Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEDUDUKAN HUKUM FATWA DAN YURISPRUDENSI DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fatwa Dan Yurisprudensi

Dosen Pengampu Ana Laela Fatikhatul Choiriyah, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Muhammad Luhmas Diovy Sabili (214102010021)

Nurul Mustofa (204102010044)

Moh. Rizky Nur Hidayat (212102010051)

Mohammad Abdurrohman(204102010085)

FAKULTAS SYARIAH

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA

UNIVERSITAS KH.AHMAD SHIDDIQ JEMBER

PERIODE 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, dan tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “Kedudukan Hukum Fatwa Dan Yurisprudensi Di
Indonesia”
Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah ikut
berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada
teman-teman sekalian. kami juga menyadari banyak kekurangan dalam makalah
ini, oleh karna itu dengan segala kerendahan hati untuk memberikan kritik dan
sarannya.

Jember, 14 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

A.Latar belakang.........................................................................................1
B.Rumusan Masalah...................................................................................2
C.Tujuan Makalah......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A.Pengertian Fatwa dan Yurisprudensi......................................................3


B.Pandangan hukum di indonesia terhadap fatwa dan yurisprudensi........7
C.Kedudukan Fatwa Dan Yurisprudensi di ndonesia.................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................12

A.Kesimpulan.............................................................................................12
B.Saran........................................................................................................12

BAB IV DAFTAR PUSAKA..........................................................................13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fatwa dan yurisprudensi adalah dua konsep hukum yang memiliki akar
sejarah panjang dalam peradaban hukum, terutama dalam konteks hukum Islam.
Fatwa adalah pendapat hukum yang diberikan oleh seorang ulama atau otoritas
agama Islam mengenai masalah hukum tertentu berdasarkan interpretasi Al-Quran
dan Hadis.1 Sementara itu, yurisprudensi, yang sering disebut sebagai "fiqh,"
adalah ilmu hukum Islam yang mengkaji dan mengembangkan pandangan hukum
berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam. Baik fatwa maupun yurisprudensi
memiliki peran penting dalam mengatur kehidupan dan tatanan sosial masyarakat
Muslim.

Di Indonesia, sebuah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, fatwa


dan yurisprudensi memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi hukum
dan norma sosial. Meskipun Indonesia adalah negara dengan sistem hukum yang
lebih sekuler, fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Ulama atau otoritas agama
Islam memiliki pengaruh kuat terhadap pandangan dan tindakan masyarakat
Muslim. Fatwa sering dianggap sebagai panduan moral dan etika dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal pernikahan, warisan, dan ritual
agama.Sementara itu, yurisprudensi Islam juga memiliki tempat yang penting
dalam perkembangan sistem hukum di Indonesia. Selain menjadi sumber inspirasi
bagi beberapa undang-undang yang terkait dengan masalah perkawinan dan
warisan, prinsip-prinsip yurisprudensi Islam sering digunakan dalam proses
pengadilan dalam kasus-kasus yang melibatkan hukum Islam.

Indonesia memiliki sejarah panjang dalam penggunaan fatwa dan yurisprudensi


dalam hukum Islam. Salah satu titik penting dalam sejarah ini adalah
pembentukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975, yang memiliki

1
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Peradilan dan Hukum AcaraIslam, h. 86.

iv
peran penting dalam mengeluarkan fatwa dan memberikan panduan hukum Islam
di Indonesia. MUI telah merilis berbagai fatwa tentang berbagai isu, termasuk
pernikahan, warisan, keuangan syariah, dan banyak lainnya.

Selain MUI, lembaga-lembaga agama lainnya dan para ulama terkemuka juga
berperan dalam mengembangkan yurisprudensi Islam di Indonesia. Mereka
berkontribusi dalam menginterpretasikan prinsip-prinsip hukum Islam dalam
konteks sosial dan budaya Indonesia yang beragam.

Dengan demikian, fatwa dan yurisprudensi memiliki kedudukan yang penting


dalam tatanan hukum dan sosial Indonesia, terutama bagi masyarakat Muslim.
Meskipun bukan bagian resmi dari sistem hukum nasional, pandangan dan
panduan yang diberikan oleh fatwa dan yurisprudensi tetap memiliki dampak
yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari dan proses pengadilan di negara ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah fatwa dan yurisprudensi bisa dijadikan pedoman di indonesia?
2. Bagaimana fatwa dan yurisprudensi Menjawab Isu Hukum di indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Mampu Memahami fatwa dan yurisprudensi bisa dijadikan pedoman di
indonesia
2. Mampu Mengetahui fatwa dan yurisprudensi Menjawab Isu Hukum di
indonesia

BAB II

v
PEMBAHASAN

A.Pengertian Fatwa Dan Yurisprudensi

Fatwa menurut bahasa berarti jawaban dari suatu kejadian (peristiwa), yang
merupakan bentukan sebagaimana dikatakan oleh Zamakhsyari dari kata al-fatā
(pemuda) dalam usianya, dan sebagai kata kiasan (metafora) atau (isti’arah)
menurut Amir Syarifuddun, ilfta berasal dari kata afta, yang artinya memberikan
penjelasan. Menurut kamus Lisan al-Arab, fatwa berarti menjelaskan2.

Pengertian fatwa menurut syara’ ialah menerangkan hukum syara dalam


suatu persoalan menjadi sebuah jawaban dari suatu pertanyaan, baik si penanya
itu jelas identitasnya maupun tidak, serta berbentuk perseorangan atau kolektif 3.
Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia mengartikan fatwa sebagai jawaban
(keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah. Fatwa
juga bermakna nasihat orang alim, pelajar baik, petuah. Sehingga dapat
disimpulkan fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti terhadap peristiwa hukum
yang diajukan kepadanya. Fatwa itu sendiri lebih khusus dari pada fikih atau
ijtihad secara umum. Karena fatwa yang dikeluarkan sudah dirumuskan dalam
fikih, hanya belum dipahami oleh peminta fatwa.

Pada umumnya fatwa ditetapkan berdasarkan keterangan AlQuran, hadist,


ijma’, dan qiyas. Keempatnya merupakan sumber dalil hukum syariah yang telah
disepakati oleh jumhur ulama. Jumhur ulama menyepakati validitas keempat
sumber tersebut sebagai sumber-sumber hukum syariah, berdasarkan firman Allah
didalam Al-Quran Surat AnNisa’ ayat 59 sebagai berikut yang sebagaimana
artinya:4

2
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 259.

3
Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan, terj. As’ad Yasin (Jakarta: Gema
Insani Press, 1997), 5.

4
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah (Depok: Al-Huda, 2005), 88.

vi
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Kebolehan untuk berijtihad juga
diperkuat keterangan hadist yang diriwayatkan oleh Mu’adz ibn Jabal ketika
diutus Rasulullah SAW untuk menjadi qadhi di Yaman. Rasulullah bertanya
kepada Mu’adz apakah yang akan dilakukan dalam berhukum jika ia tidak
menemukan dalil naqli dari Al-Quran maupun sunnah, maka Mu’adz.

Kebolehan untuk berijtihad juga diperkuat keterangan hadist yang


diriwayatkan oleh Mu’adz ibn Jabal ketika diutus Rasulullah SAW untuk menjadi
qadhi di Yaman. Rasulullah bertanya kepada Mu’adz apakah yang akan dilakukan
dalam berhukum jika ia tidak menemukan dalil naqli dari Al-Quran maupun
sunnah, maka Mu’adz menjawab bahwa ia akan berijtihad dengan akalnya, dan
Rasullah pun menyetujuinya5.

Terpaut dengan fiqh, keduanya memiliki hubungan saling melengkapi, di


mana fatwa memuat uraian sistematis tentang substansi hukum Islam. Fiqh
dipandang sebagai kitab hukum, serta sebagai rujukan normatif dalam melakukan
perbutan sehari-hari. Sehingga secara jelas fatwa memiliki fungsi sebagai
penerapan secara konkret ketentuan fiqh dalam masalah tertentu.5 Maka
dikeluarkannya fatwa dipandang sebagai pendapat hukum yang berdasarkan
pertimbangan. Pengeluaran fatwa ini dimaksudkan untuk melaksanakan fungsinya
yang utama, yakni memberikan pendapat hukum suatu masalah, sesuai dengan
pendapat mereka, tentang tindakan apa yang benar menurut pandangan syariah.
Fatwa telah berperan dalam menjelaskan hukum Islam yang berbentuk jawaban
konkret terhadap kasus demi kasus yang telah dihadapi oleh masyarakat yang
dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum syariah
terhadap masalah tertentu.

5
Asrorun Ni’am Sholeh, Metodologi Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (tmp: Emir
Cakrawala Islam, 2016), 122-123.

vii
Lalu Yurisprudensi ditinjau dari segi peristilahan atau segi harfiah, asal-mula
perkataan yurisprudensi adalah berakar dari istilah bahasa Latin ’’iuris prudentia”,
yang berarti ilmu pengetahuan hukum. Dalam bahasa Belanda, dipergunakan
istilah ’’jurisprudentie” yang dalam kamus hukum karangan Fockema Andrea
disebutkan sebagai:

’’yurisprudensi, Peradilan (dalam pengertian umum, pengertian abstrak),


khususnya ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan oleh peradilan (sebagai
kebalikan dari ajaran hukum/doctrin dari pengarang-pengarang terkemuka),
selanjutnya pengumpulan yang sistematis dari putusan Mahkamah Agung dan
putusan Pengadilan Tinggi (yang tercatat) yang diikuti oleh hakim-hakim dalam
memberikan putusannya dalam soal yang serupa”. Dengan demikian di negara-
negara yang menggunakan sistem hukum civil-law dan Eropa Kontinental istilah
yuridisprudensi diartikan sebagai putusanputusan hakim yang telah berkekuatan
hukum tetap dan diikuti oleh para Hakim atau Badan-badan Peradilan lainnya
dalam kasus atau perkara yang sama.

6
Prof. Mr. Subekti, yurisprudensi diartikan sebagai ’’putusan-putusan Hakim
atau Pengadilan yang tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Kasasi, atau putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah tetap
(konstant)”

Dalam salah satu penelitian hukum tentang Peningkatan Yurisprudensi


sebagai sumber hukum yang dilakukan olehBadan Pembinaan Hukum Nasional
Tahun 1991/1992 telah dikumpulkan beberapa definisi pengertian yurisprudensi,
yaitu antara lain7:

a. yurisprudensi, yaitu peradilan yang tetap atau hukum peradilan (Poemadi


Poerbatjaraka.dan Soerjono Soekanto);

6
Prof. DR. Paulus Effendie Lotulung, S.H.(Guru Besar Fakultas Hukum-Universitas Pakuan
Bogor).

7
Prof. Mr. Subekti

viii
b. yurisprudensi adalah ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan oleh
Pengadilan (Kamus Pockema Andrea);
c. yurisprudensi adalah pengumpulan yang sistematis dari keputusan
Mahkamah Agung dan Keputusan Pengadilan Tinggi yang diikuti oleh
Hakim lain dalam memberi keputusan dalam soal yang sama (kamus
Pockema Andrea):
d. yurisprudensi diartikan sebagai Rechtsgeleerheid Rechtsspraak,
Rechtsopvatting gehudligde door de (hoogste) Rechtscolleges,
Rechtslichamen blijklende uitgenomende beslisstingen (kamus koenen
endepols);
e. yurisprudensi diartikan sebagai Rechtsopvatting van de Rechterlijke macht,
blijkende uitgenomen beslisstingen toegepasrecht de jurisprudentie van de
Hoge Raad (kamus van Dale).
f.Pendapat R. Soebekti: Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim atau
pengadilan yang tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai
Pengadilan Kasasi atau putusanputusan Mahkamah Agung sendiri yang
tetap (Constant).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum


Nasional (B.P.H.N.)8 tahun 1994/1995, bahwa suatu putusan Hakim dapat disebut
sebagai Yurisprudensi apabila putusan itu sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima)
unsur pokok yaitu:

a. keputusan atas sesuatu peristiwa apa hukumnya apabila belum jelas


pengaturan perundang-undangan;
b. keputusan tersebut harus sudah merupakan keputusan tetap;
c. telah berulang-kali diputus dengan keputusan yang sama dalam kasus yang
sama.
d. memenuhi rasa keadilan.
8
Prof. DR. Paulus Effendie Lotulung, S.H.(Guru Besar Fakultas Hukum-Universitas Pakuan
Bogor).

ix
e. keputusan itu dibenarkan oleh Mahkamah Agung.
B.Pandangan hukum di indonesia terhadap Fatwa dan Yurisprudensi

Peraturan perundang-undangan Indonesia (Perpu) dalam pembangunan politik


hukum nasional lebih mengedepankan instrumen formil sebagaimana tercantum
dalam ketentuan hukum nasional apabila dibandingkan dengan hukum
yurisprudensi dan living law. Sejalan dengan pendapat Mahfud MD berkaitan
dengan MUI “…bahwa dari sudut konstitusi dan hukum, fatwa Majelis
Ulama Indonesia (MUI) tidak mengikat dan tidak bisa dipaksakan melalui
penegak hukum…”. 9

Mencermati Posisi MUI secara kelembagaan Negara maka MUI berada pada
kawasan infrastruktur politik. Maksudnya, Infrastruktur politik adalah segolongan
lembaga yang hidup di dalam masyarakat. Eksistensinya di tengah masyarakat dan
merupakan nadir kehidupan sosio-kultural masyarakat. Infrastruktur berada pada
ruang-ruang pemberdayaan masyarakat sehingga tindakannya hanya nampak
dengan cara mendalami masyarakat itu. MUI beranggotakan alim ulama umat
Islam yang memiliki tugas dan fungsi untuk pemberdayaan masyarakat khususnya
umat Islam. Maksudnya MUI merupakan organisasi yang berada dalam
masyarakat, dan bukan merupakan institusi milik Negara atau merepresentasikan
Negara itu sendiri. Sehingga, fatwa MUI tidak bersifat mengikat, dan bukan
termasuk hukum Negara yang mempunyai kedaulatan yang bisa dipaksakan bagi
seluruh rakyat. Selain itu, Fatwa MUI juga tidak mempunyai sanksi maupun
muatan hukum dan tidak harus ditaati oleh seluruh warga negara. Sebagai sebuah
kekuatan sosial politik yang ada dalam infrastruktur hukum Islam, fatwa MUI
sebatas mengikat dan ditaati oleh komunitas umat Islam yang merasa mempunyai
ikatan secara vertikal terhadap MUI itu sendiri. Sehingga, legalitas fatwa yang
dikeluarkan oleh MUI pun tidak mampu memaksa harus ditaati oleh seluruh umat
Islam dari beragam sekte maupun golongan. Terlebih untuk memaksa dan harus
ditaati oleh seluruh warga negara Indonesia.

9
Moh. Mahfud MD berjudul “Fatwa MUI dan Living Law Kita”. Media Indonesia pada
Senin 26 Desember 2016.

x
Fatwa MUI memiliki power independen yang mempengaruhi politik
pemerintahan dalam merumuskan peraturan bernafaskan substansi ajaran Islam.
yang demikian, fatwa memiliki control power terhadap politik pemerintahan.
Sehingga Power independen MUI ini dapat mempengaruhi relasi antara fatwa
MUI dan politik pemerintahan di Indonesia membentuk pola inter-independensi
berbasis ikatan sipil. Ada beberapa pola fatwa MUI pasca reformasi. Pertama,
fatwa-fatwa yang memperkuat keutuhan NKRI. Kedua, fatwa-fatwa yang dengan
kekuatan nalar publik sehingga menjadi inspirasi penyusunan undang-undang,
seperti fatwa gerakan sesat Ahmadiyyah, pornografi, perda-perda syari’ah dan
bank syariah. Ketiga, fatwa-fatwa yang memiliki dampak terhadap pembentukan
opini publik seperti demokrasi dalam pertisipatif pemilu, kemudian melahirkan
fatwa haram golput, calon anggota legislatif non-Muslim dan memilih presiden
perempuan. 10

Fatwa dalam literatur fiqih Islam, memiliki peranan yang cukup dominan dalam
memberikan pertimbangan hukum dalam kalangan umat, meskipun dianggap
tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat (ghair mulzimah), berbeda
dengan putusan pengadilan yang memiliki bersifat ilzam (mengikat). Dalam
konteks hukum ke-Indonesia-an, status fatwa MUI memiliki pengaruh yang
signifikan, dan telah menjadi landasan bagi pembangunan etika politik Islam dan
hukum Islam di Indonesia. Kedudukan fatwa dalam konteks hubungan syariah
dan hukum negara dapat menjadi grand desain hukum nasioanl Indonesia.

Hal ini tentu sejalan dengan Yurisprudensi dapat dijadikan sebagai sumber atau
acuan saat membentuk undang-undang; mengambil putusan terhadap suatu
permasalahan yang sama dalam hal peraturannya belum ada; mengembangkan

10
Ahmad Badrut Tamam, kedudukan Fatwa Majelis Ulama (MUI) dan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Dalam Sistem Hukum Indonesia, Al-Musthofa: Journal Of Sharia Economics
(Lamongan: 2021) V. 4, 173

xi
ilmu hukum melalui peradilan. Maka nampak bahwa peranan yurisprudensi sangat
besar dalam pembangunan hukum Ke-Indonesian.11

C.Kedudukan Fatwa dan Yurisprudensi

MUI jika dilihat dari prespektif kelembagaan Negara berada pada ranah
kawasan infrastruktur politik, ia erada di tengah masyarakat dan merupakan
denyut jantung kehidupan sosio-kultural masyarakat. Infrastrukutr lebih berada di
ruang-ruang pemberdayaan masyarakat sehingga perannya hanya dapat dilihat
dengan cara mendalami masyarakat tersebut. Sebab MUI adalah organisasi alim
ulama umat Islam yang mempunyai tugas dan fungsi untuk pemberdayaan
masyarakat/umat Islam. MUI adalah organisasi yang ada dalam masyarakat, dan
bukan merupakan institusi milik Negara atau merepresentasikan Negara. Artinya
pula, fatwa MUI bukanlah hukum Negara yang mempunyai kedaulatan yang bisa
dipaksakan bagi seluruh rakyat. Fatwa MUI juga tidak mempunyai sanksi dan
tidak harus ditaati oleh seluruh warga negara. Sebagai sebuah kekuatan sosial
politik yang ada dalam infrastruktur ketatanegaraan, fatwa MUI hanya mengikat
dan ditaati oleh komunitas umat Islam yang merasa mempunyai ikatan terhadap
MUI itu sendiri. Artinya, sebenarnya legalitas fatwa MUI pun tidak bisa dan
mampu memaksa harus ditaati oleh seluruh umat Islam. Apalagi untuk memaksa
dan harus ditaati oleh seluruh warga negara Indonesia.12
Peraturan perundang-undangan tidak pernah mengatur secara lengkap dan
detail bagaimana pemenuhan aturan hukum dalam setiap peristiwa hukum, oleh
karenanya yurisprudensi lah yang akan melengkapinya. Selain untuk mengisi
kekosongan hukum, yurisprudensi merupakan instrumen hukum dalam rangka
menjaga kepastian hukum. Tulisan ini berusaha mengkaji kedudukan
yurisprudensi dikaitkan dengan tugas dan fungsi MK sebagai pengawal konstitusi,
bukan sebagai penegak undang-undang. Metode analisis yang digunakan adalah
11
Prof. Paulus Efendi Lotulung, Peranan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum (Jakarta: Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 1997), 6

12
Al Fitri Johar, „Kekuatan Hukum Fatwa…, hlm. 7

xii
studi pustaka dengan pendekatan perbandingan. Kesimpulan yang didapat dalam
penelitian ini adalah bahwa yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum
yang penting dalam tradisi civil law. Setiap diskursus tentang yurisprudensi dalam
tradisi civil law mengisyaratkan bahwa tradisi civil law mengakui hukum selain
yang tertuang dalam bentuk undang-undang, juga terdapat hukum yang bersumber
dari hukum hakim (judge made law) (rechtstersrecht) yang lebih dikenal dengan
nama yurisprudensi.13
Yurisprudensi tidak selalu mepunyai fungsi yang penting saja di indonesia
tetapi juga memiliki kedudukan hukum yang jelas, baik dalam teori maupun
praktik. Menurut Bismar siregar bahwasanya secara historis Indonesia
mempunyai kedekatan keluarga dengan system hukum civil law melalui jaman
penjajahan Belanda, namun belum ada pengertian baku atau tepat mengenai
apakah yang dimaksud dengan yurisprudensi itu. Sebagai wujud penemuan
hukum, dasar yang dijadikan landasan lahirnya yurisprudensi adalah Pasal 5 ayat
(1) UU No. 48/2009 (Kekuasaan Kehakiaman) menyatakan : "Hakim dan hakim
konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat". Maksud yang terkandung dari pasal itu
adalah agar keputusan yang diambil hakim sesuai dengan hukum. Ketentuan ini
berkaitan dengan asas iura curia novit.
Dari uraian yang sudah dibahas di atas terlihat bahwasanya dari berbagai
pengertian tentang yurisprudensi namun terdapat salah satu cirri khas dari suatu
istilah yurisprudensi yaitu keterkaitan antara hakim pada putusan-putusan
terdahulu. Untuk beberapa hal pengertian seperti ini mengingatkan antara
keterkaitan pengertian yurisprudensi dengan doktrin stare decidis dalam tradisi
common law.

Hukum yurisprudensi (case law) mengacu atau berlandaskan dari


penciptaan dan penyempurnaan hukum dalam merumuskan suatu putusn
pengadilan. Karena berorientasi kasus-kasus kongkrit, diantara serangkaian kasus

13
Jurnal Enrico Simanjuntak, Peran Yurisprudensi dalam Sistem Hukum di Indonesia. 2019

xiii
kemudian dicsntumkn kaidah hukum yang kemudian menjadi norma yang
diterapkan dan diikuti di berbagai kasus yang serupa atau sama, doktrin preseden
atau stare decisis menjadi jantung system hukum inggris (atau system common
law) pada umumnya).
Dari segi teori dan praktik, yurisprudensi diterima dalam sumber hukunm
baik dalam system hukum civil law maupun common law. Tetapi tidak semua
penulis menerima kalau yurisprudensi termasuk dalam sumber hukum, ada
beberapa yang tidak mengakui atau menolak. Pada dasarnya system hukum antara
common kaw dan civil law ada terdpat perbedaan dalam menganggap
yurisrudensi tetapi dalam perkembangan di era sekarang perbedaan tersebut
sangat tipis dan menjadikan saling keterkaitan antara keduanya.
Dengan demikian dari putusan terdahulu dari hakim yang lebih tinggi dari
kasus yang sama. Sehingga antara kedua sstem hukum tersebut mempunyai
keterkaitan atau hubunganya dengan yurisprudensi sudah tidak di ragukan lagi
secara mutlak dan dimetral karena kedua system tersebut saling memasuki satu
sama lain, sehingga batas keduanya lebih bersifat doktrinasi dalam dunia teori
saja. 14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa fatwa dan yurisprudensi merupakan 2 unsur yang


penting bagi negara,bahwa fatwa merupakan hasil ijtihad para ulama,sedangkan
yurisprudensi merupakan hasil dari putusan putusan hakim di masa lampau dan
ditetapkan di pengadilan.

Fatwa juga bukanlah hukum negara yang memiliki kedaulatan yang bisa
dipaksakan kepada rakyat,Fatwa juga tidak mempunyai sanksi dan tidak harus
ditaai oleh seluruh warga negara.Sedangkan yurisprudensi merupakan
kebalikanya

14
Artikel Mar atussalamah, Perbedaan Mendasar Yurisprudensi dan Fatwa, 2021

xiv
B. Saran

Kedepanya agar kita dapat memahami dengan lebih jelas dalam Fatwa dan
Yurisprudensi ini,terkhusus didalam Kedudukan Hukum Fatwa Dan
Yurisprudensi Di Indonesia,karena masih minimnya pemahaman kita terhadap
materi ini

DAFTAR PUSAKA

Ahmad Badrut Tamam, Kedudukan Fatwa Majelis Ulama (MUI) Dan Fatwa

Dewan Syariah Nasional (DSN) Dalam Sistem Hukum Indonesia, Al-Musthofa:

Artikel Mar Atussalamah, Perbedaan Mendasar Yurisprudensi Dan Fatwa, 2021

Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Dan Terjemah (Depok: Al-Huda,

2005), 88.

Http:// Mediaindonesia.Com/Read/Detail/84453-Fatwa-Mui-Dan-Living-Law-Kita. Di

Akses 26 September 2018.

xv
Jurnal Enrico Simanjuntak, Peran Yurisprudensi Dalam Sistem Hukum Di Indonesia.

2019

Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 259.

Prof. Paulus Efendi Lotulung, Peranan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum

(Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1997),

Yusuf Qardhawi, Fatwa Antara Ketelitian Dan Kecerobohan, Terj. As’ad Yasin

(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 5.

xvi

Anda mungkin juga menyukai