AYU Y. MANAFE
NOVIE H. MANONGGA
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Biosafety dan biosecurity merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya
mempunyai tujuan untuk menjamin keamanan dari bahaya biologis. Tetapi meski tujuannya
sama biosecurity dan biosafety merupakan dua hal yang berbeda. Biosecurity adalah usaha
untuk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen
penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam
daerah tersebut. Sedangkan biosafety adalah usaha yang dilakukan agar orang yang bekerja
dengan bahan biologi berbahaya terlindungi dari bahan bahaya bahan biologi yang
ditanganinya. WHO menyatakan bahwa biosafety laboratorium adalah prinsip penyimpanan,
teknologi dan praktek yang dilaksanakan dalam rangka melindungi pekerja laboratorium dari
paparan bahanbahan berbahaya potensial (patogen & toksin) serta tidak mencemari
lingkungan sekitarnya. Sedangkan, biosecurity laboratorium adalah upaya perlindungan
perorangan dan institusi (laboratorium) terhadap usaha pencurian, penyalahgunaan,
pengalihan, pelepasan dengan sengaja dari bahan biologi berbahaya (patogen & toksin) dan
sabotage. Upaya biosecurity laboratorium dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan
potensi yang dapat menimbulkan lepasn ya atau pengalihan bahan infeksius kepada
pihakpihak yang tidak bertanggunglawab melalui pencurian, penyalahgunaan dan sabotage.
Dengan melakukan risk assessment terhadap laboratorium-laboratorium dapat diketahui
seberapa jauh laboratorium-laboratorium tersebut telah menerapkan upaya biosecurity
laboratorium (Halim, 2010).
1.2 TUJUAN
Mengetahui penerapan biosafety dan biosecurity di Laboratorium Fisika Fakultas Sains dan
Teknik
BAB II
PEMBAHASAN
Laboratorium Fisika Fakultas Sains dan Teknik UNDANA merupakan salah satu tempat yang
dijadikan lokasi survey mengenai penerapan biosafety dan biosecurity pada laboratorium.
Laboratorium fisika memiliki 4 laboratorium, yaitu fisika dasar, elektronika dasar,
eksperimen dan ……
Kecelakaan karena bahan kimia di laboratorium sangat mungkin terjadi apabila eksperimen
dilakukan oleh pengguna laboratorium yang kurang pemahaman dan pengalaman serta tidak
mengetahui bahaya atau risiko terkait bahan kimia yang digunakan di laboratorium. Bahkan
pengguna laboratorium yang sudah sangat berpengalaman pun juga berisiko terhadap
terjadinya kecelakaan, jika mereka salah dalam mengikuti petunjuk keamanaan selama
bekerja dengan bahan-bahan yang berbahaya (Olewski dan Snakard, 2017). ngatan
Menggunakan Simbol Pencegahan Bahaya Meskipun ada bahaya yang terkait dengan
pekerjaan laboratorium, potensi bahaya dapat dikurangi dengan memberlakukan sistem
penanganan dan pengelolaan yang aman. Kecelakaan terkait bahan kimia kebanyakan terjadi
karena pengabaian tindakan pencegahan atau tidak adanya simbol kehati-hatian pada bahan
tersebut (Su dan Hsu, 2008). Jadi untuk menarik perhatian pengguna serta sarana untuk
mengklasifikasikan bahan kimia, masingmasing bahan kimia harus diberi label dengan
simbol pencegahan bahaya yang menunjukkan fiturnya. Simbol-simbol ini (mudah terbakar,
korosif, mengiritasi, berbahaya bagi lingkungan, radioaktif, pengoksidasi, toksik atau
berbahaya) mencakup berbagai warna dan gambar yang dirancang untuk memberi tahu
pengguna tentang fitur bahan kimia (United Nations, 2017). Simbol pencegahan bahaya dan
risiko ini harus diketahui oleh semua orang yang masuk laboratorium. Pemahaman terhadap
makna dari simbol pencegahan bahaya akan membantu penggunaan bahan kimia secara
aman. Tanda dan simbol pencegahan bahaya adalah alat komunikasi keselamatan yang
penting, mereka membantu untuk menunjukkan berbagai bahaya yang ada di laboratorium.
Pada saat yang sama, mereka memperingatkan praktikan agar selalu waspada terhadap
bahaya tersebut dengan memberikan informasi dan instruksi keselamatan yang dibutuhkan.
Namun hal ini berbeda dengan kenyataan yang ditemui di laboratorium fisika. Dimana tidak
terdapat satupun tanda bahaya yang dipasang/ditempel pada tembok di laboratorium. Bahkan
tidak terdapat aturan/SOP yang seharusnya terdapat pada setiap laboratorium sebagai
pengingat bagi praktikan yang akan menggunakan laboratorium. Di Laboratorium fisika juga
tidak terdapat jalur evakuasi. Berdasarkan hasil wawancara, narasumber mengatakan bahwa
kemungkinan terjadi kecelakaan seperti kebakaran saat praktikum sangat kecil karena alat
praktikum yang digunakan bertegangan kecil sehingga tidak mungkin menimbulkan bahaya
seperti kebakaran, bahkan tabung hydrant hanya ada 1 dan disimpan di ruang dosen. Selain
itu mengenai SOP, menurut narasumber sudah terdapat pada modul masing-masing praktikan
yang wajib dibawa saat akan melakukan praktikum.
Dari hasil pengamatan, alat-alat praktikum tidak disimpan dengan baik dan tidak
dilakukan pemisahan penyimpanan setiap alat. Terlihat alat yang disimpan di lemari tidak
tertata rapi. Menurut hasil wawancara, memang tidak dilakukan pemisahan penyimpanan
alat. Setiap alat disimpan berdasarkan materi praktikum. Juga diamati ruang laboratorium
yang tidak bersih dan hanya terdapat 1 tempat sampah yang berada di luar ruangan
laboratorium.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Daftar Pustaka
Halim FSX. 2010. Mengapa Biosecurity Menjadi Penting pada Laboratorium Penyakit
Infeksi?. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No. 4, 2010: 175 – 184.
Manuaba IBAP. 2016. Prosedur Penggunaan Alat Perlindungan Diri dan Biosafety Level
1 dan 2. E- Issn: 2503-3638, Ism Vol. 6 No.1, Mei-Agustus, Hal 117-123.
Olewski T dan Snakard M. 2017. Challenges in applying process safety management at
university laboratories. Journal of Loss Prevention in the Process Industries 49 (2017)
209e214.
Su TS dan Hsu IY, 2008. Perception towards Chemical Labeling for College Students in
Taiwan using Globally Harmonized System. Safety Sci., 46(9): 1385-1392.
United Nations. 2017. Globally Harmonized System of Classification and Labelling of
Chemicals (GHS), 7th revision edition. New York and Geneva.