Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“WARIS DALAM ISLAM”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam dan Budi Pekerti yang diampu oleh :

Ijal Sa’ban, S.Pd.

Disusun oleh :

Ratu Alvira Raifisyahbani Rahmaputri

XII MIPA 2

25

SMA NEGERI 5 TASIKMALAYA

Jalan Tentara Pelajar 58 Kota Tasikmalaya 46113

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta nikmat yang tak terhingga kepada tiap manusia. Dia lah yang memberikan batasan atas
setiap usaha yang manusia lakukan dan atas izin-Nya lah makalah ini terselesaikan.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Ijal Sa’ban, S.Pd. selaku guru pengajar
untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, saya menyadari
bahwa hanya Allah lah yang memiliki segala kesempurnaan, dan segala pengetahuan. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan sekali kritik dan saran dari Bapak sebagai pembaca
makalah ini agar dapat dijadikan pembelajaran bagi saya sendiri.

Tasikmalaya, 26 Februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
ISI.........................................................................................................................................................2
2.1 Ketentuan Waris dalam Islam.................................................................................................2
2.2 Cara Pembagian Warisan menurut Islam..............................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar adanya perpecahan, bahkan
pertumpahan darah antara sesama saudara atau kerabat dalam masalah harta waris.
Sehubungan dengan hal itu, Allah SWT telah memberikan aturan tentang cara membagi
harta waris dengan adil dan baik. Umat Islam diwajibkan melaksanakan hukum-Nya
dalam semua aspek kehidupan. Siapa saja yang membagi harta waris tidak sesuai dengan
hukum Allah maka Allah akan menempatkan mereka di neraka selama-lamanya. Firman
Allah SWT. dalam Al-Qur’an yang artinya sebagai berikut. Dan barang siapa yang
mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya
Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya
siksa yang menghinakan. (Q.S An-Nisa (4):14).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja ketentuan waris dalam Islam?
2. Bagaimana praktik pembagian waris menurut Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menganalisis dan mengevaluasi ketentuan waris dalam Islam.
2. Mempraktikkan pelaksanaan pembagian waris dalam Islam.
3. Memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
kelas XII semester 2.

1
BAB II

ISI

2.1 Ketentuan Waris dalam Islam


1. Pengertian
Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata
waaritsaan-wartsaan-yaritsu-waritsa yang artinya menurut bahasa adalah
mewariskan harta. Sedangkan menurut istilah yang dikenal para ulama ialah
berpindahnya hak kepemilikan dari orang meninggal kepada ahli warisnya yang
masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang
berupa hak milik legal secara syariat Islam.
2. Rukun Waris
a. Muwaris yaitu orang yang meninggal dunia, dan meninggalkan harta warisan atau
harta pusaka.
b. Waris yaitu ahli waris berhak untuk menguasai atau menerima harta peninggalan
karena adanya ikatan kekerabatan (nasab) atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
c. Maurus yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang ditinggalkan muwaris baik
berupa uang, tanah, dan sebagainya.
3. Syarat Waris-mewarisi
a. Meninggalnya muwaris (orang yang meninggalkan warisan) baik secara hakiki
maupun secara hukum (misalnya dianggap telah meninggal).
b. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia.
c. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing.
4. Ahli Waris
Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta waris atau harta
pusaka dari seseorang yang meninggal dunia. Orang-orang yang mendapat bagian
harta warisan dari orang yang meninggal dunia ada 25 orang, 15 orang dari pihak
laki-laki dan 10 orang dari pihak perempuan.
a. Ahli Waris dari Pihak Laki-laki
1) Anak laki-laki
2) Cucu laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah)
3) Bapak
4) Kakek (bapaknya bapak dan seterusnya)

2
5) Saudara laki-laki sekandung
6) Saudara laki-laki sebapak
7) Saudara laki-laki seibu
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sekandung
9) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seayah
10) Saudara laki-laki bapak yang sekandung
11) Saudara laki-laki bapak yang seayah
12) Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak yang sekandung
13) Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak seayah
14) Suami
15) Laki-laki yang memerdekakan si mayit dari perbudakan (yakni mantan
majikannya), jika si mayit tidak meninggalkan ahli waris.

Jika semua ahli waris tersebut ada, yang berhak menerima warisan hanya tiga, yaitu
sebagai berikut.

1) Bapak
2) Anak laki-laki
3) Suami
b. Ahli Waris dari Pihak Perempuan
1) Anak perempuan
2) Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah
3) Ibu
4) Nenek dari bapak
5) Nenek dari ibu
6) Saudara perempuan sekandung
7) Saudara perempuan sebapak
8) Saudara perempuan seibu
9) Istri
10) Perempuan yang memerdekakan si mayit (yakni mantan majikannya), jika si
mayit tidak meninggalkan ahli waris

Jika semua ahli waris perempuan ada, yang berhak menerima warisan hanya lima
yaitu sebagai berikut.

1) Istri

3
2) Anak perempuan
3) Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki)
4) Ibu
5) Saudara perempuan sekandung

Selanjutnya jika ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan semuanya ada, yang
berhak mewarisi harta hanya lima orang saja, yaitu sebagai berikut.

1) Suami atau istri


2) Ibu
3) Bapak
4) Anak laki-laki
5) Anak perempuan
5. Penyebab Hak Waris dan yang Menggugurkannya
a. Yang Menyebabkan Hak Waris
1) Adanya hubungan keturunan (nasab)
2) Adanya hubungan perkawinan
3) Adanya hubungan agama Islam

Jika yang meninggal dunia tidak memiliki ahli waris maka harta peninggalannya
diserahkan ke baitul mal untuk kepentingan perjuangan Islam.

b. Sebab-sebab yang Menggugurkan Hak Waris


1) Perbedaan agama
2) Murtad
3) Membunuh
4) Perbudakan
6. Hukum Mempelajari dan Mengamalkan Ilmu Waris
Mawaris adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara
pembagian harta waris. Mawaris disebut juga ilmu faraid karena mempelajari bagian-
bagian penerimaan yang sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil
harta waris melebihi ketentuan. Adapun hukum mempelajarinya adalah fardu kifayah.
Setiap muslim atau muslimah diperintahkan oleh agama untuk mempelajari ilmu
faraid dan mengajarkannya kepada orang lain.
7. Dalil Tentang Waris

4
ِ ‫َصيْبٌ ِّم َّما ت ََركَ ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُوْ ۖنَ َولِلنِّ َس ۤا ِء ن‬
َ‫َصيْبٌ ِّم َّما ت ََركَ ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُوْ ن‬ ِ ‫ال ن‬ ِ ‫لرِّج‬
َ ِ‫ل‬
‫َص ْيبًا َّم ْفرُوْ ضًا‬ ِ ‫ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ اَوْ َكثُ َر ۗ ن‬
Terjemahan :
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya,
dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.” (Q.S.
An-Nisa (4) : 7)
ۚ َ‫ق ْاثنَتَي ِْن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت ََرك‬ َّ ِ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم ل‬
َ ْ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَاِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬ ِ ْ‫يُو‬
ۚ ‫اح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما ت ََركَ اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد‬ ِ ‫ف ۗ َواِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َو‬ ُ ْ‫اح َدةً فَلَهَا النِّص‬ ِ ‫َت َو‬ ْ ‫َواِ ْن َكان‬
‫صيَّ ٍة‬ ِ ‫ث ۚ فَاِ ْن َكانَ لَهٗ ٓ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬
ُ ُ‫فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗ ٓ اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ْضةً ِّمنَ ِ ۗ اِ َّن‬ َ ‫ص ْي ِبهَٓا اَوْ َدي ٍْن ۗ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِري‬ ِ ْ‫يُّو‬
‫َكانَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬
Terjemahan :
“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)
anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari
dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang
ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang
meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa
saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas)
setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Q.S An-Nisa (4) : 11)
8. Tindakan terhadap Harta Warisan Sebelum Dibagikan
a. Biaya Pengurusan Jenazah
b. Membayar Utang
c. Memenuhi Zakat
d. Memenuhi Wasiat

5
Contoh :

Seseorang meninggal dunia : setelah dihitung harta peninggalan berjumlah Rp.


100.000.000,00. Sedangkan hak-hak mayat yang harus dipenuhi lebih dahulu adalah :

1) Biaya perawatan jenazah : Rp. 1.000.000,00


2) Utang piutang jenazah : Rp. 2.000.000,00
3) Zakat mal dan fitrah : Rp. 1.000.000,00
4) Wasiat : Rp. 3.000.000,00
Jadi, hak mayat : Rp. 7.000.000,00

Hak mayat : Rp. 7.000.000,00

Hak ahli waris : Rp. 100.000.000 – Rp. 7.000.000 = Rp. 93.000.000.

2.2 Cara Pembagian Warisan menurut Islam


Contoh untuk menghitung pembagian harta waris menurut firman Allah dalam quran
surat An-Nisa ayat 11 adalah sebagai berikut.

Seseorang meninggal dunia dengan jumlah seluruh harta peninggalannya Rp.


27.000.000,00. Sebelum dibagikan untuk diwariskan, maka diperlukan penyusutan
terlebih dahulu antara lain sebagai berikut.

1. Biaya perawatan ketika sakit Rp. 750.000,00


2. Biaya perawatan jenazah Rp. 150.000,00
3. Utang yang belum dibayar -
4. Zakat yang belum dikeluarkan Rp. 100.000,00
5. Wasiat untuk pembangunan masjid Rp. 2.000.000,00
Jumlah Rp. 3.000.000,00
Ahli warisnya ada 4 orang anak, yaitu 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Dengan
ketentuan bagian laki-laki 2 kali daripada anak perempuan. Jadi, anak laki-laki sebesar 4
bagian, sedangkan 2 anak perempuan sebanyak 2 bagian. Dijumlah sebanyak 6 bagian.
Sebelum harta warisan dibagikan hendaknya dikurangi biaya perawatan, utang, zakat, dan
wasiat. Dengan demikian, harta warisan yang dibagikan adalah sebagai berikut.
a. Harta yang ditinggalkan Rp. 27.000.000,00
b. Harta yang harus dikeluarkan Rp. 3.000.000,00 –
Jumlah Rp. 24.000.000,00

6
jadi, bagian dari 2 anak laki-laki adalah sebagai berikut.

4
x Rp. 24.000.000,00 = 4 x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 16.000.000,00.
6

Jadi, seorang anak laki-laki mendapatkan bagian Rp. 8.000.000,00.

Sedangkan bagian dari 2 anak perempuan adalah sebagai berikut.

2
x Rp. 24.000.000,00 = 2 x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 8.000.000,00
6

Jadi, seorang anak perempuan mendapatkan bagian Rp. 4.000.000,00.

1. Ahli Waris dengan Bagian Tertentu (Zawil Furud)


a. Ahli waris yang memperoleh ½, yaitu sebagai berikut.
1) Anak perempuan jika ia sendirian tidak bersama-sama saudaranya.
2) Saudara perempuan yang seibu sebapak jika sendirian.
3) Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki jika tidak ada anak perempuan
yang lain.
4) Suami jika tidak mempunyai anak atau tidak ada cucu dari keturunan anak
laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan.
b. Ahli waris yang memperoleh ¼, yaitu sebagai berikut.
1) Suami jika istrinya yang meninggal itu mempunyai hak, baik laki-laki maupun
perempuan atau meninggalkan cucu dari keturunan anak laki-laki, baik laki-
laki maupun perempuan.
2) Istri, baik seorang atau lebih jika suami tidak meninggalkan anak, baik laki-
laki atau perempuan dan tidak ada pula cucu dari keturunan anak laki-laki,
baik laki-laki maupun perempuan. Jika istri lebih dari satu, cara pembagiannya
¼ dibagi sejumlah istri.
c. Ahli waris yang memperoleh 1/8, yaitu istri jika suami meninggalkan anak, baik
laki-laki atau perempuan atau anak dari anak laki-laki (cucu), baik laki-laki
maupun perempuan.
d. Ahli waris yang memperoleh 2/3, yaitu sebagai berikut.
1) Dua anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada anak.
2) Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki (cucu) jika tidak ada anak
perempuan.
3) Saudara perempuan seibu sebapak lebih dari satu.

7
4) Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih jika tidak ada saudara
perempuan yang seibu sebapak.
e. Ahli waris yang memperoleh 1/3, yaitu sebagai berikut.
1) Ibu apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (dari anak
laki-laki), tidak pula meninggalkan dua orang saudara (laki-laki maupun
perempuan), baik saudara seibu sebapak atau saudara sebapak saja.
2) Dua orang saudara atau lebih, dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun
perempuan.
f. Ahli waris yang memperoleh 1/6, yaitu sebagai berikut.
1) Ibu apabila yang meniggal itu mempunyai anak, cucu (dari anak laki-laki), dan
saudara atau lebih baik saudara laki-laki atau perempuan, seibu sebapak atau
sebapak saja.
2) Bapak jika yang meninggal itu meninggalkan anak atau cucu (dari anak laki-
laki).
3) Nenek jika ibu dari jenazah tidak ada.
4) Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, baik sendirian atau berbilang jika
bersama satu anak perempuan. Apabila anak perempuan jenazah lebih dari
satu, cucu perempuan itu tidak mendapatkan harta pusaka.
2. Beberapa Contoh Cara Menghitung Harta Warisan
Bagian ahli waris yang tertentu itu ada 6 macam, yaitu ½, 1/4, 1/8, 2/3,
1/3, dan 1/6. Bilangan itu adalah bilangan pecahan. Karena itu bila ada ahli waris
yang mendapat bagian 1/2 , sedangkan yang lain 1/3, harus dicari dulu KPT-nya
(Kelipatan Persekutuan yang Terkecil). KPT dari dua bilangan itu adalah 6.
Dalam ilmu faraid, KPT itu disebut asal masalah dan hanya terbatas pada 7
macam saja, yaitu asal masalah 2, 3, 4, 5, 6, 8, 12, 24. Perhatikan cara menghitung
harta pusaka pada contoh berikut ini!
Soal 1
Seseorang meninggal dunia, ahli warisnya seorang anak perempuan, suami,
dan bapak. Harta pusaka yang ditinggalkan senilai Rp. 80.000.000,00. Berapakah
bagian masing-masing?
Jawab :
Anak perempuan mendapat ½ (karena tunggal). Suami mendapat ¼ (karena
ada anak). Bapak menjadi asabah (karena tidak ada laki-laki atau cucu laki-laki).
Asal masalah (KPT) = 4.

8
Karena angka 4 ini adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh penyebut 2 dan 4.
Perbandingannya ½ : ¼ = 2 : 1
Jumlah bagian mereka 2 + 1 = 3
Sisa = 4 – 3 = 1 (Bapak selaku asabah), jumlahnya = 2 + 1 + 1 = 4.
Jadi, bagian masing-masing adalah sebagai berikut.
a. Anak perempuan = 2/4 x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 40.000.000,00
b. Suami = 1/4 x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00
c. Bapak = 1/4 x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00
Jumlah Rp. 80.000.000,00
Soal 2
Seseorang meninggal dunia dengan meninggalka harta pusaka sawah seluas
24 ha. Ahli warisnya terdiri dari suami, 2 orang saudara seibu, dan ibu. Berapakah
bagian masing-masing ?
Jawab :
Suami mendapat ½ (karena tidak punya anak).
2 saudara seibu mendapat 1/3 (dua orang atau lebih).
Ibu mendapat 1/6 (karena ada 2 saudara seibu atau lebih)
Asal masalah (KPT) = 6
Perbandingannya 1/2 : 1/3 : 1/6 = 3 : 2 : 1
Jumlah bagian mereka =3+2+1=6
Suami = 1/2 x 6 = 3; 3/6 x 24 ha = 12 ha
2 saudara seibu = 1/3 x 6 = 2; 2/6 x 24 ha = 8 ha
Seorang saudara seibu = 8 ha : 2 = 4 ha
Ibu = 1/6 x 6 = 1; 1/6 x 24 ha = 4 ha
Jumlah 24 ha

Keterangan :
Dalam ilmu faraid, menambah angka penyebut agar menjadi sama dengan
pembilangnya disebut aul. Sedangkan mengurangi angka penyebut agar menjadi
sama dengan pembilangnya disebut rad.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata waaritsaan-
wartsaan-yaritsu-waritsa yang artinya menurut bahasa adalah mewariskan harta.
Sedangkan menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan
dari orang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu
berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syariat Islam.
Orang-orang yang mendapat bagian harta warisan dari orang yang meninggal dunia ada
25 orang, 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak perempuan.

Mawaris disebut juga ilmu faraid karena mempelajari bagian-bagian penerimaan yang
sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil harta waris melebihi
ketentuan. Adapun hukum mempelajarinya adalah fardu kifayah. Setiap muslim atau
muslimah diperintahkan oleh agama untuk mempelajari ilmu faraid dan mengajarkannya
kepada orang lain.

3.2 Saran
Mawaris termasuk ilmu yang muia, dan juga termasuk ilmu yang tinggi
kedudukannya. Karena pentingnya ilmu ini, Allah SWT . mengatur sendiri pembagian
serta rinciannya dalam Al-Qur’an, meratakannya di antara para ahli waris sesuai dengan
keadilan serta maslahat yang Allah ketahui. Oleh karena itu, pelajarilah ilmu ini karena
ilmu ini merupakan setengahnya ilmu yang pertama kali diangkat keberadaannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, H. Abu. 2016. Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti. Jakarta. PT Bumi Aksara

11

Anda mungkin juga menyukai