Dosen Pengampu :
Hervin Yoki Pradikta, M.H.I
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hiyadah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul“Ahli Waris Ashab Al-Furud dan Hak-Haknya” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Fiqih Mawaris. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Fiqih Mawaris bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis,
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan
dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat
erat kaitannya dengan kehidupan keseharian manusia, bahwa setiap manusia akan
mengalami peristiwa yang merupakan hukum yang lazimnya disebut dengan
meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seorang
sekaligus menimbulkan akibat hukum, yaitu bagaimana tentang pengurusan dan
kelanjutan dan hak – hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa rumusan
masalah. Sebagai berikut :
1. Apa pengertian Ahli Waris?
2. Jelaskan Ahli Waris Ashâb al-Furud dan Hak-haknya?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian Ahli Waris?
2. Mengetahui Ahli Waris Ashâb al-Furud dan Hak-haknya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “ahli” diambil dari bahasa Arab yang terdiri dari gabungan kata “ahl”
yang berarti keluarga atau famili. Sedangkan waris adalah pihak yang memiliki
hubungan dengan mayit dengan salah satu sebab dari sebab-sebab mendapatkan
warisan. Dalam istilah lain, waris disebut juga dengan fara‟idh artinya bagian
tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang berhak
menerimanya.
Menurut Kompilasi Hukum Islam, ahli waris adalah orang yang pada saat
meninggal dunia mempunyai hubungan darah dan hubungan perkawinan dengan
pewaris, beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. Dengan
demikian, yang dimaksud ahli waris adalah mereka yang jelas-jelas mempunyai
hak waris ketika pewarisnya meninggal dunia, tidak halangan untuk mewarisi
(tidak ada mawani‟ al-irts).1
Dilihat dari bagian-bagian yang diterima, Ahli waris dapat dibedakan menjadi
2, yaitu Ahli Waris Ashab Al-Furud dan Ahli Waris `Ashabah. Kali ini kami akan
membahas Ahli Waris Ashab Al-Furud dan Hak-haknya.
Pada umumnya ahli waris ashab al-furud adalah perempuan, sementara ahli
waris laki-laki yang menerima bagian tertentu adalah bapak, kakek dan suami.
Selain itu menerima bagian sisa (‘asabah).
3
langkah revolusioner agama Islam dalam mengubah sistem nilai masyarakat
Jahiliyah yang memandang rendah dan tidak memberikan bagian warisan kepada
kaum perempuan. Bahkan mereka diperlakukan sebagaimana halnya barang, yang
hanya bisa dimiliki, tetapi tidak dapat memiliki sesuatu.3
3
Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada: 2012), hal. 67.
4
- Tidak ada saudara laki- laki kandung
- Tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki.
d) Saudara perempuan seayah atau lebih, jika:
- Tidak ada anak, ayah dan kakek
- Tidak ada saudara laki- laki seayah
- Tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki
dan saudara sekandung (laki-laki atau perempuan).
5. Yang mendapat sepertiga (⅓)
a) Ibu, jika:
- Tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki
- Tidak ada saudara laki- laki atau perempuan sekandung, seayah dan
seibu.
b) Beberapa saudara laki-laki atau perempuan seibu, jika:
- Tidak ada orang tua atau anak
- Jumlah mereka dua orang atau lebih, baik laki-laki maupun
perempuan semua.
6. Yang mendapat seperenam (1/6)
a) Ibu, apabila ada anak dan anak dari anak laki-laki maupun beserta dua
saudara atau lebih
b) Bapak, apabila ada anak atau anak dari anak laki-laki
c) Nenek, apabila tidak ada ibu
d) Cucu perempuan dari anak laki-laki, baik sendiri ataupun lebih, apabila
bersama seorang anak perempuan. Tetapi jika anak perempuan tersebut
banyak, maka cucu perempuan tidak mendapat pusaka
e) Kakek, ada anak atau anak dari anak laki-laki, sedangkan bapak tidak ada
f) Seorang saudara seibu
g) Saudara perempuan sebapak, baik sendiri ataupun banyak, apabila
beserta saudara perempuan seibu sebapak, adapun saudara sibu sebapak
banyak, maka saudara perempuan sebapak tidak mendapat pusaka.4
4
Nursyamsudin, “Pembagian Harta Waris Sebelum Muwaris Meninggal Dunia Menurut Perspektif
Hukum Waris Islam”, Jurnal Kajian Hukum Islam, Vol. 3 No. 1 (Juni, 2018), hal. 75-76
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata ‘ahli’ diambil dari bahasa arab yang terdiri dari gabungan kata ‘ahl’yang
berarti keluarga atau famili, sedangkan waris adalah pihak yang memiliki
hubungan dengan mayit dan salah satu sebab dari sebab-sebab mendapatkan
6
warisan. Dalam istilah lain, waris disebut juga dengan ‘faraidh’ artinya bagian
tertentu yang dibagi menurut agama islam kepada semua yang berhak
menerimanya.
Menurut Kompilasi Hukum Islam, ahli waris adalah orang yang pada saat
meninggal dunia mempunyai hubungan darah dan hubungan perkawinan dengan
pewaris, beragama islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. Dengan
demikian, yang dimaksud ahli waris adalah mereka yang jelas-jelas mempunyai
hak waris ketika pewarisnya meninggal dunia, tidak halangan untuk mewarisi.
Dilihat dari bagia-bagian yang diterima, Ahli waris dapat dibedakan menjadi
2 yaitu Ahli Waris Ashab Al-Furudh dan Ahli Waris Ashabah.
Yang mendapat seperenam saudara perempuan sebapak, baik sendiri ataupun
banyak, apabila beserta saudara perempuan seibu sebapak, adapun saudara seibu
sebapak banyak, maka saudara perempuan sebapak tidak mendapat kan warisan.
7
DAFTAR PUSTAKA