Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Aspek Fiqih”.

(Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam
Dan Beragama)

Dosen Pengampu : Rodhy Harisca, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Fauzi Ahmad
Npm : 2301071012

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMI KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
JURUSAN TADRIS IPS
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLASWT. Yang atas rahmat nya dan
karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Aspek Fiqih”.
Kepada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Studi Islam dan Beragama Yang telah membimbing kami
dan memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih
kepada pihak pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami Jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yg baik dari studi
sesungguhnya. Oleh karna itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, Maka kritik
dan saran senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
lebih khusus nya dan kepada orang lain.

Metro, 14 Setemper 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqih.................................................................................................2
B. Mengenal Empat Mahzab Dalam Ilmu Fiqih..................................................3
C. Macam Macam Najis.........................................................................................5
D. Shalat...................................................................................................................8
E. Nikah....................................................................................................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum islam adalah titah Allah SWT yang berkaitan dengan aktivitas
para mukallaf, baik berbentuk perintah (suruhan dan larangan), pilihan, maupun
ketetapan. Hukum islam tersebut digali dari dalil-dalilnya yang terperinci, yaitu al-quran,
sunnah, dan lain-lain yang diratifikasikan kepada kedua sumber asasi tersebut.

Hukum islam atau yang sering kita sebut fiqih ini memiliki kaitan dengan berbagai
urusan kita dalam kehidupan. Mulai dari urusan ibadah, urusan muamalah, urusan
perekonomian, urusan jinayah, hingga urusan pertahanan Negara dan peperangan.

Adanya fiqih yang mengatur dalam berbagai aspek kehidupan manusia itu
menunjukan bahwa fiqih memiliki keterlibatan dan kepedulian yang luar biasa terhadap
kehidupan manusia, yakni dengan cara memberikan status hukum pada semua aspek
kehidupan tersebut, sehingga menjadi jelas bagi mereka, dan mendapatkan kepastian
untuk melakukannya atau meninggalkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Fiqih?
2. Siapakah 4 Mahzab Fiqih Yang Harus Diikuti?
3. Apakah Pengertian Najis?
4. Apakah Pengertian Shalat?
5. Apakah Pengertian Nikah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Fiqih
2. Untuk Mengetahui 4 Mahzab Fiqih Yang harus Diikuti
3. Untuk Mengetahui Macam Macam Najis
4. Untuk Mengetahui Pengertian Shalat
5. Untuk Mengetahui Pengertian Nikah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqih
Fiqih merupakan salah satu cabang ilmu syariah Islam yang mengatur berbagai
aspek kehidupan. Berasal dari bahasa Arab, kata fiqih dapat diartikan sebagai
“pengetahuan” atau “kepakaran”. Secara istilah, fiqih merupakan cabang dari ilmu
syariah yang mempelajari hukum Islam dan cara melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari.

Pada dasarnya, fiqih adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana menjalankan
hukum syariat Islam dalam praktek kehidupan. Ia mencakup berbagai aspek
kehidupan, termasuk ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lainnya. Fiqih juga
dipandang sebagai pedoman bagi seorang muslim untuk melaksanakan hukum syariat
Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Fiqih mengandung berbagai macam istilah yang harus dipahami oleh para
penganut Islam. Di antaranya adalah maslahah (kebaikan umum), mafsadah
(kerusakan), istihsan (kebijakan yang dipertimbangkan berdasarkan kemaslahatan
secara umum), istishab (kebijakan yang dipertimbangkan berdasarkan kemaslahatan
secara kesinambungan), qiyas (analogi), dan lainnya.

Selain itu, fiqih juga meliputi berbagai aspek hukum dan peraturan yang berlaku
dalam agama Islam. Hal ini termasuk hukum ibadah, hukum pernikahan, hukum
perceraian, hukum warisan, hukum kepemilikan, hukum perdagangan, hukum
perjudian, hukum tata cara berbicara, dan lainnya.

Fiqih merupakan bagian penting dari agama Islam. Ini karena fiqih menyediakan
pedoman bagi seorang muslim untuk melaksanakan hukum syariat Islam. Oleh karena
itu, para penganut agama Islam perlu memahami istilah-istilah yang ada dalam fiqih,
agar mereka dapat melaksanakan hukum syariat Islam dengan benar.
B. Mengenal Empat Mahzab Dalam Ilmu Fiqih
1.Pengertian Mahzab
Mazhab berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan yang dilalui atau dilewati.
Ulama Islam berpendapat mazhab sebagai metode yang dipakai setelah melalui
pemikiran dan penelitian, kemudian orang menjalaninya dan menjadikannya sebagai
pedoman.

Pada dasarnya, mazhab timbul karena perbedaan dalam memahami Alquran dan
Sunah yang tidak bersifat absolut. Menurut Prof Said Aqil Husain al-Munawar
dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, mazhab fiqih berarti aliran pemikiran tentang
hukum yang penetapannya merujuk kepada sumber utama ajaran Islam, yakni Alquran
dan Sunah.

2.Empat Mahzab Ahlussunnah Wal Jamaah


a.Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi didirikan oleh Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit. Ulama besar yang
dikenal Hanafi itu lahir di Kufah pada tahun 80 H dan wafat sekitar tahun 150 H.
Termasuk dalam keturunan bangsa Persia dan menetap di Irak, beliau adalah seorang
yang ahli dalam ilmu fikih.
Dalam kisahnya, beliau dikenal sebagai ulama yang cerdas pengasih, ahli tahajud,
dan fasih dalam membaca Al-Qur'an. Mazhab ini dikenal sebagai mazhab ahli qiyas
(akal). Sebab, metode pelajaran yang digunakan lebih banyak mengoptimalkan logika
dan banyak berdiskusi dan merangsang logika.
Dasar yang dipakai oleh mazhab Hanafi adalah sunah, Al-quran dan fatwa para
sahabat yang merupakan penyampai. Selain itu, Imam Hanafi pun menggunakan
kesepakatan para mujtahid mengenai suatu kasus hukum.

Mazhab Hanafi menjadi salah satu mazhab yang cukup berkembang dan terkenal
di berbagai pelosok. Namun, jika dikategorikan, mazhab ini tersebar di daerah yang
memiliki tradisi berbeda. Mazhab Hanafi sempat beberapa saat menjadi mazhab resmi
Dinasti Abbasiyah. Pun tersebar di berbagai negara yang dikuasai Dinasti Otonom,
daerah Anatolia (Asia Tengah), India, Turkistan, Asia Tengan, dan berkembang di
Suriah.

b.Mazhab Maliki
Mazhab Maliki yang didirikan oleh Malik bin Anas bin Abi Amir al-Ashabi atau
Imam Malik, lahir di Madinah pada 93 H. Selain mazhab Hanafi, Imam Malik tak
kalah populer dan terpercaya. Imam Malik pernah menguasai fatwa Umar bin Khatab,
Abdullah bin Umar bin Khathab, dan Aisyah binti Abu Bakar.

Sebelum menjadi seorang ulama yang terkemuka, Imam Maliki sudah sejak lama
belajar dari Ribiah, seorang ulama pada waktu itu. Di samping itu, beliau juga
mempelajari ilmu fikih dari para sahabat. Beliau cukup tekun dan giat hingga tumbuh
menjadi seorang ulama terpandangan dalam bidang fikih dan membagikan ilmu
tersebut kepada orang lain.
3
Mazhab Maliki dikenal dengan mazhab ahli hadis. Bahkan, Imam Malik lebih
mengutamakan perbuatan ahli Madinah dibanding hadis yang diriwayatkan oleh
perorangan. Uniknya, dalam pemikiran beliau, ia percaya kalau ahli Madinah mustahil
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perbuatan Rasul.
Kitab besar Imam Malik adalah Al-Muwatta’, yang berisi tentang hadis-hadis dalam
tema fikih yang pernah dibahas Imam Malik, seperti praktik penduduk Madinah,
pendapat tabiin, dan pendapat sahabat tabiin.

3. Mazhab Syafi’i
Tak kalah terkenal dari dua mazhab sebelumnya, Mazhab Syafi’i adalah seorang
mufti besar Sunni Islam. Selain pendiri mazhab Syafi’i, ia memiliki nama lengkap,
yakni Muhammad bin Ideis asy-Syafi’i al Muththalibi al-Quraisy. Dilahirkan di Gaza
pada 150 H atau bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah.

Imam Syafi’i tumbuh dalam keadaan yatim dari keluarga yang tidak kaya.
Namun, keadaan itu tidak membuat dirinya rendah diri, apalagi malas. Sejak kecil
atau tepatnya saat berusia 7 tahun, beliau sudah menghafal Al-Qur’an dan giat belajar
ilmu fikih dengan banyak ulama.

Lama tinggal di Mekah, ia memutuskan pergi di usia 20 tahun untuk


memperdalam ilmu fikih. Beliau bahkan diajar oleh murid Imam Hanafi ketika berada
di Irak. Imam Syafi’i telah menulis beberapa kitab, yakni Al-um, Amali Kibra, Kotab
Risalah, Ushul Al-Fiqih. Imam Syafi’i termasuk sebagai orang pertama yang
mempelopori penulisan.

Dalam perjalanan hidupnya, beliau sangat berikhtiar dalam menyatukan mazhab


terpadu, yaitu mazhab hadis dan mazhab qiyas. Hal tersebut termasuk dalam
keistimewaan yang dimiliki Imam Safi’i. Selain itu kepandaiannya dalam berdiskusi
dan selalu menonjol menjadi daya pikat tersendiri.

4. Mazhab Hanbali
Yang terakhir adalah mazhab Hanbali yang didirikan oleh Ahmad bin Muhammad
bin Hambal atau dikenal Imam Hanbali. Seorang ahli teologi, beliau lahir di Baghdad
pada 164 H dan wafat pada 238 H.

Pada masa muda, Imam Hanbali pernah berguru dengan Abu Yusuf dan Imam
Syafi’i. Sama seperti ketiga mazhab lainnya, corak pemikirannya juga berdasarkan
pada kitab suci Al-Quran, sunah, dan ijtihad.Namun, sesekali beliau juga
menggunakan hadis Mursal dan qiyas.

Sejak kecil, ia telah tumbuh menjadi pribadi dengan sifat yang mulia, menarik,dan
penuh simpati. Minatnya terhadap ilmu pengetahuan kian bertambah sehingga belajar
banyak dari para sahabat Nabi dan tabi;in. Tak beda dari yang lain, beliau juga
termasuk sebagai penghafal Al-Quran sejak kecil.

4
Karena sangat menunjukkan minat di bidang pengetahuan, beliau pergi ke
Basrah dan bertemu dengan Imam Syafi’i, juga melanjutkan perjalanan ke Yaman dan
Mesir dalam menuntun ilmu lebih dalam. Imam Hanbali pun akhirnya telah banyak
meriwayatkan hadis yang sudah sahih. Oleh karena itu, beliau berhasil menulis kitab
hadis yang cukup terkenal, yakni Musnad Ahmad Hambali.

C. Macam Macam Najis


a. Najis Mughalladah
Najis mughalladah merupakan najis berat. Jenis najis ini adalah yang paling berat
dan membutuhkan penanganan khusus untuk menyucikannya. Yang termasuk ke
dalam najis mughalladah adalah anjing, babi, dan darah. Apabila bagian tubuh atau
pakaian tersentuh oleh babi, terkena air liur dari anjing, atau terkena darah baik secara
sengaja atau pun tidak disengaja, maka termasuk dari najis berat.

Cara untuk membersihkan najis ini cukup rumit. Cara yang dapat dilakukan untuk
bersuci yaitu dengan membasuh bagian yang terkena najis sebanyak tujuh kali (salah
satu dari ketujuh basuhan tersebut dengan menggunakan air yang tercampur dengan
debu atau tanah), lalu disusul dengan membasuhnya menggunakan air.

Namun, sebelum dibersihkan menggunakan air, najis mughalladah yang mengenai


tubuh atau pakaian harus benar-benar hilang wujudnya terlebih dahulu.

b. Najis Mutawassithah
Najis Mutawassithah termasuk ke dalam najis sedang. Contoh dari najis sedang ini
adalah segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur manusia atau binatang
(terkecuali air mani). Selain itu, contoh lainnya adalah khamr atau minuman keras dan
susu hewan dari binatang yang tidak halal untuk dikonsumsi.

Bangkai makhluk hidup (kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang) juga
digolongkan sebagai najis mutawassithah. Najis mutawassithah dibedakan kembali
menjadi dua jenis, yaitu Najis ‘Ainiyah dan Najis Hukmiyah

1. Najis ‘Ainiyah
Secara sederhana, najis ‘ainiyah adalah najis yang masih ada wujudnya. Najis ini
dapat terlihat rupanya, dapat tercium baunya, serta dapat dirasakan rasanya. Contoh
dari najis ‘ainiyah adalah air kencing yang masih terlihat dengan jelas wujud dan
baunya.

Cara untuk membersihkan najis ‘ainiyah adalah dengan tiga kali mencuci
menggunakan air lalu ditutup dengan menyiram lebih banyak pada bagian yang
terkena najis.

5
2. Najis Hukmiyah
Sedangkan jenis najis sedang lainnya yaitu najis hukmiyah. Najis hukmiyah
adalah najis yang tidak bisa dilihat rupanya, tidak berbau, dan tidak ada rasa. Contoh
najis hukmiyah adalah air kencing bayi yang telah mengering sehingga tidak
meninggalkan bekas apa pun (baik dari segi rupa yang tidak terlihat oleh mata dan
tidak berbau).

Contoh lain dari najis ini adalah air khamr yang telah mengering. Cara
membersihkan najis hukmiyah yaitu cukup dengan menggunakan air mengalir dengan
volume yang lebih besar daripada najis tersebut.

1. Najis Mukhaffafah
Najis Mukhaffafah adalah najis ringan. Salah satu contoh dari najis mukhaffafah
adalah air kencing bayi berjenis kelamin laki-laki dengan usia kurang dari 2 tahun.
Dan bayi tersebut hanya meminum air susu ibu, belum mengonsumsi makanan jenis
lainnya.

Selain itu, contoh selanjutnya dari najis ringan adalah madzi (air yang keluar dari
lubang kemaluan akibat rangsangan) yang keluar tanpa memuncrat.

Cara Membersihkan Najis Mukhaffafah


Cara membersihkan najis ini tergolong cukup mudah. Karena termasuk ke dalam najis
ringan, maka hanya perlu dibersihkan dengan cara yang singkat.

Menggunakan Percikan Air


Cara membersihkan najis ringan yang pertama yaitu dengan percikan air ke area
tubuh, pakaian, atau tempat yang terkena najis mukhaffafah. Lalu diikuti dengan
mengambil wudhu. Maksud dari percikan air yang disebutkan sebelumnya yaitu air
mengalir yang membasahi seluruh tempat yang terkena najis. Dan air tersebut harus
lebih banyak dibandingkan najisnya (misal air kencing bayinya).

Misalnya yang terkena najis mukhaffafah adalah pakaian, maka ketika pakaian
tersebut telah diperciki air, maka selanjutnya dapat langsung dijemur dengan
dikeringkan di bawah sinar matahari seperti biasa.

Mandi dan Berwudhu


Apabila yang terkena najis mukhaffafah adalah anggota tubuh, maka jika yang
terkena sedikit bisa disucikan dengan berwudhu. Namun, jika yang terkena najis
adalah banyak, maka Islam menganjurkan untuk mandi agar najis tersebut benar-
benar hilang.

7
Mencuci Dengan Sabun
Cara terakhir untuk bersuci dari najis mukhaffafah adalah mencuci yang terkena
najis (misalnya anggota tubuh) dengan sabun hingga tidak berbau lalu dilanjutkan
dengan berwudhu.

D. Shalat
a.Pengertian Shalat
Shalat menurut Syara adalah ucapan perbuatan yang ditertentukan,yang dibuka
dengan takbiratul ihram, dan ditutup dengan salam. Shalat dinamakan demikian karen
mencakupnya shalat terhadap shalat secara bahasa yakni bermakna do’a.
Shalat yang difardhukan secara individual berjumlah 5 waktu setiap hari dari malam
yang telah diketahuidari agama secara pasti.Maka dihukumi kafir bagi orang yang
menentangnya.

Shalat selain Fardu juga ada shalat shalat yang sunnah seperti shalat
qobliah,Badiyah,Shalat Dhuha,Shalat Tahajud,shalat,Shalat tasbih dan Shalat shalat
sunnah yang lainnya.Namun, diantara shalat wajib dan sunnah itu juga diwajibkan
untuk sholat berjama’ah terutama bagi kaum laki laki,berjama’ah didalam masjid
karena pahala nya orang yang berjammah itu 27 kali lipat dari pada sholat sendirian
Sebagaimana Hadist yang diriwayat kan

‫َص َالُة اْلَج َم اَع ِة َأْفَض ُل ِم ْن َص َالِة اْلَفِّذ ِبَس ْبٍع َو ِع ْش ِر يَن َد َر َج ًة‬

“Shalat jamaah lebih baik 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR. Bukhari, no. 645 dan
Muslim, no. 650)

b.Syarat Syarat Sah Shalat


Syarat adalah suatu hal yang menjadikan sah nya shalat, namun bukan bagian dari
shalat.syarat syarat shalat lebih didahulukan karena syarat adalahhal yang wajib
didahulukan atas shalat dan wajibharus selalu dalam shalat.
Syarat syarat shalat ada 5:
-Suci dari hadast dan janabah
-Suci Badan, Pakaian dan Tempat dari najis
-Menutup Aurat
-Mengetahui masuknya waktu shalat dengan yakin atau praduga
-Menghadap kiblat

E.Nikah
a.Pengertian Nikah
Menurut bahasa, nikah berarti berkumpul menjadi satu, Menurut syara adalah
suatu akad yang berisi pembolehan melakukan persetubuan. Kata nikah itu sendiri
secara hakiki bermakna akad, dan secara majazi bermakna persetubuhan pendapat
yang lebih sahih.

8
b.Hukum Nikah
Pada dasarnya, hukum menikah adalah mubah atau sesuatu yang dibolehkan.
Namun, hukum ini bisa berubah jika dilihat dari situasi dan kondisi serta niat
seseorang yang akan menikah.
Hukum menikah bisa sebagai wajib, sunah, mubah, makruh, bahkan haram,
bergantung pada kondisi dan situasi orang hendak menikah.

Wajib
Wajib jika seseorang sudah mampu dan sudah memenuhi syarat, serta khawatir
akan terjerumus melakukan perbuatan dosa besar jika tidak segera menikah.
Orang dengan kriteria tersebut diwajibkan untuk segera menikah agar tidak terjerumus
melakukan dosa zina.
Sunah
Sunah, bagi seseorang yang sudah mampu untuk berumah tangga, mempunyai
keinginan niat nikah.
Dalam hal ini, orang yang apabila tidak melaksanakan nikah masih mampu menahan
dirinya dari perbuatan dosa besar (zina) dihukumi sunah.

Mubah
Mubah, yakni bagi seseorang yang telah mempunyai keinginan menikah, tetapi
belum mampu mendirikan rumah tangga atau belum mempunyai keinginan menikah,
tetapi sudah mampu mendirikan rumah tangga

Makruh
Makruh, bagi seseorang yang belum mampu atau belum mempunyai bekal
mendirikan rumah tangga

Haram
Haram, bagi seseorang yang bermaksud tidak akan menjalankan kewajibannya
sebagai suami atau istri yang baik.

Diperbolehkan bagi seorang laki-laki menikah lebih dari satu maksimal nya
adalaah empat istri dengan syarat laki laki tersebut mendapat izin dari istri pertama
kedua ketiga untuk menikah lagi dan si suami berlaku adil dalam memberi kasih
sayang atau pun biaya untuk seorang istri .Seperti firman allah dalam surah An Nisa
ayat 3

‫َو ِإْن ِخ ْفُتْم َأال ُتْقِس ُطوا ِفي اْلَيَتاَم ى َفاْنِك ُحوا َم ا َطاَب َلُك ْم ِم َن الِّنَس اِء َم ْثَنى َو ُثالَث َو ُر َباَع َفِإْن ِخ ْفُتْم َأال َتْع ِد ُلوا َفَو اِح َد ًة‬
)٣( ‫َأْو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم َذ ِلَك َأْد َنى َأال َتُعوُلوا‬

“dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fiqh pada hakikatnya yaitu Ilmu Al-Hal, ilmu di mana kita harus mengerti
sesuatu, memahaminya sebagai syariat dalam agama rahmatan lil alamin Islam. Di
dalam ilmu fiqh kita tentunya akan mengetahui apakah yang kita lakukan sudah tepat
atau belum sesuai dengan syari’at islam, sesuai dengan wahyu Allaah yaitu Al-Qur’an
dan sabda Rasulullaah Saw. Ilmu fiqh tentu cakupannya luas dan berhubungandengan
berbagai budang dan ilmu pengetahuan lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari,
dalam masalah habluminallaah dan habluminanaas.
Sehingga begitu urgent dan penting sekali kita memahami ilmu fiqh ini. Masalah
kita sehari-hari, dalam masalah social, politik, ekonomi, Ibadah dan lain sebagainya
tentu Allaah sudah siapkan jawaban atas semuanya, dan salah satu ikhtiar kita dalam
mencari solusi pada suatu permasalahan yaitu dengan mempelajari ilmu fiqh sehingga
kita dapat mencari tahu sesuatu masalah dan kaitannya apa dengan hukum syariat.

B. Saran
Pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak” tentu demikian juga
dengan isi makalah ini tidak akan lepas dari koreksi para pembaca. Karena kami
menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
nantinya makalah ini akan menjadi lebih sempurna dan lebih baik untuk dikonsumsi
oleh para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.tribunnews.com/pendidikan/2022/05/08/5-hukum-menikah-dalam-islam-
dari-wajib-sunah-hingga-haram#:~:text=Pada%20dasarnya%2C%20hukum
%20menikah%20adalah%20mubah%20atau%20sesuatu,bergantung%20pada
%20kondisi%20dan%20situasi%20orang%20hendak%20menikah.

https://adinawas.com/ayat-tentang-poligami-terjemah-indonesia-dan-inggris.html

https://rumaysho.com/15780-27-derajat-dalam-shalat-berjamaah.html

M. Fikril Hakim,S.H.I Kitab Fathul Mu’in Juz 1 Dan Juz 2

11

Anda mungkin juga menyukai