Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN

LABORATORIUM
KIMIA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buku pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia yang ditulis oleh
Dr. Marham Sitorus, M.Si dan Dra. Ani Sutiani, M.Si merupakan buku edisi
pertama, cetakan pertama, 2013. Buku ini menjelaskan hal-hal apa yang perlu
diperhatikan, dilengkapi, dan ditangani dalam tata pengelolaan dan manajemen.
Critical Book Report ini berusaha memberikan gambaran ataupun
petunjuk kepada mahasiswa, guru, ataupun laboran dalam melaksanakan
pengelolaan dan manajemen laboratorium kimia. Semoga apa yang disampaikan
dalam Critical Book Report ini dapat bermanfaat kepada pembaca mengenai apa
yang telah ditulis oleh Dr. Marham Sitorus, M.Si dan Dra. Ani Sutiani, M.Si.

Buku I : Buku Utama


Judul : Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia
Pengarang : Marham Sitorus dan Ani Sutiani
ISBN : 978-979-756-913-6
Penerbit : Graha Ilmu
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 54 halaman.

Buku II : Buku Pembanding 2


Judul : Manajemen Laboratorium IPA Persiapan bagi Pendidik,
Mahasiswa, dan Laboran IPA
Pengarang : Kancono
ISBN : 978-602-8043-16-8
Penerbit : FKIP UNIB
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : 175 halaman.

1
Buku III : Buku Pembanding 3
Judul : Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia
Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Baik
Pengarang : Lisa Moran dan Tina Masciangioli
Penerbit : The National Academies Press
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : 284 halaman.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Critical Book Report ini yaitu:
1.2.1 Mengulas isi buku.
1.2.2 Mencari dan menemukan informasi yang ada dalam buku.
1.2.3 Membandingkan satu buku utama dengan dua buku pembanding.
1.2.4 Mengetahui latar belakang dan alasan buku diterbitkan.
1.2.5 Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikan oleh setiap bab dari buku.
1.2.6 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum
dari sebuah buku.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan Critical Book Report ini yaitu:
1.3.1 Bagi penulis buku, sebagai masukan bagi proses kreatif penulisan
selanjutnya dan sebagai sarana mengetahui sambutan dan
penerimaan pembaca.
1.3.2 Bagi penerbit, sebagai sarana dalam memperkenalkan buku.
1.3.3 Bagi pembaca, sebagai sumber informasi tentang pengelolaan dan
manajemen laboratorium kimia ataupun pertimbangan untuk
memiliki buku serta dapat mengetahui perbandingan buku penulis.
1.3.4 Bagi reviewer, sebagai sarana untuk mengasah daya pikir kritis.

2
BAB II
ISI BUKU

2.1 BUKU UTAMA


Buku ini terdiri dari tujuh bab, berikut adalah ringkasan dari masing-
masing bab tersebut.

Bab 1. Manajemen Operasional Laboratorium


Laboratorium adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau
penelitian. Dalam melakukan percobaan laboratorium digunakan peralatan dan
bahan kimia yang sifatnya belum kita ketahui. Bahan-bahan kimia tersebut dapat
menimbulkan keracunan, kebakaran, ledakan dan bahaya-bayaha lain. Dalam
bekerja di laboratorium tentu saja kita mempunyai target dan tujuan, namun
hendaknya tidak mengabaikan keselamatan. Hal yang diinginkan adalah dinamika
laboratorium tinggi namun tidak terjadi kecelakaan (zero accident). Maka untuk
mencapai hal tersebut sekali lagi implementasi manajemen laboratorium yang
baik adalah kata kuncinya.
Manajemen laboratorium (laboratory management) adalah usaha untuk
mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen baku. Beberapa peralatan
laboratorium yang canggih dan staf yang profesional dan terampil tidak serta
merta dapat beroperasi dengan baik. Oleh karena itu, manajemen laboratorium
adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas
laboratorium sehari-hari.
Untuk mengelola laboratorium dengan baik maka harus dipahami
mengenal perangkat-perangkat manajemen laboratorium, yaitu: tata ruang,
peralatan yang baik dan terkalibrasi, infrastruktur, administrasi laboratorium,
fasilitas pendanaan, inventaris dan keamanan, pengamanan laboratorium, disiplin
yang tinggi, keterampilan SDM, peraturan dasar, dan penanganan masalah-
masalah umum dan jenis-jenis pekerjaan. Dengan demikian manajemen
laboratorium dapat dipahami sebagai sesuatu tindakan pengelolaan yang
kompleks dan terarah sejak dari perencanaan tata ruang sampai dengan
perencanaan tata ruang.

3
Bab 2. Penanganan Bahan Kimia dan Peralatan Gelas
Bekerja di laboratorium sebaiknya diasumsikan bahwa semua bahan kimia
yang ada di laboratorium adalah berbahaya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang bahan kimia yang
digunakan serta penanganannya adalah suatu hal yang mutlak di samping bekerja
dengan penuh tanggung jawab, disiplin, dan mengikuti aturan yang ada
(normatif).
Tipe bahaya bahan kimia antara lain bahan mudah meledak (eksplosif),
bahan yang beracun (toksik), bahan yang mudah terbakar, bahan yang dapat
menimbulkan bahaya kecil, bahan yang bersifat korosif, bahan yang dapat
menimbulkan iritasi, bahan yang menghasilkan radiasi.
Penyimpanan bahan kimia di gudang penyimpanan (storage) memerlukan
pengetahuan dasar yaitu tentang sifat bahaya yang ditimbulkan, kemungkinan
interaksi antara bahan, kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu, dan kelembaban
udara), interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi).
Penyimpanan bahan kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya
sihingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.
Keselamatan laboratorium akan terjamin bila penanganan bahan kimia
dilakukan dnegan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada kemasan bahan
kimia. Aktivitas di laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia tentu juga
tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingga bahaya tidak hanya
disebabkan oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat terjadi bahaya
fisik dari peralatan yang kita gunakan bila kita tidak berpedoman pada aturan
tentang penanganan alat.
Beberapa tipe dalam penanganan peralatan khususnya peralatan gelas:
bekerja dengan peralatan gelas harus berhati-hati, mematahkan pipa kaca bila
diperlukan harus dengan menggunakan sarung tangan, mencabut pipa kaca dari
gabus sumbat harus dilakukan dengan hati-hati, alat-alat yang sudah cacat perlu
disortir apakah ada yang dapat diperbaiki di bengkel gelas, botol yang diisi bahan
kimia diberi label yang jelas dengan identitas nama bahan, konsentrasi, dan
tanggal pembuatan, tabung yang berisi gas disimpan di tempat sejuk, penggunaan
pipet dengan menghisap sebaiknya dihindari meskipun bahan tidak bahaya.

4
Bab 3. Alat-Alat Keselamatan Laboratorium
Keselamatan kerja dalam melakukan aktivitas di laboratorium adalah
sesuatu hal yang mutlak untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan
baik yang disebabkan peralatan (kecelakaan fisik) maupun bahaya yang
ditimbulkan dari bahan-bahan kimia. Disamping pengetahuan yang baik tentang
sifat bahaya bahan kimia, maka pengetahuan tentang alat-alat keselamatan adalah
sesuatu hal yang mutlak.
Bekerja di laboratorium mempunyai resiko yang berbahaya bagi yang
bekerja. Untuk meminimalisir (zero accident) kecelakaan di laboratorium maka
para pekerja laboratorium haruslah mengetahui sumber-sumber bahaya, simbol-
simbol tanda bahaya dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja.
Laboratorium yang baik haruslah mempunyai keselamatan kerja yang harus
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sesuai jenis laboratoriumnya
(kimia, fisika, biologi, laboratorium terapan, dan lain-lain).
Alat-alat keselamatan laboratorium meliputi: jas laboratorium, sarung
tangan, pelindung mata dan muka, kran pencuci mata, alat pernapasan, alat
pemadam kebakaran, selimut api, tangga, karet penghisap, dan tanda peringatan
keselamatan.

Bab 4. Bahan Kimia Berbahaya


Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, walaupun bahaya tersebut
mungkin terjadi karena penanganan yang salah. Orang yang bekerja di
laboratorium harus sudah memahami alat-alat keselamatan laboratorium dan
selalu menggunakan sarung tangan (gloves) serta selalu mengambil cairan dengan
pipet bulp. Efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia diklasifikasikan
sebagai berikut: bahan yang segera melukai kulit, bahan yang diserap kulit,
timbunan racun dalam tubuh, gas dan cairan yang mudah terbakar, debu dan asap,
bahan radioaktif, peroksida dari eter, PVC (Polivinyl Chloride), asam perklorat,
gas beracun dan iritan.
Bahan yang menyebabkan iritan sekaligus beracun sangat banyak
termasuk uap asam dan basa pekat seperti asam klorida, asam fluoride, asam
nitrat, sulfur klorida dan bromine.

5
Bab 5. Interaksi Zat Beracun dengan Tubuh
Racun (toxixant) adalah semua bahan-bahan/senyawa yang mampu
menyebabkan atau memberikan respon kerusakan pada sistem biologis. Semua
bahan adalah beracun dan tidak ada bahan yang tidak beracun. Hanya ukuran
(dosis) yang membuat suatu bahan tidak beracun. Dengan demikian sifat racun
tidak alami tetapi ditentukan oleh jumlah. Dengan perkataan lain segala sesuatu
yang berlebihan dalam tubuh akan menjadi racun. Racun masuk dalam tubuh
melalui tiga cara yaitu pernapasan (inhalasi), mulut dan kulit yang dibawa oleh
peredaran darah.
Respon tubuh terhadap racun adalah sebagai berikut: berubah dari keadaan
normal yang dapat secara molekuler, selular, organ atau suatu sitem organ; local
dan sistemik; dapat bersifat reversibel dan irreversibel; satu tahap atau bertahap.
Ukuran (dosis) adalah jumlah bahan yang masuk dalam tubuh (mgr
bahan/kg badan) yang tergantung pada konsentrasinya di lingkungan, sifat dari
bahan beracunnya, frekuensi memasuki tubuh, durasinya dalam tubuh, cara
masuknya dalam tubuh.
Keracunan dapat bersifat cepat, tetapi dapat juga terjadi beberapa saat
kemudian. Contoh bahan kimia yang langsung menyebabkan keracunan adalah
metil bromide (CH3Br) yang masuk dalam tubuh.

Bab 6. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) secara harfiah didefinisikan
sebagai tindakan yang diberikan/dilakukan oleh orang yang terlatih atau
memahami seluk beluk anatomi kesehatan dasar. Kemampuan dasar ini dapat
diperoleh melalui pendidikan umum formal, pelatihan atau pengalaman.
Pertolongan pertama berarti adalah tindakan awal yang dilakukan sebelum dibawa
ke fasilitas kesehatan yang lebih baik. P3K tertujuan agar cidera yang timbul tidak
lebih parah, menghentikan pendarahan, mencegah nyeri dan menjamin fungsi
saluran pernapasan, sehingga korban terselamatkan dari bahaya yang lebih fatal
secara maksimal. Kadang-kadang korban tidak hanya mengalami satu jenis
trauma tetapi kompleks sehingga si penolong diharuskan mampu member
pertolongan sesuai dengan perioritas yang mengancam jiwa korban.

6
Laboratorium adalah tempat melakukan aktivitas baik percobaan
(praktikum) maupun penelitian yang menggunakan berbagai bahan kimia dan
peralatan yang dapat menimbulkan kecelakaan bila pelaku tidak bekerja dengan
baik (sesuai aturan). Bekerja di laboratorium tidak boleh sendirian. Pokok-pokok
utama P3K adalah sebagai berikut: bila terjadi kecelakaan diharapkan tidak panic
(tenang); hal pertama yang diperhatikan adalah pernapasan, bila korban berhenti
bernapas segera lakukan napas buatan; bila terjadi pendarahan segera hentikan;
perhatikan tanda-tanda shock; jangan memindahkan korban secara terburu-buru.

Bab 7. Pengelolaan Limbah Laboratorium


Berdasarkan definisi BAPPEDAL, limbah atau bahan beracun dan
berbahaya (B3) adalah setiap sisa bahan suatu kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity, flammability dan corosivity),
konsentrasi atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan atau membahayakan kesehatan manusia. Jika
limbah B3 tidak ditangani secara benar, maka komponen yang terdapat pada
limbah tersebut yang berpotensi mencemari lingkungan akan terlepas ke udara,
badan air atau lahan tertentu (tanah).
Efek pencemaran lahan atau tanah terutama akan terjadi remediasi
senyawa-senyawa organik dan anorganik (logam-logam berat) yang dapat
meresep jauh dari sumber pencemar. Penanganan tidak benar tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut: pelepasan limbah tanpa pengelolahan terlebuh dahulu,
penimbunan limbah melewati waktu yang ditentukan (direkomendasi), kolam
lumpur tanpa pengendalian, pembakaran limbah untuk bahan bakar maupun untuk
tujuan memusnahkan tanpa adanya pengendalian polusi udara, penimbunan pada
drum-drum yang berkarat dan selanjutnya akan bocor.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Buku Utama


1. Kelebihan Buku
Kelebihan dalam buku utama ini adalah sebagai berikut:
a. Sampul Buku
Ditinjau dari sampul buku yang sangat menarik karena tampilannya
berwarna dan mencerminkan sebuah laboratorium. Sampul yang
didesign berkualitas karena tahan air, jilidnya keras dan menyatu.
b. Design Halaman
Berdasarkan design halaman sederhana dan konsisten, tampilan
huruf, dan ukuran huruf dapat dibaca dengan jelas.
c. Bahasa
Berdasarkan bahasa yang digunakan mudah untuk dimengerti dan
dari segi tulisan sudah sesuai dengan aturan penulisan misalnya
bahasa asing harus ditulis miring.
d. Sitematika Penulisan
Pada awal bab terdapat pendahuluan yang mempermudah pembaca
memahami isi dari setiap bab. Pada bagian isi, dipaparkan sangat
singkat dan jelas. Pada akhir bab, terdapat soal-soal latihan yang
dapat dikerjakan pembaca sebagai penambah wawasan.

2. Kelemahan Buku
Kelemahan dalam buku utama ini adalah sebagai berikut:
a. Tidak terdapat ringkasan atau rangkuman pada setiap bab.
b. Pada bab pertama yaitu manajemen operasional laboratorium tidak
dilengkapi dengan struktur organisasi laboratorium.
c. Terdapat beberapa keselahan pengetikan pada beberapa kata
seperti: eksplosip pada halaman 10 seharusnya eksplosif atau
eksplosive; dan ammability pada halaman 45 seharusnya
flammability.

8
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa buku utama
secara umum sudah baik. Namun, ada beberapa bagian yang telah
dipaparkan pada bagian kelemahan buku yang harus diperbaiki.

3.2 Saran
Untuk mendapatkan sumber yang lebih lengkap, para pembaca dapat
mengunjungi sumber yang kami gunakan dalam pembuatan Critical Book Report
ini yang tertera pada Daftar Pustaka.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, M dan Ani Sutiani., (2013), Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium


Kimia, Graha Ilmu, Yogyakarta.

10
BUKTI CRITICAL BOOK

11

Anda mungkin juga menyukai