Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUKUM PIDANA

Dibuat oleh:

Nama :Lalu isfan aulia rahman


Nim :D1A02310197
Kelas :C-1
Mata kuliah :Hukum pidana

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM,ILMU SOSIAL,DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah
"Hukum Pidana". Sholawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad
saw. Yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah Hukum Pidana diprogram studi
Ilmu hukum Fakultas hukum,Ilmu sosial,Dan,Ilmu politik Universitas mataram.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram,5 maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................................5
A. Asas Legalitas...............................................................................................................................5
B.Asas Wilayah atau Teritorial..........................................................................................................6
C.Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif..................................................................................7
D.Asas Universal...............................................................................................................................7
E.Asas Nasional Aktif.......................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................10
KESIMPULAN...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Didalam suatu Negara untuk mencapai suatu kehidupan yang sejahtera, aman, dan bahagia
perlu adanya peraturan-peraturan atau hukum salah satu hukum yang terdapat dalam Negara
Indonesia yaitu hukum pidana yang mengatur kehidupan rakyatnya serta melindungi mereka
dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Sedangkan dalam hukum pidana sendiri terkandung beberapa asas-asas diantaranya ialah
asas Legalitas, asas Nasionalitas, dan asas Territoralitas yang akan kami bahas dalam
makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Asas-asas yang terkandung dalam hukum pidana
A.Asas legalitas
B.Asas wilayah atau teritorial
C.Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif
D. Asas Universal
E. Asas Nasional Aktif
BAB II

PEMBAHASAN

Ilmu pengetahuan tentang hukum pidana dapat dikenal beberapa asas yang sangat penting
untuk diketahui, karena dengan asas yang ada itu dapat membuat suatu hubungan dan
susunan agar hukum pidana yang berlaku dapat di pergunakan secara sistimatis, kritis dan
harmonis.

Beberapa asas yang terdapat dalam hukum pidana yaitu :


A. Asas Legalitas
Syarat pertama untuk menindak terhadap suatu perbuatan yang tercela, yaitu adanya suatu
ketentuan dalam undang-undang pidana yang merumuskan perbuatan yang tercela itu dan
memberikan suatu sanksi kepadanya. Syarat tersebut bersumber pada asas legalitas.
Pada hakekatnya, bahwa azas legalitas yang menhendaki adanya suatu peraturan pidana
dalam perundang-undang yang ada sebelum perbuatan itu dilakukan dengan tidak
mengurangi berlakunya hukum adat pidana, yang menetapkan suatu perbuatan itu sebagai
suatu tindak pidana.
Asas Legalitas mensyaratkan terikatnya hakim pada undang-undang, juga disyaratkan
agar acara pidana dijalankan menurut cara yang telah diatur dalam undang-undang. Hal ini
dicantumkan dalam pasal 3 KUHP (pasal 1 ), pasangan dari pasal 1 ayat 1 KUHP.
Pasal 1 KUHP menjelaskan kepada kita bahwa :
- Suatu perbuatan dapat dipidana kalau termasuk ketentuan pidana menurut undang-undang
- Ketentuan pidana itu harus lebih dahulu dari perbuatan itu ; dengan kata lain, ketentuan
pidana itu harus sudah berlaku ketika perbuatan itu dilakukan.

Asas legalitas dapat dijumpai dalam sumber-sumber hukum internasional, seperti :


1. Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia 1948, pasal II ayat 2
2. Perjanjian Eropa untuk melindungi hak manusia dan kebebasan asasi 1950 (perjanjian New
York) pasal 15 ayat 1.

Asas Legalitas mengandung tiga perngertian, Yaitu :


1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu terlebih
dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang
2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi (kiyas)
3. Aturan-aturan pidana tidak berlaku surut.
Berlakunya asas legalitas memberikan sifat perlindungan kepada undang-undang pidana,
undang-undang pidana melindungi rakyat terhadap pelaksanaan kekuasaan yang tanpa batas
dari pemerintah ini dinamakan fungsi melindungi dari undang-undang pidana juga
mempunyai fungsi instrumental.An selm von feverbach, seorang sarjana hukum pidana
jerman (1775-1833). Sehubungan dua fungsi itu, merumuskan asas legalitas secara mantap
dalam bahasa latin :
- Nulla Poena Sine Lege :
Tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana menurut undag-undang
- Nulla poena sine crimine :
Tidak ada pidana tanpa perbuatan pidana
- Nullum crimen sine poena legali :
Tidak ada perbuatan pidana tanpa pidana menurut undang-undang.
Dasar perumusan asas legalitas itu sebagai realisasi dari teorinya yang dikenal dengan
nama “ Theorie Van Psychologische Zwang ” yang menganjurkan agar dalam menentukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam peraturan, bukan saja tentang macam pidana yang
dicantumkan.
Selanjutnya berkenaan dengan asas legalitas ini, Roeslan Saleh Mengatakan bahwa asas
legalitas mempunyai tiga dimensi :
a. Dimensi politik hukum
Artinya politik hukum disyaratkan ini adalah perlindungan terhadap anggota masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang pihak pemerintah.
b. Dimensi politik kriminal
Bahwa suatu rumusan undang-undang yang jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan
tentang kejahatan-kejahatan dan pidana-pidananya akan dapat melakukan fungsi politik
kriminal yang baik. Suatu penerapan yang tegas dari asas legalitas akan memungkinkan
warga masyarakat “untuk menilai semua akibat merugikan yang ditimbulkan oleh
dilakukannya suatu perbuatan pidana, dan ini dapat dipertimbangkannya sendiri dengan
tepat”.
c. Dimensi organisasi
Asas legalitas dikaitkan dengan peradilan pidana mengharapkan lebih banyak lagi daripada
hanya akan melindungi warga masyarakat dari kesewenang-wenangan pemerintah.
Asas legalitas itu diharapkan memainkan peranan yang lebih positif.
Berbagai aspek asas legalitas
Ada tujuh aspek yang dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Tidak dapat di pidana kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut undang-undang
2. Tidak ada penerapan undan-undang pidana berdasarkan analogi
3. Tidak dapat dipidana hanya berdasarkan kebiasaan
4. Tidak boleh ada perumusan delik ketentuan pidana
5. Tidak ada kekuatan surut diketentuan pidana
6. Tidak ada pidana lain kecuali yang ditentukan undang-undang
7. Penuntutan pidana hanya menurut cara yang ditentukan undang-undang.

B.Asas Wilayah atau Teritorial


Asas hukum pidana yang satu ini dilandasi oleh kedaulatan negara. Negara yang berdaulat
wajib menjamin ketertiban hukum di wilayahnya dan oleh sebab itu, negara berhak
menjatuhkan pidana bagi siapapun yang melakukan tindak pidana di wilayahnya.Kehadiran
asas teritorial dalam peraturan perundang-undangan dapat ditemukan dalam Pasal 4 UU
1/2023 yang menerangkan bahwa ketentuan pidana dalam undang-undang berlaku bagi setiap
orang yang melakukan:

1.tindak pidana di wilayah NKRI;

2.tindak pidana di kapal Indonesia atau di Pesawat Udara Indonesia; atau

3.tindak pidana di bidang teknologi informasi atau tindak pidana lainnya yang akibatnya
dialami atau terjadi di wilayah NKRI atau di kapal Indonesia dan di pesawat udara Indonesia.

C.Asas Perlindungan atau Asas Nasional Pasif


Menurut asas hukum pidana yang satu ini, berlakunya perundang-undangan pidana
didasarkan pada kepentingan hukum suatu negara yang dilanggar oleh seseorang di luar
negeri dengan tidak dipersoalkan kewarganegaraannya; apakah pelaku adalah warga negara
atau orang asing. Jika disederhanakan, pada intinya asas perlindungan menitikberatkan pada
perlindungan unsur nasional terhadap siapapun dan di mana pun.Kehadiran asas ini
diterangkan dalam ketentuan Pasal 5 UU 1/2023 yang menerangkan bahwa ketentuan pidana
dalam undang-undang berlaku bagi setiap orang di luar wilayah NKRI yang melakukan
tindak pidana terhadap kepentingan NKRI yang berhubungan dengan:

1.keamanan negara atau proses kehidupan ketatanegaraan;


2.martabat Presiden, Wakil Presiden, dan/ atau Pejabat Indonesia di luar negeri;
3.mata uang, segel, cap negara, meterai, atau Surat berharga yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia, atau kartu kredit yang dikeluarkan oleh perbankan Indonesia;
4.perekonomian, perdagangan, dan perbankan Indonesia;
5.keselamatan atau keamanan pelayaran dan penerbangan;
6.keselamatan atau keamanan bangunan, peralatan, dan aset nasional atau negara Indonesia;
7.keselamatan atau keamanan sistem komunikasi elektronik;

D.Asas Universal
Asas persamaan atau yang dikenal juga dengan asas universal adalah asas yang
menitikberatkan pada kepentingan hukum internasional secara luas atau. Makna luas berarti
hukum pidana tidak dibatasi oleh tempat, wilayah, atau bagi orang tertentu saja, melainkan
berlaku di mana pun dan bagi siapa pun.Diterangkan Eddy Hiariej dalam Prinsip-Prinsip
Hukum Pidana, arti penting dari asas universal adalah jangan sampai ada pelaku kejahatan
internasional yang lolos dari hukuman. Agar tidak ada pelaku yang lolos, setiap negara
berhak untuk menangkap, mengadili dan menghukum pelaku kejahatan internasional.
Kemudian, jika pelaku kejahatan internasional telah diadili dan dihukum oleh suatu negara,
negara lain tidak boleh mengadili dan menghukum pelaku kejahatan internasional atas kasus
yang sama. Asas universal ini berlaku bagi tindak pidana yang dinilai sebagai kejahatan
internasional, bukan kejahatan transnasional.
Kehadiran asas universal dalam UU 1/2023 dapat ditemukan dalam:

1.Pasal 6 UU 1/2023 yang menerangkan bahwa ketentuan pidana dalam undang-undang


berlaku bagi setiap orang yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang melakukan tindak pidana menurut hukum internasional yang telah ditetapkan sebagai
tindak pidana dalam Undang-Undang.
2.Pasal 7 UU 1/2023 yang menerangkan bahwa ketentuan pidana dalam undang-undang
berlaku bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang penuntutannya diambil alih oleh Pemerintah Indonesia atas dasar
suatu perjanjian internasional yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah Indonesia
untuk melakukan penuntutan pidana.

E.Asas Nasional Aktif


Asas ini bertumpu pada kewarganegaraan pembuat delik. Hukum pidana Indonesia
mengikuti warga negaranya kemanapun ia berada.Asas ini menentukan, bahwa berlakunya
undang-undang hukum pidana suatu Negara disandarkan pada kewarganegaraan Nasionalitas
seseorang yang melakukan suatu perbuatan, dan tidak pada tempatnya dimana perbutan
dilakukan. Ini berarti, bahwa undang-undang hukum pidana hanya dapat diperlakukan
terhadap seseorang warga Negara yang melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh undang-undang dan dalam pada itu tidak menjadi persoalan dimana
perbuatan itu dilakukannya diluar Negara asalnya, undang-undang hukum pidana itu tetap
berlaku pada dirinya.

Inti asas ini tercantum dalam pasal 5 KUHP yang berbunyi :


“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan republik Indonesia berlaku bagi warganegara
Indonesia yang melakukan diluar wilayah indonesia ”.
1. Salah satu kejahatan yang tersebut dalam bab I dan II buku III dan dalam pasal-pasal
160,161,240,279,450, dan 451 KUHP; dan
2. Suatu perbutan yang dipandang sebagai kejahatan menurut undang-undang Negara, dimana
perbuatan itu dilakukan.
Penentuan terhadap suatu perbuatan yang dimaksudkan pada sub dua boleh juga dijalankan,
jikalau terdakwah baru menjadi warga Negara Indonesia setelah melakukan perbutan itu.
Pasal 5 ayat 1 ke-1 menentukan sejumlah pasal yang jika dilakukan oleh orang Indonesia
diluar negeri maka berlakulah hukum pidana di Indonesia. Kejahatan-kejahatan itu tercantum
didalam bab I dan II buku kedua KUHP (kejahatan terhadap keamanan Negara dan kejahatan
terhadap martabat presiden dan wakil presiden dan pasal 160,161,240,279,450 dan 451).
Tidak menjadi soal apakah kejahatan-kejahatan tersebut diancam pidana oleh Negara
tempat perbuatan itu dilakukan. Dipandang perlu kejahatan yang membahayakan kepentingan
Negara Indonesia dipidana. Sedangkan hal itu tidak tercantum didalam hukum pidana di Luar
Negeri.Kejahatan-kejahatan ini sangat penting bagi Negara republik Indonesia, tetapi
sekiranya tidak termuat dalam hukum pidana dari Negara asing sehingga pelaku-pelakunya
tidak akan dihukum apabila kejahatannya dilakukan diwilayah Negara asing itu, sedangkan
apabila kejahatan-kejahatan itu dilakukan oleh warga Negara Indonesia, orang itu dianggap
layak dihukum juga meskipun kejahatan dilakukan di wilayah Negara asing.Lain halnya
denga golongan kejahatan yang tersebut dalam pasal 5 ayat 1 sub kedua. Kejahatan-kejahatan
seperti ini dihukum juga menurut hukum pidana Negara asing kalau dilakukan disana.
Apabila kejahatan itu disana dilakukan oleh warga Negara Indonesia, dan orang itu mencari
perlindungan di wilayah Indonesia, kemungkinan besar orang itu oleh pemerintah Indonesia
tidak akan diserahkan kepada pemerintah Negara asing yang bersangkutan.Tetapi ada sedikit
pembahasan, yang termuat dalam pasal 6 KUHP, yang menentukan, bahwa hukuman mati
tidak boleh dijatuhkan oleh pengadilan di Indonesia apabila kejahatan yang bersangkutan,
menurut hukum pidana Negara asing yang bersangkutan, tidak diancam dengan hukuman
mati.Indonesia tidak akan menyerahkan warganya untuk diadili di luar negeri, ketentuan ini
berlaku bagi semua kejahatan menurut KUHP Indonesia.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam hukum Pidana terkandung asas-asas menurut tempat dan waktu. Dan diantara asas-
asas tersebut yaitu, asas legalitas,asas teritorialitas,asas perlindungan atau nasional aktif,asas
universal,Dan asas nasional aktif.
1. Asas Legalitas
Seseorang tidak akan dikenakan hukuman selama berbutannya tidak terkandung dalam
ketentuan undang-undang yang telah ditetapkan.
2. Asas Territorialitas
perundang-undangan huukum pidana bagi semua perbuatan pidana yang terjadi di dalam
wilayah Negara, yang dilakukan setiap orang, baik sebagai warga Negara Walaupun orang
asing.
3.Asas perlindungan atau asas nasional pasif
Asas yang menentukan bahawa hukum pidana suatu Negara berlaku terhadap perbuatan-
perbutan yang dilakukan di luar negeri.
4.Asas universal
undang-undang pidana suatu negara dapat diberlakukan terhadap kejahatan internasional.
5.Asas nasional aktif
Asas ini bertumpu pada kewarganegaraan pembuat delik hukum pidana Indonesia,
mengikuti warga negaranya kemanapun ia berada.
DAFTAR PUSTAKA

Zaenal Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, ( Jakarta:PT. RajaGrafindo,
2014)

Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta; Ghalia Indonesia,1982)

Mahrus Ali. Dasar-Dasar Hukum Pidana. ( Jakarta: Sinar Grafika Offset,2015)

Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia, (jakarta:PT. raja grafindo persada, 2016)

Schaffmeiter, Keijzer, Sutorius, Hukum Pidana (Yogyakarta; Liberty,1995)

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta;Renika Cipta,1993)

KUHP (Kitab Undang-Udang Hukum Pindana)

Anda mungkin juga menyukai