Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DESKRIPSI TAKLID, ITTIBA’, TARJID, dan TALFIQ

Ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Aswaja dan Ke-NUan
Dosen Pengampu :
Dr. H. M. Subhan Ansori, M.pdi

Disusun oleh :
1. Faisal Eka Nur Irawan (2355201027)
2. Novi Wulandari (2355201010)
3. Hilmi Mustofa Gufron (2355201011)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU EKSAKTA
PROGAM STUDI ILMU KOMPUTER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Deskripsi Taklid, Ittiba’, Tarjid, Talfiq

dengan lancar dan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Subhan Ansor, S.pd,

M.pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Aswaja dan ke-NU an yang telah membimbing kami

dalam penyusunan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari

penyusunan maupun tata bahasa dalam menyampaikan makalah ini. Oleh sebab itu, kami

memohon kritik dan saran dari pembaca agar kami bisa menyusun makalah yang lebih baik.

Blitar, 11 Oktober 2023,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................................... II
DESKRIPSI TAKLID, ITTIBA’, TARJIH, DAN TALFIQ..............................1
1. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................2
1.3 TUJUAN................................................................................................2
2. PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 PENGERTIAN TAKLID, ITTIBA’, TARJIH, DAN TALFIQ..............3
2.2 HUKUM TAKLID MENURUT AJARAN AHLUSSUNAH WAL
JAMAAH.................................................................................................... 3
2.3 PANDANGAN PARA ULAMA’ USUL FIQIH DAN FIQIH TENTANG
TALFIQ...................................................................................................... 4
3. PENUTUP................................................................................................ 6
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................6
3.2 SARAN..................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................7

ii
DESKRIPSI TAKLID, ITTIBA’, TARJIH, dan TALFIQ

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


a) Taklid

Periode Awal Islam: Pada awal periode Islam, ketika Nabi Muhammad masih hidup, para sahabatnya
dapat langsung bertanya kepadanya untuk memahami hukum-hukum Islam. Setelah wafatnya Nabi, para
sahabat ini menjadi sumber otoritas hukum dan petunjuk bagi umat Islam. Namun, seiring berjalannya
waktu dan tersebarnya umat Islam ke berbagai wilayah, tidak semua orang memiliki akses langsung ke
sumber-sumber keilmuan ini. Inilah yang melatarbelakangi munculnya praktik taklid, di mana orang-
orang mencari panduan dari ulama atau cendekiawan agama yang memiliki pengetahuan lebih mendalam
tentang ajaran Islam.

b) Ittiba’

Pertumbuhan Islam: Seiring dengan perkembangan Islam dan penyebarannya ke berbagai budaya dan
masyarakat, perlunya memiliki contoh teladan yang konkret dalam menjalankan ajaran Islam menjadi
semakin penting. Ittiba' berasal dari contoh-contoh perilaku dan tindakan Nabi Muhammad dan para
sahabatnya, yang dianggap sebagai model ideal dalam kehidupan sehari-hari dan ibadah.

c) Tarjih

Pertentangan Pendapat: Seiring berkembangnya ilmu hukum Islam, terdapat situasi di mana para
ulama memiliki pendapat yang berbeda dalam masalah-masalah tertentu. Prinsip tarjih muncul untuk
memberikan pedoman dalam menentukan pendapat yang lebih kuat atau lebih sesuai dengan nash (teks-
teks suci) atau maslahah (kepentingan umum) dalam situasi-situasi di mana terdapat perbedaan pendapat.

d) Talfiq

Keanekaragaman Kondisi Sosial: Di berbagai wilayah dengan keanekaragaman sosial, budaya, dan
kebiasaan, serta situasi hukum yang kompleks, praktik talfiq muncul sebagai upaya untuk mencari solusi
yang paling relevan dan sesuai dengan konteks lokal. Talfiq kadang-kadang dipraktikkan oleh ulama atau
individu yang mencoba menggabungkan aturan-aturan dari berbagai madzhab untuk menemukan solusi
yang paling cocok dalam keadaan tertentu.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Taklid, Ittibak’, Tarjih, dan Talfiq ?


2. Bagaimana hukum Taklid menurut ajaran Ahlussunah Wal Jamaah ?
3. Bagaimana pandangan para ulama’ ususl fiqih dan fiqih tentang Talfiq ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui arti dari Taklid, Ittiba’, Tarjih, dan Talfiq


2. Mengetahui hukum Taklid menurut ajaran Ahlussunah Wal Jamaah
3. Mengetahui pandangan para ulama’ usul fiqih dan fiqih tentang Talfiq

2
2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Taklid, Ittiba’, Tarjih, dan Talfiq


1. Pengertian Taklid

Secara Bahasa: Taklid dalam bahasa Arab bermakna "pengulangan" atau "imitasi". Dalam konteks
hukum Islam, taklid merujuk pada tindakan mengikuti pendapat seorang mujtahid atau ulama tanpa
penelitian atau pemahaman mendalam terhadap argumennya. sedangkan Secara Istilah: Dalam istilah
hukum Islam, taklid adalah tindakan mengikuti pendapat seorang mujtahid atau ulama dalam masalah
hukum tanpa mengetahui alasan-alasannya.

2. Pengertian Ittiba’

Secara Bahasa: Ittiba' dalam bahasa Arab bermakna "mengikuti" atau "meneladani". Dalam konteks
Islam, ittiba' merujuk pada tindakan mengikuti contoh dan teladan Nabi Muhammad dan para sahabatnya
dalam beribadah dan perilaku sehari-hari. Sedangkan Secara Istilah: Dalam istilah hukum Islam, ittiba'
adalah konsep mengikuti dan meneladani tindakan dan ajaran Nabi Muhammad dan para sahabatnya.

3. Pengertian Tarjih

Secara Bahasa: Tarjih dalam bahasa Arab bermakna "memberi bobot" atau "memilih yang terbaik".
Dalam konteks hukum Islam, tarjih merujuk pada penilaian dan pemberian bobot lebih tinggi terhadap
satu pendapat atau argumen hukum dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan Secara Istilah: Dalam
istilah hukum Islam, tarjih adalah proses memberi bobot lebih tinggi pada satu pendapat hukum
dibandingkan dengan yang lain, berdasarkan dalil-dalil agama atau pertimbangan kepentingan umat.

4. Pengertian Talfiq

Secara Bahasa: Talfiq dalam bahasa Arab bermakna "penggabungan" atau "perpaduan". Dalam
konteks hukum Islam, talfiq merujuk pada praktik menggabungkan aturan-aturan dari berbagai madzhab
atau aliran hukum Islam dalam satu masalah hukum. Sedangkan Secara Istilah: Dalam istilah hukum
Islam, talfiq adalah praktik menggabungkan aturan-aturan dari berbagai madzhab atau aliran hukum Islam
untuk mencari solusi yang sesuai dengan situasi atau kebutuhan tertentu.

2.2 Hukum Taklid menurut ajaran Ahlussunah Wal Jamaah

Dalam ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, taklid dianggap sebagai suatu konsep yang sah dan
penting dalam Islam, terutama untuk orang-orang awam atau mereka yang tidak memiliki pengetahuan
mendalam tentang ilmu agama. Berikut adalah pandangan Ahlussunnah Wal Jamaah mengenai taklid:

3
1. Pentingnya Taklid: Ahlussunnah Wal Jamaah mengakui bahwa tidak semua orang memiliki
kemampuan atau pengetahuan untuk secara langsung menafsirkan dan memahami teks-teks
agama Islam. Oleh karena itu, taklid dianggap sebagai cara yang sah bagi orang-orang awam
untuk memperoleh panduan hukum Islam dari para ulama yang lebih ahli dan memahami teks-
teks agama dengan lebih mendalam.
2. Taklid kepada Madzhab: Dalam tradisi Ahlussunnah Wal Jamaah, orang-orang yang melakukan
taklid cenderung mengikuti salah satu dari empat madzhab hukum Islam (Hanafi, Maliki, Shafi'i,
atau Hanbali). Mereka mengambil pandangan dan fatwa dari ulama yang mewakili madzhab
tersebut.
3. Batasan Taklid: Meskipun taklid diterima, Ahlussunnah Wal Jamaah juga menekankan
pentingnya akal sehat dan keyakinan pribadi. Orang yang melakukan taklid diharapkan memiliki
keyakinan kuat pada pilihan madzhab dan ulama yang diikutinya.
4. Kebebasan Memilih Madzhab: Ahlussunnah Wal Jamaah memberikan kebebasan bagi individu
untuk memilih madzhab yang mereka ikuti berdasarkan keyakinan dan pemahaman mereka
sendiri. Tidak ada pemaksaan untuk mengikuti madzhab tertentu; ini mencerminkan pendekatan
yang inklusif dalam menerima keberagaman interpretasi hukum Islam.
5. Pentingnya Konsistensi dan Kepatuhan: Ahlussunnah Wal Jamaah menekankan konsistensi dalam
taklid, yaitu mengikuti satu madzhab secara konsisten dalam berbagai aspek hukum Islam.
Kepatuhan terhadap hukum-hukum yang diambil dari madzhab tersebut dianggap sebagai bentuk
taat kepada ajaran Islam.

2.3 Pandangan para ulama’ usul fiqih dan fiqih tentang Talfiq

Pandangan para ulama' tentang Talfiq, terutama di dalam bidang Uṣūl al-Fiqh (ilmu prinsip-
prinsip hukum Islam) dan Fiqih (ilmu hukum Islam) dapat bervariasi. Berikut adalah gambaran umum
tentang pandangan mereka :

1. Pandangan ulama’ usul fiqih

Para ulama' Uṣūl al-Fiqh mengkaji prinsip-prinsip dasar yang membentuk hukum Islam. Pendekatan
terhadap Talfiq di Uṣūl al-Fiqh cenderung berbeda antara satu ulama dengan ulama yang lain. Beberapa
pandangan mencakup :

 Penolakan Terhadap Talfiq: Beberapa ulama' Uṣūl al-Fiqh menolak talfiq karena dianggap
melibatkan penggabungan hukum-hukum dari berbagai madzhab yang mungkin bertentangan

4
satu sama lain. Mereka berpendapat bahwa Talfiq melanggar prinsip-prinsip konsistensi dalam
hukum Islam.
 Penerimaan Terhadap Talfiq: Di sisi lain, beberapa ulama' berpendapat bahwa Talfiq dapat
diterima dalam situasi-situasi tertentu, terutama jika bertujuan untuk memperoleh kemudahan
(rukhsah) atau jika terdapat kebutuhan mendesak yang tidak bisa dipenuhi dengan mengikuti satu
madzhab saja.
2. Pandangan ulama’ fiqih

Dalam bidang Fiqih, pandangan terhadap Talfiq dapat bervariasi tergantung pada madzhab dan
pendekatan ulama yang bersangkutan :

 Madzhab Hanafi: Madzhab Hanafi cenderung lebih fleksibel dalam hal Talfiq. Dalam madzhab
ini, terdapat praktik talfiq yang memungkinkan penggabungan hukum-hukum dari berbagai
sumber hukum Hanafi dan non-Hanafi dalam situasi tertentu, khususnya ketika ada kebutuhan
mendesak.
 Madzhab Maliki: Madzhab Maliki cenderung lebih ketat dalam hal ini. Mereka kurang menerima
praktik talfiq dan mendorong para pengikutnya untuk mematuhi aturan-aturan madzhab dengan
ketat.
 Madzhab Shafi'i dan Hanbali: Madzhab Shafi'i dan Hanbali memiliki sikap yang berada di
tengah-tengah. Mereka memandang talfiq sebagai pilihan dalam keadaan tertentu, namun dengan
batasan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

5
3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Taklid, Ittiba', Tarjih, dan Talfiq adalah konsep-konsep yang berkaitan dengan hukum
dalam Islam, khususnya dalam pemahaman Ahlussunah Wal Jamaah. Para ulama' usul fiqih dan
fiqih memiliki pandangan yang berbeda tentang konsep-konsep ini.

Pandangan para ulama' usul fiqih dan fiqih tentang talfiq bervariasi. Beberapa ulama
mengizinkan talfiq dalam batasan tertentu jika dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan dengan
alasan yang kuat, sementara yang lain lebih konservatif dan membatasi penggunaan talfiq.
Pandangan ini dapat bervariasi tergantung pada mazhab dan pendapat individu masing-masing
ulama.

Dalam prakteknya, Taklid, Ittiba', Tarjih, dan Talfiq adalah alat-alat yang digunakan
dalam pengambilan keputusan hukum dalam Islam, dengan tujuan untuk memastikan kepatuhan
terhadap ajaran Islam dan menjaga konsistensi dalam aplikasi hukum.

3.2 Saran
Mengenai arti Taklid, Ittiba', Tarjih, dan Talfiq dalam ajaran Ahlussunah Wal Jamaah,
serta pandangan para ulama usul fiqih dan fiqih tentang Talfiq. Pastikan untuk mendukung
argumen Anda dengan merujuk kepada sumber-sumber teks utama, seperti Al-Quran dan Hadis,
serta tulisan-tulisan ulama terkemuka dalam sejarah dan saat ini. Selain itu, lakukan analisis
mendalam untuk menggali makna dan konsekuensi dari konsep-konsep ini dalam konteks ajaran
Ahlussunah Wal Jamaah.

6
DAFTAR PUSTAKA

"Ahl al-Sunnah: The Ash'aris: The Testimony and Proofs of the Scholars" oleh Shaykh
'Abd al-Hadi Kharsa

"Islamic Beliefs: A Brief Introduction to the 'Aqeedah of Ahl al-Sunnah wal-Jamaa'ah"


oleh Dr. Umar S. al-Ashqar

"Nahdlatul Ulama: Traditional Islam and Modernity in Indonesia" oleh Greg Fealy (Tahun
Terbit: 1996)

"The Voice of the Nahdlatul Ulama: Echoes from the Largest Muslim Organization in
Indonesia" oleh Ulil Abshar-Abdalla (Tahun Terbit: 2009)

"Principles of Islamic Jurisprudence" oleh Mohammad Hashim Kamali (Tahun Terbit:


2003)

"Islamic Jurisprudence: An International Perspective" oleh Ahmed Atif Ahmed (Tahun


Terbit: 1996)

Anda mungkin juga menyukai