Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI DAN TERAPI

ETIKET DAN KEMASAN OBAT DOSIS SATUAN & MULTIDOSIS

KELOMPOK IB

PRASELIA TAFUI 1609010007

THERESIA O. BARA 1609010009

CHRISTIN D. DE JESUS 1609010019

SATRIA M. NDOLU 1609010035

ANJELINA LIDIA BOUK 1609010045

BRITO A. MAGELHAES 1609010053

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang dokter hewan harus membaca dan mengartikan informasi yang ada pada etiket
agar dapat mempersiapkan, memberikan dan meyimpan obat dengan benar dan aman. Pada
umumnya ada dua jenis etiket obat, etiket yang berisi informasi terperinci, dan etiket yang
terbatas pada hal-hal khusus.
Etiket yang berisi informasi terperinci umumnya ditemukan pada obat-obat yang dibuat
dalam bentuk kering (serbuk) dan harus dilarutkan kembali atau diencerkan oleh peracik
obat/dokter hewan yg bertindak sebagai pembuat obat sebelum diberikan kepada owner utk
hewan peliharaan. Informasi yang dapat ditemukan dalam jenis etiket ini adalah:
a. Nomor NDC (National Drug Code) : yang dipakai oleh ahli obat untuk mengenal obat
dan cara pengemasannya, ex: NDC 71-771-65
b. Jumlah obat dalam wadah : berada pada bagian atas etiket disebelah kiri, ex : 100 tablet,
1000 mL
c. Nama dagang/ merek dagang/ nama pemilik pembuat obat : diketahui melalui sumbol
® yang mengikuti nama itu. Nama dagang ditulis dengan huruf besar pada etiket/
diawali huruf besar, ex : Monicid ®
d. Nama generik : nama yg diterima secara resmi seperti yang tercantum dalam USP (The
United States Pharmacopenia) dan NF (The National Formulary). Nama generic tidak
ditulis dengan huruf besar. Ex: ceftazidim didistribusikan sebagai Ceptaz, Fortaz
e. Kekuatan obat : ditulis dalam berat metric, obat cair dinyatakan sebagai larutan obat
dalam pelarut, ex: digoksin 125 mg
f. Bentuk obat: jenis preparat dalam wadah obat, ex : tablet, kapsul, suspense, dll
g. Dosis biasa: berapa banyak obat yang diberikan pada sekali pemakaian atau selama
periode 24 jam, ex: pada manusia 1-2 sendok teh setiap 4 jam, 1 tablet/ hari
h. Cara pemberian: oral, parenteral/ topical
i. Penyimpanan : keadaan yang diperlukan untuk melindungi obat dari kehilangan
potensinya (efektifitasnya). Beberapa obat berada dalam bentuk kering dan harus
dilarutkan, dengan demikian obat itu dapat disimpan dalam suatu kondisi pada keadaan
kering dan setelah dilarutkan
j. Petunjuk persiapan obat : obat dalam bentuk serbuk dan harus dilarutkanm jumlah dan
jenis cairan yang digunakan untuk melarutkan obat dan larutan hasil akan disebutkkan
oleh pabrik pembuatnya. Ex: encerkan serbuk dengan2 mL air steril untuk suntikan
guna membuat 50 mg/mL
k. Tanggal kadaluarsa: obat tidak dapat digunakan setelah tanggal terakhir dari bulan
tersebut
l. Tindakan pencegahan : petunjuk khusus yang berhubungan dengan keamanan,
efektivitas atau pemberian obat yang harus diperhatikan dan diikuti
m. Nama pabrik pembuat: setiap pertanyaan obat dapat dialamatkan ke pabrik pembuatnya
n. Nomor lot : menunjukkan jumlah obat asal stok
o. Bahan tambahan: Informasi ini dapat ditemukan pada etiket atau dalam kepustakaan
yang menyertai obat itu
Etiket yang berbatas pada hal-hal khusus diberikan dalam bentuk kemasan obat tersebut,
bentuknya padat dan cair. Informasi yang khas pada etiket ini adalah; nomor NDC, jumlah total
obat dalam wadah, nama dagang dan generic, kekuatan dan bentuk obat, nama pabrik obar,
tanggal kadaluarsa dan nomor lot.
Tiap dosis secara tersendiri dibungkus dan diberi etiket. Baik kemasan dosis-satuan /
multidosis perlu dilakukan pemeriksaan etiket ulang sebanyak tiga kali untuk menghitung
jumlah obat yang diperlukan. Obat dosis-satuan tersedia dengan kekuatan berbeda, dan selalu
ada kemungkinan salah bila obat dipesan dengan nama dagang dan bukan nama generiknya.
Pasien yang diresepkan menerima persediaan obat dalam jumlah besar biasanya menggunakan
kemasan multidosis, syaratnya drh harus mengetahui kekuatan tiap dosis, kelebihannya
mengurangi beban kerja tetapi memerlukan lebih banyak waktu untuk perawatan dan
kemungkinan terjadi kesalahan meningkat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui informasi yang terdapat pada etiket obat
2. Untuk dapat mengetahui kemasan dosis satuan dan multidosis
3. Untuk dapat memerinci informasi informasi yang tertera pada kemasan etiket obat
4. Untuk dapat memerinci bahan aktif dan bahan tambahan dalam obat
5. Untuk dapat menjelaskan tujuan penggunaan bahan tambahan dalam obat
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Acara 1
1. Obat tetes telinga erlamycetin chloramphenicol
- Nomor NDC : DKL7206308448A1
- Jumlah obat dalam wadah : 10 ml
- Nama dagang : tetes telinga erlamycetin chloramphenicol
- Nama generik : chloramphenicol
- Kekuatan obat : -
- Bentuk obat : cair
- Dosis biasa : teteskan sebanyak 2-3 tetes, 3 kali sehari
- Cara pemberian : topikal
- Penyimpanan : simpan pada suhu 15-25o C, terlindung dari cahaya
- Petunjuk persiapan obat : -
- Tanggal kadaluarsa : agustus 2018
- Tindakan pencegahan : -
- Nama pabrik pembuat: Erela, Semarang-Indonesia
- Nomor lot : -
- Bahan tambahan : -
2. Obat pyrantel
- Nomor NDC : GTL9917106310A1
- Jumlah obat dalam wadah : 4 tablet
- Nama dagang : pyrantel
- Nama generik : pyrantel pamoat
- Kekuatan obat : 125 mg
- Bentuk obat : tablet
- Dosis biasa : untuk satu kali pengobatan : umur 2-6 tahun minum 1-2 tablet,
umur 6-12 tahun minum 2-3 tablet, dan umur >12 tahun minum 3-4 tablet.
- Cara pemberian : oral
- Penyimpanan : simpan pada suhu dibawah 30oC dan terlindung dari cahaya
- Petunjuk persiapan obat : -
- Tanggal kadaluarsa : 03 2018
- Tindakan pencegahan :
 Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi hati
 Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun karena keamanan
penggunaannya belum banyak diketahui
 Sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil karena keamanan
penggunaan pada wanita hamil belum diteliti.
- Nama pabrik pembuat: Holi Pharma Bandung-Indonesia
- Nomor Batch : 1503131
- Bahan tambahan : -
3. Obat tetes telinga forumen docusate sodium
- Nomor NDC : DBL0422239748A1
- Jumlah obat dalam wadah : 10 ml larutan tetes telinga
- Nama dagang : Forumen Ear Drops
- Nama generic : natrium dokusat
- Kekuatan obat : 5 mg
- Bentuk obat : Cair
- Dosis biasa : Gunakan tetes telinga secukupya kedalam telinga yang cukup kotor
tidak lebih dari dua malam berturut-turut
- Cara pemberian : Topikal
- Peyimpanan : Simpan pada suhu dibawah 25˚C
- Petunjuk persiapan obat : -
- Tanggal kadaluarsa : 13 Desember 2019
- Tindakan penncegahan : -
- Nama pabrik pembuat : PT. SANBE FARMA
- Nomor batch : WF1648
- Bahan tambahan : -

4. Ranitidin
- Nomor NDC : GKL0608513443A1
- Jumlah obat dalam wadah : 2 ml 10 ampul
- Nama dagang : ranitidin
- Nama generik : ranitidin HCL
- Kekuatan obat : 25 mg
- Bentuk obat : injeksi
- Dosis biasa : -
- Cara pemberian : injeksi intramuskular atau intravena
- Penyimpanan : disimpan pada suhu 4-25o C dan terlindung dari cahaya
- Petunjuk persiapan obat : -
- Tanggal kadaluarsa : 11 2017
- Tindakan pencegahan : -
- Nama pabrik pembuat: PT. HEXPHARM JAYA, CIPANAS-INDONESIA
- Nomor batch : 411039
- Bahan tambahan : -
5. Cetirizine
- Nomor NDC : GKL0408511617A1
- Jumlah obat dalam wadah : 10 tablet
- Nama dagang : Cetirizine tablet salut selaput
- Nama generik : cetirizine di-HCL
- Kekuatan obat : 10 mg
- Bentuk obat : Tablet
- Dosis biasa :
 Dewasa dan anak usia diatas 12 tahun : 1 tablet 10 mg, 1 kali sehari
 Penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal : ½ tablet sehari
- Cara pemberian : oral
- Penyimpanan : simpan pada suhu dibawah 30o C, terlindung dari cahaya
- Petunjuk persiapan obat : -
- Tanggal kadaluarsa : -
- Tindakan pencegahan : penelitian terhadap sukarelawan yang sehat pada 20 dan
25 mg/hari tidak menunjukkan pengaruh pada kewaspadaan atau waktu reaksi,
akan tetapi penderita disarankan tidak menggunakan melebihi dosis yang
dianjurkan jika mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.
Penggunaan pada kehamilan : pada keadaan hamil cetirizine hanya sedikit atau
tidak digunakan sama sekali.
- Nama pabrik pembuat: HEXPHARM JAYA, BEKASI-INDONESIA
- Nomor lot : -
- Bahan tambahan : -
6. Vosea
- Nomor NDC : - DKL9531104710A1 (Dus)
- DKL0331108237A1 (Botol)
- Jumlah obat dalam wadah : - Dus 10 strip @10 tablet
- Botol 300 ml
- Nama dagang : Vosea
- Nama generic : metoclopramide HCL
- Kekuatan obat : tablet 10 mg ; sirup 5 mg
- Bentuk obat : Tablet dan sirup
- Dosis biasa :
 Tablet :
- Dewasa = 3× sehari, 1/2 -1 tablet
- Anak-anak = Maks, 0,5mg/kgBB sehari dibagi dalam 3 dosis
- Anak <6 tahun = Maks, 0,1mg/kgBB, dosis tunggal
 Sirup
- Dewasa = 3× sehari, 1-2 sendok takar
- Anak-anak = Maks, 0,5mg/kgBB sehari dalam dosis terbagi
Diberikan 30 menit sebelum makan dan atau sebelum tidur.
1 sendok takar = 5 ml
- Cara pemberian : Oral
- Peyimpanan : Simpan di tempat yangb sejuk (15-25) dan kering
- Petunjuk persiapan obat : -
- Tanggal kadaluarsa : -
- Tindakan penncegahan :
 Hati-hati pada wanita hamil da menyusui karea efektivitas dan keamananya
belum diketahui dengan pasti.
 Penderita yang hipersensitif terhadap procain dan procainamide kemungkinan
hipersensitif terhadap obat ini
 Dosis harap dikurangi pada penderita dengan gangguan renal karena dapat
meningkatkan gejala ekstrapiramidal.
 Sebaiknya obat ini jangan diberikan bersama-sama dengan obat golongan
fenotiasin dimana akan timbul ekstrapiramidal.
 Hati-hati bila diberikan pada penderita lanjut usia dan anak kecil.
 Tidak dianjurkan untuk menjalankan mesin atau kendaraan bermotor selama
menggunakan obat ini.
 Penggunaan pada pasien dengan gangguan mental (depresi), jika telah
dipertimbangkan rasio antara manfaat resikonya.

- Nama pabrik pembuat : PT. GRAHA FARMA


- Nomor lot : -
- Bahan tambahan : -

7. Ivomec super
- Nomor NDC : I04022717 PKC
- Jumlah obat dalam wadah : 50 ml
- Nama dagang : ivomec super untuk sapi dan domba
- Nama generik : ivermectin
- Kekuatan obat : 1 ml/50 kg berat hidup untuk sapi dan 0,5ml/25 kg untuk domba
- Bentuk obat : cair
- Dosis biasa : 1 ml/50 kg BB
- Cara pemberian : suntikan subcutan
- Penyimpanan : hindarkan dari sinar matahari langsung. Penyimpanan pada
temperatur dibawah 25o C.
- Petunjuk persiapan obat : pilih dosis sesuai dengan berat badan
- Tanggal kadaluarsa : -
- Tindakan pencegahan :
 Sapi dan domba tidak boleh diberi pengobatan 28 hari sebelum dipotong
untuk daging konsumsi
 Sapi dan domba yang susunya diambil untuk konsumsi tidak boleh
dilakukan pengobatan 28 hari sebelum dan selama berproduksi.
 Produk ini tidak untuk digunakan intramuskular atau intravena.
 Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
- Nama pabrik pembuat: Merck Sharp dan Dohme B. V
- Nomor lot : -
- Bahan tambahan : clorsulon
2. - obat dengan etiket informasi terperinci : ivomec super dan pyrantel.
- Obat dengan etiket informasi khusus : Obat tetes telinga erlamycetin chloramphenicol,
Obat tetes telinga forumen docusate sodium, Ranitidin, Cetirizine, dan Vosea.
3. Obat etiket dengan informasi terperinci : obat antimo dimenhydrinate tablet, fardantin
nitrofurantoin, ivermectin, dan obat sirup batuk Sanadryl Dmp
4. Obat etiket dengan informasi khusus : obat diare entrostop, gusanex, vitamin B Complex tab
IPI, dan injeksi vitamin Bkompleks pada hewan

B. Acara 2

Gambar Kemasan Dosis Cara Bahan Ciri Khusus


Satuan Penggunaanya Pembuatnya

Pemberian Diteteskan pada Kaca Wadah berbentuk


topical/tetes telinga dengan botol dan disertai
(Wadah satuan menekan pipet adanya pipet tetes.
ganda) Dan
penyimpanannya
dapat diambil

Foramen beberapa kali

Pemberian Patah leher Kaca Berbentuk silindris


parenteral ampul dan dan digunakan dalam
(ampul) kemudian satu kali injeksi
(wadah dosis masukan jarum
tunggal) kedalam ampul
melalui daerah
Ranitidine patahan
Pemberian oral Kemasan dibuka Kertas Produk obat harus
(wadah satuan dengan timah digunakan setelah
tunggal) menyobek ujung kemasan dibuka.
kertas
menggunakan
tangan
C. Acara 3
1. Peraturan Permentan No. 74/tahun 2007 dimaksudkan sebagai dasar Pelaksanaan
pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawas terhadap pelaku usaha dalam
penyediaan, pembuatan, peredaran, dan pemakaian obat hewan, dengan tujuan agar
obat hewan yang beredar dalam masyarakat terjaga khasiat, mutu, dan keamananya,
terdaftar, dan tepat dalam pemakaiannya.
2. Ketentuan umum yang dimaksudkan dalam Permentan N0 74/tahun 2007 adalah :
1. Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai untuk hewan.
2. Pembuatan adalah proses kegiatan pengolahan, pencampuran dan pengubahan
bentuk bahan baku obat hewan menjadi obat hewan.
3. Penyediaan adalah proses kegiatan pengadaan dan/atau pemilikan dan/atau
penguasaan dan/atau penyimpanan obat hewan disuatu tempat atau ruangan
dengan maksud untuk diedarkan.
4. Peredaran adalah proses kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan,
pengangkutan dan penyerahan obat hewan.
5. Pengawas obat Hewan adalah Pegawai Negeri Sipil berijazah dokter hewan yang
diberi tugas dan kewenangan untuk melakukan pengawasan obat hewan.
6. Kepala Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan.
3. Pengawasan obat hewan dilakukan terhadap Produsen, Importir/Ekspotir,
Distributor, Pengemas Ulang Obat Hewan (Repacking), Pemakai atau Pencampur
obat hewan dalam pakan ternak (Feed Mill), Depo Obat Hewan, Toko Obat
Hewan.
4. Pengawas obat hewan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di lingkungan instansi yang
membidangi fungsi kesehatan hewan paling kurang 1 (satu) tahun;
b. Berijazah dokter hewan;
c. Telah mengikuti pelatihan pengawas obat hewan yang dibuktikan dengan
sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
d. Tidak berafiliasi atau konflik kepentingan dengan usaha di bidang obat hewan.
5. Pengawas obat hewan terdiri atas pengawas obat hewan pusat, pengawas obat hewan
provinsi dan pengawasan obat hewan kabupaten/kota. Tugas dan wewenang
pengawas obat hewan antara lain adalah sebagai beriukut :
(1) Pengawas obat hewan pusat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap:
a. dipenuhinya ketentuan di bidang perizinan usaha ditingkat produsen, importir,
pengemasan ulang obat hewan (repacking), dan eksportir;
b. dipenuhinya ketentuan tentang Cara Pembuatan Obat Hewan Yang Baik
(CPOHB);
c. dipenuhinya ketentuan mengenai pendaftaran obat hewan;
d. dipenuhinya persyaratan teknis sarana dan tempat penyimpanan di tingkat
produsen, importir, pengemasan ulang obat hewan (repacking) dan eksportir;
e. dipenuhinya ketentuan tentang pencampuran obat hewan dalam pakan ternak
(Feedmill);
f. pelaksanaan pemusnahan obat hewan;
(2) Pengawas obat hewan provinsi mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap:
a. dipenuhinya persyaratan di bidang perizinan usaha di tingkat distributor;
b. dipenuhinya persyaratan teknis sarana dan tempat penyimpanan di tingkat
distributor;
c. dipenuhinya persyaratan teknis alat angkut dan cara pengangkutannya;
d. pelaksanaan pemusnahan obatan hewan.
(3) Pengawas obat hewan kabupaten/kota mempunyai tugas melakukan pengawasan
terhadap:
a. dipenuhinya persyaratan di bidang perizinan usaha di tingkat depo dan toko;
b. dipenuhinya persyaratan teknis sarana dan tempat penyimpanan ditingkat depo
dan toko;
c. dipenuhinya ketentuan mengenai pemakaian, dan pencampuran obat hewan
dalam pakan di tingkat peternak di kabupaten/kota;
d. pelaksanaan pemusnahan obat hewan.
Dalam melaksanakan tugas, Pengawas Obat Hewan mempunyai kewenangan:
a. memasuki lokasi dan tempat pembuatan, penyimpanan, penyediaan, peredaran,
pemakaian, dan pemusnahan obat hewan;
b. memeriksa dokumen perizinan dan dokumen administrasi pendukung lainnya
ditingkat produsen dan pengedar termasuk sertifikat pendaftaran obat hewan;
c. mengambil sampel obat hewan untuk dilakukan uji mutu serta pemeriksaan
lainnya sesuai dengan persyaratan obat hewan;
d. mengambil contoh kemasan, wadah, label, etiket dan brosur;
e. mengusulkan pencabutan nomor pendaftaran, pemberhentian dan atau obat
hewan yang rusak, ilegal, dan palsu kepada Menteri Pertanian melalui
Direktorat Jenderal Peternakan.
Apabila dalam pengawasan ditemukan pelanggaran, setiap Pengawas Obat Hewan
mempunyai kewenangan melaksanakan:
a. penghentian sementara pembuatan obat hewan;
b. larangan sementara peredaran obat hewan;
c. pengusulan penarikan obat hewan dari peredaran;
d. penghentian sementara pemakaian serta pencampuran obat hewan yang tidak
sesuai dengan ketentuan.
6. (1) Hasil pengawasan berdasarkan obyek pengawasan dan tugas pengawasan,
dilaporkan oleh pengawas obat hewan secara berkala setiap 6 (enam) bulan, atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan yang disampaikan kepada pimpinan unit kerja
masing-masing. Laporan paling kurang memuat:
a. perizinan usaha dan nomor pendaftaran obat hewan;
b. jumlah, jenis dan mutu obat hewan yang beredar;
c. situasi peredaran obat hewan di wilayah, dampak penggunaan obat hewan dan
permasalahannya.
(2) Pengawas obat hewan kabupaten/kota, menyampaikan laporan hasil pengawasan
kepada Bupati/Walikota melalui Kepaka Dinas kabupaten/kota.
(3) Berdasarkan laporan Kepala Dinas kabupaten/kota menyampaikan laporan kepada
Kepala Dinas provinsi
(4) Pengawas obat hewan provinsi menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
Gubernur melalui Kepala Dinas provinsi.
(5) Berdasarkan laporan Kepala Dinas provinsi menyampaikan laporan kepada
Gubernur dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
(6) Pengawas obat hewan pusat menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan.
7. Ketentuan dan sanksi yang diberikan kepada pembuat, pemasok dan atau distribusi
obat tersebut bila ditemukan adanya pelanggaran:
(1) Apabila hasil pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawas obat hewan
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan ini, Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota berwenang mengambil tindakan administratif;
(2) Tindakan administratif dapat berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan melakukan produksi dan/atau pemasukan dan/atau mengedarkan untuk
sementara waktu dan/atau perintah menarik obat hewan dari peredaran;
c. penghentian peredaran untuk sementara waktu;
d. perintah pemusnahan obat hewan jika terbukti tidak sesuai dengan persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis yang ditetapkan;
e. rekomendasi pencabutan izin usaha;
f. pencabutan izin usaha;
g. pencabutan nomor pendaftaran.
(3) Pengenaan tindakan administratif dilaksanakan berdasarkan tingkat resiko yang
diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan.
(4) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b,
c, f dan g dilakukan oleh Menteri Pertanian
(5) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b,
d, e, dan f dilakukan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(6) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
dilakukan oleh Gubernur.
8. Perbedaan sediaan biologik, farmasetik dan premiks :
a. Sediaan biologik dihasilkan melalui proses biologik pada hewan atau jaringan hewan
untuk menimbulkan kekebalan, mendiagnosa suatu penyakit atau menyembuhkan
penyakit dengan proses imunologik. Sediaan biologik terdiri antara lain vaksin,
serta (anti sera) dan bahan diagnostika biologik.
b. Sediaan farmasetik meliputi antara lain vitamin, hormon, antibiotika dan
kemoterapetika lainnya, obat antihistaminika, antipiretika, anestetika yang dipakai
berdasarkan daya kerja farmakologi.
c. Sediaan premiks meliputi imbuhan makanan hewan dan pelengkap makanan hewan
yang dicampurkan pada makanan hewan atau minuman hewan.
- Yang dimaksud pelengkap makanan hewan (feed supplement) adalah suatu zat
yang secara alami sudah terkandung dalam makanan hewan tetapi jumlahnya
perlu ditingkatkan melalui pemberian bersama makanan hewan, misalnya
vitamin, mineral dan asam amino.
- Yang dimaksud imbuhan makanan hewan (feed additive) adalah suatu zat yang
secara alami tidak terdapat pada makanan hewan dan tujuan pemakaiannya
terutama sebagai pemacu pertumbuhan. Suatu zat baru dapat dipergunakan
sebagai feed additive setelah melalui pengkajian ilmiah, misalnya antibiotika
tertentu, antara lain basitrasina, virginiamisina dan flavomisina.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa obat yang termasuk
etiket dengan informasi terperinci adalah ivomec super dan pyrantel dan Obat dengan etiket
informasi khusus adalah Obat tetes telinga erlamycetin chloramphenicol, Obat tetes telinga
forumen docusate sodium, Ranitidin, Cetirizine, dan Vosea.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG


PENGAWASAN OBAT HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG


OBAT HEWAN

Anda mungkin juga menyukai