DOSEN PENGAMPU
NUR SANIAH, M.H.I
DISUSUN OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
ridhonya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Al – Faraidh
(Pembagian Harta Warisan) Sehingga tepat pada waktunya. Dalam
menyelesaikan makalah ini tentunya penulis banyak menemui halangan dan
rintangan tetapi dengan bantuan dari teman-teman maka halangan dan rintangan
tersebut dapat dilalui oleh penulis dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faraid adalah jamak ‘’ faraidlah’’ yang diartikan oleh ulama
faradliun semakna dengan ‘’mafrudlah’’yakni bagian yang telah dipastikan
kadarnya. Faraid dalam istilah mawaris dikhususkan untuk sebagian ahli waris
yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara .
Masalah keluarga yang berhubungan dengan pembagian harta warisan atau
pusaka akan sangat sulit apabila diantara pewaris ingin menguasai seluruh harta
yang diwariskan ,sehingga sangat merugikan kepada orang lain sehingga
menyembabkan seseorang akan bermusuhan satu sama lain. Sehingga untuk
menyelesaikan masalah tersebut pembagian harta warisan dibagikan secara adil
atau ias di selesikan secara hukum.
Adapun yang berwenang membagikan harta waris ataupun yang
menentukan bagiannya berhak dan tidak ,bukan lah orang tua anak,keluarga
ataupun orang lain tetapi ALLAH SWT yang telah berhak menentukan bagiannya,
yang terkandung dalam surah AnNisa’ Ayat 11,12,13 dan 176 yang artinya
ALLAH mensyariatkan bagi kalian tentang ( pembagian harta warisan untuk)
anak-anak kalian”.
Sedangkan hadist yg diriwayatkan oleh muslim dan abu daud adalah “
bagilah harta pusaka antara ahli-ahli menurut khitabullah” memahami tentang
ilmu ini oleh karena itu muncul sebuah pemikiran untuk mempermudah orang
dalam meneraoakan kaidah ilmu waris dalam bentuk sebuah aplikasi.dengan
munculnya aplikasi tentang pembagian waris diharapkan berjalan dengan baik dan
tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Faraidh?
2. Apa Saja Rukun Mawaris?
3. Apa Sebab-sebab Memperoleh Warisan?
4. Apa syarat-syarat Pewarisan?
5. Apa Penghalang Mendapatkan Warisan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Faraidh
Dari segi bahasa, kata mawaris ( )موارثmerupakan bentuk jamak dari kata
ٌ رEEEْ
اث َ ِمي artinya harta yang diwariskan. Secara istilah, berarti ilmu tentang
pembagian harta peninggalan setelah seseorang meninggal dunia. Ilmu mawaris
disebut juga ilmu faraidh (ض ِ َراِئEEَ)ف. Kata faraidh dari segi bahasa merupakan
bentuk jamak dari ٌْضة
َ فَ ِري yang berarti ketentuan, bagian atau ukuran
Dengan demikian, ilmu ini dinamakan ilmu mawaris karena mempelajari
tentang ketentuan-ketentuan pembagian harta pusaka bagi ahli waris menurut
hukum Islam. Disebut ilmu faraidh karena membahas ketentuan-ketentuan atau
bagian-bagian yang telah ditentukan terhadap masing-masing ahli waris.
Sebagaimana definisi faraidh di bawah ini :1
“Adapun ilmu faraidh menurut syara’ adalah bagian tertentu yang telah
ditetapkan oleh syara’ bagi yang berhak ( ahli waris ).
ْ َو ِّرE)اَل ُم
Orang yang meninggal dunia (yang mewariskan) disebut Al Muwaris (ث
bentuk jamaknya َوْ نEEُ اَل ُم َو ِّرث sedangkan ahli warisnya (yang mewarisi) disebut Al
ْ ار
Waris ث َ َ( ) ا bentuk jamaknya َوْ نEEُارث
ِ وEEل ِ اَ ْل َوdan harta peninggalan atau harta
ْ اَ ْل ِم ْي َر atau al irst ث
pusakanya disebut Al Mirats اث ٌ ْ اِآل ر.
Ada beberapa Istilah dalam Fiqh Mawaris yang berkaitan dengan ilmu faraidh
antara lain :
1. Waris, adalah ahli waris yang berhak menerima warisan. Ada ahli waris
yang dekat hubungan kekerabatannya tetapi tidak menerima warisan, dalam
fiqih ahli waris semacam ini disebutdzawil arham. Waris bisa timbul
karena hubungan darah, karena hubungan perkawinan dan karena akibat
memerdekakan hamba.
2. Muwaris, artinya orang yang mewarisi harta peninggalannya, yaitu orang
yang meninggal dunia, baik meninggal secara hakiki atau secara taqdiry
1
Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2013), hal. 17
2
(perkiraan), atau melalui keputusan hakim. Seperti orang yang hilang (al
mafqud) dan tidak diketahui kabar berita dan domisilinya. Setelah melalui
persaksian atau tenggang waktu tertentu hakim memutuskan bahwa ia telah
dinyatakan meninggal dunia.
3. Al Irs, artinya harta warisan yang siap dibagi oleh ahli waris sesudah
diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah (tajhiz al janazah),
pelunasan utang, serta pelaksanaan wasiat.
4. Warasah,yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris. Ini
berbeda dengan harta pusaka yang di beberapa daerah tertentu tidak bisa
dibagi, karena menjadi milik kolektif semua ahli waris.
5. Tirkah, yaitu semua harta peninggalan orang yang meninggal dunia
sebelum diambil untuk kepentingan pemeliharaan jenazah, pembayaran
utang, dan pelaksanaan wasiat.
B. Rukun Mewaris
Rukun waris ada 3 :
1. Al-muwaris, orang yang diwarisi harta peninggalan atau orang yang
mewariskan hartanya.
2. Al-waris/ahliwaris, orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan.
3. Al-maurus atau al-miras. Harta peninggalan yang telah meninggal.
3
seseorang akan memperoleh harta warisan dari saudaranya, dll.
Sebagaimana firman Allah SWT.
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang Telah ditetapkan”. (QS. An Nisa : 7)
3
Afdol, Landasan Hukum Positif Pemberlakuan Hukum Islam dan Permasalan
Implementasi Hukum Kewarisan Islam, (Surabaya: Erlangga University Prees:2003), hal. 27
4
Saya adalah ahli waris bagi orang yang tidak mempunyai ahli waris” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud)
Rasulullah SAW. terang tidak menerima harta pusaka untuk diri beliau
sendiri, hanya beliau menerima warisan seperti itu untuk dipergunakan
semata-mata untuk kemaslakatan umat Islam.
D. Syarat-Syarat Pewarisan
Syarat-syarat pewarisan ada tiga , yaitu :
1. Seseorang meniggal secara hakiki atau secara huku.
2. Ahli waris secara pasti masih hidup ketika pewaris meniggal
3. Mengetahui golongan ahli waris.
4
Wiryono Projodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Bandung: Sumur, 1983. hlm.13
5
b) Kemudian golongan lain memisahkan sifat pembunuhan itu, yaitu
pembunuhan yang disengaja dan yang tersalah. Siapa yang
melakukan pembunuhan dengan sengaja, dia tidak mendapat warisan
sama sekali. Siapa yang melakukan pembunuhan tersalah, dia tetap
mendpat warisan. Pendapat ini dianut oleh Malik bin Anas dan
pengikut-pengikutnya. Yang menjadi pangkal pokok perbedaan
pendapat mengenai hal ini ialah, disebabkan suatu pertimbangan
tentang kepentingan umum. Menurut kepentingan umum, sudah
sepantasnya si pembunuh itu tidak mendapatkan warisan, supaya
jangan sampai terjadi pembunuhan-pembunuhan, karena
mengharapkan harta warisan. Demikian penemikian pendapat
sebagaian besar ulama.
2) Budak (E)العبد
Seorang yang menjadi budak tidak berhak untuk mendapatkan harta
warisan dari tuannya, dan juga tuannya tidak berhak untuk mendapatkan
harta warisan dari budaknya. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Orang Islam tidak bisa mendapatkan harta warisan dari orangkafir, dan
orang kafir tidak bisa mendapatkan harta warisan dari Orang Islam (HR.
Bukhari Muslim)
6
Ada beberapa ahli waris yang tidak bisa terhalangi haknya meskipun semua ahli
waris itu ada. Mereka itu adalah anak laki-laki ( )ابنanak perempuan ( )بنتbapak (
)ابibu ( )امsuami ( )زوجdan isteri () زوجة
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan penjelasan-penjelasan mengenai hukum waris di atas, maka dapat di
simpukan bahwa :
Waris adalah perpindahan hak kebendaan dari orang yang meninggal
dunia kepada ahli waris yang masih hidup.
Ahli waris adalah orang-orang mendapatkan hak memperoleh harta
peninggalan orang yang telah meninggal yang masih mempunyai
hubungan darah.
Bagian-bagian yang di peroleh ahli waris telah di tetapkan dalam Al-
Qur’an, sehingga tidak ada kata tidak adil karena Al-Qur’an adalah
Firman Allah SWT. Yang di jamin kebenarannya.
Sebelum di lakukan pembagian harta waris terdapat beberapa hak yang
harus di dahulukan.
Wasiat adalah pesan tentang suatu kebaikan yang akan di jalankan
sesudah seseorang meninggal dunia dan hukum wasiat adalah sunnah.
8
DAFTAR PUSTAKA