Anda di halaman 1dari 13

MAWARIS

Dosen pengampuh : Bagus Ramadi SH. MH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9 PS 2 F

1. ELVY ZAHARA GULTOM / 0503192117


2. ISRUL SALEH SIREGAR / 0503192114
3. NOPRILLIA RAMADHANI SRAGIH / 0503193145

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYARIAH

T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirimkan sholawat dan salam kepada
baginda nabi besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu
agama Islam sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAWARIS” ini
dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan “MAWARIS”. Tak lupa penulis berterima kasih kepada
pembimbing mata kuliah Fiqih dan Ushul Fiqih atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini.Penulis berharap agar pembaca bisa memahami dan mengerti makalah akan isi
makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini,agar makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.

Medan, Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………4
B. Rumusa Masalah……………………………………………………………….4
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dalil Hukum…………………………………………………..5


B. Sebab –Sebab Terjadinya Warisan dan Penghalangnya………………………6
C. Ahli Waris Golongan Laki-laki dan Perempuan………………………………7
D. Ashab Al-furud dan Bagiannya serta Asabah…………………………………8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………12
B. Saran…………………………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...13

BAB I
3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diantara aturan yang mengatur hubungan sesame manusia yang ditetapkan Allah SWT
adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan pemilikan yang timbul sebagai akibat
dari suatu kematian. Harta yang ditinggalkan oleh seorang yang meninggal dunia
memerlukan pengaturan tentang siapa yang berhak menerimany, berapa jumlahnya, dan
bagaimana cara mendapatkannya. Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah
SWT melalui firman-Nya yang terdapat dalam surah an-nisa ayat 7, 8, 11, 12, dan 176.
Pada dasarnya ketentuan Allah SWT yang berkenaan dengan warisan telah jelas maksud,
arah dan tujuannya. Hukum kewarisan islam atau yang dikenal The Islamic Law of
Inheritance mempunyai karakteristik tersendiri jika dibandingkan dengan sistem hukum
lainnya. Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hukum kewarisan pada silam pada
zama penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis posisinya
dikalahkan oleh sistem kewarisan hukum adat. Pada masa itu diintrodusir teori persepsi
yang bertujuan untuk mengangkat hukum kewarisan adat dan menyisihkan penggunaan
hukum kewarisan islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mawaris ?
2. Apa saja macam-macam ahli waris dan bagian-bagiannya ?
3. Apa saja sebab terjadinya warisan serta penghalangnya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu mawaris
2. Untuk mengetahui macam ahli waris serta bagian-bagiannya
3. Untuk mengetahui sebab terjadinya warisan dan penghalangnya

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN DALIL HUKUM


Mawaris adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia, sedangkan
menurut istilah adalah ilmu yang mengetahui orang yang berhak menerima warisan dan
orang-orang yang tidak berhak menerimanya, bagian setiap ahli waris dan cara
pembagiannya. Ilmu mawaris disebut dengan faraid bentuk jamak dari faridah yang
artinya bagian tertentu atau ketentuan. Salah satu ayat al-qur’an yang menjelaskan
tentang mawaris yaitu terdapat dalam Q.S An-nisa : 11

‫ُيْو ِص ْيُك ُم ُهّٰللا ِفْٓي َاْو اَل ِد ُك ْم ِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُاْلْنَثَيْيِن ۚ َف ِاْن ُك َّن ِنَس ۤا ًء َف ْو َق اْثَنَتْيِن َفَلُهَّن ُثُلَث ا َم ا‬
‫َتَر َك ۚ َو ِاْن َكاَنْت َو اِح َد ًة َفَلَها الِّنْص ُف ۗ َو َاِلَبَو ْيِه ِلُك ِّل َو اِح ٍد ِّم ْنُهَم ا الُّس ُد ُس ِمَّم ا َتَر َك ِاْن َك اَن َلٗه‬
‫َو َلٌد ۚ َفِاْن َّلْم َيُك ْن َّلٗه َو َلٌد َّو َو ِر َثٓٗه َاَبٰو ُه َفُاِلِّمِه الُّثُلُث ۚ َفِاْن َك اَن َلٓٗه ِاْخ َو ٌة َفُاِلِّم ِه الُّس ُد ُس ِم ْۢن َبْع ِد‬
ۗ‫َو ِص َّيٍة ُّيْو ِص ْي ِبَهٓا َاْو َد ْيٍن ۗ ٰا َبۤا ُؤ ُك ْم َو َاْبَنۤا ُؤ ُك ْۚم اَل َتْد ُرْو َن َاُّيُهْم َاْقَر ُب َلُك ْم َنْفًعاۗ َفِر ْيَض ًة ِّم َن ِهّٰللا‬
‫ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع ِلْيًم ا َحِكْيًم ا‬
Artinya :Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua,
maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan)
itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk
kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia
(yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak
dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika
dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau
(dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha bijaksana.

5
Ayat ke 11 surah an nisa tersebut menjelaskan tentang
a) Bagian harta anak laki-laki dua kali lebih banyak dari bagian harta untuk anak
perempuan
b) Bagian harta warisan untuk seorang anak perempuan jika sendiri dan tidak ada
anak laki-laki adalah dari total harta warisan
c) Bagian harta warisan untuk anak perempuan jika dua orang atau lebih dan tidak
ada anak laki-laki adalah dari harta warisan
d) Bagian harta warisan untuk ayah dan ibu jika mayyit memiliki memiliki anak
adalah dari harta warisan
e) Bagian harta warisan untuk ibu jika si mayyit tidak memiliki anak adalah dari
total harta warisan
f) Sebelum dibagikan harta warisan terlebih dahulu di bayar hutang yang dimiliki
oleh si mayyit
Hukum pembagian faraid atau warisan adalah fardu/wajib.1
Warisan harus memiliki beberapa syarat, yaitu :
1. Orang yang mewariskan harta (muwarris) telah meninggal dunia.
2. Adanya harta warisan yang hendak diwarisi setelah disisakan penyelesaian janji-
janjinya seperti utang atau wasiat.
3. Ahli waris (waris) hidup ketika muwarris meninggal dunia.
4. Tidak ada penghalang memusakai.
B. SEBAB TERJADINYA WARISAN DAN PENGHALANGNYA
1. Sebab-sebab menndapat warisan
a. Adanya hubungan kekeluargaan (al-qarabah)
Hubungan kekeluargaan itu adalah orangtua kandung dengan anak-anaknya dan
kaum kerabat muwarris yang meninggal dunia baik laki-laki maupun wanita.
Hubungan ini ditekankan adanya pertalian darah dari muwarris yang meninggal
dunia.
b. Adanya hubungan perkawinan (al-mushaharah)

1
Nurhayati, M. Ag, Ali Imran Sinaga, M. Ag. Fiqih dan Ushul Fiqih. Medan: Prenada Media Group. 2016. h. 149

6
Hubungan perkawinan yang sah antara suami dan istri telah membuka
kesempatan untuk saling mewarisi harta jika salah seorang dari keduanya
meninggal dunia.
c. Adanya kegiatan seseorang memerdekakan orang lain dari perbudakan (al-wala’)
Terdapat dalam hadis Rasulullah yang artinya “Hubungan orang yang
memerdekakan hamba dengan hamba itu seperti hubungan keturunan dengan
keturunan, tidak bisa dijual, dan tidak bisa dihibahkan (diberikan.”
d. Adanya hubungan agama
Jika seorang muslim meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris seorang
pun, baik karena hubungan nasab dan kekerabatan, maupun pernikahan, maka
harta peninggalannya diserahkan ke baitulmal untuk kepentingan kaum muslimin.
2. Sebab-sebab penghalang menerima warisan :
a. Perbudakan.
b. Pembunuhan.
c. Kekafiran.
d. Anak hasil dari perzinaan.
C. AHLI WARIS DARI GOLONGAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Ahli waris adalah orang yang berhak menerima harta warisan dari pewaris yang telah
memenuhi rukun dan syaratnya.
1. Ahli waris dari golongan laki-laki
a. Anak laki-laki.
b. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu) dari pihak laki-laki.
c. Bapak.
d. Kakek dari pihak bapak, dan terus keatas pertalian yang belum putus dari pihak
bapak.
e. Saudara laki-laki seibu sebapak.
f. Saudara laki-laki sebapak saja.
g. Saudara laki-laki seibu saja.
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak.
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak saja.
j. Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak.

7
k. Saudara laki-laki bapak yang sebapak saja.
l. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak.
m. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak saja.
n. Suami.
o. Laki-laki yang memerdekakannya (mayat).
2. Ahli waris dari golongan perempuan
a. Anak perempuan.
b. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah, asal pertaliannya
dengan yang meninggal masih terus laki-laki.
c. Ibu.
d. Ibu dari bapak.
e. Ibu dari ibu terus keatas pihak ibu sebelum berselang laki0laki.
f. Saudara perempuan yang seibu sebapak.
g. Saudara perempuan yang sebapak.
h. Saudara perempuan yang seibu.
i. Istri.
j. Perempuan yang memerdekakan si mayat.
D. ASHAB AL-FURUD DAN BAGIANNYA SERTA ASABAH
Ashab al-furud adalah orang-orang yang berhak mendapat bagian tertentu dari harta
warisan yang ditinggalkan muwarris. Pembagiannya yaitu sebagai berikut :
1. Orang yang mendapat bagian ½ adalah :
a. Anak perempuan jika ia hanya sendiri, tidak bersama saudaranya.(Q.S an-
Nisa:11).
b. Anak perempuan dari anak laki-laki jika tidak ada anak perempuan.
c. Saudara perempuan yang seibu sebapak atau sebapak saja jika saudara perempuan
seibu sebapak tidak ada dan ia hanya seorang saja.
d. Suami jika istrinya yang meninggal tidak meninggalkan anak dan tidak pula ada
anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan (Q.S an-Nisa :12).
2. Orang yang mendapat bagian 1/3 adalah :

8
a. Ibu jika yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu, dan tidak pula
meninggalkan dua orang saudara baik laki-laki maupun perempuan, baik seibu
sebapak ataupun sebapak saja atau seibu saja (Q.S an-Nisa :11).
b. Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun
perempuan.
3. Orang yang mendapat bagian ¼ adalah :
a. Suami jika istrinya yang meninggal itu meninggalkan anak baik laki-laki maupun
perempuan, atau meninggalkan anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun
perempuan.
b. Istri(baik hanya satu ataupun lebih istri yang dipoligami) jika suami tidak
meninggalkan anak dan tidak pula anak dari anak laki-laki. Lalu, jika istri lebih
dari satu, ¼ itu dibagi rata diantara mereka masing-masing.
4. Orang yang mendapat bagian 1/6 adalah :
a. Ibu jika ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki, atau beserta dua saudara
atau lebih, baik saudara laki-laki maupun perempuan seibu sebapak atau seibu
saja (Q.S an-Nisa : 11).
b. Bapak si mayat jika yang meninggal mempunyai anak atau anak dari laki-laki
(Q.S an-Nisa :11).
c. Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak) jika ibu tidak ada.
d. Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki,(anak perempuan dari anak laki-laki).
e. Kakek, jika beserta anak atau anak dari anak laki-laki, sedangkan bapak tidak ada.
f. Untuk seorang saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan (Q.S an-
Nisa :12).
g. Saudara perempuan yang sebapak saja baik sendiri ataupun banyak jika beserta
saudara perempuan yang seibu sebapak. Jika saudara seibu sebapak banyak, maka
saudara sebapak tidak mendapat pusaka.
5. Orang yang mendapat bagian ½ adalah istri baik satu ataupun banyak, jika suaminya
meninggalkan anak laki-laki ataupun perempuan, atau anak dari anak laki-laki, baik
laki-laki maupun perempuan.2
6. Orang yang mendapat bagian 2/3 adalah :

2
Ibid, h. 159

9
a. Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki.
b. Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki. Jika anak perempuan
tidak ada berarti anak perempuan dari anak laki-laki yang banyak itu, mereka
mendapat pusaka dari kakek mereka sebanyak2/3 dari harta.
c. Saudara perempuan yang seibu sebapak jika dua orang atau lebih.
d. Saudara perempuan yang sebapak, dua orang atau lebih.

‘Asabah adalah ahli waris yang tidak mendapat bagian yang sudah dipastikan besar kecilnya
yang telah disepakati oleh seluruh fuqaha dan yang belum disepakati oleh mereka (zaw al-
arham).

1. ‘Asabah an-Nasabiyah
Terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a) ‘Asabah Bi an-Nafs (dengan sendirinya) adalah kerabat laki-laki yang
dipertalikan dengan muwarris tanpa diselingi oleh perempuan.
Urutan ‘asabah ini dibagi menjadi empat, yaitu :
1) Anak laki-laki dan cucu laki-laki betapa pun jauh keturunannya kebawah.
2) Ayah dan kakek betapa pun jauh silsilahnya ke atas.
3) Kerabat menyamping muwarris yang dekat yaitu keturunan dari ayah
muwarris.
4) Kerabat menyamping yang jauh yaitu keturunan dari kakek muwarris betapa
pun jauh silsilahnya ke atas.
b) ‘Asabah Bi al-Gair adalah setiap perempuan yang memerlukan orang lain untuk
menjadi posisi sebagai ‘asabah dan untuk bersama-sama menerima ‘usubah. Ada
empat orang perempuan yang bagian mereka ½ bila tunggal dan 2/3 jika leboh
dari seorang, yaitu :
1) Anak perempuan kandung
2) Cucu perempuan dari anak laki-laki
3) Saudari sekandung
4) Saudari seayah
c) ‘Asabah Ma’a al-Gair adalah setiap perempuan yang memerlukan orang lain
untuk menjadikan ‘asabah, tetapi orang lain tersebut tidak berserikat dalam

10
‘usubah. ‘Asabah ma’a al-gair hanya berjumlah 2 orang perempuan dari ahli waris
ashab al-furud, yaitu :
1) Saudari sekandung
2) Saudari seayah
2. ‘Asabah as-Sababiyah terjadi karena sumpah setia antara dua orang/lebih yang tidak
mempunyai hubungan nasab untuk bersumpah akan saling waris mewarisi jika salah
seorang dari mereka telah meninggal dunia.
3. Hijab adalah ahli waris yang dapat menutupi/menghalangi ahli waris orang lain untuk
memperoleh bagian-bagian tertentu harta warisan.3 Ahli waris yang fapat di hijab adalah :
a) Nenek dihijab oleh ibu.
b) Kakek dihijab oleh ayah.
c) Saudara seibu alhijab oleh salah seorang dari :
1) Anak laki-laki maupun perempuan
2) Anak dari anak laki-laki baik laki-lai maupun perempuan
3) Bapak
4) Kakek
d) Saudara sebapak dihijab oleh salah seorang dari :
1) Bapak
2) Anak laki-laki
3) Cucu laki-laki
4) Saudara laki-laki seibu sebapak
e) Saudara seibu sebapak dihijab oleh salah seorang dari :
1) Anak laki-laki
2) Cucu laki-laki
3) Bapak
f) Cucu dari anak laki-laki dihijab oleh anak (laki-laki maupun perempuan).

3
Ibid, h. 164.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mawaris adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia, sedangkan
menurut istilah adalah ilmu yang mengetahui orang yang berhak menerima warisan dan
orang-orang yang tidak berhak menerimanya, bagian setiap ahli waris dan cara
pembagiannya. Ilmu mawaris disebut dengan faraid bentuk jamak dari faridah yang
artinya bagian tertentu atau ketentuan.

B. SARAN
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini,segala koreksi dan
saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian
bagi yang ingin menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki
dari apa yang telah disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Wahid.2007. Memahami Pendidikan Agama Islam. Bandung: Amico

Al Asqalani, Ibnu Hajar. 1996. Bulughul Maram (Terjemah). Badung: PT. Al Ma’afif

Nurhayati, M. Ag, Ali Imran Sinaga, M. Ag. Fiqih dan Ushul Fiqih. Medan: Prenada Media
Group. 2016.

Sayid Sabiq, Fiqih As-sunnah, Jilid 2 dan 3, Semarang : PT Karya Toha Putra, 2004.

Sulaiman Rasyid. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo. 1996.

13

Anda mungkin juga menyukai