Disusun Oleh
MUHAMMAD TEGAR
HASBI FADILLAH
VIGA ESHWARDHANA
ARSITEKTUR
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
TAHUN AJAR 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmatnya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung. Makalah ini berjudul
“Hukum Islam fiqh”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan
untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………….…...……...……………....1
Daftar Isi………………………………………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………...………….………..…3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….…………...……………….……4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………….………...…………...………4
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………….……...…………………….4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fiqh, ……….……………………………..………………………………………5
Hukum Islam adalah seperangkat kaidah-kaidah hukum yang didasarkan pada wahyu
Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani
kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama Islam. Mulai
dari fiqh, bagaimana persamaan dan perbedaan fiqh dengan syari’ah, bagaimana latar belakang
lahirnya fiqh dan ulama-ulama fiqh Islam yang terkenal, apa saja ruang lingkup kajian fiqh, dan
bagaimana menyikapi perbedaan pendapat dalam fiqh, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia
dalam aktivitas sehari-hari.
PEMBAHASAN
Fiqh secara harfiah berarti "memahami". Fiqh digunakan untuk pemahaman dan pengetahuan
umum. Dalam perkembangan selanjutnya, fiqh menjadi istilah teknis yang mengacu pada disiplin ilmu
yang membahas hukum Syariah dalam kaitannya dengan tindakan para mualaf, seperti halal, tempat suci,
hadits, dan hal-hal serupa. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah antara lain:
a) Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah (fiqh ibadah), meliputi: membahas
hal-hal seperti wudhu, salat, puasa, haji dan yang lainnya.
b) Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan (fikih al-ahwal assakhsiyah),
meliputi pernikahan, talak, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yanglainya.
c) Hukum fiqh muamalah yakni hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan
diantara mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya.
d) Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara) (fiqh
siasah syar’iah), meliputi penegakan keadilan, penerapan hukum-hukum syari’at, dan lain-lain.
e) Hukum-hukum berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan
keamanan dan ketertiban yang disebut juga dengan fikih al-ukubat.
f) Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya, hukum ini disebut
juga dengan fikih as-siyar.Hukum ini membahas tentang perang atau damai dan yang lainnya.
g) Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupuun buruk(Fiqh adab
dan akhlak)
Kata ushul fiqh gabungan dari dua kata, yaitu ushul yang berarti fondasi, dasar, atau pokok dan
fiqh yang berarti paham yang mendalam. Definisi ushul fiqh menurut ulama266
a) Abdul Wahab Khalaf, ushul fiqh yaitu pengetahuan tentang kaidah dan pembahasannya yang
digunakan untuk menetapkan hukum-hukum syara’, Peraturan Allah yang berupa ketentuan-
ketentuan dan aturan tentang tingkah laku manusia yang berlaku dan bersifat mengikat bagi
seluruh umat Islam yang berhubungan dengan perbuatan manusia dari dalil-dalil terperinci.
b) Al-Ghazali, ushul fiqh yaitu ilmu yang membahas tentang dalil-dalil hukum syara’ dan bentuk-
bentuk penunjukkan dalil terhadap hukum syara’.
c) Asy-Syaukani, ushul fiqh yaitu ilmu untuk mengetahui kaidah-kaidah yang dapat digunakan
untuk mengeluarkan hukum syara’, berupa hukum cabang dari dalil-dalil yang terperinci.
d) Asy-Syafi’i, ushul fiqh adalah cara untuk mengetahui dalil-dalil fiqh secara global, cara
menggunakan, dan keadaan orang yang menggunakannya.
Dilihat dari sisi dalil maupun asasnya, ushul fikih berasal dari beberapa sumber diantaranya :
1. Alquran dan sunah.
2. Riwayat dari sahabat dan tabiin.
3. Konsensus ulama salafussaleh.
4. Kaidah bahasa Arab dan keterangan penguat yang dinukil dari bangsa Arab.
5. Fitrah dan akal yang sehat.
6. Ijtihad ulama yang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ushul fiqh yaitu kaidahkaidah yang
digunakan dalam usaha untuk memperoleh hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan mukallaf dari dalil-
dalil yang terperinci
Kaidah fiqhiyah, dari bahasa Arab yakni, qai’dah yang berarti ‘dasar’ atau ‘asas’, dan kata fiqhiyah
yang berasal dari kata fiqh yang berarti paham. Kaidah Fiqhiyah adalah salah satu metodologi yang digunakan
dalam merumuskan ilmu fiqih. Kaidah fiqhiyah diperoleh secara induktif, yaitu berasal dari penyelidikan
penyelesaian kasus-kasus fiqih, baru kemudian disimpulkan kaidahnya.
1. Lima kaidah dasar yang mempunyai skala cakupan menyeluruh, lima kaidah ini memiliki ruang
lingkup furi’iyyah yang sangat luas, komprehensif, dan universal, sehingga hampir menyentuh semua
elemen hukum fiqh.
2. Kaidah-kaidah yang mempunyai cangkupan furu’ cukup banyak, tetapi tak seluas yang pertama, kaidah
ini biasa disebut sebagai al-qawa’id al-aghlabiyah.
3. Kaidah yang mempunyai cangkupan terbatas (al-qawa’id al-qaliliyah) bahkan cenderung sangat sedikit.
Secara bahasa syariah berarti jalan air di sungai, dalam bahasa Arab diartika sebagai ‘jalan yang
lurus’. Menurut Fuqaha, syariah berarti hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT melalui rasul-Nya untuk
hamba-Nya. Fiqih dan syariah memiliki hubungan yang erat, dapat dibedakan, tetapi tidak mungkin
dipisahkan. Syariah adalah landasan fiqih, fiqih adalah pemahaman tentang syariah.
Seorang ahli hukum Islam harus dapat membedakan mana hukum Islam yang disebut syariah dan
mana pula hukum Islam yang disebut fiqih.Hal ini dikarenakan agar tidak menimbulkan salah pengertian
jika kedua istilah ini dirangkum kedalam satu perkataan.
1. Syariah terdapat di dalam Alquran dan kitab-kitab hadist. Fiqih terdapat dalam kitabkitab fiqih.
2. Syariah bersifat fundamental, ruang lingkup lebih luas meliputi akidah dan akhlak. Fiqih bersifat
instrumental, ruang lingkup terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia.
3. Syariah adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku abadi. Fiqih adalah
ijtihad manusia yang tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke masa.
4. Syariah hanya satu, sedang fiqih mungkin lebih dari satu seperti yang disebut dengan mazhab-
mazhab fiqh.
5. Syariah menunjukkan kesatuan dalam Islam, sedangkan fiqih menunjukkan keragamannya.
ilmu fiqih adalah ilmu yang membahas hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya, apakah hubungan tersebut wajib,
sunnah, haram, makruh atau boleh. Hubungan manusia dengan Tuhan misalnya dalam masalah ibadah
seperti sholat, do’a, puasa, haji dan hal-hal yang terkait lainnya. Sedang hubungan manusia dengan
sesama manusia meliputi pernikahan, jual beli, perjanjian, perdamaian, dan lain sebagainya. Adapun
hubungan manusia dengan makhluk lainnya berupa etika, adab, sopan santun, tata krama dalam pergaulan
dan perlakuan.
Ilmu fiqh dengan berbagai ruang lingkup kajiannya bersifat ijtihadiyah, berada dalam rentang
waktu yang cukup panjang. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah perkembangan fiqh. Sejarah
perkembangan fiqh dapat dibagi ke dalam lima periode yaitu periode Nabi Muhammad SAW, periode
Khulafaur Rasyidin (sahabat), periode Umayyah dan Abbasiyah, periode taqlid (penutupan pintu ijtihad),
dan periode kebangkitan.
1. Ilmu Fiqh pada Periode Nabi Muhammad SAW
Periode ini dimulai sejak kerasulan Muhammad SAW sampai wafatnya Nabi SAW (11
H./632 M.). Periode awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode
Madinah. Pada periode Makkah, risalah Nabi SAW lebih banyak tertuju pada masalah
aqidah.
Pada periode Madinah, ayat-ayat tentang hukum turun secara bertahap. Pada masa ini
seluruh persoalan hukum diturunkan Allah SWT, baik yang menyangkut masalah ibadah
maupun muamalah. Oleh karenanya, periode Madinah ini disebut juga oleh ulama fiqh
sebagai periode revolusi sosial dan politik.
Di zaman modern pula, suara yang menginginkan kebangkitan fiqih kembali semakin
vokal, khususnya setelah ulama fiqh dan ulama bidang ilmu lainnya menyadari ketertinggalan
dunia Islam dari dunia Barat. Bahkan banyak diantara sarjana muslim yang melakukan studi
komparatif antara fiqh Islam dan hukum produk Barat. Selanjutnya pada abad ke-19 Hijriah,
lahirlah Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh yang menyerukan kepada dunia
Islam untuk meninggalkan taqlid. Gerakan membuka kembali pintu ijtihad dengan merujuk
langsung kepada Al-Qur’an dan Sunnah ini dilakukan oleh dunia Islam yang bersentuhan
dengan peradaban modern. Munculah tokoh-tokoh pembaharu dari berbagai belahan dunia
Islam seperti Turki, India, Mesir, dan Indonesia. Tokoh pembaharu Islam dari Turki seperti
Zia Gokalf dan Sultan Mahmud II. Di India terdapat nama Ahmad Khan dan Sayyid Ameer
Ali. Di Mesir terdapat Muhammad Abduh danRasyid Ridha sedangkan di Indonesia terdapat
KH.Ahmad Dahlan dan Ahmad Syurkati.
A. Abu Hanifah al- Nu’man Nama lengkapnya adalah Abu Hanifah Al-Nu’man Ibn Sabit.
Beliau lahir di Kufah pada 700 M dan berasal dari keturunan Persia.Beliau meninggal
dunia pada 767 M, Usia Abu Hanifah sekitar 67 tahun. Abu Hanifah Pernah berkata
“Pertama-tama saya mencari dasar hukum dalam Al-Qur’an, kalau tidak ada saya cari dalam
Sunnah nabi, dan kalau tidak ada saya cari dalam fatwa-fatawa sahabat, dan saya pilih mana
yang saya rasa terkuat, dan kalau orang mengadakan ijtihad maka saya mengadakan ijtihad
pula.” Abu Hanifah dikenal sangat hatihati dalam menggunakan sunnah sebagai sumber
hukum.
. Sumber hukum yang digunakan Abu Hanifah yaitu Al- Qur’an, As-sunnah (secara
selektif), al- Ra’yu, qiyas, istihsan, dan syar’u man qablana (agama sebelum kita). Qiyas
adalah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya
dengan membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena adanya persamaan‘illat. Sedangkan istihsan
adalah menetapkan hukum terhadap suatu masalah yang menyimpang dari ketetapan hukum
yang diterapkan pada masalahmasalah yang serupa karena ada alasan yang lebih kuat.
c. Kitab Musnad.
Pada zaman Rasulullah belum ada ilmu khusus yang mempelajari Ushul Fiqh. Karena
pada masa itu, Rasul sendiri yang memberikan fatwa dan menetapkan hukum secara langsung
dengan mengambil nash dari al Qur’an atau menjelaskan hukum sesuai sunnahnya. Disamping
itu, Beliau juga berijtihad dalam menetapkan hukum-hukum tertentu, akan tetapi ijtihadnya
dilakukan secara naluri, artinya dilakukan tanpa memerlukan usul dan kaidah yang dijadikan
pedoman dalam mengistinbathkan hukum. (Salam, 1994 : 70)
Masalah seperti dalam Ushul Fiqh sudah ada sejak zaman Rasulullah dan sahabat yaitu
seperti ijtihad, qiyas, nasakh dan takhsis. Contoh ijtihad seperti yang dilakukan oleh Mu’adz bin
Jabbal (Abu Daud, IX, 509). Tentang takhsis seperti ketika Abdullah bin Mas’ud dalam
menetapkan iddah wanita hamil. Dia menetapkan bahwa batas iddah-nya berakhir ketika is
melahirkan. Pendapat tersebut didasarkan pada surat at Thalaq ayat 4 dan 6. Menurutnya ayat
tersebut turun setelah surat al Baqarah ayat 228. Kasus tersebut terkandung pemahaman ushul,
bahwa nash yang datang kemudian dapat me-nasakh atau men-takhsis yang datang terdahulu.
(Abu Zahrah : 11).
Pada masa Tabi’in, cara meng-istinbath hukum semakin berkembang. Diantara mereka
ada yang menempuh metode qiyas disamping berpegang pada fatwa sahabat. Pada masa ini
mulai tampak perbedaan-perbedaan mengenai hukum. Perbedaan itu terlihat jelas pada masa al
‘Aimmat al Mujtahidin. Seperti Abu Hanifah misalnya menempuh metode qiyas dan istihsan,
sementara Imam Malik berpegang pada amalan orang-orang Madinah. Menurutnya amalan
mereka lebih dapat dipercaya dari pada hadits ahad. (Abu Zahrah : 12)
Hal itu menunjukkan bahwa pada zaman nabi, sahabat, tabi’in dan sesudahnya mengalami
perkembangan pemikiran. Tapi corak perkembangan belum terbukukan secara sistematis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan agama, menjamin, menjaga
dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban
keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebagai umat Islam hendaknya memahami hukum Islam dengan baik, karena hukum ini mengatur
berbagai kehidupan umat manusia untuk mencapai kemaslahatan.
2. Setiap manusia hendaknya menjungjung tinggi Hak Asasi Manusia, karena hak ini sebagai dasar
yang melekat pada diri tiap manusia.
3. Dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum, hak dan kewajiban
asasi manusia, serta kehidupan berdemokrasi hendaknya berdasarkan prinsip-prinsip yang diajarkan
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam danInstitusi Pendidikannya, (Jakarta, 2012).
Abdul Sami Ahmad Iman, Pengantar Studi Perbandingan Madzhab, (Jakarta: Pustaka AlKautsar).
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: raja Grafindo Persada).
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta, UI Press, 1979, cetakan 1).
Maimun Zubair (pengantar), Formulasi Nalar Fiqh, (Lirboyo: Team Kaki Lima Lirboyo).
Majlis Syura PBB, Syariah Islam dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Mohammad Daud Ali,
Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2018).
Suratno&AnangZamroni, Mendalami UsulFikih, (Solo: Tiga Serangkai, 2014).
SyekhUhammad Ali As Saayis terjemahan dari Nasyatul Fiqhil ijtihaadi wa athwaaruhu oleh M Ali
Hasan, Pertumbuhan dan perkembangan Hukum Fiqh, (Jakarta: Rajawali Press)
YazidAfandi, “Urgensi Kaidah Fiqhiyah Bagi Dunia Bisnis”, Az-Zarqa, Vol. 4, No. 2 Desember 2012.
Yusuf Al-Qardawi, Fiqh Perbedaan Pendapat, (Jakarta: Rabbani Press) Zainuddin Ali, Hukum Islam
Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006).