Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Mawaris
Dosen Pengampu:
Abdul Haris,M.HI
Disusun Oleh :
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
2
KATA PENGANTAR
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak
Abdul Haris,M.HI pada bidang mata pelajaran fiqh munakahat. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
pemahaman mengenai dzawil arham.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum mengenai harta
benda dengan sebaik-baiiknya dan seadil-adilnya. Agama Islam menetapkan hak
milik seseorang atas harta, baik laki-laki maupun perempuan melalui jalan syara’.
Seperti perpindahan hak milik laki-laki dan perempuan di waktu masih hidup
ataupun perpindahan harta kepada para ahli warisnya setelah pewaris meninggal
dunia.
1
Disimpulkan bahwa sengketa waris merupakan hal sensitif di masyarakat,
dzawil arham bukan merupakan ahli waris yang lumrah dimata umum,
namun cukup sering terjadi di masyarakat sehingga seringkali haknya
terabaikan. Oleh karena permasalahan waris merupakan permasalahan yang
menyangkut keluarga dan kekerabatan, sehingga apabila terjadi sengketa maka
lebih baik untuk penyelesaiannya dilakukan dengan cara musyawarah mufakat
diantara para pihak (non-litigasi).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
C. Tujuan Pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr.Maimun Nawawi,M.HI, Pengantar Hukum Kewarisan Islam (Surabaya: Pustaka Radja, 2016),
139
2
Ade Fariz Fahrullah, Ahli Waris Dalam Perspektif Hukum Islam San KUHP, Jurnal Hukum Islam
No.1 (2021), https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/hukumislam/article/view/9321
3
Abdur Rahim, Penyelesaian Kewarisan Dzawil Arham Dalam Komplikasi Hukum Islam, Taqnin
No.1 (2021), http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/taqnin/article/view/9515
3
tersebut dengan syarat selama tidak terdapat ashabul furudh atau asabah.
Jika si mayit meninggalkan harta peninggalan dengan meninggalkan kerabat
yang hanya berstatus dzawil arham maka dalam hal ini kerabat tersebut
lebih berhak daripada baitul mal dalam memperoleh harta waris.
Pendapat para ulama tersebut didasarkan pada beberapa dalil Al-Qur’an
seperti ayat tentang ulu arham pada surat Al-Anfal:75:
َأ َل ِب ٍض ِف ي ِك َت ا ِب ال َّلِه
َو ُأوُلو اَأْلْرَح ا ِم َبْع ُض ُه ْم ْو ٰى َبْع
Artinya : “Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada
yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.”
Disamping itu ada juga yang berdasarkan hadits Nabi, sebagaimana
diceritakan bahwa ketika Thabit bin Dahdah meninggal dunia dan tidak
seorang pun mengenal siapa keeluarganya kecuali ponakannya (anak laki-
laki saudara perempuan Thabit) yang Bernama Abu Lubanah bin Abdul
Munzir, kemudian Raulullah menjadikannya sebagai penerima warisannya.
4
dzawil arham. Dengan begitu sisa harta waris akan diberikan kepada dzawil
arham.
C. Ahli Waris Dzawil Arham Dan Pihak Luar Ahli Waris Dzawil Arham
Ahli waris dzawil arham adalah ahli waris yang mempunyai kekerabatan
dengan pewaris, tetapi tidak termasuk golongan ahli waris dzawil furudh dan
asabah. Yang termasuk ahli waris dzawil arham adalah:4
1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan
2. Keponakan laki-laki atau perempuan, anak dari saudara laki-laki sekandung
atau seayah
3. Keponakan perempuan (anak dari saudara laki-laki sekandung atau seayah)
4
Petty Aulia Mandasari, Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris Kepada Golongan Dzawil Arham
Melalui Litigasi dan Non Litigasi Dalam Perspektif Sistem Pewarisan Islam, Acta Diurnal no.1
(2022), https://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/acta/article/view/1392
5
4. Saudara sepupu perempuan, anak perempuan paman (saudara laki-laki ayah
seibu)
5. Paman seibu (saudara laki-laki ayah seibu)
6. Paman (saudara laki-laki ibu)
7. Bibi (saudara perempuan ayah)
8. Bibi (saudara perempuan ibu)
9. Kakek ayah dari ibu
10. Nenek buyut (ibu dari kakek)
11. Keponakan seibu (anak-anak saudara laki-laki seibu)
6
membedakan jauh dekatnya keerabatan dan tanpa membeda-bedakan antara
laki-laki dan perempuan.5
Madzhab ini disebut sebagai madzhab ahlur rahim karena mereka tidak
membedakan antara seseorang dari ahli waris dalam pembagian dan tidak
memperhatikan kekuatan atau kelemahan kerabat. Madzhab ahlur rahim
mendasari alasannya dengan suatu analis bahwa nash-nash yang
mengharuskan adanya perbedaan penerimaan antara ashabul furudh dan
ashabah adalah peninjauan dari segi jihat, derajat, dan kuatnya kekerabatan.
Tidak ada nash yang mengatur pusaka dzawil arham dari segi peninjauan
ini.
2. Madzhab Ahlu-At-tanzil
Madzhabat-tanzil ini menganut asas pembagian harta pusaka kepada ahli
waris dzawil arham dengan sebab adanya pertalian nasab dengan orang yang
meninggal dan menggantikannya sekiranya ia masih hidup. Jika derajat
dzawil arham tersebut sudah jauh hendaklah bergeser naik atau turun hingga
mencapai ahli waris yang menjadikan sebab untuk digantikan bagiannya.
Madzhab ini adalah madzhab imam Ahmad yang diikuti oleh ulama
mutakhir dari kalangan ahli hukum Islam golongan Syafi’iyyah dan
Malikiyyah. Dasar hukum yang dikemukanan ulama mengenai pembagian
sebab pertalian nasab adalah sebagai berikut
5
Tina Risanti, Studi Komperatif Pandangan Hakim Pengadilan Agama Curup Tentang Ahli Waris
Dzawil Arham, (Skripsi:IAIN Curup,2019), 46 http://e-theses.iaincurup.ac.id/133/
7
a. Asar sahabat yang diriwayatkan oleh Ibrahim An-Nakha’I dari Ali bin
Abibdillah mengenai masalah seorang pewaris yang meninggalkkan ahli
waris dzawil arham, amah, dan khalah berikut:
“ Harta peninggalan untuk keduanya dibagi tiga. Dua pertiga untuk amah
dan sepertiga nya untuk khalah. Ammah diberi dua pertiga bagian
karena ia dipertalikan nasabnya dengan yang telah meninggal melalui
bapak sehingga ia dapat menempati tempat bapak. Kkhalah hanya diberi
bagian pertiga, karena pertalian nasabnya dengan orang yang
meninggal lewat ibu sehingga bagiannya sebanyak bagian yang diterima
ibu sekiranya ibunya masih hidup.”
Contoh:6
1. Seorang wafat meninggalkan anak perempuannya saudara perempuan
kandung, anak perempuan saudara perempuan seayah, anak laki-laki
saudara peremouan seibu, anak perempuan paman kandung. Maka para
ahli waris itu diposisikan sebagai: saudara Perempuan kandung, saudara
perempuan seayah, saudara Perempuan seibu, paman kandung.
6
Abdul Haris, Pelajar Praktis Fiqh Mawaris, Cetakan I (Malang: Maknawi, 2023), 159
8
2. Seorang wafat, meninggalan cucu perempuan dari jalur perempuan/anak
laki-laki saudara perempuan kandung, anak perempuan saudara laki-laki
seayah. Maka para ahli waris tersebut diposisikan sebagai bintun, ukhtun
syaqiqah, akhun liab.
9
1) Jika ahli waris dzawil arham yang akan menerima bagian itu hanya
seorang diri, maka seluruh sisa harta yang sudah dibagikan kepada
ashabul furudh suami dan istri, dibagikan kepada dzawil arham semua.
2) Jika ahli waris dzawil arham lebih dari seorang, maka harus
diklasifikasikan terlebih dahulu:
a. Apakah mereka semua berasal dari rumpun yang berbeda-beda. Jika
mereka berasal dari rumpun yang berbeda, maka yang berasal dari
rumpun yang pertama harus didahulukan dari pada rumpun yang
kedua dan begitupun seterusnya sesuai dengan rumpun yang sudah
diurutkan diatas.
b. Klasifikasi kedua apakah dia berasal dari satu rumpun, tetapi berbeda
derajat, kekuatan kerabat, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahan
masalahnya sebagai berikut:
a) Apabila derajat mereka tidak sama, harus diutamakan mereka yang
derajatnya lebih dekat dengan si pewaris.
b) Apabila derajatnya sama, harus didahulukan mereka yang lebih
kuat kekerabatannya.
c) Apabila derajat dan kekuatannya sama, mereka berserikat dalam
menerima seluruh atau sisa harta peninggalan. Apabila mereka
terdiri atas lakki-laki atau perempuan saja, maka mereka akan
menerima sama banyaknya. Apabila mereka terdiri atas laki-laki
dan perempuan, maka yang laki-laki akan menerima dua kali lipat
dari perempuan. 7.
7
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan Penyelesaiannya,
Cetakan I, (Malang: UMM Press,2018), 82.
10
PENUTUP
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris, Pelajar Praktis Fiqh Mawaris, Cetakan I, Malang: Maknawi, 2023
Ade Fariz Fahrullah, Ahli Waris Dalam Perspektif Hukum Islam Dan KUHP
(Burgerlijk Wetbook), Jurnal Hukum Islam No.1, 2021
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan
Penyelesaiannya, Cetakan I, Malang: UMM Press,2018
12