Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fatwa Dan Yurisprudensi
Disusun Oleh:
Mohammad Abdurrohman(204102010085)
FAKULTAS SYARIAH
PERIODE 2023
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A.Latar belakang.........................................................................................1
B.Rumusan Masalah...................................................................................2
C.Tujuan Makalah......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A.Kesimpulan.............................................................................................12
B.Saran........................................................................................................12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fatwa dan yurisprudensi adalah dua konsep hukum yang memiliki akar
sejarah panjang dalam peradaban hukum, terutama dalam konteks hukum Islam.
Fatwa adalah pendapat hukum yang diberikan oleh seorang ulama atau otoritas
agama Islam mengenai masalah hukum tertentu berdasarkan interpretasi Al-Quran
dan Hadis.1 Sementara itu, yurisprudensi, yang sering disebut sebagai "fiqh,"
adalah ilmu hukum Islam yang mengkaji dan mengembangkan pandangan hukum
berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam. Baik fatwa maupun yurisprudensi
memiliki peran penting dalam mengatur kehidupan dan tatanan sosial masyarakat
Muslim.
1
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Peradilan dan Hukum AcaraIslam, h. 86.
iv
peran penting dalam mengeluarkan fatwa dan memberikan panduan hukum Islam
di Indonesia. MUI telah merilis berbagai fatwa tentang berbagai isu, termasuk
pernikahan, warisan, keuangan syariah, dan banyak lainnya.
Selain MUI, lembaga-lembaga agama lainnya dan para ulama terkemuka juga
berperan dalam mengembangkan yurisprudensi Islam di Indonesia. Mereka
berkontribusi dalam menginterpretasikan prinsip-prinsip hukum Islam dalam
konteks sosial dan budaya Indonesia yang beragam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah fatwa dan yurisprudensi bisa dijadikan pedoman di indonesia?
2. Bagaimana fatwa dan yurisprudensi Menjawab Isu Hukum di indonesia?
C. Tujuan Makalah
1. Mampu Memahami fatwa dan yurisprudensi bisa dijadikan pedoman di
indonesia
2. Mampu Mengetahui fatwa dan yurisprudensi Menjawab Isu Hukum di
indonesia
BAB II
v
PEMBAHASAN
Fatwa menurut bahasa berarti jawaban dari suatu kejadian (peristiwa), yang
merupakan bentukan sebagaimana dikatakan oleh Zamakhsyari dari kata al-fatā
(pemuda) dalam usianya, dan sebagai kata kiasan (metafora) atau (isti’arah)
menurut Amir Syarifuddun, ilfta berasal dari kata afta, yang artinya memberikan
penjelasan. Menurut kamus Lisan al-Arab, fatwa berarti menjelaskan2.
2
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 259.
3
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan, terj. As’ad Yasin (Jakarta: Gema
Insani Press, 1997), 5.
4
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah (Depok: Al-Huda, 2005), 88.
vi
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Kebolehan untuk berijtihad juga
diperkuat keterangan hadist yang diriwayatkan oleh Mu’adz ibn Jabal ketika
diutus Rasulullah SAW untuk menjadi qadhi di Yaman. Rasulullah bertanya
kepada Mu’adz apakah yang akan dilakukan dalam berhukum jika ia tidak
menemukan dalil naqli dari Al-Quran maupun sunnah, maka Mu’adz.
5
Asrorun Ni’am Sholeh, Metodologi Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (tmp: Emir
Cakrawala Islam, 2016), 122-123.
vii
Lalu Yurisprudensi ditinjau dari segi peristilahan atau segi harfiah, asal-mula
perkataan yurisprudensi adalah berakar dari istilah bahasa Latin ’’iuris prudentia”,
yang berarti ilmu pengetahuan hukum. Dalam bahasa Belanda, dipergunakan
istilah ’’jurisprudentie” yang dalam kamus hukum karangan Fockema Andrea
disebutkan sebagai:
6
Prof. Mr. Subekti, yurisprudensi diartikan sebagai ’’putusan-putusan Hakim
atau Pengadilan yang tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Kasasi, atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah tetap
(konstant)”
6
Prof. DR. Paulus Effendie Lotulung, S.H.(Guru Besar Fakultas Hukum-Universitas Pakuan
Bogor).
7
Prof. Mr. Subekti
viii
b. yurisprudensi adalah ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan oleh
Pengadilan (Kamus Pockema Andrea);
c. yurisprudensi adalah pengumpulan yang sistematis dari keputusan
Mahkamah Agung dan Keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh
Hakim lain dalam memberi keputusan dalam soal yang sama (kamus
Pockema Andrea):
d. yurisprudensi diartikan sebagai Rechtsgeleerheid Rechtsspraak,
Rechtsopvatting gehudligde door de (hoogste) Rechtscolleges,
Rechtslichamen blijklende uitgenomende beslisstingen (kamus koenen
endepols);
e. yurisprudensi diartikan sebagai Rechtsopvatting van de Rechterlijke macht,
blijkende uitgenomen beslisstingen toegepasrecht de jurisprudentie van de
Hoge Raad (kamus van Dale).
f.Pendapat R. Soebekti: Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim atau
pengadilan yang tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Kasasi atau putusanputusan Mahkamah Agung sendiri yang
tetap (Constant).
ix
e. keputusan itu dibenarkan oleh Mahkamah Agung.
B.Pandangan hukum di indonesia terhadap Fatwa dan Yurisprudensi
Mencermati Posisi MUI secara kelembagaan Negara maka MUI berada pada
kawasan infrastruktur politik. Maksudnya, Infrastruktur politik adalah segolongan
lembaga yang hidup di dalam masyarakat. Eksistensinya di tengah masyarakat dan
merupakan nadir kehidupan sosio-kultural masyarakat. Infrastruktur berada pada
ruang-ruang pemberdayaan masyarakat sehingga tindakannya hanya nampak
dengan cara mendalami masyarakat itu. MUI beranggotakan alim ulama umat
Islam yang memiliki tugas dan fungsi untuk pemberdayaan masyarakat khususnya
umat Islam. Maksudnya MUI merupakan organisasi yang berada dalam
masyarakat, dan bukan merupakan institusi milik Negara atau merepresentasikan
Negara itu sendiri. Sehingga, fatwa MUI tidak bersifat mengikat, dan bukan
termasuk hukum Negara yang mempunyai kedaulatan yang bisa dipaksakan bagi
seluruh rakyat. Selain itu, Fatwa MUI juga tidak mempunyai sanksi maupun
muatan hukum dan tidak harus ditaati oleh seluruh warga negara. Sebagai sebuah
kekuatan sosial politik yang ada dalam infrastruktur hukum Islam, fatwa MUI
sebatas mengikat dan ditaati oleh komunitas umat Islam yang merasa mempunyai
ikatan secara vertikal terhadap MUI itu sendiri. Sehingga, legalitas fatwa yang
dikeluarkan oleh MUI pun tidak mampu memaksa harus ditaati oleh seluruh umat
Islam dari beragam sekte maupun golongan. Terlebih untuk memaksa dan harus
ditaati oleh seluruh warga negara Indonesia.
9
Moh. Mahfud MD berjudul “Fatwa MUI dan Living Law Kita”. Media Indonesia pada
Senin 26 Desember 2016.
x
Fatwa MUI memiliki power independen yang mempengaruhi politik
pemerintahan dalam merumuskan peraturan bernafaskan substansi ajaran Islam.
yang demikian, fatwa memiliki control power terhadap politik pemerintahan.
Sehingga Power independen MUI ini dapat mempengaruhi relasi antara fatwa
MUI dan politik pemerintahan di Indonesia membentuk pola inter-independensi
berbasis ikatan sipil. Ada beberapa pola fatwa MUI pasca reformasi. Pertama,
fatwa-fatwa yang memperkuat keutuhan NKRI. Kedua, fatwa-fatwa yang dengan
kekuatan nalar publik sehingga menjadi inspirasi penyusunan undang-undang,
seperti fatwa gerakan sesat Ahmadiyyah, pornografi, perda-perda syari’ah dan
bank syariah. Ketiga, fatwa-fatwa yang memiliki dampak terhadap pembentukan
opini publik seperti demokrasi dalam pertisipatif pemilu, kemudian melahirkan
fatwa haram golput, calon anggota legislatif non-Muslim dan memilih presiden
perempuan. 10
Fatwa dalam literatur fiqih Islam, memiliki peranan yang cukup dominan dalam
memberikan pertimbangan hukum dalam kalangan umat, meskipun dianggap
tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat (ghair mulzimah), berbeda
dengan putusan pengadilan yang memiliki bersifat ilzam (mengikat). Dalam
konteks hukum ke-Indonesia-an, status fatwa MUI memiliki pengaruh yang
signifikan, dan telah menjadi landasan bagi pembangunan etika politik Islam dan
hukum Islam di Indonesia. Kedudukan fatwa dalam konteks hubungan syariah
dan hukum negara dapat menjadi grand desain hukum nasioanl Indonesia.
Hal ini tentu sejalan dengan Yurisprudensi dapat dijadikan sebagai sumber atau
acuan saat membentuk undang-undang; mengambil putusan terhadap suatu
permasalahan yang sama dalam hal peraturannya belum ada; mengembangkan
10
Ahmad Badrut Tamam, kedudukan Fatwa Majelis Ulama (MUI) dan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Dalam Sistem Hukum Indonesia, Al-Musthofa: Journal Of Sharia Economics
(Lamongan: 2021) V. 4, 173
xi
ilmu hukum melalui peradilan. Maka nampak bahwa peranan yurisprudensi sangat
besar dalam pembangunan hukum Ke-Indonesian.11
MUI jika dilihat dari prespektif kelembagaan Negara berada pada ranah
kawasan infrastruktur politik, ia erada di tengah masyarakat dan merupakan
denyut jantung kehidupan sosio-kultural masyarakat. Infrastrukutr lebih berada di
ruang-ruang pemberdayaan masyarakat sehingga perannya hanya dapat dilihat
dengan cara mendalami masyarakat tersebut. Sebab MUI adalah organisasi alim
ulama umat Islam yang mempunyai tugas dan fungsi untuk pemberdayaan
masyarakat/umat Islam. MUI adalah organisasi yang ada dalam masyarakat, dan
bukan merupakan institusi milik Negara atau merepresentasikan Negara. Artinya
pula, fatwa MUI bukanlah hukum Negara yang mempunyai kedaulatan yang bisa
dipaksakan bagi seluruh rakyat. Fatwa MUI juga tidak mempunyai sanksi dan
tidak harus ditaati oleh seluruh warga negara. Sebagai sebuah kekuatan sosial
politik yang ada dalam infrastruktur ketatanegaraan, fatwa MUI hanya mengikat
dan ditaati oleh komunitas umat Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap
MUI itu sendiri. Artinya, sebenarnya legalitas fatwa MUI pun tidak bisa dan
mampu memaksa harus ditaati oleh seluruh umat Islam. Apalagi untuk memaksa
dan harus ditaati oleh seluruh warga negara Indonesia.12
Peraturan perundang-undangan tidak pernah mengatur secara lengkap dan
detail bagaimana pemenuhan aturan hukum dalam setiap peristiwa hukum, oleh
karenanya yurisprudensi lah yang akan melengkapinya. Selain untuk mengisi
kekosongan hukum, yurisprudensi merupakan instrumen hukum dalam rangka
menjaga kepastian hukum. Tulisan ini berusaha mengkaji kedudukan
yurisprudensi dikaitkan dengan tugas dan fungsi MK sebagai pengawal konstitusi,
bukan sebagai penegak undang-undang. Metode analisis yang digunakan adalah
11
Prof. Paulus Efendi Lotulung, Peranan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum (Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 1997), 6
12
Al Fitri Johar, „Kekuatan Hukum Fatwa…, hlm. 7
xii
studi pustaka dengan pendekatan perbandingan. Kesimpulan yang didapat dalam
penelitian ini adalah bahwa yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum
yang penting dalam tradisi civil law. Setiap diskursus tentang yurisprudensi dalam
tradisi civil law mengisyaratkan bahwa tradisi civil law mengakui hukum selain
yang tertuang dalam bentuk undang-undang, juga terdapat hukum yang bersumber
dari hukum hakim (judge made law) (rechtstersrecht) yang lebih dikenal dengan
nama yurisprudensi.13
Yurisprudensi tidak selalu mepunyai fungsi yang penting saja di indonesia
tetapi juga memiliki kedudukan hukum yang jelas, baik dalam teori maupun
praktik. Menurut Bismar siregar bahwasanya secara historis Indonesia
mempunyai kedekatan keluarga dengan system hukum civil law melalui jaman
penjajahan Belanda, namun belum ada pengertian baku atau tepat mengenai
apakah yang dimaksud dengan yurisprudensi itu. Sebagai wujud penemuan
hukum, dasar yang dijadikan landasan lahirnya yurisprudensi adalah Pasal 5 ayat
(1) UU No. 48/2009 (Kekuasaan Kehakiaman) menyatakan : "Hakim dan hakim
konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat". Maksud yang terkandung dari pasal itu
adalah agar keputusan yang diambil hakim sesuai dengan hukum. Ketentuan ini
berkaitan dengan asas iura curia novit.
Dari uraian yang sudah dibahas di atas terlihat bahwasanya dari berbagai
pengertian tentang yurisprudensi namun terdapat salah satu cirri khas dari suatu
istilah yurisprudensi yaitu keterkaitan antara hakim pada putusan-putusan
terdahulu. Untuk beberapa hal pengertian seperti ini mengingatkan antara
keterkaitan pengertian yurisprudensi dengan doktrin stare decidis dalam tradisi
common law.
13
Jurnal Enrico Simanjuntak, Peran Yurisprudensi dalam Sistem Hukum di Indonesia. 2019
xiii
kemudian dicsntumkn kaidah hukum yang kemudian menjadi norma yang
diterapkan dan diikuti di berbagai kasus yang serupa atau sama, doktrin preseden
atau stare decisis menjadi jantung system hukum inggris (atau system common
law) pada umumnya).
Dari segi teori dan praktik, yurisprudensi diterima dalam sumber hukunm
baik dalam system hukum civil law maupun common law. Tetapi tidak semua
penulis menerima kalau yurisprudensi termasuk dalam sumber hukum, ada
beberapa yang tidak mengakui atau menolak. Pada dasarnya system hukum antara
common kaw dan civil law ada terdpat perbedaan dalam menganggap
yurisrudensi tetapi dalam perkembangan di era sekarang perbedaan tersebut
sangat tipis dan menjadikan saling keterkaitan antara keduanya.
Dengan demikian dari putusan terdahulu dari hakim yang lebih tinggi dari
kasus yang sama. Sehingga antara kedua sstem hukum tersebut mempunyai
keterkaitan atau hubunganya dengan yurisprudensi sudah tidak di ragukan lagi
secara mutlak dan dimetral karena kedua system tersebut saling memasuki satu
sama lain, sehingga batas keduanya lebih bersifat doktrinasi dalam dunia teori
saja. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fatwa juga bukanlah hukum negara yang memiliki kedaulatan yang bisa
dipaksakan kepada rakyat,Fatwa juga tidak mempunyai sanksi dan tidak harus
ditaai oleh seluruh warga negara.Sedangkan yurisprudensi merupakan
kebalikanya
14
Artikel Mar atussalamah, Perbedaan Mendasar Yurisprudensi dan Fatwa, 2021
xiv
B. Saran
Kedepanya agar kita dapat memahami dengan lebih jelas dalam Fatwa dan
Yurisprudensi ini,terkhusus didalam Kedudukan Hukum Fatwa Dan
Yurisprudensi Di Indonesia,karena masih minimnya pemahaman kita terhadap
materi ini
DAFTAR PUSAKA
Ahmad Badrut Tamam, Kedudukan Fatwa Majelis Ulama (MUI) Dan Fatwa
2005), 88.
Http:// Mediaindonesia.Com/Read/Detail/84453-Fatwa-Mui-Dan-Living-Law-Kita. Di
xv
Jurnal Enrico Simanjuntak, Peran Yurisprudensi Dalam Sistem Hukum Di Indonesia.
2019
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 259.
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian Dan Kecerobohan, Terj. As’ad Yasin
xvi