Anda di halaman 1dari 16

DZAWIL ARHAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Mawaris

Dosen Pengampu:

Abdul Haris,M.HI

Disusun Oleh :

Muhammad Farhat Abulkhair (220202110159)

Rajwa Nabila Arsy Faradina (220202110109)

Aula Nur Illahia (220202110105)

Fika Rizqi Aulia (220202110037)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2023

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Dzawil Arham”
dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak
Abdul Haris,M.HI pada bidang mata pelajaran fiqh munakahat. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
pemahaman mengenai dzawil arham.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Abdul


Haris,M.HI selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Berkat tugas yang diberikan
ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Malang, 21 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Dzawil Arham.................................................................................3

B. Syarat Pemberian Hak Waris Bagi Dzawil Arham...........................................4

C. Ahli Waris Dan Pihak Luar Waris Dzawil Arham ..........................................5

D. Cara Membagi Waris Dzawil Arham.................................................6BAB III


11PENUTUP .............................................................................................11

Kesimpulan..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat Islam telah meletakkan aturan kewarisan dan hukum mengenai harta
benda dengan sebaik-baiiknya dan seadil-adilnya. Agama Islam menetapkan hak
milik seseorang atas harta, baik laki-laki maupun perempuan melalui jalan syara’.
Seperti perpindahan hak milik laki-laki dan perempuan di waktu masih hidup
ataupun perpindahan harta kepada para ahli warisnya setelah pewaris meninggal
dunia.

Al-Qur’an menjelaskan dan merinci secara detail mengenai hukum-hukum


yang berkaitan dengan hak waris tanpa mengabaikan hak seseorang. Bagian yang
harus diterima semuanya dijelasan sesuai kedudukan nasab terhadap pewaris.
Namun sering berkembangnya zaman, masalah kewarisan dikembangkan secara
kompleks oleh para fuqoha. Dalam kewarisan tersebut mereka mengelompokkan
pihak-pihak dalam hal warisan diantaranya yaitu ashabul furudh,asabah, dzawil
arham.

Dzawil arham merupakan golongan kekerabatan dari pewaris yang bukan


merupakan ahli waris, namun dalam keadaan tertentu berhak mendapatkan harta
warisan sebagai pengganti posisi ahli waris (ahli waris pengganti). Penggantian
posisi ahli waris pengganti merupakan adaptasi dari sistem waris barat yaitu
dikenal dengan plaatsvervulling. Berdasarkan fikih ulama yang berdasar pada Al-
Quran dan Al-Hadist, pembagian waris kepada golongan dzawil arhamharuslah
sewajarnya atau sepantasnya, meskipun di dalam kompilasi hukum Islam tidak
secara terperinci dijelaskan mengenai besaran pembagiannya. Dalam
praktiknya banyak terjadi sengketa pembagian harta warisan yang tidak sesuai
dengan porsinya bahkan ada pula yang menguasai harta tersebut secara sepihak
tanpa menghiraukan hak ahli waris lain.

1
Disimpulkan bahwa sengketa waris merupakan hal sensitif di masyarakat,
dzawil arham bukan merupakan ahli waris yang lumrah dimata umum,
namun cukup sering terjadi di masyarakat sehingga seringkali haknya
terabaikan. Oleh karena permasalahan waris merupakan permasalahan yang
menyangkut keluarga dan kekerabatan, sehingga apabila terjadi sengketa maka
lebih baik untuk penyelesaiannya dilakukan dengan cara musyawarah mufakat
diantara para pihak (non-litigasi).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:

1. Apa pengertian dzawil arham?


2. Apa saja syarat pembagian hak waris dalam dzawil arham?
3. Siapa saja ahli waris dan pihak di luar dzawil arham?
4. Bagaimana cara pembagian waris dzawil arham?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan pembahasan makalah adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian Dzawil Arham


2. Mengetahui syarat pembagian hak waris dalam dzawil arham
3. Mengetahui siapa saja yang merupakan ahli waris dan pihak di luar dzawil
arham
4. Mengetahui cara pembagian waris dzawil arham

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dzawil Arham


Dzawil arham menurut istilah para ulama adalah para ahli waris kerabat
yang tidak termasuk pada daftar ahli waris dzwil furud dan juga tidak ada dalam
daftar ahli waris dzawil asabah. Secara bahasa kata arham berasal dari al-rahm
yang artinya tempat tumbuhnya janin yang berada di dalam perut seorang ibu atau
rahim. Berdasarkan kata rahim tersebut kemudian dijadikan sebagai hubungan
kerabat secara umum, baik dari garis laki-laki maupun garis perempuan dengan
landasan bahwa seseorang dipandang mempunyai hubungan kerabat karena
berasal dari dalam rahim ibu yang sama.1
Berdasarkan pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dzawil arham
adalah orang-orang yang secara kekerabatan memiliki hubungan darah dengan
pewaris, tetapi mereka tidak memperoleh bagain warisan karena dianggap bukan
sebagai ahli waris.2
Terdapat dua pendapat ulama fikih yang berkaitan tentang status dan
kedudukan dzawil arham. Pendapat tersebut yaitu:3
1. Pendapat mazhab Syafi’i dan Maliki menyatakan bahwasannya ahli waris
dzawil arham tidak memiliki hak atas harta peninggalan si mayit, baik
disebabkan karena keberadaan ashabul furudh atau asabah. Jika tidak
terdapat ashabul furudh atau asabah, maka harta peninggalan si mayit di
serahkan kepada Baitul mal yang nantinya akan diabagikan kepada
keperluan umat Islam secara umum. Artinya pendapat ini memandang baitul
mal lebih berhak daripada dzawil arham.
2. Pendapat mazhab Hanafi dan Hambali menyatakan bahwa dzawil arham
lebih berhak menerima harta waris. Hak kewarisan kepada dzawil arham

1
Dr.Maimun Nawawi,M.HI, Pengantar Hukum Kewarisan Islam (Surabaya: Pustaka Radja, 2016),
139
2
Ade Fariz Fahrullah, Ahli Waris Dalam Perspektif Hukum Islam San KUHP, Jurnal Hukum Islam
No.1 (2021), https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/hukumislam/article/view/9321
3
Abdur Rahim, Penyelesaian Kewarisan Dzawil Arham Dalam Komplikasi Hukum Islam, Taqnin
No.1 (2021), http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/taqnin/article/view/9515

3
tersebut dengan syarat selama tidak terdapat ashabul furudh atau asabah.
Jika si mayit meninggalkan harta peninggalan dengan meninggalkan kerabat
yang hanya berstatus dzawil arham maka dalam hal ini kerabat tersebut
lebih berhak daripada baitul mal dalam memperoleh harta waris.
Pendapat para ulama tersebut didasarkan pada beberapa dalil Al-Qur’an
seperti ayat tentang ulu arham pada surat Al-Anfal:75:
‫َأ َل ِب ٍض ِف ي ِك َت ا ِب ال َّلِه‬
‫َو ُأوُلو اَأْلْرَح ا ِم َبْع ُض ُه ْم ْو ٰى َبْع‬
Artinya : “Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada
yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah.”
Disamping itu ada juga yang berdasarkan hadits Nabi, sebagaimana
diceritakan bahwa ketika Thabit bin Dahdah meninggal dunia dan tidak
seorang pun mengenal siapa keeluarganya kecuali ponakannya (anak laki-
laki saudara perempuan Thabit) yang Bernama Abu Lubanah bin Abdul
Munzir, kemudian Raulullah menjadikannya sebagai penerima warisannya.

B. Syarat-Syarat Pemberian Hak Waris Bagi Dzawi Arham


1. Tidak ada ashabul furudh, karena jika ada ashabul furudh mereka tidak
hanya mengambil bagiannya tetapi juga mengambil sisanya, karena
merupakan hak mereka secara ar-radd. Penerimaan ini lebih didahulukan
dibanding dzawil arham.
2. Tidak ada asabah. Karena jika ada asabah akan diambil seluruh hak waris
jika tidak ada ashabul furudh. Apabila ada ashabul furudh maka asabah akan
memerima sisa harta waris yang ada setelah diambil hak para ashabul
furudh.
3. Apabila ashabul furudh hanya terdiri dari suami atau istri saja, maka akan
mererima hak warisnya secara faradh, dan sisanya diberikan kepada dzawil
arham. Karena kedudukan suami istri secara raad itu sesudah kedudukan

4
dzawil arham. Dengan begitu sisa harta waris akan diberikan kepada dzawil
arham.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan


kekeluargaan tidak dapat dinaifkan. Jika seorang kerabat berkedudukan sebagai
dzawil arham, maka ada dua faktor utama yang mendasari kedzawil arhamannya.
Faktor tersebut adalah hubungan nasab dan tidak adanya ahli waris dzawil furudh
dan asabah. Dua faktor tersebut menjadi dasar bahwa seorang kerabat si mayit
dapat diataan sebagai dzawil arham apabila mempunyai hubungan nasab. Selama
seseorang menpunyai hubungan kekerabatan tanpa ada yang menghijabnya, maka
orang tersebut lebih berhak atas harta peninggalan si mayit daripada orang lain.
Pendapat ini didasari pada dalil Al-Qur’an surat Al-Anfal (8):57 “orang yang
mempunyai hubungan kerabaat itu sebagiannya lebih berhak terhadap
sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah”
Ayat ini menjelaskan bahwa seseorang yang menjadi ahli waris dengan
sebab adanya pertalian darah dan hubungan kekerabatan lebih utama
kedudukannya dibanding dengan orang-orang yang bukan dari golongan kerabat
si mayit.

C. Ahli Waris Dzawil Arham Dan Pihak Luar Ahli Waris Dzawil Arham
Ahli waris dzawil arham adalah ahli waris yang mempunyai kekerabatan
dengan pewaris, tetapi tidak termasuk golongan ahli waris dzawil furudh dan
asabah. Yang termasuk ahli waris dzawil arham adalah:4
1. Cucu laki-laki atau perempuan dari anak perempuan
2. Keponakan laki-laki atau perempuan, anak dari saudara laki-laki sekandung
atau seayah
3. Keponakan perempuan (anak dari saudara laki-laki sekandung atau seayah)

4
Petty Aulia Mandasari, Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris Kepada Golongan Dzawil Arham
Melalui Litigasi dan Non Litigasi Dalam Perspektif Sistem Pewarisan Islam, Acta Diurnal no.1
(2022), https://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/acta/article/view/1392

5
4. Saudara sepupu perempuan, anak perempuan paman (saudara laki-laki ayah
seibu)
5. Paman seibu (saudara laki-laki ayah seibu)
6. Paman (saudara laki-laki ibu)
7. Bibi (saudara perempuan ayah)
8. Bibi (saudara perempuan ibu)
9. Kakek ayah dari ibu
10. Nenek buyut (ibu dari kakek)
11. Keponakan seibu (anak-anak saudara laki-laki seibu)

Pihak di Luar Ahli Waris Dzawil Arham


Apabila ahli waris dari pewaris tidak ada, sementara dzawil arham juga
tidak ada maka masih ada beberapa pihak yang bisa diberi bagian waris sebagai
berikut:
1. Budak yang dimerdekakan.
2. Orang yang meng-Islamkan Pewaris.
3. Orang yang diikrarkan nasab kepadanya.
4. Baitul mal
5. Warganya/kaumnya

D. Cara Membagi Waris Dzawil Arham


Para fuqoha berbeda pendapat mengenai cara pembagian harta warisan
kepada dzawil arham. Dalam hal ini terdapat tiga golongan, yakni di antaranya
adalah:
1. Madzhab Ahlur Rahim
Mengenai cara pembagian hak waris pada kerabat, madzhab ahlur rahim
mrnyatakan bahwa semua kerabat berhak mendapat waris secara rata, tanpa

6
membedakan jauh dekatnya keerabatan dan tanpa membeda-bedakan antara
laki-laki dan perempuan.5
Madzhab ini disebut sebagai madzhab ahlur rahim karena mereka tidak
membedakan antara seseorang dari ahli waris dalam pembagian dan tidak
memperhatikan kekuatan atau kelemahan kerabat. Madzhab ahlur rahim
mendasari alasannya dengan suatu analis bahwa nash-nash yang
mengharuskan adanya perbedaan penerimaan antara ashabul furudh dan
ashabah adalah peninjauan dari segi jihat, derajat, dan kuatnya kekerabatan.
Tidak ada nash yang mengatur pusaka dzawil arham dari segi peninjauan
ini.

Contohnya, jika seseorang meninggal dunia dan meninggalkan ahli waris


dzawil arham yang terdiri dari : cucu perempuan garis perempuan, anak
perempuan saudara perempuan, bibi dari ayah, bibi dari ibu, anak saudara
laki seibu. Maka masing-masing ahli waris tersebut mendapatkan bagian
yang sama rata.

2. Madzhab Ahlu-At-tanzil
Madzhabat-tanzil ini menganut asas pembagian harta pusaka kepada ahli
waris dzawil arham dengan sebab adanya pertalian nasab dengan orang yang
meninggal dan menggantikannya sekiranya ia masih hidup. Jika derajat
dzawil arham tersebut sudah jauh hendaklah bergeser naik atau turun hingga
mencapai ahli waris yang menjadikan sebab untuk digantikan bagiannya.
Madzhab ini adalah madzhab imam Ahmad yang diikuti oleh ulama
mutakhir dari kalangan ahli hukum Islam golongan Syafi’iyyah dan
Malikiyyah. Dasar hukum yang dikemukanan ulama mengenai pembagian
sebab pertalian nasab adalah sebagai berikut

5
Tina Risanti, Studi Komperatif Pandangan Hakim Pengadilan Agama Curup Tentang Ahli Waris
Dzawil Arham, (Skripsi:IAIN Curup,2019), 46 http://e-theses.iaincurup.ac.id/133/

7
a. Asar sahabat yang diriwayatkan oleh Ibrahim An-Nakha’I dari Ali bin
Abibdillah mengenai masalah seorang pewaris yang meninggalkkan ahli
waris dzawil arham, amah, dan khalah berikut:
“ Harta peninggalan untuk keduanya dibagi tiga. Dua pertiga untuk amah
dan sepertiga nya untuk khalah. Ammah diberi dua pertiga bagian
karena ia dipertalikan nasabnya dengan yang telah meninggal melalui
bapak sehingga ia dapat menempati tempat bapak. Kkhalah hanya diberi
bagian pertiga, karena pertalian nasabnya dengan orang yang
meninggal lewat ibu sehingga bagiannya sebanyak bagian yang diterima
ibu sekiranya ibunya masih hidup.”

b. Suatu riwayat yang dinukilkan dari Sayyidina Ali:


“ Beliau menempatkan cucu perempuan dari anak perempuan ketempat
anak perempuan, anak perempuan saudara ke tempat saudara, anak
perempuan saudari ke tempat saudari, saudari ayah ke tempat ayah, dan
saudari ibu ke tempat ibu.”

Contoh:6
1. Seorang wafat meninggalkan anak perempuannya saudara perempuan
kandung, anak perempuan saudara perempuan seayah, anak laki-laki
saudara peremouan seibu, anak perempuan paman kandung. Maka para
ahli waris itu diposisikan sebagai: saudara Perempuan kandung, saudara
perempuan seayah, saudara Perempuan seibu, paman kandung.

Ahli waris ashabul furudh/ asabah yang


Ahli waris menyambungkan dzawil arham dengan bagian
mayit

‫ﺑﻨﺖ اﺧﺖ ﻗﺔ‬ ‫اﺧﺖ ﻗﺔ‬ 1/2

‫ﺑﻨﺖاﺧﺖ ﻻﺏ‬ ‫اﺧﺖ ﻻﺏ‬ 1/6

‫اﺑﻦاﺧﺖﻻﻡ‬ ‫اﺧﺖﻻﻡ‬ 1/6

‫ﺑﻨﺖﻋﻢ ﻕ‬ ‫ﻋﻢ ﻕ‬ ashabah

6
Abdul Haris, Pelajar Praktis Fiqh Mawaris, Cetakan I (Malang: Maknawi, 2023), 159

8
2. Seorang wafat, meninggalan cucu perempuan dari jalur perempuan/anak
laki-laki saudara perempuan kandung, anak perempuan saudara laki-laki
seayah. Maka para ahli waris tersebut diposisikan sebagai bintun, ukhtun
syaqiqah, akhun liab.

Ahli Waris Ahli waris ashabul furudh/ asabah yang Bagian


menyambungkan dzawil arham dengan
mayit

‫ﺑﻨﺖ ﺑﻨﺖ‬ ‫ﺑﻨﺖ‬ 1/2

‫اﺑﻦ اﺧﺖ ﻗﺔ‬ ‫اﺟﺖ ﻗﺔ‬ Asabah


ma’al ghair

‫ﺑﻨﺖاﺥﻻﺏ‬ ‫اﺥﻻﺏ‬ Mahjub

3. Madzhab Ahlul Qarabah


Asas dalam membagikan harta waris kepada ahli waris dzawil arham
dengan dasar kedekatan hubungan nasab antara ahli waris dzawil arham
dengan pewaris. Ahli waris dzawil arham yang memiliki hubungan dekat
dengan si pewaris akan terlebih dahulu menerima harta peninggalan dari
pada ahli waris dzawil arham dengan kekerabatan yang jauh.

Cara pemberian harta waris kepada ahli waris dzawil arham.


Susunan ahli waris dzawil arham terdiri dari empat rumpun yang
berbeda-beda tingkatannya. Ahli waris dzawil arham yang tergolong dalam
kekerabatan pertama harus didahulukan daripada kekerabatan yang kedua,
begitu seterusnya.
Cara membagi harta warisan dzawil arham

9
1) Jika ahli waris dzawil arham yang akan menerima bagian itu hanya
seorang diri, maka seluruh sisa harta yang sudah dibagikan kepada
ashabul furudh suami dan istri, dibagikan kepada dzawil arham semua.
2) Jika ahli waris dzawil arham lebih dari seorang, maka harus
diklasifikasikan terlebih dahulu:
a. Apakah mereka semua berasal dari rumpun yang berbeda-beda. Jika
mereka berasal dari rumpun yang berbeda, maka yang berasal dari
rumpun yang pertama harus didahulukan dari pada rumpun yang
kedua dan begitupun seterusnya sesuai dengan rumpun yang sudah
diurutkan diatas.
b. Klasifikasi kedua apakah dia berasal dari satu rumpun, tetapi berbeda
derajat, kekuatan kerabat, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemecahan
masalahnya sebagai berikut:
a) Apabila derajat mereka tidak sama, harus diutamakan mereka yang
derajatnya lebih dekat dengan si pewaris.
b) Apabila derajatnya sama, harus didahulukan mereka yang lebih
kuat kekerabatannya.
c) Apabila derajat dan kekuatannya sama, mereka berserikat dalam
menerima seluruh atau sisa harta peninggalan. Apabila mereka
terdiri atas lakki-laki atau perempuan saja, maka mereka akan
menerima sama banyaknya. Apabila mereka terdiri atas laki-laki
dan perempuan, maka yang laki-laki akan menerima dua kali lipat
dari perempuan. 7.

7
Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan Penyelesaiannya,
Cetakan I, (Malang: UMM Press,2018), 82.

10
PENUTUP

KESIMPULAN

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris, Pelajar Praktis Fiqh Mawaris, Cetakan I, Malang: Maknawi, 2023

Abdur Rahim, Penyelesaian Kewarisan Dzawil Arham Dalam Komplikasi Hukum


Islam, Taqnin Jurnal Syariah dan Hukum No1, 2021

Ade Fariz Fahrullah, Ahli Waris Dalam Perspektif Hukum Islam Dan KUHP
(Burgerlijk Wetbook), Jurnal Hukum Islam No.1, 2021

Dr.Maimun Nawawi,M.HI, Pengantar Hukum Kewarisan Islam, Surabaya:


Pustaka Radja, 2016

Petty Aulia Mandasari, Djanuardi, Penyelesaian Sengeta Pembagian aris Kepada


Golongan Dzawil Arham Melalui Litigasi Dan Non Litigasi Dalam
Perspektif Pewarisan Islam, Acta Diurnal Jurnal Ilmu Hukum
Kenotariatan No.1, 2022

Tina Risanti, Studi Komperatif Pandangan Hakim Pengadilan Agama Curup


Tentang Ahli Waris Dzawil Arham, Skripsi IAIN Curup, 2019

Tinuk Dwi Cahyani, Hukum Waris Dalam Islam Dilengkapi Contoh Kasus dan
Penyelesaiannya, Cetakan I, Malang: UMM Press,2018

12

Anda mungkin juga menyukai