Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEBARAN MAZHAB-MAZHAB FIQH DI DUNIA ISLAM

DISUSUN OLEH:

ALVI YUDA FITRA 230106184

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

2023
KATA PENGANTAR

Islam, sebagai salah satu agama global terbesar, telah mengalami perkembangan
yang sangat beragam sepanjang sejarahnya. Salah satu aspek yang memperkaya
keragaman ini adalah munculnya berbagai mazhab atau aliran pemikiran dalam
agama ini. Mazhab-mazhab Islam telah memainkan peran penting dalam
membentuk pemahaman dan praktik umat Islam di seluruh dunia.

Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi sebaran mazhab-mazhab Islam di


seluruh dunia, mengungkapkan bagaimana perbedaan dan kesamaan dalam
pemahaman keagamaan ini telah berkembang di berbagai wilayah. Melalui
pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah dan karakteristik mazhab-
mazhab ini, kita dapat menggali kekayaan warisan intelektual Islam yang luar
biasa dan memahami bagaimana agama ini berkembang dan beradaptasi dalam
berbagai budaya.

Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih
baik tentang keragaman pemikiran Islam di seluruh dunia dan bagaimana hal
tersebut telah memengaruhi praktik keagamaan umat Islam.

Banda Aceh, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5

A. Latar Belakang.........................................................................................5
A. Rumusan Masalah....................................................................................5
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................5
C. Manfaaat..................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
PEMBAHASAN....................................................................................................................7

A. Pengertian Mazhab..................................................................................7
A. Bermadzhab dan Hukumnya...................................................................8
B. Madzhab Imam Maliki,Hanafi,Syafi’i,Hambali....................................10
C. Penyebaran Mazhab Fiqh......................................................................13
BAB III...............................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................17

A. Kesimpulan............................................................................................17
B. Saran......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut bahasa Arab, “madzhab” (‫)مممممذهب‬berasal dari shighah
masdar mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan
tempat) dari akar kata fiil madhy “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi. mazhab
adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam
memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam.Mazhab itu
manifestasinya berupa hukum-hukum syariat (fiqh), yang ditempuh mujtahid itu
untuk menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci harus dipahami
bahwa mazhab itu sesungguhnya juga mencakup ushul fiqh yang menjadi metode
penggalian (thariqah al-istinbath) untuk melahirkan hukum-hukum tersebut. Latar
belakang timbulnya madzhab karena Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang
Lafadz Nash, Perbedaan Dalam Masalah Hadits serta Perbedaan dalam
Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash dan lain-lain

Mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW, Madzhab pada
zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad (pendapat) para sahabat dalam
memahami agama, karena pada zaman itu sumber hukum islam adalah hanya al-
Quran dan Hadits, sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad
masing-masing; maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada
Rosulullah.

A. Rumusan Masalah
1 Apa pengertian mazhab ?
2 Apa hukum bermazhab?
3 Apa saja mazhab-mazhab yang muncul dalam islam?
4 Bagaimana penyebaran mazhab?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan manfaat sejarah.
2. Untuk mengetahui hukum bermazhab.
3. Untuk mengetahui mazhab-mazhab yang ada
4. Untuk mengetahui proses penyebaran mazhab

C. Manfaaat
Makalah ini dibuat agar menghasilkan manfaat bertambahnya ilmu dan
pengetahuan tentang Ilmu Fiqh khususya tentang mazhab-mazhab dalam fiqh
dan dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mazhab
Menurut bahasa mazhab berarti jalan atau tempat yang dilalui.
Sedangkan menurut istilah para fikih mazhab mempunyai dua pengertian, yaitt
pertama, pendapat salah seorang irnam mujtahid tentang hukum suatu masalah.
Y arg kedua, kaidah-kaidah istimbath yang dirurnuskan oleh seorang imarn
rnujtahid.T Kata perbandingan mazhab adalah terjemahan dari kata Muqaranatul
ntazalrib yang terdiri dari dua kata "muqaranah" dan "mazahib". Kata
"muqaranah" berasal dari kata kerja "qarana" yang dapat diartikan dengan "jam
'rrr" (himpunan) dan"muqabalalt" ( perbandingan).8 Sedang kata " mazaltib"
jarnak dari kata mazhab yang berasal dari kata " dzahaba-yadzhubu-dzahban-wa
dzltuhuban-wa mazhaban yang kernudian berubah menjadi mazhab yang berarti
pendapat, jalan, metode atau sesuatu yang diikuti. Sedang kata rnazhab di artikan
dengan "haluan", atau aj aran lengkap mengenai hukum Islam yang dianut
golongan umat Islam tertentu.
Mahmud Yunus mengemukakan bahwa "mozhob" berasal dari shighat
mashdar mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang nrenunjukkan tempat)
yang diambil dari/i'll natlhi "dzohaba" yang berarti "pergi".to Dalam kamus
Besar Indonesia Mazhab diartikan sebagai " haluan atau aliran mengenai hukum
fiqh yang menjadi ikutan umat Islam". Sedangkan secara istilah mazhab
diarlikan paham atau aliran pikiran yang merupakan hasil ijtihad seorang
mujtahid tentang hukum Islam yang digali dari ayalayat al-Quran atau Hadits
yang dapat diijtihadkan.
Menurut para ahli yang dimaksud dengan perbandingan mazhab
(muqarunatul mazuhib\ ialah "Himpunan pendapat para imamimam mujtahid
dengan dalil-dalinya pada satu masalah yang diperselisihkan, mernbanding
sebagian dalil dengan sebagiannya dan sesudah diadakan munaqasyah maka
akan jelas pendapat mana yang terkuat dalilnya".
Dapat diketahui bahwa perbandingan mazhab ialah rnernbandingkan satu
mazhab dengan mazhab lainnya. Hal itu berarti, bahwa diantara mazhab-mazhab
tersebut terdapat perbedaan. Sebab, tidak akan digunakan kata perbandingan,
kecuali terhadap barang- barang atau hal-hal yang satu sama lainnya. Justru
untuk mengetahui perbedaan-perbedaan itu perlu diadakan suatu perbandingan.
Jika dilihat definisi diatas jelaslah bahwa membandingkan adalah wajib
bagi orang yang marnpu dan beranral dengan hasilnya juga wajib karena ilmu
yang mandiri dengan berbagai metode perbandingan. Selain itu rnernbandingkan
adalah jalan untuk mengetahui cara-cara para imam berijtihad, dan juga jalan
untuk dapat mernilih hukum yang dapat menentramkan jiwa.

A. Bermadzhab dan Hukumnya


1. Bermadzhab

Untuk dapat dipahami lebih jelas tentang makna bermadzhab, maka akan
dikemukakan dua pengertian yaitu: Pertama, berdasarkan pada pengertian kata
madzhab maka bermadzhab adalah mengikuti jalan/metode berpikir salah
seorang mujtahid di dalam melakukan istinbâth hukum dari sumbernya yaitu al-
Qur`an dan assunnah. Kedua, bermadzhab berarti mengikatkan diri kepada
salah seorang imam madzhab (mujtahid) dalam mengamalkan syari’at Islam
berdasarkan fatwa-fatwa atau pendapat-pendapat Imam Madzhab tersebut.

Dalam pembahasan ini terminology yang digunakan merujuk pada


pengertian madzhab yang kedua, yaitu mengikatkan diri pada salah seorang
imam madzhab (mujtahid) dalam mengamalkan syari’at Islam berdasarkan fatwa
atau pendapat imam madzhab tersebut. Seseorang yang belum mencapai
tingkatan mujtahid, yang beramal atau mengikuti pendapat Imam Madzhab baik
yang tidak mengetahui atau yang mengetahui sumber/dasar hukum yang dipakai,
baik terus menerus atau sementara saja, baik yang memegang satu madzhab saja
maupun yang berpindah-pindah madzhab ke madzhab yang lain, maka artinya
dia telah bermadzhab

2. Hukum Bermadzhab

Di sini terjadi perselisihan pendangan di kalangan umat Islam, yang


terbagi kepada dua golongan besar.

a. Tidak wajib : sebagian ulama Ushul berpendapat bahwa bermadzhab itu


tidak wajib. Umat Islam wajib mengikuti apa yang ada di dalam Al-
Qur’an dan as-Sunnah. Ulama yang berpendapat demikian adalah
Khujandi, Nashiruddin al-Albani dan Ibnu Hazm. Bagi golongan ini,
tidak wajib mengamalkan pendapat madzhab tertentu dalam setiap
masalah. Ia boleh berpindah dan mengamalkan pendapat dari madzhab
lain. Iltizam terhadap satu madzhab saja merupakan kesulitan dan
kesempitan, padahal adanya beberapa madzhab merupakan rahmat,
nikmat dan karunia.. Muhammad Sulthan al-Ma’shumi al-Khujandi al-
Makki, beliau mengatakan tidak wajib bagi seorang muslim untuk
melazimi salah satu madzhab dari empat madzhab, dan barangsiapa
yang melazimi salah satu madzhab dalam setiap permasalahan-
permasalahannya maka ia adalah orang yang fanatik salah, orang yang
bertaklid buta, dan yang memecah belah agama sehingga terjadinya
golongan-golongan dan Allah telah melarang dari berpecah belah dalam
agama.
b. Wajib : Golongan ini mengatakan bermadzhab itu harus bahkan bagi
orang awam hukumnya wajib,Al-Amidi mengatakan bahwa orang awam
dan orang yang tidak memiliki keahlian berijtihad, walaupun dapat
menghasilkan sebagian ilmu yang diakui (mu’tabar) dalam berijtihad, ia
wajib mengikuti pendapat para mujtahid dan berpegang dengan fatwa-
fatwanya, demikian menurut ahli tahqiq dan ulama ushul. Khudhari Bek
pula berpandangan wajib atas orang awam meminta fatwa dan
mengikuti para ulama.

Mayoritas ulama ushul berpendapat bahwa bermadzhab bagi orang awam


itu harus, bahkan bagi orang awam yang benar-benar murni, bermadzhab itu
wajib. Hanya saja mereka berbeda pendapat, apakah mengikuti madzhab itu
dalam arti kata taqlid atau ittiba. keduanya memberikan kesimpulan yang sama
yaitu bermadzhab, mereka juga tidak membedakan antara orang awam yang
memang tidak faham tentang persoalan hukum dengan orang yang
berpengetahuan tetapi belum sampai ke tahap mujtahid. Kedua golongan ini
dianggap awam, dan bagi orang awam kewajiban mereka adalah bertanya
kepada ahlu ilmi yaitu mujtahid, jika ia bertanya atau mengikuti seorang
mujtahid maka ia disebut bermadzhab. Dari kenyataan yang ada antara kedua
golongan, nampaknya sangat sulit untuk mengkompromikan keduanya namun
ada titik temu antara kedua golongan ini yaitu mereka bersepakat tentang
keharusan mengikuti pendapat atau fatwa para imam madzhab.

B. Madzhab Imam Maliki,Hanafi,Syafi’i,Hambali.

1. IMAM MALIKI

Imam Malik memiliki nama lengkap yaitu Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abi
Âmir bin Amru bin Al Harits bin ghailân bin Hasyat bin Amru bin Harits.Nasab
beliau:Al Ashbuhi; adalah nisbah yang di tujukan kepada dzi ashbuh, dari Humair
dan Al Madani; nisbah kepada Madinah, negri tempat beliau tinggal.

Beliau dilahirkan di Madinah tahun 93 H, bertepatan dengan tahun meninggalnya


sahabat yang mulia Anas bin Malik.

Imam Malik bin Anas dikenal luas akan kecerdasannya. Suatu waktu ia pernah
dibacakan 31 buah Hadis Rasulullah dan mampu mengulanginya dengan baik dan
benar tanpa harus menuliskannya terlebih dahulu. Ia menyusun kitab Al
Muwaththa', dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama
waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. kitab tersebut
menghimpun 100.000 hadis, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari
seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30
naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah
riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.

Beliau beranggapan cukup dengan ilmu yang ada di sekitar Hijaz. Meski beliau
tidak pernah mengadakan perjalanan ilmiyyah, tetapi beliau dapat memberikan
fatwa dalam permasalahan ummat, dan beliau pun membentuk satu majlis di
masjid Nabawi pada saat beliau menginjak dua puluh satu tahun, dan pada saat itu
guru beliau Nafi’. Semua itu agar dapat mentransfer pengetahuannya kepada
kaum muslimin serta kaum muslimin dapat mengambil manfaat dari pelajaran
yang di sampaikan sang imam.

Sumber-sumber hukum Islam yang digunakan oleh Mazhab Maliki, sebagaiman


mazhab-mazhab fikih lain adalah Alquran, hadis, dan ijma' (kesepakatan para
ulama). Dalam pandangan Mazhab Maliki, sebuah hadis jika bertentangan
dengan amal ahlul madinah (praktik keberagamaan penduduk Madinah) sebagai
sebuah tradisi, maka hadis itu ditolak, meski hadis itu adalah hadis sahih.

2. IMAM HANAFI
Imam Hanafi lahir pada tahun 80 Hijriyah (H) bertepatan dengan 699 Masehi
(M) di sebuah kota bernama Kufah, Nama Imam Hanafi adalah Nu'man bin
Tsabit bin Marzaban Al-Farisi yang bergelar Al-Imam Al-A'zham. Ketika lahir,
pemerintah kekhalifahan Islam dipimpin oleh Abdul Malik bin Marwan,
keturunan kelima Bani Umayyah. Ia hidup dalam keluarga yang saleh. Ia juga
sudah hafal Alquran sejak masih usia anak-anak dan merupakan orang pertama
yang menghafal hukum Islam dengan cara berguru.

Madzhab Hanafi

Merupakan salah satu mazhab fikih dalam Islam Sunni..Mazhab ini diamalkan
dan berkembang di kalangan orang Islam Sunni di kawasan Afganistan, Irak,
Persia, Mesir, Turki, anak-benua India, Tiongkok, Rusia, dan sebagian Afrika
Barat.

Imam Hanafi mendasari mazhabnya pada Al-Qur'an (Kitabullah). Jika beliau tidak
menemukan dasarnya di Al-Qur'an, maka beliau mencarinya di Hadis (Sunah).
Jika masih tidak ditemukan dalam Hadis, maka beliau akan mencarinya dari
pendapat para sahabat Rasul (Atsar). Jika perkataan sudah sampai kepada Ibrahim
An-Nacha'y Asj Sja'by Al-Hasan Ibn Sierien Sa'id ibn Musaijab, maka beliau
berijtihad. Imam Hanafi cukup dikenal atas penggunaan rasionalitas (ra'yi) dalam
metode pengambilan fatwanya. Selain itu, ia juga mendasari fikih dengan qiyas,
namun terkadang pula beliau tidak mengqiyaskannya karena suatu sebab, kecuali
mendesak. Abu Hanifah juga mendasari fikih dengan kaidah-kaidah umum yang
disebut dengan istihsân. Abu Hanifah juga banyak menggunakan qiyas dan
istishân dari imam-imam yang lain.
3. IMAM SYAFI’I
Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Idris al-
Syafi’i. Ia sering juga dipanggil dengan nama Abu Abdullah, karena salah seorang
putranya bernama Abdullah. Ia dilahirkan di Gaza, sebuah kota kecil di Laut
Tengah pada tahun 150 H./767 M. hidup di masa pemerintahan khalifah Harun al-
Rasyid, al- Amin dan al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah.

Sejak kecil ia terkenal cerdas, kuat hafalannya, dan gigih menuntut ilmu.
Menjelang umur 9 tahun ia telah hafal 30 juz al-Qur’an dan 10 tahun ia telah
menguasai pramasastra Arab dengan baik. Ketika di Mekkah, ia belajar ilmu fiqh
kepada mufti Mekkah, Muslim Khalid al-Zanji dan ilmu hadist kepada Sufyan bin
Uwainah (Sirajuddin Abbas, 1972). Pada usia 15 tahun (ada yang mengatakan 18
tahun), Imam Syafi’i berfatwa setelah mendapat izin dari syaikhnya yang bernama
Muslim bin Khalid az-Zanji.

Madzhab Syafi’i

Madzhabnya didasari oleh Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Dia juga tidak
mengambil Istihsan (menganggap baik suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya,
menolak maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i
mengatakan,”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan
syariat,”. Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah
(pembela sunnah),”

4. IMAM HAMBALI

Nama beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal asy-Syaibani. dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad,
Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia
dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing berkumpul untuk belajar
ataupun mengajarkan ilmu. Imam Ahmad berhasil menghafalkan Alquran secara
sempurna saat berumur 10 tahun. Setelah itu ia baru memulai mempelajari hadits.

Madzhab Imam Hambali


Imam Ahmad Ibn Hanbal menetapkan hukum Islam berdasarkan:

Fatwa Para Shahabat Nabi SAW.

Jika tidak ditemukan dalam nash yang jelas, maka beliau menggunakan fatwa-
fatwa dari para sahabat Nabi SAW yang tidak ada perselisihan diantara mereka.
Apabila terjadi perselisihan, maka yang diambil adalah fatwa-fatwa yang beliau
pendang lebih dekat kepada nash, baik al-Qur’an maupun al-Hadits.

Al-Hadits al-Mursal al-Hadits al-Dla’if.

Jika dari ketiganya tidak ditemukan, maka beliau menetapkannya dari dasar al-
Haditsal-Mursal atau al-Hadits al-Dla’if, sebab yang dimaksud dengan al-Hadits
al-Dla’if menurut Ahmad ibn Hanbal adalah karena al-Hadits ini terbagi menjadi
dua, yaitu, Shahih dan Dla’if, bukan Shahih, Hasan, dan Dla’if seperti kebanyakan
ulama Al- Hadits lain.

Al-Qiyas.

Jika dari semua sumber di atas tetap saja ditemukan, maka Imam Ahmad ibnu
Hanbali menetapkan hukum Islam dengan mempergunakan al-Qiyas dan
Mashlahah Mursalah, terutama di bidang sosial politik.

C. Penyebaran Mazhab Fiqh


1. Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah (Irak). Kemudian berkembang


dan tersebar luas ke Negara-negara Islam bagian timur pada permulaan masa
perkembangannya berkat kekuasaan Imam Abu Yusuf yang menjabat Hakim
Agung di Baghdad dan berkat pengutamaan khalifah-khalifah Abasiyah terhadap
mazhab tersebut dalam lapangan peradilan. Para pengikutnya tersebar di
berbagai Negara, seperti Irak, Turki, Asia Tengah, Pakistan, India, Tunis,
Turkistan, Syiria, Mesir dan Libanon. Mazhab Hanafi pada masa Khilafah Bani
Abbas merupakan mazhab yang banyak dianut oleh umat Islam dan pada
pemerintahan kerjaan Usmani, mazhab ini merupakan mazhab resmi Negara.
Sekarang penganut mazhab ini tetap termasuk golongan mayoritas di samping
mazhab Syafi’i.1 Mazhab Hanafi merupakan mazhab fiqih dengan jumlah
pengikut terbesar di dunia dengan jumlah pengikut sebanyak 675 juta jiwa.
Negara- negara dengan pengikut terbanyak mazhab ini adalah Pakistan, India,
Bangladesh, Turki, Afganistan, dan Uzbekistan.

Pada masa Turki Utsmani, mazhab ini merupakan mazhab resmi


kerajaan. Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Abu Yusuf yaitu guru
Imam Ahmad, asy-Syaibani yaitu guru Imam Syafi'i, Abu Mansur Al-Maturidi,
Jalaluddin Al-Rumi, dan Bahauddin Naqsyaban.
2. Mazhab Maliki
Penyebaran mazhab Maliki dilakukan oleh para ulama, dari penjuru
Negara. Pada awalnya mereka mempelajari Mazhab Maliki dan kemudian
berusaha menyebarkannya disebagian besar daerah islam seperti di Mesir, Irak,
Andalus, Maghrib aqsha dan wasath, Afrika, Syam, Cicilia dan Sudan.
Mazhab Malik banyak dianut di Hijaz, Maroko, Tunis, dan Tripoli, untuk
itu tidak mudah menerima Hadis sebagai sumber hukum sepertiyang dilakukan
oleh masyarakat Madinah atau Hijaz yang notabenemasih sederhana
kehidupannya. Sebab lainnya karena faktor politis,seperti dikuatkan oleh Manna
al-Qattan (ahli fikih Mesir) karena para pengikutnya tidak suka memiliki
jabatan di pemerintahan seperti menjadi hakim di pengadilan. Dengan
demikian, mazhab ini tidak dídukung oleh kekuasaan.2 Imam Malik juga
termasuk periwayat hadist. Karyanya yang terkenal adalah al-Muwattha', yaitu
hadis yang bercorak fiqih. Imam Malik juga dikenal sebagai seorang Mufti
dalam kasus-kasus yang dihadapi. Salah satu fatwanya bahwa baiat yang
dipaksakan hukumnya tidak sah. Selain itu pemikirannya juga banyak
menggunakan tradisi bangsa Madinah.
Mazhab Maliki merupakan mazhab fiqih dengan pengikut yang
terkonsentrasi pada wilayah Afrika Utara dan Afrika Barat dengan jumlah
pengikut sebanyak 270 juta jiwa. Negara-negara dengan pengikut terbanyak
mazhab ini adalah Maroko, Al-Jazair, Mesir, Sudan, Nigeria, dan Tunisia.
Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Syafi'i, Yahya Al-Laitsi,
Ibnu Rusdi, AI Qurthubi, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.
3. Mazhab Syafi’i

Penyebaran mazhab Syafi’i ini antara lain di Irak, lalu berkembang dan
tersiar di Khurasan, Pakistan, Syam, Yaman, Persia, Hijaz, India, daerah-daerah
Afrika dan Andalusia sesudah tahun 300 H. Pada masa sekarang, mazhab Syafi’i
dianut oleh umat Islam di Libia, Mesir, Indonesia, Philipina, Malaysia, Somalia,
Arabia Selatan, Palestina, Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan, India,
Jazirah Indo China, Sunni-Russia dan Yaman. Demikianlah keadaan mazhab
Syafi’i pada masa sekarang ini. Dan bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia
menganut mazhab tersebut sejak dulu hingga dewasa ini.3 Beliau disebut juga
sebagai orang pertama yang membukukan ilmu usul Fiqih. Karyanya yang
terkenal adalah AI-Umm dan Ar-Risalah.
Pemikirannya yang cenderung moderat diperlihatkan dalam Qaul Qadim
(pendapat yang baru) dan Qaul Jadid (pendapat yang lama). Untuk
penyebarannya mazhab Syafl'i diikuti oleh 495 juta jiwa. Negara-negara dengan
mayoritas pengikut mazhab ini adalah Indonesia, Ethiopia, Malaysia, Yaman,
Mesir, dan Somalia. Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Ahmad
AI Ghazali, lbnu Katsir, lbnu Majah, An Nawawi, Ibnu Hajar al-'Asqalani, Abu
Hasan Al Asy'ari, dan Said Nursi.

4. Mazhab Hambali

Tokoh yang memperbarui dan melengkapi pemikiran madzhab Hanbali


terutama bidang mu’amalah adalah:

1. Syeikh al-Islam Taqiyyudin ibn Taimiyah (w. 728))

2. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah (w. 752 H) murid Ibnu Taimiyah.

Tadinya pengikut madzhab Hanbali tidak begitu banyak, setelah


dikembangkan oleh dua tokoh yang disebut terakhir maka mazhab Hanbali
menjadi semarak, terlebih setelah dikembangkan lagi oleh Muhammad bin
Abdul Wahhab (w. 1206 H), menjadi madzhab orang nejed dan kini menjadi
madzhab resmi pemerintah kerajaan Saudi Arabia.4

Pada masa mudanya beliau berguru kepada Abu Yusuf dan Imam Syafi'i.
Corak pemikirannya tradisionalis, selain berdasarkan pada Al Quran, sunnah,
dan ijtihad, Beliau juga menggunakan hadits Mursal dan Qiyas jika terpaksa.
Selain sebagai seorang ahli hukum, beliau juga seorang ahli hadist. Karyanya
yang terkenal adalah Musnad Ahmad, kumpulan hadis-hadis Nabi SAW.
Mazhab Hambali merupakan mazhab fiqih dengan pengikut terkonsentrasi di
wilayah Teluk Persia dengan jumlah pengikut sebanyak 41 juta jiwa. Negara-
negara dengan pengikut terbanyak mazhab ini adalah Arab Saudi, Uni Emirat
Arab, dan Qatar. Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Bukhori,
Abdul Qodir Al Jailani, lbnu Qudammah, lbnu Taimiyah, Ibnu Qaiyyim Al
jauziyyah, Adz-Dzahabi, dan Muhammad bin Abdul Wahab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa mazhab berarti jalan atau tempat yang dilalui.
Sedangkan menurut istilah para fikih mazhab mempunyai dua pengertian, yaitt
pertama, pendapat salah seorang irnam mujtahid tentang hukum suatu
masalah.Hukum bermazhab ada dua pendapat yaitu wajib dan tidak wajib. Ada 4
tahapan perkembangan mazhab.

Mazhab itu terbentuk karena adanya perbedaan (ikhtilaf) dalam masalah


ushul maupun furu‘ sebagai dampak adanya berbagai diskusi (munazharat) di
halangan ulama. Ushul terkait dengan metode penggalian (thariqah al-istinbath),
sedangkan furu‘ terkait dengan hukum-hukum syariat yang digali berdasarkan
metode istinbath tersebut.Ada 4 mazhab dalam islam yaitu mazhab Hanafi,
mazhab Syafi’i. Mazhab Maliki, mazhab Hambali. Golongan Neo Zhahiriyah
adalah golongan anti mazhab.

B. Saran
Saran yang bisa diberikan adalah kita jangan pernah berhenti dalam
menuntut ilmu, terutama dalam mempelajari ilmu fiqh karena ilmu fiqh sangat
berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari hari. Sebagai seorang muslim tentu
sangat penting untuk kita dalam mempelajari ilmu agama apalagi yang sangat
berhubngan erat dengan kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
H.Syaikhu, M.HI, dan Norwili, M. HI. 2019. Perbandingan Mazhab
Fiqh.Yogyakarta:K-Media. Ibid., h. 4,41,1166,1167.
Hasbi Ash Shiddieqi, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 71.
Imron Abdul Manan, ‘Bebas Madzhab Bukan Bid’ah’, dalam Majalah M.Saleh
Wahbah az-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1986), vol. 2,
hlm. 1165

Anda mungkin juga menyukai