Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASAS LEGALITAS DAN ASAS REKTOAKTIF


diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Logika dan Penalaran Hukum
Dosen Pengampu: Basuki Kurniawan, M. H.

Oleh Kelompok 08:


Mohammad Andri Wijaya (212102020005)
Nailatul Maghfiroh (212102020002)
Aulia Dinda Rahayu (211102040033)
Lusiana Vibiola Putri (212102040005)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang tepat.
Kami juga berterimakasih kepada Bapak Basuki Kurniawan, M.H. selaku dosen
pengampu dimata kuliah “Logika dan Penalaran Hukum” ini karena telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah.

Serta harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
wawasan bagi para pembaca, dan untuk kedepannya dapat menyempurnakan
bentuk ataupun memperbaiki makalah ini supaya menjadi lebih baik.

Dikarenakan keterbatasan waktu dan wawasan kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan adanya
saran juga kritik yang membangun dari para pembaca bertujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.

Jember, 24 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 6
A. Pengertian Asas Legalitas ............................................................................ 6
B. Tujuan Asas Legalitas .................................................................................. 8
C. Prinsip Asas Legalitas .................................................................................. 8
D. Asas Legalitas sebagai jaminan agar pemerintah tidak sewenang-wenang .... 9
E. Asas legalitas sebagai perlindungan proses hukum yang jelas..................... 10
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem civil law
yang mengutamakan peraturan tertulis daripada peraturan yang tidak
tertulis. Maka penerapan asas legalitas menjadi mutlak diperlukan dalam
perberlakuan hukumya. Penerapan asas ini untuk menjamin adanya
kepastian hukum bagi setiap orang yang berada diwilayah hukum tersebut.

Asas legalitas dan retroaktif adalah dua konsep hukum yang berbeda,
tetapi keduanya memiliki peran penting dalam sistem hukum. Ada bebrapa
perbedaan tentang kedua konsep tersebut:

• Asas Legalitas (Prinsip Legalitas): Asas legalitas adalah prinsip dasar


dalam hukum yang mengharuskan bahwa tindakan atau perilaku
seseorang hanya dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum jika
tindakan atau perilaku tersebut melanggar hukum yang telah ditetapkan
secara jelas sebelumnya. Prinsip ini menyatakan bahwa seseorang tidak
dapat dihukum karena suatu perbuatan yang pada saat dilakukannya
belum dinyatakan sebagai ilegal dalam hukum. Ini juga mencakup ide
bahwa hukuman harus dijatuhkan berdasarkan hukum yang berlaku pada
saat pelanggaran dilakukan, dan tidak dapat diberlakukan secara
retrospektif (mundur).
• Asas Retroaktif: Retroaktif merujuk pada efek suatu peraturan atau
hukum yang berlaku mundur ke suatu periode waktu sebelum peraturan
atau hukum tersebut diberlakukan. Retroaktif biasanya dilarang atau
dibatasi dalam banyak sistem hukum karena melanggar prinsip asas
legalitas. Hukum yang bersifat retroaktif dapat membuat seseorang
dihukum atau dikenai konsekuensi hukum karena tindakan yang

4
dilakukan sebelum hukum tersebut diberlakukan. Oleh karena itu,
prinsip ini berhubungan dengan prinsip kepastian hukum.
Dalam sebagian besar sistem hukum, asas legalitas dijunjung tinggi
sebagai jaminan perlindungan hak individu terhadap perubahan hukum yang
retrospektif atau yang diberlakukan secara tidak adil. Namun, ada
pengecualian yang terkadang diberlakukan dalam situasi tertentu di mana
retroaktivitas diizinkan oleh undang-undang atau peraturan, seperti dalam
kasus perubahan hukum perpajakan. Retroaktivitas juga bisa diizinkan jika
tujuan hukum yang kuat dan adil membenarkannya, tetapi hal ini sering kali
menjadi subjek perselisihan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi asas legalitas dan asas rektoaktif?
2. Apa saja tujuan asas legalitas?
3. Apa saja prinsip asas legalitas?
4. Bagaimana Asas Legalitas sebagai jaminan agar pemerintah tidak
sewenang-wenang?
5. Bagaimana Asas legalitas sebagai perlindungan proses hukum yang
jelas?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dari asa legalitas dan asas retroaktif
2. Untuk memahami tujuan asas legalitas
3. Untuk mengetahui prinsip asas legalitas
4. Untuk mengetahui bagaimana Asas Legalitas sebagai jaminan agar
pemerintah tidak sewenang-wenang
5. Untuk memahami bagaimana Asas legalitas sebagai perlindungan proses
hukum yang jelas

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Legalitas


Berkembangnya asas legalitas juga diperkuat oleh pemikiran filsafat
hukum yang berkembang pada abad ke-20. Pemikiran filsafat hukum abad
ke20 yakni neo-kantianisme dan neopositifisme. Kemudian konsep asas
legalitas ini dianut pada seluruh bidang hukum privat maupun hukum yang
bersifat publik baik itu negara-negara yang menganut sistem hukum Eropa
kontinental atau civil law maupun anglo saxon atau comman law. Asas
legalitas ini sangat dikenal dalam ranah hukum pidana. Jika kita kembali
pada sejarah hukum pidana, kita akan mengenal seorang sarjana hukum
pidana Jerman yang bernama Paul Johan and slam yang menyatakan dalam
pendapatnya nya tidak ada pidana tanpa undang-undang, tidak ada pidana
tanpa perbuatan pidana, tidak ada perbuatan pidana tanpa pidana menurut
undang-undang.Ketika frasa tersebut kemudian disalurkan oleh sarjana
hukum Jerman tadi menjadi adagium nullum delictum Nulla poena sine
Previa legi poenali, yang artinya tidak ada perbuatan pidana tanpa ada
pidana tanpa ada undang-undang sebelumnya, itu ada di Pasal 1 kitab
undang-undang hukum pidana di Indonesia

Definisi asas legalitas dalam ranah hukum sangat beragam. Secara


umum menurut Wikipedia menyatakan bahwa asas legalitas adalah suatu
jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi batasan aktivitas
apa yang dilarang secara tepat dan jelas, tujuan nya yakni menghendaki
adanya kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan prinsip dalam ruang
hukum nasional maupun internasional yang menyatakan bahwa subyek
hukum memiliki kejelasan mengenai hak dan kewajiban dalam berhubungan
dengan subyek subyek hukum lainnya .

6
Asas legalitas erat kaitannya dengan kepastian hukum yang mana
pada prinsipnya kepastian hukum mensyaratkan :

1) Undang-undang dan keputusan-keputusan pengadilan harus diumumkan


2) Undang-undang dan keputusan keputusan pengadilan harus definitif dan
jelas
3) Keputusan keputusan pengadilan harus bersifat mengikat dan tidak bisa
ditawar-tawar
4) Undang-undang dan keputusan-keputusan pengadilan tidak boleh
dibatasi dalam pelaksanaannya dan tidak boleh berlaku surut
5) Harapan-harapan yang legitim harus terus dilindungi

Dalam ranah hukum pidana asas legalitas terdapat dalam KUHP


pada pasal 1 ayat 1 tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali didasarkan
pada ketentuan pidana menurut undang-undang yang telah diadakan lebih
dulu. Di di dalam asas legalitas ini menekankan adanya peradilan normatif
yang mana Di ada ada seseorang itu dihukum tanpa adanya peraturan
terlebih dahulu. Asas legalitas menjadi 3 (tiga) pengertian yakni :

• Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal
itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu undang-undang.
• Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan
analogi.
• Aturan-aturan pidana tidak berlaku surut Fungsi asas legalitas dalam

hukum pidana yaitu :

a. Memperkuat kepastian
b. Menciptakan keadilan dan kejujuran terdakwa
c. Mengefektifkan fungsi pencegahan dari sanksi pidana
d. Mencegah penyalahgunaan kekuasaan

7
e. Memperkokoh penerapan rule of law 1

B. Tujuan Asas Legalitas


Asas legalitas memiliki tujuan pokok dalam sistem hukm untuk :
1. Melindungi Hak Asasi Manusia
Dalam hal ini menjamin pemerintah tidak menyalah gunakan
kekuasaan dan melindungi hak-hak dasar individu dari penindasan.
2. Menegakkan keadilan
Mengedepankan sistem hukum yang adil di mana semua orang
diperlakukan sama di mata hukum tanpa diskriminasi.
3. Memberikan kepastian hukum
Mengatur batasan tindakan yang diperbolehkan dan dilarang
sehingga individu dan masyarakat tahu apa yang diharapkan dari
mereka.
4. Membatasi kekuasaan pemerintah
Memastikan pemerintah bertindak sesuai hukum dan tidak bertindak
sewenang-wenang tanpa pertimbangan.
5. Membangun kepercayaan masyarakat
Menumbuhkan keyakinan masyarakat terhadap sistem hukum
dengan konsistensi dan keadilan dalam penerapan undang-undang.

C. Prinsip Asas Legalitas


1. Lex Scripta
Hukum pidana harus tertulis. Setiap orang hanya dapat dituntut
pidana karena perbuatannya apabila terlebih dulu terdapat rumusan
peraturan perundang-undangan yang menyatakan perbuatan demikian
sebagai tindak pidana.
2. Les Temporis Delicti
Hukum pidana hanya berlaku ke depan (prospektif) dan tidak
berlaku surut (retroaktif). Artinya, seseorang tidak dapat dihukum atas

1
jurnal03c65f15-25dd-4df2-9933-6fa4f3608c94/FIXNASKAHLOGIKADANPENALARANHUKUM.pdf

8
perbuatan yang dilakukan sebelum adanya aturan pidana yang mengatur
perbuatan tersebut.
3. Larangan Analogi
Penggunaan analogi dalam hukum pidana tidak diperbolehkan. Hal
ini karena analogi bukanlah metode penafsiran, tetapi merupakan
metode konstruksi yang tidak diperbolehkan dalam hukum pidana. 2

D. Asas Legalitas sebagai jaminan agar pemerintah tidak sewenang-wenang


Berawal dari kondisi pemerintahan yang absolut monarki di awal
abad ke-XIII yang menggunakan kekuasaan dengan sangat otoriter dan
kepentingan rakyat mulai di pikirkan. Jean Jacues Rousseau meletakkan
dasar hubungan antara pihak yang memerintahkan dan pihak yang
diperintah itu di dalam ajarannya du contract social. Rousseau menegaskan
hubungan ini sebagai bentuk penyerahan hak dari sekelompok individu yang
tergantung di dalam masyarakat kepada beberapa orang untuk mengatur
kepentingan yang ada dan menjamin ketertiban di masyarakat. Dengan
demikian dapat di pahami kekuasaan seorang raja atau pemerintah pada saat
itu bukan lagi berasal dari dewa atau keturunan Raja tetapi penyerahan
sebagian hak dari rakyat.
Konsep ini dipertajam oleh Montesquieu melalui pemikirannya
tentang ajaran pemisahan kekuasaan yang mengatur bahwa antara ketiga
kekuasaan: kekuasaan perundang-undangan yaitu membentuk undang-
undang, kekuasaan kehakiman yang memidana kejahatan-kejahatan
menyelesaikan sengketa antara sesama warga dan kekuasaan eksekutif yang
menyatakan peperangan 3 tidak boleh tumpang tindih tetapi harus terpisah
satu sama lainnya. Ajaran trias politica ini bermaksud untuk melindungi
individu terhadap tindakan sewenang-wenang dari pihak pemerintah. Di

2
https://fahum.umsu.ac.id/asas-legalitas-pengertian-tujuan-dan-prinsip/ diakses pada tanggal 20
Oktober 2023
3
Roeslan Saleh, “Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana: Dua Pengertian Dasar
dalam Hukum Pidana”, (Jakarta: Aksara Baru, 1983), hal.38.

9
dalam bidang hukum hal ini membawa suatu pemahaman bahwa hanya
legislatif yang berwenang untuk menetapkan apa yang dipidana di dalam
suatu undang-undang dan bukan hakim. Hakim hanya berposisi sebagai
pelaksana dari undang-undang tidak lebih dari itu. Melalui ajaran pemisahan
kekuasaan semakin mempertegas batas kekuasaan dari ketiga organ
pemegang kekuasaan hanya saja di sisi lain semakin mempersulit masing-
masing organ karena pada prakteknya masing-masing wilayah kekuasaan itu
saling mendukung satu dengan yang lain. Dan konsep ini didasari atas
pemikiran Francis Bacon (1561-1626) yang mengetengahkan adagium
moneat lex, puisquam feriat, yang berarti undang-undang harus memberikan
peringatan terlebih dahulu sebelum merealisasikan ancaman yang
terkandung di dalamnya. 4
Arti penting Asas Legalitas di dalam tahap ini hanyalah sebagai
suatu prinsip ketatanegaraan di mana rakyat harus mendapatkan perlindukan
hukum. Seperti dikemukakan Oemar Seno Adji dengan “Prinsip Legality”
merupakan karakteristik yang essentieel, baik ia di kemukakan oleh Rule of
Law konsep, maupun oleh faham rechstaat dahulu, maupun oleh konsep
socialist.5
Kewajiban hakim dalam rangka penegakan hukum dan keadilan,
untuk mengikuti gerak dinamika hukum, tidak saja dalam pengertian hukum
tertulis saja tetapi mencakup artian hukum tidak tertulis dalam masyarakat.

E. Asas legalitas sebagai perlindungan proses hukum yang jelas


Pemahaman asas legalitas ini kemudian berkembang kepada
pemikiran akan pentingnya perlindungan hukum di dalam proses hukum.
Hak-hak manusia sebagai individu benar-benar menjadi faktor yang sangat
penting untuk dipikirkan terutama pada saat menghadapi proses hukum.
Dalam hal ini di dukung dengan adanya pengakuan Hak Asasi Manusia jauh

4
Eddy O.S. Hiarej, “Pemikiran Remmelinjk mengenai Asas Legalitas” di dalam Jentera: Jurnal
Hukum, Edisi 16 tahun IV Bulan April-Juni, Jakarta, 2007, hal. 127.

5
Oemar Seno Adji, “Peradilan Bebas Negara Hukum”, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal.21

10
sebelumnya di dalam Bill of Rights Virginia tahun 1776 yang menyatakan
bahwa tidak ada orang yang boleh dituntut atau di tangkap selain dengan
dan dalam peristiwaperistiwa yang terdapat dalam undang-undang.
Pemikiran ini sebenarnya telah muncul dari pengaturan hak
tersangka di dalam pasal 39 Magna Charta tahun 1215 yang mengatur
perlindungan terhadap penangkapan, penahanan, penyitaan, pembuangan,
dikeluarkannya seseorang dari perlindungan hukum atau undang-undang
(vogelvrij). Pada tahun 1679 di dalam Habeas Corpus Inggris juga
menetapkan bahwa seseorang yang ditangkap harus diperiksa dalam waktu
singkat untuk menghindari intimidasi dan kekerasan yang mungkin terjadi.
Sehingga asas ini memberikan perlindungan terhadap tuntutan dan
penangkapan yang sewenang-wenang. Pengakuan dan pemahaman asas
legalitas pada fase ini hanya meliputi keabsahan prosedur dari proses hukum
pidana yang diatur di dalam Undang-Undang dan penerapannya. 6

1) Asas Rektoaktif
Pembicaraan asas retroaktif akan berhenti jika kita hanya
berpedoman pada ketentuan dalam Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 1 ayat (2)
KUHP, karena pasal tersebut membatasi Pengertian retroaktif hanya
pada keadaan transitoir atau menjadi hukum transitoir (hukum dalam
masa peralihan). Ini mengandung arti bahwa jika sebelumnya tidak ada
Peraturan pidana, kemudian dibuat peraturan Pidana yang baru dan
berlaku untuk kejahatan yang telah lalu, berarti bukan persoalan
Retroaktif, dan ini oleh Barda Nawawi Arief Termasuk dalam persoalan
sumber hukum. Akan tetapi jika kita mengartikan secara lebih Luas,
retroaktif berarti berlaku surut dan ini berarti berlaku untuk pembicaraan
ada yang berarti hukum transitoir atau tidak ada Peraturan pidana
sebelum perbuatan dilakukan.

6
Roeslan Saleh, “Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana: Dua Pengertian
Dasar dalam Hukum Pidana”, (Jakarta: Aksara Baru, 1983)

11
Persoalan retroaktif sendiri muncul sebagai konsekuensi
diterapkannya asas legalitas. Asas legalitas sendiri dapat dikaji
berdasarkan berbagai aspek, seperti aspek historis, Aspek sosio
kriminologis, aspek pembaharuan Hukum dalam kaitannya dengan
pandangan Secara iteratif dan linier, aspek yang terkait Dengan politik
kriminal serta kajian dari Perspektif weltanschaung kita yaitu Pancasila.
Kajian dari masing-masing aspek ini memberi Implikasi yang berbeda
mengenai asas legalitas yang mana dalam pandangan ilmu pengetahuan
Perbedaan itu justru akan memperkaya khasanah ilmu hukum pidana itu
sendiri.
Dilihat dari aspek historis, munculnya Asas legalitas sebenarnya
telah lama ada sebelum Anselm von Feurebach menggunakannya dalam
pandangannya mengenai hukum Pidana. Banyak yang mengira dialah
orang yang pertama menggunakan istilah asas Legalitas, akan tetapi
pandangan ini tak bisa Disalahkan begitu saja karena buku-buku yang
dibaca oleh sarjana hukum kita kebanyakan ditulis oleh orang-orang
Belanda. Adalah benar bahwa Anselm von Feurerbah merupakan orang
yang merumuskan asas legalitas dengan istilah Nullum delictum nulla
poena sine praevia lege Poenali, akan tetapi jika ditelusuri lebih jauh
Berdasarkan pendapat Oppenheimer, Samuel Von Pufendorf pernah
mengemukakan gagasan serupa. Kedua orang tersebut – Anselm von
Feurebah dan Samuel von Pufendorf – bukanlah Orang yang memiliki
gagasan tersebut. Jauh Sebelum mereka berdua mengemukakan
Gagasannya itu, embrio asas legalitas sudah ada dalam ilmu hukum
orang Yahudi (Talmudic Jurisprudence).
Dalam sejarah dan praktek perkembangan hukum pidana di
Indonesia, asas retroaktif masih tetap eksis meskipun terbatas hanya
pada tindak pidana tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa dasar pikiran
pelarangan pemberlakuan asas retroaktif sebagaimana tersebut Di atas
relatif dan terbuka untuk diperdebatkan, apalagi dengan adanya berbagai
perkembangan jaman menuntut peranan hukum, khususnya hukum

12
pidana semakin diperluas. Selain itu pemberlakuan asas retroaktif juga
menunjukkan kekuatan asas legalitas beserta konsekuensinya telah
dilemahkan dengan Sendirinya. 7
2) Asas Retroaktif dalam sistem hukum Indonesia
Pada dasarnya hukum pidana menganut asas legalitas sebagaimana
yang diatur pada pasal 1 ayat (1) KUHP yang menyatakan "Tiada suatu
perbuatan dapat dipidanan kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undang yang telah ada sebelum perbuatan dilakukan.” Salah
satu konsekuensi dari ketentuan pasal tersebut adalah larangan
memberlakukan surut suatu perundang-undangan pidana atau yang
dikenal dengan istilah asas retroaktif. Larangan asas retroaktif juga
dipertegaskan dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.”
Adapun dasar pemikiran dari larangan tersebut adalah :
• Untuk menjamin kebebasan individu dari kesewenang-wenangan
penguasa.
• Pidana itu juga sebagai paksaan psikis.
Dengan adanya ancaman pidana terhadap orang yang melakukan
tindak pidana, penguasa berusaha mempengaruhi jiwa si calon pembuat
untuk tidak berbuat. Artinya dimungkinkan pemberlakuan asas
retroaktif walaupun hanya hal tertentu saja. Pemberlakuan surut
diizinkan jika sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) KUHP
yang menyebutkan

7
Raharjo agus, Problematika asas rektroaktif dalam hukum pidana indonesia, Diamika
Hukum, Vol. 8 No. 1 (2008): 71–72 https://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2008.8.1.36

13
“Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadao terdakwa diterapkan ketentuan
yang paling menguntungkan.”

Suatu peraturan yang mengadung asas retroaktif jika:

a. Menyatakan seseorang bersalah karena melakukan suatu perbuatan


yang ketika perbuatan tersebut dilakukan bukan merupakan
perbuatan yang dapat dipidana, dan
b. Menjatuhkan hukuman atau pidana yang lebih berat daripada
hukuman atau pidana yang berlaku pada saat perbuatan itu dilakukan
(pasal 12 ayat 2 Deklarasi Universal HAM).

Asas retroaktif tidak boleh digunakan kecuali memenuhi 4 syarat


kumlatif, diantaranya :

a. Kejahatan berupa pelanggaran HAM berat atau kejahatan


yang tingkat kekejaman dan destruksinya setara dengannya
b. Peradilannya bersifat internasional, bukan peradilan nasional
c. Peradilan bersifat ad.hoc, dan
d. Keadaan hukum nasional negara bersangkutan tidak dapat
dijalankan karena sarana, aparat, atau ketentuan hukumnya
tidak sanggunp menjangkau kejahatan pelanggaran HAM
berat atau kejahatan yang tingkat kekejaman dan
destruksinya setara dengannya.8

8
https://bunga-legal.blogspot.com/2010/05/asas-retroaktif-dalam-sistem-hukum.html diakses
pada tanggal 21 Oktober 2021

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kesimpulan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Asas legalitas
adalah suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi
batasan aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas, tujuannya yakni
menghendaki adanya kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan
prinsip dalam ruang hukum nasional maupun internasional yang
menyatakan bahwa subyek hukum memiliki kejelasan mengenai hak dan
kewajiban dalam berhubungan dengan subyek subyek hukum lainnya . Asas
legalitas memiliki tujuan diantaranya:
a. Melindungi Hak Asasi Manusia
b. Menegakkan keadilan
c. Memberikan kepastian hukum
d. Membatasi kekuasaan pemerintah
e. Membangun kepercayaan masyarakat
Sedangakan asas retroaktif merujuk pada tindakan, hukum, atau
kebijakan yang diterapkan atau diberlakukan dengan efek yang berlaku
secara mundur, yaitu efeknya mencakup periode waktu sebelum aturan atau
kebijakan tersebut dibuat atau diberlakukan. Dengan kata lain, rekroaktif
adalah sesuatu yang berlaku kembali ke masa lampau. Rekroaktif bisa
memiliki berbagai implikasi dan dampak tergantung pada konteks
penggunaannya. Dalam hukum, rekroaktif dapat digunakan untuk
mengubah aturan atau hukum yang berlaku pada saat tertentu, sehingga
berlaku untuk kejadian atau situasi sebelum perubahan tersebut terjadi.
Penerapan rekroaktif seringkali dibatasi oleh prinsip-prinsip hukum dan
konstitusi, dan banyak yurisdiksi memiliki aturan yang mengatur
penggunaan rekroaktif. Dalam beberapa kasus, rekroaktif dapat diizinkan
jika ada alasan yang kuat dan beralasan untuk melakukannya, seperti

15
perubahan hukum yang melindungi hak-hak individu atau mencegah
ketidakadilan.

B. Saran
Selama proses penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki, baik dari segi kalimat
maupun materi yang kurang tepat dalam penggunaan referensinya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk
membantu kami memperbaiki makalah kami di masa yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Eddy O.S. Hiarej, “Pemikiran Remmelinjk mengenai Asas Legalitas” di dalam


Jentera: Jurnal Hukum, Edisi 16 tahun IV Bulan April-Juni, Jakarta, 2007

https://fahum.umsu.ac.id/asas-legalitas-pengertian-tujuan-dan-prinsip/ diakses
pada tanggal 20 Oktober 2023

Hwian Christianto, Jurnal Pembaharuan Makna Asas Legalitas, No.3, 2009

jurnal03c65f15-25dd-4df2-9933
6fa4f3608c94/FIXNASKAHLOGIKADANPENALARANHUKUM.pdf
Oemar Seno Adji, “Peradilan Bebas Negara Hukum”, (Jakarta: Erlangga, 1980)

Roeslan Saleh, “Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana: Dua


Pengertian
Dasar dalam Hukum Pidana”, (Jakarta: Aksara Baru, 1983)

17

Anda mungkin juga menyukai