, KPT itu disebut asal masalah dan hanya terbatas pada 7
macam saja, yaitu asal masalah 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 24. Perhatikan cara menghitung
harta pusaka pada contoh berikut ini!
Soal 1
Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya seorang anak perempuan, suami,
dan bapak. Harta pusaka yang ditinggalkan senilai Rp. 80.000.000,00. Berapakah
bagian masing-masing?
Jawab :
Anak perempuan mendapat ½ (karena tunggal). Suami mendapat ¼ (karena
ada anak). Bapak menjadi asabah (karena tidak ada laki-laki atau cucu laki-laki).
Asal masalah (KPT) = 4.
8
Karena angka 4 ini adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh penyebut 2 dan 4.
Perbandingannya ½ : ¼ = 2 : 1
Jumlah bagian mereka 2 + 1 = 3
Sisa = 4 – 3 = 1 (Bapak selaku asabah), jumlahnya = 2 + 1 + 1 = 4.
Jadi, bagian masing-masing adalah sebagai berikut.
a. Anak perempuan = 2/4 x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 40.000.000,00
b. Suami = 1/4 x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00
c. Bapak = 1/4 x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00
Jumlah Rp. 80.000.000,00
Soal 2
Seseorang meninggal dunia dengan meninggalka harta pusaka sawah seluas
24 ha. Ahli warisnya terdiri dari suami, 2 orang saudara seibu, dan ibu. Berapakah
bagian masing-masing ?
Jawab :
Suami mendapat ½ (karena tidak punya anak).
2 saudara seibu mendapat 1/3 (dua orang atau lebih).
Ibu mendapat 1/6 (karena ada 2 saudara seibu atau lebih)
Asal masalah (KPT) = 6
Perbandingannya 1/2 : 1/3 : 1/6 = 3 : 2 : 1
Jumlah bagian mereka =3+2+1=6
Suami = 1/2 x 6 = 3; 3/6 x 24 ha = 12 ha
2 saudara seibu = 1/3 x 6 = 2; 2/6 x 24 ha = 8 ha
Seorang saudara seibu = 8 ha : 2 = 4 ha
Ibu = 1/6 x 6 = 1; 1/6 x 24 ha = 4 ha
Jumlah 24 ha
Keterangan :
Dalam ilmu faraid, menambah angka penyebut agar menjadi sama dengan
pembilangnya disebut aul. Sedangkan mengurangi angka penyebut agar menjadi
sama dengan pembilangnya disebut rad.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata waaritsaan-
wartsaan-yaritsu-waritsa yang artinya menurut bahasa adalah mewariskan harta.
Sedangkan menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan
dari orang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu
berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syariat Islam.
Orang-orang yang mendapat bagian harta warisan dari orang yang meninggal dunia ada
25 orang, 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak perempuan.
Mawaris disebut juga ilmu faraid karena mempelajari bagian-bagian penerimaan yang
sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil harta waris melebihi
ketentuan. Adapun hukum mempelajarinya adalah fardu kifayah. Setiap muslim atau
muslimah diperintahkan oleh agama untuk mempelajari ilmu faraid dan mengajarkannya
kepada orang lain.
3.2 Saran
Mawaris termasuk ilmu yang muia, dan juga termasuk ilmu yang tinggi
kedudukannya. Karena pentingnya ilmu ini, Allah SWT . mengatur sendiri pembagian
serta rinciannya dalam Al-Qur’an, meratakannya di antara para ahli waris sesuai dengan
keadilan serta maslahat yang Allah ketahui. Oleh karena itu, pelajarilah ilmu ini karena
ilmu ini merupakan setengahnya ilmu yang pertama kali diangkat keberadaannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, H. Abu. 2016. Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti. Jakarta. PT Bumi Aksara
11