Anda di halaman 1dari 5

AKAR-AKAR NASIONALISME DAN PERKEMBANGANNYA

DI INDONESIA

A. Faktor-Faktor Pendorong Bangkitnya Nasionalisme Di Indonesia


Faktor Internal & Eksternal
Nyoman Dekker dalam bukunya berjudul Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia (1993: 10-17), nasionalisme yang muncul di Indonesia disebabkan oleh
dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut ini disajikan penjelasan
singkat dari kedua faktor tersebut.
Faktor Internal
- Adanya penderitaan yang dirasakan rakyat
Sejak VOC mempergunakan sistem ekonomi monopoli disertai dengan cara-cara
kekerasan. Kemudian, berlanjut saat sistem tanam paksa, banyak terjadi
penderitaan dan kemelaratan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia.
Penderitaan-penderitaan tersebut yang kemudian menjadi sebab pokok timbulnya
gerakan-gerakan kebangsaan dan munculnya partai atau organisasi nasional.
Munculnya gerakan tersebut tidak terlepas dari peranan para kaum terpelajar yang
saat itu sudah cukup banyak.
- Munculnya Politik Etis
Pada akhir abad ke-19 menuju awal abad ke-20, arah politik Belanda di Indonesia
mulai berubah. Saat itu, muncul satu tokoh bernama Van Deventer yang
menginisiasi untuk dikeluarkannya kebijakan Politik Etis.
Gagasan tersebut disampaikannya atas dasar Indonesia yang telah memberikan
banyak keuntungan bagi Belanda. Ia menganggap wajar, apabila Belanda
memberikan balas budi atas perilaku tersebut.
Adapun tiga gagasan utama dalam politik etis, yaitu:
 Irigasi;
 Edukasi;
 Emigrasi
- Munculnya Kaum Terpelajar
Penerapan politik etis pada dasarnya tidak serta merta memberikan keuntungan
besar bagi Indonesia. Namun, satu dampak yang dirasakan baik ialah munculnya
kaum terpelajar dari orang-orang Indonesia.
Perbaikan pendidikan ditanah jajahan melahirkan para pemikir dan penggerak
menuju kemerdekaan.
Pergerakan pelajar ini tak lagi kedaerahan melainkan mulai menyatukan
perjuangan dan suara dalam kongres pemuda, yang dikenal dengan Sumpah
Pemuda.
Faktor Eksternal
- Kemenangan Jepang Atas Rusia
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1905, saat itu Jepang yang menyerang wilayah
Manchuria harus berhadapan dengan Rusia. Akan tetapi, diluar dugaan Jepang
berhasil memenangkan peperangan tersebut.
Sontak, kemenangan tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan negara-negara
di kawasan Asia. Bangsa Asia mulai bangkit menentang penjajahan Barat
termasuk Indonesia.
- Pergerakan Kebangsaan India
Penjajahan Inggris terhadap India membuat kaum muda terpelajar India
membentuk All India National Congres. Salah satu tokoh yang ada di organisasi
tersebut ialah Mahatma Gandhi.
Mahatma Gandhi merupakan sosok penting atas bangkitnya nasionalisme di India.
Melalui gagasannya, yaitu ahimsa (melawan tanpa kekerasan), hartal (mogok
kerja), satyagraha (tidak mau bekerjasama dengan pihak asing), dan swadeshi
(tidak mau memakai produk luar negeri). Rakyat India mampu bangkit dan
berhasil menentang penjajahan Inggris.

B. Akar-Akar Nasionaliseme dan Perkembangannya di Indonesia


Bangkitnya kesadaran kebangsaan atau Nasionalisme di Indonesia
ditandai dengan tumbuhnya berbagai organisasi pergerakan. Sementara
kebangsaan (nasionalisme) di panggung politik internasional, tumbuh pada awal
abad ke-20 yang ditandai dengan kebangkitan dunia Timur (negara Asia), seperti
India, Cina, dan Filipina. Perkembangan nasionalisme di Indonesia melalui tahap-
tahap berikut.

a. Masa perintis
Masa perintis adalah masa di mana semangat kebangsaan melalui pembentukan
organisasi-organisasi pergerakan mulai dirintis. Masa ini ditandai dengan
munculnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Hari kelahiran
Budi Utomo kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

b. Masa penegas
Masa penegas merupakan masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada
diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, melalui
Sumpah Pemuda tersebut menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu
tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.

c. Masa percobaan
Melalui organisasi pergerakan, bangsa Indonesia mencoba meminta kemerdekaan
dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI
(Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938 mengusulkan Indonesia Berparlemen.
Tetapi, perjuangan menuntut Indonesia merdeka tersebut belum berhasil.
d. Masa pendobrak
Semangat dan gerakan nasionalisme Indonesia pada masa ini telah berhasil
mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, bangsa Indonesia
menjadi bangsa merdeka, bebas, dan sederajat dengan bangsa lain. Nasionalisme
telah mendasari pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern. 

Semangat kebangsaan ini dibangun dan digelorakan oleh para putra-putri bangsa
Indonesia, khususnya di kalangan terpelajar. Kalangan ini mulai menyadari
bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih kemerdekaan
jika ingin menjadi bangsa merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain.
Mereka berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa satu nasib dan
penderitaan sehingga mau bersatu menggalang kekuatan bersama.

Nasionalisme Indonesia tidak bersifat internasionalisme yang berarti


memperluas wilayah bangsa. Nasionalisme Indonesia juga tidak bersifat ekspansif
sebab hal itu tidak sesuai dengan wilayah bangsa yang memiliki. Nasionalisme
Indonesia tidak bersifat sempit yang hanya mementingkan atau mengutamakan
kelompok, wilayah, atau golongan tertentu karena tidak mencerminkan semangat
kebersamaan, serta perasaan senasib dan sependeritaan. 

Selain itu, nasionalisme Indonesia tidak bersifat mengagungkan bangsa sendiri


dan merendahkan bangsa lain (chauvinisme) karena menyadari bahwa di luar
bangsa Indonesia masih terdapat bangsa-bangsa lain yang memiliki hak hidup
sama dan sederajat dengan bangsa kita. Justru keberadaan bangsa-bangsa lain
tersebut menyadarkan kita bahwa bangsa Indonesia adalah bagian dari masyarakat
dunia.

d. Masa Kini
Nasionalisme Indonesia pada masa kemerdekaan berada pada posisi tepat,
bahkan menjadi antitesis Nasionalisme Barat yang keliru. Pertama, nasionalisme
Indonesia dibungkus perasaan tertindas sebagai bangsa terjajah. Perasaan tersebut
mampu mengeliminasi segenap perbedaan menjadi kekuatan dahsyat untuk
mengusir penjajah. Kedua, keinginan hidup bersama dalam tatanan yang lebih
teratur secara sosial dan politik merupakan modal dasar diperjuangkannya bentuk
negara merdeka dan berdaulat. Ketiga, nasionalisme Indonesia bergelora begitu
dahsyat karena memiliki musuh bersama, yakni kaum penjajah.
Konteks nasionalisme Indonesia mengalami pergeseran makna. Pergeseran ini
mensyaratkan bahwa metode yang dipilih tidak sama dengan sebelumnya. Dari
sisi politik, sistem pemerintahan belum mampu mewujudkan cita-cita masyarakat
adil, makmur, dan sejahtera. Partai politik sebagai mesin demokrasi masih
terbelenggu oleh kepentingan kelompoknya.
Nilai-nilai budaya asing dengan mudah diadopsi tanpa disaring generasi
muda melalui televisi, radio, dan beraneka ragam gawai yang semakin canggih.
Akibatnya, perilaku mereka semakin jauh dari nilai-nilai budaya ketimuran.
Mendudukkan nasionalisme Indonesia kini seyogyanya berkiblat pada empat
konsensus bangsa, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Nasionalisme yang dibutuhkan Indonesia ialah nasionalisme yang mampu
menjawab permasalahan saat ini yang semakin kompleks. Nasionalisme
merupakan konsep yang merujuk kepada bangsa, sebagai entitas sosial dan
budaya. Berbicara mengenai bangsa berarti berbicara mengenai segenap elemen,
tanpa kecuali. Nasionalisme Indonesia begitu kuat pada masa lalu karena konsepsi
bangsa lebih banyak merujuk pada beragam suku di tanah air yang menyatukan
tekad dan semangat melawah penjajahan. Nasionalisme Indonesia harus mampu
berkontribusi dalam mewujudkan tata masyarakat yang sejahtera, bermartabat,
dan berkeadilan. Kontribusi ini memiliki peran ganda bagi penguatan
nasionalisme Indonesia. Pertama, kita terhindar dari Chauvinisme yang
menganggap bangsa sendiri lebih tinggi daripada bangsa lain. Kedua, peran serta
di panggung internasional menjadi sarana untuk menyosialisasikan nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam empat konsensus bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai