Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FIQH MAWARIS

“Pengertian, Dasar dan Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1

Abdul Aziz (12020114931)

Teguh Sulaiman (12020114610)

Adisty Gita Anjani (12020124405)

Sefty Rapita (12020124395)

Dosen Pembimbing

Mr. Hairi Padhol, S.Pd.,M.Pd

HUKUM KELUARGA (AH)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Keluarga dengan judul
“Pengertian, Dasar Hukum dan Hukum Mempelajari Fiqih Mawaris”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
“Fiqih Mawaris” kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekan Baru, September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Fiqh Mawaris...........................................................................................................3
B. Dasar-Dasar Hukum Fiqh Mawaris.............................................................................................4
C. Hukum Mempelajari Fiqh Mawaris............................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................7
PENUTUP.............................................................................................................................................7
A. KESIMPULAN................................................................................................................................7
B. SARAN..........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

ii
i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan warisan adalah hal yang sangat penting ditengah masyarakat


dan mendapatkan perhatian serius dalam Islam. Hukum kewarisan Islam atau yang
kita kenal dengan Fiqh Mawaris merupakan hal yang wajib dipelajari dan diterapkan
dalam setiap peristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat terutama mereka yang
beragama Islam.
Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
berkenaan dengan peralihan hak dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang
setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya.
Adapun dalam istilah umum, waris adalah perpindahan hak kebendaan dari orang
yang meninggal dunia kepada ahli waris yang masih hidup seperti yang disampaikan
oleh wiryono prodjodikoro, definisi waris adalah soal Apakah dan bagaimanakah
berbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu ia
meninggal akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Pada kesempatan ini
penulis berusaha untuk memaparkan mengenai Pengertian dari Fiqh Mawaris, Dasar-
Dasar Hukum Fiqh Mawaris, dan Hukum Mempelajari Fiqh Mawaris.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas dan agar pembahasan dalam penelitian ini tidak
melebar kepada pembahasan yang lain, maka perlu adanya perumusan masalah, yakni
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Fiqh Mawaris?
2. Apa saja dasar-dasar hukum Fiqh Mawaris?
3. Apa hukum mempelajari Fiqh Mawaris?

1
C. Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk menjawab pokok masalah seperti yang dirumuskan
dalam rumusan masalah di atas. Dengan kata lain, penulisan ini ingin mengetahui:
1. Pengertian dari Fiqh Mawaris
2. Dasar-dasar hukum dari Fiqh Mawaris
3. Hukum mempelajari Fiqh Mawaris
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Fiqh Mawaris

Dalam bahasa arab, kata almîrats “‫ “اﻟﻤﯿﺮاث‬adalah adalah bentuk masdar dari kata
waritsa - yaritsu - irtsan - wa mîrâtsan, yang memiliki arti mewarisi1. Ditinjau dari
segi bahasa, pengertian al-mîrats adalah perpindahan sesuatu dari seseorang kepada
orang lain, atau dari satu kaum kepada kaum lain. Sedangkan ditinjau dari segi
istilah ilmu farâidh, pengertian al- mîrats adalah perpindahan hak pemilikan dari
mayit (orang yang meninggal dunia) kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik
pemilikan tersebut berupa harta, tanah, maupun hak-hak yang lain yang sah.2

Adapun ilmu yang berkaitan dalam hal ini disebut ilmu farâidh, yaitu ilmu yang
membahas tentang warisan dan orang-orang yang berhak menerima warisan untuk
menyampaikan suatu hak kepada yang berhak menerimanya. Ilmu ini diramalkan
sebagai ilmu yang paling cepat sirnadari permukaan bumi. Sebagaimana sabda
Rasulullah Saw yang artinya: Dari Abî Hurairah, ia berkata, “ Rasûlullah Saw
bersabda, “Pelajarilah farâidh dan ajarkanlah, karena sesungguhnya farâidh
adalah setengah ilmu, ia akan di lupakan dan yang pertama kali di cabut dari
umatku”. (HR.Ibnu Mâjah dan Ad-Dâruquthni)

Kata ‫( اﻟﻔﺮاﺋﺾ‬al-farâidh atau diindonesiakan menjadi farâidh- pen.) adalah bentuk


jama’ dari jama’ ‫( اﻟﻔﺮﯾﻀﺔ‬al-farîdhah) yang bermakna ‫( اﻟﻤﻔﺮوﺿﺔ‬al-mafrûdhah) atau
sesuatu yang diwajibkan. Artinya, pembagian yang telah ditentukan kadarnya3,
dalam konteks kewarisan adalahbagian para ahli waris, yaitu bagian ½, ¼, 1/8, 1/3,
2/3 dan 1/6.4 Mempelajari dan mengajarkan farâidh hukumnya fardhu kifayah,
sebuah kewajiban hukum yang tolak ukurnya ada pada target capaian, bila target
sudah tercapai (sudah dikerjakan) maka dianggap cukup.

1
Muhammad Ali Al-Soubuni. Hukum Kewarisan Menurut Al-Quran dan Sunnah, (Jakarta, 2005) , hal.41
2
Ibid.,
3 Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar Kairo, Hukum Waris, terj. Addys alAlizar, Fathurrahman. (Jakarta: Senayan
Abadi Publishing, 2004), hal.11
4 Muhammad Jumali Ruslan. Risalah fi fiqh al-Mawa rits. (Jombang: Ma’had Nurul Qur’an, 1999) hal.11
B. Dasar-Dasar Hukum Fiqh Mawaris
Dasar dan sumber utama dari hukum Islam adalah nash atau teks yang terdapat
dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Adapun ayat-ayat al-Qur’an
dan sunnah Nabi yang secara langsung mengatur kewarisan itu adalah sebagai
berikut:
a. Ayat-Ayat Al-Qur’an

1) QS. An-Nisâ’ (4): 7


2) QS. An-Nisâ’ (4): 8
3) QS. An-Nisâ’ (4): 9
4) QS. An-Nisâ’ (4): 10
5) QS. An-Nisâ’ (4): 11
6) QS. An-Nisâ’ (4): 12
7) QS. An-Nisâ’ (4): 13
8) QS. An-Nisâ’ (4): 14
9) QS. An-Nisâ’ (4): 33
10) QS. An-Nisâ’ (4):
176
11) QS. Al-Anfâl (8): 75

Ayat-ayat di atas menjadi dasar penalaran para ulama’ dalam memahami masalah
kewarisan. Pada intinya ayat-ayat tersebut berbicara tentang peralihan harta warisan
dan pewaris kepada ahli waris terdekat. Dari sekian banyak permasalahan hukum
yang diuraikan di dalam al-Qur’an hanya permasalahan/aturan pembagian harta
warislah yang paling tuntas diuraikan.5

b. Sunnah Nabi

Hadits Nabi yang secara langsung mengatur tentang kewarisan adalah: Dan dari
ibnu Abbas, dari Nabi Saw beliau bersabda, “Berikanlan warisan itu kepada orang-
orang yang berhak menerimanya, sedangkan sisanya diberikan kepada (ahli waris)
laki-laki yang paling berhak menerimanya.6

Dalil-dalil di atas (al-Qur’an dan hadits) telah menjelaskan pembagian harta


warisan secara fardh “bagian tetap” dan ta’shib “bagian lunak”. Terdapat juga
penjelasan untuk pelaksanaan pembagian harta warisan yang terkait dengan tidak

5
Suhrawardi K Lubis dan Komis Simanjuntak. Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis). (Jakarta: Sinar Grafika, 2004),
hal.22
6
Asy-Syaukani, Al-Imam. Mukhtashar Nailul Authar. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), hal.339
ditemukannya salah satu ahli waris dzawil al-furudh “ahli waris yang sudah
ditentukan bagiannya” dari kerabat maupun dari ‘ashôbah, yaitu harta peninggalan
tersebut harus dilakukan kepada kerabat-kerabat lainnya, yang bukan golongan
dzawil al- furudh dan ‘ashôbah7.

C. Hukum Mempelajari Fiqh Mawaris


Menurut Ulama’ Fiqh hukum mempelajari atau Ilmu Mawaris adalah fardhu
kifayah, Yang dimaksud dengan fardhu kifayah adalah apabila di suatu daerah tersebut
sudah ada yang mempelajari dan mengajarkan ilmu mawaris (faraidh) maka kewajiban
tersebut sudah gugur, namun apabila di daerah tersebut sama sekali tidak ada yang
mempelajari dan mengajarkan ilmu mawaris atau ilmu faraidh maka setiap orang di
daerah tersebut mendapatkan dosa.
Adapun dasar hukum kewajiban fardhu kifayah di dalam mempelajari ilmu
mawaris (faraidh) terdapat di dalam Al qur’an dan Hadits sebagai berikut :
“ pelajarilah al qur’an dan ajarkannya kepada orang-orang dan pelajarilah Ilmu
faraidh serta ajarkanlah kepada orang-orang. Karena saya adalah orang yang bakal
direnggut (mati), sedang ilmu itu bakal diangkat. Hampir-hampir saja dua orang yang
bertengkar tentang pembagian pusaka, maka mereka berdua tidak menemukan seorang
pun yang sanggup memfatwakannya kepada mereka. (Hadits riwayat ahmad , An Nasai
dan Daruquthniy).8
Dan ada juga yang mewajibkan mempelajari dan mengajarkannya. Bagi seorang
muslim, tidak terkecuali apakah dia laki-laki atau perempuan yang tidak memahami atau
mengerti hukum waris Islam maka wajib hukumnya (dilaksanakan mendapat pahala,
tidak dilaksanakan berdosa) baginya untuk mempelajarinya. Dan sebaliknya bagi barang
siapa yang telah memahami dan menguasai hukum waris Islam maka berkewajiban pula
untuk mengajarkannya kepada orang lain. ewajiban belajar dan mengajarkan tersebut
dimaksudkan agar dikalangan kaum muslimin (khususnya dalam keluarga) tidak terjadi
perselisihan-perselisihan disebabkan masalah pembagian harta warisan yang pada

7
‘ashôbah adalah bentuk jamak dari kata 'ashib, yang artinya mengikat, menguatkan hubungan
kerabat/nasab. Menurut syara’ ’ashabah adalah ahli waris yang bagiannya tidak ditetapkan tetapi
bisa mendapat semua harta atau sisa harta setelah harta dibagi kepada ahli waris.
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/pengertian-ashabah-macam-macam-ashabah.html ,
diakses 22 September 2021.
8
Khoiri, By. 2021. Hukum Mempelajari Ilmu Faraidh atau Ilmu Mawaris dan pengertiannya.
(https://www.khoiri.com/2021/05/pengertian-ilmu-mawaris-faraidh-dan-hukum-
mempelajarinya.html , diakses 22 September 2021).
gilirannya akan melahirkan perpecahan/ keretakan dalam hubungan kekeluargaan kaum
muslim.
Begitu pentingnya Ilmu Mawaris ( Faraidh ), sampai dikatakan oleh Nabi
Muhammad SAW., sebagai separuh ilmu. Disamping itu oleh beliau diingatkan, ilmu
inilah yang pertama kali di cabut. Akhirnya pada kenyataannya, hingga sekarang, tidak
banyak orang yang mempelajari ilmu faraidh. Karena memang sukar. Bukankah karena
itu ilmu ini lama-lama akan lenyap juga, karena sedikit yang mempelajarinya?. Lebih-
lebih apabila orang akan membagi harta warisan berdasarkan kebijaksanaan-
kebujaksanaan dan tidak berdasar hukum Allah SWT.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fiqh Mawaris ialah ilmu yang membicarakan hal pemindahan harta peninggalan dari
seseorang yang meningal dunia kepada yang masih hidup, baik mengenai harta yang
ditinggalkannya, orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan tersebut,
bagian masing-masing ahli waris, maupun cara penyelesaian pembagian harta
peninggalan itu.
2. Dasar-dasar hukum dari Fiqh Mawaris telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan
Hadist Dalam al-Qur’an dan hadist telah dijelaskan mengenai pembagian harta
warisan dan juga penjelasan dalam pelaksanaan pembagian harta warisan apabila
tidak ditemukannya salah satu ahli waris dzawil al-furudh “ahli waris yang sudah
ditentukan bagiannya”
3. Hukum mempelajari Fiqh Mawaris ialah Fardhu Kifayah

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah Fiqh Mawaris yang mencangkup tentang Pengertian dari
Fiqh Mawaris, Dasar-Dasar Hukum Fiqh Mawaris, dan apa Hukum mempelajari Fiqh
Mawaris ini tentu masih belum sempurna. Penyusun mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun. Penyusun dan pembaca haruslah berfikir kritis atas ilmu-ilmu yang didapat.
Berfikir kritis yang penyusun maksud haruslah mempunyai dasar dalam berargumentasi dan
tidak untuk menjatuhkan satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Sabouni, Ali Muhammad. Hukum Kewarisan Menurut Al-Quran dan Sunnah. Jakarta,
2005.

Asy-Syaukani, Al-Imam. Mukhtashar Nailul Authar. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.


Bacaan Madani. Pengertian Ashabah, Macam-Macam Ashabah dan Contoh Ashabah. (online),
( https://www.bacaanmadani.com/2018/01/pengertian-ashabah-macam- macam-ashabah.html ,
diakses 22 September 2021).

Jumali Ruslan, Muhammad. Risalah fi fiqh al-Mawa rits. Jombang: Ma’had Nurul Qur’an,
1999.

Khoiri, By. 2021. Hukum Mempelajari Ilmu Faraidh atau Ilmu Mawaris dan pengertiannya.
(online), ( https://www.khoiri.com/2021/05/pengertian-ilmu-mawaris-faraidh-dan- hukum-
mempelajarinya.html , diakses 22 September 2021).

Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar Kairo, Hukum Waris, terj. Addys alAlizar,
Fathurrahman. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004.

Rofiq, Ahmad, Dr., MA., Fiqih Mawaris Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001.

Suhrawardi K Lubis. Komis Simanjuntak. Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis).
Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Anda mungkin juga menyukai