Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu : Dr.FEBRI HANDAYANIS.H.IM.H

Di Susun Oleh

Nur Hafizah (12320422503)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah swt, tuhan pencipta alam, pemberi rahmat, d lam,
pemberi rahmat, dan penguasa terbesar di alam raya ini. At penguasa terbesar di
alam raya ini. Atas segala as segala berkah-Nya sehingga penulis dapat berkah-Nya
sehingga penulis dapat merampungkan tugas makalah ini, dengan judul “ Asas
Legalitas Dalam Pidana Islam “ Salawat dan salam Salawat dan salam kepada
rasulullah Muhammad kepada rasulullah Muhammad saw. Yang telah mengajarkan
ang telah mengajarkan segala pedoman dalam beribah segala pedoman dalam

kepada semua pihak yang telah bekerja sama dalam merampungkan makalah ini,
meskipun penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini olehnya itu penulis memohon maa! yang sebesar-besarnya dan
dengan rela hati sebesar-besarnya dan dengan rela hati menerima sega menerima
segala kritk dan saran dari para la kritk dan saran dari para pembaca.

Hormat kami.

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
A.Latar belakang.............................................................................................................. .
B.Rumusan masalah.........................................................................................................
C.Maksud dan tujuan
BAB I
PEMBAHASANI..............................................................................................................
A. Asas legalitas................................................................................................................
B.Sumber hokum asas legalitas ………………………………………………………………............. .1
C.Penerapan Asas Legalitas…………………………………………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………

Kesimpulan…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pembukaan mengamanatkan bahwa
negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
dengan demikian negara berkewajiban untuk melindungi setiap warga negaranya dari
setiap ancaman kejahatan. Perang melawan teroris merupakan kebutuhan mendesak
untuk melindungi warga negara Indonesia sesuai tujuan nasional yang diamanatkan
dalam Pembukaan UUD 1945.
Peraturan dilarang diberlakukan secara surut sudah menjadi pengetahuan umum.
Tujuannya, dalam rangka menghormati prinsip negara hukum (Rechtstaat) dan
melindungi hak asasi seseorang sebagaimana diatur dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945
(Amandemen kedua) yang berbunyi :
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun
Soerjadi berpandangan, „strict justice is strict injustice’, yakni hukum bila
diberlakukan secara ketat dan kaku justru dapat mengoyak rasa keadilan 2 masyarakat
luas, khususnya dalam hal ini terhadap para korban, keluarga, dan teman-teman keluarga
kasus bom Bali.
Asas legalitas secara tegas dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP bahwa :
“Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan itu dilakukan”.
Perumusan tersebut berarti aturan pidana diberlakukan ke depan, tidak surut ke
belakang. Oleh karena itulah maka dalam Hukum Pidana tidak diperbolehkan
diberlakukan surut (non retroaktif). Undang-Undang Terorisme nampaknya mengambil

3
sikap berbeda dengan mengadakan penyimpangan asas non retroaktif. Penyimpangan
asas non retroaktif ini dirumuskan dalam Pasal 46 yang menegaskan sebagai berikut :
“Ketentuan dalam Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-Undang ini dapat
diperlakukan surut untuk tindakan hukum bagi kasus tertentu sebelum mulai berlakunya
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, yang penerapannya ditetapkan
dengan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tersendiri”
Berlandaskan pada ketentuan inilah lahir Perppu Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Pemberlakuan Perppu Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002 dikukuhkan
menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003.
KUHP juga merumuskan perihal kemungkinan berlakunya surut suatu aturan
hukum pidana sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP, tetapi tidak semua
aturan baru dapat diberlakukan surut kebelakang. Pasal tersebut merumuskan : “Jika
sesudah perbuatan dilakukan, ada perubahan dalam perundang-undangan, dipakai aturan
yang paling ringan bagi terdakwa”, dengan perumusan demikian maka dapat
dimungkinkan adanya retroaktivitas apabila sesudah terdakwa melakukan tindak pidana
ada perubahan dalam perundang-undangan dan peraturan yang baru itu menguntungkan
atau meringankan terdakwa. Hal ini berarti bahwa tidak setiap ada perubahan undang-
undang berarti ada retroaktif, bisa jadi undangundang lama tetap diberlakukan (tidak ada
retroaktif) apabila undang-undang lama justru lebih meringankan terdakwa.
Masa transisi ini masih terdapat beberapa hal dalam penegakan hukum yang pada
dasarnya bertentangan dengan semangat transisi penegakan hukum dan demokrasi yang
sedang diusahakan bersama, sebagai contoh adalah sikap pemerintah dan pembuat
undang-undang dalam menyikapi penanggulangan permasalahan terorisme di Indonesia
dalam ketentuan UU No. 15 Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme. Terdapat sejumlah
pasal rawan dalam UU Anti Terorisme tersebut, berpeluang memberikan kewenangan tak
terbatas kepada aparat penegak hukum dan keamanan. Beberapa pasal dalam UU Anti
Terorisme tersebut terdapat pula ketentuan yang memberlakukan ketentuan secara
retroaktif (berlaku surut). Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip legalitas.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud asas legalitas ?
2. Apakah sumber hukum asas legalitas?
3. Bagaimana penerapan asas legalitas?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asas Legalitas
asas berasal dari kata asas berasal dari bahasa Arab bahasa Arab asasun yang
berarti dasar atau prinsip, sedangkan kata legalitas berasal dari bahasa latin yaitu
lex 7kata benda8 yang berarti undang-undang, atau dari kata jadian legalis yang berarti
sah atau sesuai dengan ketentuan undang-undang. (engan demikian legalitas adalah
"keabsahan sesuatu menurut undang undang" 1. (engan demukian arti legalitas adalah
“keabsahan sesuatu menurut undangundang.9 Secara h undang.9 Secara historis asas
legalitas pertama kal istoris asas legalitas pertama kali digagas oleh i digagas
oleh Anselm van Voirbacht
-
tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan perundang-undangan pidana.9 Adapun
istilah legalias dalam syari:at *slam tidak ditentukan secara jelas sebagaimana yang
terdapat dalam kitab undang-undang hukum positi!. #endati demikian,bukan berarti
syari:at *slam tidak mengenal asas legalitas. +agi pihak l asas legalitas. +agi pihak yang
menyatakan hukum pidana *slam tidak mengenal asas legalitas, hanyalah mereka yang
tidak meneliti secara detail berbagai ayat yang secara substansional menunjukkan adanya
asas legalitas asas legalitas;0idu dengan memberi batas akti>itas apa yang dilarang secara
tepat dan jelas. Asas ini melindungi dari penyalah gunaan kekuasaan atau keseweenang-
wenangan hakim, menjamin keamanan indi>idu dengan in!ormasi yang boleh dan yang
dilarang. Setiap orang harus diberi peringatan sebelumnya tentang perbuatan-perbuatan
illegal dan hukumanya. ?adi, berdasarkan asas ini, tiada suatu perbuatan boleh dianggap
melanggar hukum oleh hakim jika belum dinyatakan sejara jelas oleh suatu hukum
pidana dan selama perbuatan itu belum dilakukan. "akim dapat menjatuhkan pidana
hanya terhadap orang yang melakukan perbuatan setelah dinyatakan sebelumnya sebagai
tindak pidana2

1
Djazuli H.A FIQH JINAYAH.jakarta :PT Raja Grafindo Persada,1997.
2
Hanafi,Ahmad.Asas-asas Pidana Hukum Islam.Jakarta: Bulan Bintang ,1967

6
B. Sumber Hukum Asas Legalitas

Asas legalitas legalitas dalam Islam bukan berdasarkan berdasarkan pada akal manusia,
manusia, tetapi dari ketentuan tuhan. Sedangkan asas legalitas secara jelas dianut dalam hukum
islam. terbukti adanya beberapa terbukti adanya beberapa ayat yang menunjukkan asas ayat yang
menunjukkan asas legalitas tersebut. legalitas tersebut3. Allah tidak Allah tidak akan
menjatuhkan hukuman pada manusia dan tidak akan meminta pertanggungjawaban manusia
sebelum adanya penjelasan dan pemberitahuan dari 'asul-Nya. (demikian juga kewajiban yang
harus diemban oleh umat manusia adalah kewajiban yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, yaitu takli! yang sanggup di kerjakan. (asar hukum asas legalitas dalam *slam antara
lain

Al-qur’an surat Al-isra’: 15, Yang terjemahnya ang terjemahnya kurang lebih kurang
lebih demikian:4

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, Maka Sesungguhnya


dia berbuat itu untuk keselamatan dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat Maka
Sesungguhnya dia tersesat bagi kerugian dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang
Rasul”

Al-qur’an surat Al-Qashash: 59, Yang terjemahnya kurang lebih demikian:

“ Dan tidak adalah tuhanm membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota
itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat kami kepada mereka dan tidak pernah pula kami
membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.5

3
Munajat, Makhrus. FIQH JINAYAH (Hukum Pidana Islam).Pesantren Nawasea Pres.Jakarta.2009 .
4
Santoso,Topo,S,H,M,H, Membumikan Hukum Pidana Islam,Jakarta:Gema Insani Pres,2003
5
Karfawi, M., 1987, Asas Legalitas dalam Usul Rancangan KUHP (Baru) dan Masalah-masalahnya,
Jurnal Arena Hukum, Juli 1987

7
C. Penerapan Asas Legalitas

Prinsip legalitas ini diterapkan paling tegas pada kejahatan-kejahatan hudud .


Pelanggarannya dihukum dengan sanksi hukum yang pasti. Prinsip tersebut juga diterapkan bagi
kejahatan Eishash dan diyat dengan diletakanya prosedur khusus dan sanksi yang sesuai. jadi,
tidak diragukan bahwa prinsip ini berlaku sepenuhnya bagi kedua katagori diatas.

Menurut Nagaty Sanad, professor hukum pidana dari mesir, asas legalitas dalam islam
yang berlaku bagi kejahatan ta’zir adalah yang paling fleksibel, dibandingkan dengan kedua
katagori sebelumnya.6

Untuk menerapkan asas legalitas ini, dalam hukum pidana Islam terdapat keseimbangan.
Hukum Islam menjalankan asas legalitas, tetapi juga melindungi kepentingan masyarakat. Ia
menyeimbangkan hak-hak individu, keluarga, dan masyarakat melalui katagorisasi kejahatan dan
sanksinya.

Kemudian jika berpegang pada asas legalitas seperti yang dikemukakan pada bab di atas
serta kaidah tidak ada hukuman bagi perbuatan mukallah sebelum adanya ketentuan nas , maka
perbuatan tersebut tidak bisa dikenai tuntutan atau pertanggung jawaban pidana. Dengan
demikian nas-nas dalam syari’at islam belum berlaku sebelum di undangkan dan diketahui oleh
orang banyak. Ketentuan ini memberi pengertian hukum pidana islam baru berlaku setelah
adanya nas yang mengundangkan. Hukum pidana Islam tidak mengenal sistem berlaku surut
yang dalam perkembangannya melahirkan kaidah.7

Hukum riba dalam QS Surah Al-baqarah Yang terjemahnya kurang lebih demikian:

“Orang-orang yang makan 7mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual
beli itu sama Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Sadaha dengan riba,Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu sebelum datang larangan dan urusannya terserah kepada Allah.
6
Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan ke-tujuh, Jakarta: Rineka Cipta
7
Mulad,. 1990, Proyeksi Hukum Pidana Materiil Indonesia di Masa Datang. Pidato Pengukuhan Guru
Besar FH UNDIP. Semarang. 24 Pebruari 1990 .

8
Asas legalitas ini mengenal juga asas teritorial dan non teritorialB

a. Asas teritorial menyatakan bahwa hukum pidana Islam hanya berlaku di wilayah di
mana hukum Islam diberlakukan, yakni:
-Negara-negara Islam
- Negara yang berperang dengan negara Islam
- Negara yang mengadakan perjanjian damai dengan negara Islam.

b. Asas non teritorial menyatakan bahwa hukum pidana islam berlaku bagi seorang
muslim tanpa terikat di mana ia berada, apakah ada di wilayah di mana hukum pidana
islam diberlakukan tiga negara tersebut di atas, maupun di negara yang secara di
negara yang secara normal tidak normal tidak diberlakukan hukum pidana islam8.

D. Macam-macam Asas

1. Asas Tidak Berlaku Surut

Hukum pidana Islam pada prinsip tidak berlaku surut, hal ini sesuai dengan kaidah,tidak
berlaku surut pada pidana islam, artinya sebelum islam, artinya sebelum adanya nas yang
melarang perbuatan maka tindakan mukalla! tidak bisa dianggap sebagai suatu jarimah. Namun
dalam praktiknya ada beberapa jarimah yang diterapkan berlaku surut artinya perbuatan itu
dianggap jarimah walaupun belum ada nas yang melarangnya.

Alasan diterapakan pengecualiaan berlaku surut, karena pada jarimah-jarimah yang berat
dan sangat berbahaya apabila tidak diterapkan maka akan menimbulkan kekacauan dan
kehebohan dikalangan umat muslim.jarimah-jarimah yang diberlakukan surut yaitu:9

a. jarimah qadzaf menuduh zina dalam surat An-Nur 4, Yang terjemahnya kurang lebih
demikian:
“Berikanlah maskawin mahar kepada waniyang kamu nikahi sebagai pemberian
dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian

8
Muladi 2002 Prinsip-Prinsip Pengadilan Pidana Bagi Pelanggar HAM Berat di era demokrasi Makalah
Seminar, 27 April 2000.
9
Muthahhari, Martadha, 1996, Islam dan Tantangan Zaman, Bandung: Pustaka Hidayah

9
dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah 7amb ati, Maka makanlah
pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya”.
b. Jarimah hirabah dalm surat Al-Maidah:33, Yang terjemahnya kurang lebih demikian:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang orang-orang yang
memerangi Allah dan 'asul- memerangi Allah dan 'asul- Nya dan membuat
kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri ketempat
kediamannya. yang demikian itu sebagai”.
Suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka mendapat siksaan
yang besar. Selain itu asas ini melarang berlakunya hukum ke belakang, kepada
perbuatan yang belum ada aturan atau nasnya. Hukum pidana harus berjalan
kedepan. Selanggaran terhadap asas ini mengakibatkan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia. Contoh dari pelaksanaan asas ini adalah pelanggaran praktik yang
berlaku di antara bangsa Arab Pra-arab islam.
Sebagai contoh,di jaman pra-islam, seorang anak dizinkan menikahi anaki istri
dari istri dari ayahnya. islam melarang praktek ini, tetapi ayat Al-Qur’an secara
khusus mengecualikan setiap perkawinan seperti itu yang dilakukan sebelum
pernyataan dilarang “Dan janganlah kamu kawini wanita yang telah dikawini
ayahmu' terkecuali pada masa yang telah lampau”.( an-Nisa:22)Sebagai akibatnya,
ikatan perkawinan seperti itu menjadi putus, namun dari sisi hukum pidana
pelakunya tidak dipidana.
10

2. Asas Praduga tak Bersalah

Suatu konsekuen yang tidak bisa dihindarkan dari asas legalitas adalah
asas praduga tak bersalah (principle of lawfulness presumption of innocence).
Menurut asas ini semua perbuatan dianggap boleh kecuali dinyatakan sebaliknya
oleh suatu nash hukum. Selanjutnya setiap orang dianggap tidak bersalah untuk suatu
perbuatan jahat, kecuali dibuktikan kesalaShannya pada suatu kejahatan tanpa ada

10
Nawawi Arief, Barda, 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

10
keraguan. Jika di suatu keraguan yang beralasan muncul, seorang tertuduh harus
dibebaskan. Konsep tersebut telah dilembagakan dalam hukum islam jauh
11
mengenalnya sebelum hukum-hukum pidana positif. Terkaitan erat dengan asas
praduga tak bersalah adalah batalnya hukuman karena adanya keraguan.

11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
hukum pidana islam memiliki beberapa asas diantaranya:
1). Asas legalitas adalah cerminan dari ungkapan ungkapan dalam bahasa
latin: Nullum Deliktum Nulla Poena Sine Pravia Lege Poenali (tiada delik tiada
hukuman sebelum ada ketentuan terlebih dahulu). Bahwa asas ini menjelaskan bahwa
tidak akan menjatuhkan hukuman pada manusia dan tidak akan meminta
pertanggungjawaban manusia sebelum adanya penjelasan dan pemberitahuan dari R'asul-
Nya.

2). Asas tidak berlaku surut, artinya sebelum adanya nas yang melarang perbuatan
maka tindakan mukallaf tidak bisa dianggap sebagai suatu jarimah

3). Asas praduga tak bersalah (principle o! law!ulness principle of lawfulness


presumption of innocenc),Menurut asas ini bahwa semua perbuatan dianggap boleh
kecuali dinyatakan sebaliknya oleh suatu nash hukum. Jadi, setiap orang dianggap tidak
bersalah untuk suatu perbuatan jahat, kecuali dibuktikan kesalahannya pada suatu
kejahatan tanpa ada keraguan.

4).Asas material, asas material hukum pidana islam menyatakan bahwa tindak pidana
ialah segala yang dilarang oleh hukum, baik dalam bentuk tindakan yang dilarang
maupun tidak melakukan tindakan yang diperintahkan, yang diancam hukum (7had atau
ta’zir).

5). Asas moralitas, Ada beberapa asas moral hukum pidana islam :
(1).Asas Adamul Uzri
(2).Asas Raful Qalam

12
(3).Asas Al-Qath wa nisyan
(4).Asas Al-Uqubah

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Djazuli H.A FIQH JINAYAH.jakarta :PT Raja Grafindo Persada,1997.
2. Hanafi,Ahmad.Asas-asas Pidana Hukum Islam.Jakarta: Bulan Bintang ,1967
3. Munajat, Makhrus. FIQH JINAYAH (Hukum Pidana Islam).Pesantren Nawasea
Pres.Jakarta.2009.
4. Santoso,Topo,S,H,M,H, Membumikan Hukum Pidana Islam,Jakarta:Gema Insani
Pres,2003.
5. Karfawi, M., 1987, Asas Legalitas dalam Usul Rancangan KUHP (Baru) dan
Masalah-masalahnya, Jurnal Arena Hukum, Juli 1987
6. Moeljatno, 2002, Asas-Asas Hukum Pidana, Cetakan ke-tujuh, Jakarta: Rineka Cipta.
7. Mulad,. 1990, Proyeksi Hukum Pidana Materiil Indonesia di Masa Datang. Pidato
Pengukuhan Guru Besar FH UNDIP. Semarang. 24 Pebruari 1990.
8. Muladi 2002 Prinsip-Prinsip Pengadilan Pidana Bagi Pelanggar HAM Berat di
era demokrasi Makalah Seminar, 27 April 2000.
9. Muthahhari, Martadha, 1996, Islam dan Tantangan Zaman, Bandung: Pustaka
Hidayah.
10. Nawawi Arief, Barda, 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti

14

Anda mungkin juga menyukai