Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN LABORATORIUM

Membangun Budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium

serta Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya dan Penanganan Limbahnya

OLEH:

AZKI AFIDATI PUTRI ANFA

(1410422025)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan laboratorium (Laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Bagaimana suatu laboratorium dapat dikelola dengan
baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Beberapa alat – alat laboratorium yang canggih, dengan staf
professional yang terampil belum tentu dapat beroperasi dengan baik jika tidak
didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik. Oleh karena itu,
manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan laboratorium. Suatu manajemen laboratorium yang baik, memiliki
sistem organisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas,
pemanfaatan fasilitas yang efektif, efisien, disiplin, dan administrasi yang baik
pula.
Secara umum, manajemen sering didefenisikan sebagai “Getting things
done through other people – menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain “.
Telah disebutkan berkali – kali bahwa supervisor merupakan manajer lini
terdepan yang melaksanakan pekerjaan manajemen untuk merencanakan,
mengorganisir, mengeksekusi rencana, serta mengendalikan dan mengontrol
proses pekerjaan menuju hasil yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium ?
2. Bagaimanakah membentuk budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja di
Laboratorium?
3. Apakah pengaruh dari bahan kimia berbahaya ?
4. Bagaimana cara bekerja dengan bahan kimia berbahaya ?
5. Bagaimanakah menangani limbah sisa dari laboratorium ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium.
2. Mengetahui cara membentuk budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja di
Laboratorium.
3. Mengetahui pengaruh dari bahan kimia berbahaya.
4. Mengetahui cara menangani limbah sisa dari laboratorium.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Keamanan Kerja di Laboratorium


Sebagian besar bahan kimia yang saat ini dihasilkan dan digunakan
adalah bahan yang bermanfaat, tetapi sebagian juga berpotensi merusak
kesehatan manusia, lingkungan, dan sikap masyarakat terhadap perusahaan
kimia. Lembaga harus menyadari potensi penyalahgunaan secara tidak sengaja
dan sengaja seperti terorisme atau perdagangan obatobatan ilegal. Laboratorium
menghadapi sejumlah ancaman, termasuk pencurian informasi sensitif, peralatan
bernilai tinggi, dan bahan kimia dengan “penggunaan ganda” yang mungkin
digunakan sebagai senjata. Penyelamatan dan pengamanan bahan kimia bisa
mengurangi risiko-risiko ini. Budaya baru yang berisi kesadaran keselamatan dan
keamanan, akuntabilitas, penataan, dan pendidikan telah berkembang di seluruh
dunia di laboratorium milik industri kimia, pemerintah, dan lembaga pendidikan.
Laboratorium telah mengembangkan prosedur dan peralatan khusus untuk
menangani dan mengelola bahan kimia secara selamat dan aman. Pengembangan
“budaya keselamatan dan keamanan” menghasilkan laboratorium yang aman dan
sehat bagi lingkungan tempat kita mengajar, belajar, dan bekerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek penting
yang harus diperhatikan oleh seluruh personel yang bekerja di laboratorium, baik
sebagai pengelola, penguji, laboran, petugas gudang reagen/media, maupun
petugas kebersihan. Bekerja di laboratorium dengan nyaman dan aman akan
mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja. Untuk itu kita sedapat mungkin harus
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, karena kecelakaan kerja di
laboratorium dapat menimbulkan kerugian materi dan korban manusia.
Kecelakaan kerja di laboratorium memang bukanlah kejadian yang disengaja,
tetapi terjadi akibat kelalaian diri sendiri dan orang lain. Artinya, semua pihak
sangat berperan dalam menerapkan budaya keselamatan kerja.

B. Budaya Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium


Terbentuknya budaya keselamatan dan keamanan bergantung pada
pemahaman bahwa kesejahteraan dan keamanan tiap orang tergantung pada
kerjasama tim dan tanggung jawab masing-masing anggota. Budaya keselamatan
dan keamanan harus dimiliki setiap orang, tidak hanya harapan dari luar yang
didorong oleh peraturan lembaga. Laboratorium akademik dan pengajaran
memiliki tanggung jawab unik untuk menanamkan sikap kesadaran keselamatan
dan keamanan dan praktik laboratorium yang bijak sepanjang hayat. Praktik yang
aman harus dijadikan prioritas utama pengajaran di laboratorium akademik.
Memupuk kebiasaan dasar berperilaku bijak adalah komponen yang sangat
penting dari pendidikan kimia di setiap level dan tetap penting sepanjang karier
kimiawan. Dengan mempromosikan keselamatan selama bertahun-tahun
mengajar di tingkat sarjana dan pasca sarjana, staf pengajar tidak hanya memberi
pengaruh pada siswa, tetapi juga setiap orang yang akan bekerja di lingkungan
yang sama di masa mendatang. Program keselamatan dan keamanan yang sukses
memerlukan komitmen dari semua orang yang bekerja di lembaga setiap hari.
Semua orang di semua tingkat harus memahami pentingnya meniadakan risiko di
laboratorium dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan ini. Pimpinan lembaga
memiliki kekuatan dan kewenangan terbesar, sehingga paling bertanggung jawab
untuk mengembangkan budaya keselamatan dan keamanan.
Keselamatan dan keamanan laboratorium mensyaratkan adanya peraturan
dan program wajib, komitmen terhadap keduanya, dan adanya konsekuensi jika
aturan-aturan dan harapan itu tidak dipenuhi. Lembaga memerlukan struktur
administrasi dan dukungan yang terbangun kokoh yang tidak hanya berasal dari
laboratorium, tetapi juga lembaga itu sendiri. Tanggung jawab keselamatan dan
keamanan sepenuhnya bergantung pada kepala lembaga dan satuan
pelaksananya. Pegawai lain yang bertanggung jawab memelihara lingkungan
laboratorium yang selamat dan aman antara lain:
1. Kantor Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan
Kantor ini mestinya dijalankan oleh staf pakar bidang keamanan kimia,
teknik, kedokteran kerja, pengamanan kebakaran, toksikologi, atau bidang lain.
Kantor kesehatan, keselamatan dan lingkungan ini paling efektif jika saling
bermitra dengan semua kepala atau direktur departemen, kepala investigator atau
manajer, dan pegawai laboratorium. Kantor ini seharusnya membantu merancang
program keselamatan dan keamanan yang memberikan panduan teknis dan
dukungan pelatihan yang sesuai dengan kerja laboratorium, yang mudah
dilaksanakan, dan sesuai dengan undang-undang serta standar dasar keselamatan
dan keamanan.
2. Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia (CSSO)
CSSO menetapkan upaya bersama untuk manajemen keselamatan dan
keamanan dan memberikan panduan kepada semua orang di semua tingkat pada
lembaga. CSSO harus dibekali pengetahuan, tanggung jawab, dan kewenangan
untuk mengembangkan dan menegakkan sistem manajemen keselamatan dan
keamanan yang efektif.
3. Manajer, Supervisor, dan Asisten Praktikum
Selain CSSO, tanggungjawab langsung manajemen program keselamatan
laboratorium biasanya berada pada manajer laboratorium. Dalam praktikum,
instruktur laboratorium bertanggung jawab secara langsung atas segala tindakan
yang dilakukan para siswanya. Instruktur harus mendorong budaya keselamatan
dan keamanan dan mengajarkan kemampuan yang diperlukan oleh siswa dan
pegawai lain tentang cara menangani bahan kimia dengan aman.
4. Siswa dan Staff Laboratorium
Meskipun mereka dipandu oleh pimpinan lembaga, siswa dan pegawai
laboratorium lainnya bertanggung jawab secara langsung untuk bekerja dengan
aman dan menjaga bahan kimia yang mereka gunakan. Semua orang yang
bekerja di laboratorium, siswa atau pegawai, harus mematuhi semua protokol
keselamatan dan keamanan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.
C. Pengaruh Bahan Kimia Berbahaya
Meningkatnya penelitian di bidang science akan meningkatkan kegiatan
di laboratorium yang banyak berhubungan dengan bahan - bahan kimia yang
mungkin menjadi berbahaya bagi kesehatan para pegawai di Laboratorium. Ada
dua jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di dalam laboratorium, yaitu
kecelakaan akut dan kronis. Kecelakaan fatal (akut) dalam penanganan bahan-
bahan kimia jarang terjadi, tetapi yang paling berbahaya ialah gangguan
kesehatan secara kronis (keracunan kronis) . Keracunan kronis tersebut
akibatnya baru bisa dirasakan setelah beberapa bulan, tahun atau bahkan
dirasakan pada masa menjelang pensiun . Keracunan kronis akibat bahan
kimia tersebut misalnya leukemia yang disebabkan oleh racun uap Pb kanker
paru-paru yang berasal dari debu asbes dan lainnya dimana penyakit - penyakit
tersebut sulit disembuhkan. bahan - bahan kimia berbahaya dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Explosif (mudah meledak) contohnya : kalium klorat, Trinitrotaluen(TNT),
natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium
klorat .
2. Flamable (mudah terbakar) contohnya : metanol, eter, aseton, heksana,
benzena, uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) contohnya : natrium nitrit/nitrat, kalium
klorat, kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya
.Sekalipun tidak ada O2 dari luar dapat menyebabkan kebakaran .
4. Bahan mudah terbakar oleh air, contohnya logam N a, K dan asam sulfat pekat
.
5. Bahan mudah terbakar oleh asam contohnya logam paduan N a dan K,
.senyawa hidrida dan sebagainya .
6. Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan
tekanan tinggi .
7. Bahan-bahan beracun contohnya : C02, CI2, benzena, Kloroform, sianida dan
sebagainya .
8. Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan
sebagainya .
Bahan tersebut di atas mudah dikenali karena biasanya pabrik-pabrik bahan
kimia telah melengkapi kemasannya dengan label - label dan lambang - lambang
tertentu . Akibat penggunaan bahan kimia tersebut di atas berbagai jenis bahaya
mungkin dapat terjadi antara lain :
a. Keracunan, sebagai akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui
paru-paru, mulut dan kulit . Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang
kesadaran atau gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa
tahun setelah bekerja, atau menjelang pensiun .
b. Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya
peradangan pada kulit, mata dan saluran pernapasan.
c. Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif
(peroksida dan bahan-bahan pelarut organik). Selain bahan-bahan kimia
sebagai sumber kecelakaan bekerja dilaboratorium, maka teknik percobaan
seperti destilasi, ekstraksi dan sarana-sarana laboratorium lainnya seperti air,
gas, listrik juga merupakan sumber terjadinya kecelakaan .
D. Menangani Limbah Sisa Laboratorium
Setelah menyelesaikan prosedur dan reaksi kimia, maka akan
ditinggalkan residu (sisa-sisa) slurries, (campuran encer dari bahan tidak terlarut,
endapan, zat warna, dan lain-lain) dan larutan sisa yang harus dibuang. Sisa-sisa
ini merupakan limbah kimia yang termasuk lmbah Bbahan berbahaya dan
beracun (B3). Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap
bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan
corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada
pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang
stabil dan mudah menguap.
2. Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan
flokulasi
3. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan
dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa
lumpur dari hasil proses tersebut.
4. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan
digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total
solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids
(VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau
sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak,
beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia). Contoh limbah B3
ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia
seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari
lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri
klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran
bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu.
Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam
konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun
1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Penanganan
atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya dapat dilaksanakan
di dalam unit kegiatan industri (on-site treatment) maupun oleh pihak ketiga (off-
site treatment) di pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengolahan
dilaksanakan secara on-site treatment, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
a) jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar
teknologi pengolahan dapat ditentuka dengan tepat; selain itu, antisipasi
terhadap jenis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan.
b) jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat
menjustifikasi biaya yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula
berapa jumlah limbah dalam waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan).
c) pengolahan on-site memerlukan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani
proses pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya
manusianya.
d) peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan
Pemerintah di masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat
memenuhi standar
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :

1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek penting


yang harus diperhatikan oleh seluruh personel yang bekerja di laboratorium,
baik sebagai pengelola, penguji, laboran, petugas gudang reagen/media,
maupun petugas kebersihan.
2. Budaya keselamatan dan keamanan harus dimiliki setiap orang, yang
bertanggungjawab meliputi, Kantor Kesehatan dan Keamanan Kerja,
CSSO, Manajer, supervisor, asisten, dan praktikan.
3. Bahan kimia berbahaya dikategorikan dalam, explosive, flammable,
oxidizing agent, mudah meledak, mudah terbakar, bahan korosif, dan bahan
beracun.
3.2 Saran

Adapun saran dari makalah ini ditujukan kepada para pekerja laboratorium agar
terhindar dari kecelakaan kerja dan hal – hal yang tidak diinginkan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Askar, Surayah.2016. Pengenalan Beberapa Bahan Kimia Berbahaya dan Cara


Penanganannya. Bogor : Balai Penelitian Ternak.

Harjanto, dkk. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Sebagai Upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan. Batan : Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Moran, dkk. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia. Washington : The
National Academies Press.

Padmaningrum, R.T. 2010. Pengelolaan Bahan dan Limbah Kimia. Yogyakarta :


FMIPA UNY

Anda mungkin juga menyukai