Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ULUMUL HADITS
( KEDUDUKAN HADITS & INGKAR SUNNAH )

DI iSUSUN iOLEH :

NAMA : MAGFIRA

NIM : iFTK.11.21.039

DOSEN PENGAMPU : ANDI FAISAL, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-MAWADDAH WARAHMAH KOLAKA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana berkat
rahmat, nikmat dan pertolongan-Nya kami bisa menyelesaikan makalah Aswaja kami
yang berjudul Sekitar Mazhab, Tujuan Bermazhab Dan Urgensi Bermazhab.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW. Beliau telah berhasil membawa kita dari kehidupan yang anarkis menuju
kehidupan yang harmonis. Semoga kita selalu mendapatkan syafaat dan pertolongan
beliau, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok, mata kuliah ASWAJA
semester 1 tahun akademik 2015/2016 Prodi Ekonomi Syari’ah (Esy) pada Sekolah
tinggi agama islam Syaichona Moh. Cholil Bangkalan (STAIS). Oleh karena itu, kami
haturkan terima kasih banyak kepada Dosen pembina KH. Abdul Wahid HS. M.Pd.I.
sebagai Dosen pembina mata kuliah ASWAJA Semester 1 dalam membimbing mata
kuliah ini.
Bangkalan, 20 Oktober 2015

Kelompok VII

DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………………
i
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………
……. ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………
…… iii
BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar
Belakang…………………………………………………………………
…………. 1
2. Topik
Pembahasan………………………………………………………………
………. 2

16
3. Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………
………. 2

BAB II. PEMBAHASAN

1. Tentang
Mazhab…………………………………………………………………
……….. 3
2. Teminologi
Mazhab………………………………………………………………… 3
3. Titik Tolak atau Sejarah Pembentukan
Mazhab………………………….. 3
4. Mahab-Mazhab yang Sudah
Punah……………………………………………. 4
5. Mazhab-Mazha Yang Masih
Eksis………………………………………………5
6. Tujuan
Bermazhab………………………………………………………………
…………7
7. Urgensi
Bermazhab………………………………………………………………
………..9
8. Pentingnya bermazhab imam yang
empat………………………………………..10

BAB III. PENUTUP

1. ……………………………………………………………………………
… 13
2. Kritik Dan
Saran……………………………………………………………………
….. 14

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………
…. 15
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri lagi, rata-rata penduduk Indonesia adalah warga negara yang
menyandang status muslim. Bahkan riset membuktikan bahwa jumlah muslim
terbanyak di seluruh dunia salah satunya adalah negara Indonesia dan mayoritas dari
mereka bermazhab pada Imam Syafi’i.

16
Namun tidak semua dari mereka yang benar-benar tahu dan memahami islam secara
hakikat. Parahnya, ada sebagian dari mereka yang belum tahupula tentang bermazhab.
Pada akhirnya mereka lebih memilih sekedar ikut-ikutan dengan orang yang lebih
pintar (menurut mereka).
Selain itu, banyak orang salah sangka bahwa adanya mazhab fiqih itu berarti sama
dengan perpecahan, sebagaimana berpecahnya umat lain dalam sekte-sekte. Sehingga
ada dari sebagian umat Islam yang menjauhkan diri dari bermazhab, bahkan ada yang
sampai anti mazhab.
Penggambaran yang absurd tentang mazhab ini terjadi karena keawaman dan
kekurangan informasi yang benar tentang hakikat mahzab fiqih. Kenyataannya
sebenarnya tidak demikian. Mazhab-mazhab fiqih itu bukan representasi dari
perpecahan atau pereseteruan, apalagi peperangan di dalam tubuh umat Islam.
Sebaliknya, adanya mazhab itu memang merupakan kebutuhan asasi untuk bisa
kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kalau ada seorang bernama Mas Paijo,
Mas Paimin, Mas Tugirin dan Mas Wakijan bersikap yang anti mazhab dan
mengatakan hanya akan menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah saja, tanpa mereka
sadari, sebenarnya mereka masing-masing sudah menciptakan sebuah mazhab baru,
yaitu mazhab Al-Paijoiyah, Al-Paiminiyah, At-Tugiriniyah dan Al-Wakijaniyah.
Sebab yang namanya mazhab itu adalah sebuah sikap dan cara seseorang dalam
memahami teks Al-Quran dan As-Sunnah. Setiap orang yang berupaya untuk
memahami kedua sumber ajaran Islam itu, pada hakikatnya sedang bermazhab.
Kalau tidak mengacu kepada mazhab orang lain yang sudah ada, maka minimal dia
mengacu kepada mazhab dirinya sendiri. Walhasil, tidak ada di dunia ini orang yang
tidak bermazhab. Semua orang bermazhab, baik pada orang lain maupun pada diri
sendiri.

2. Topik Pembahasan

Agar lebih memahami tentang mazhab, kali ini kami akan membahas tentang:

1. Seputar Tentang Mazhab


2. Tujuan Bermazhab
3. Urgensi Bermazhab
4. Pentingnya bermazhab imam yang empat

3. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah ASWAJA.


2. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam mazhab.
3. Untuk mengetahui Tujuan bermazhab.

4.Memahami Urgensi bermazhab

16
5. Mengetahui betapa pentingnya bermazhab empat
6. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Tentang Mazhab
2. Terminologi Mazhab

Menurut bahasa, ‫( مذهب‬mazhab) berasal dari sighath masdar (kata sifat) dan isim
makan (kata yang menunjukkan tempat) yang diambil dari fi’il madhy
“dzahaba” yang berarti “pergi”. Bisa juga berarti al-ra’yu yang artinya “pendapat”.
Sedangkan pengertian mazhab menurut istilah ada beberapa rumusan, antara lain:

1. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh oleh seorang
imammujtahid dalam menetapkan hukum atau peristiwa berdasarkan Al-
quran dan Hadis.
2. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang
hukum suatuperistiwa yang diambil dari Al-Quran dan Hadis.

Jadi mazhab adalahpokokpikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid
dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam.
Perlu diketahui, menurut ulama fiqih mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus
yang dijalan oleh seorang ahli fiqih Mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain,
yang menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan
ilmu furu’(cabang).Masalah yang bisa menggunakan metode ijtihad adalah yang
termasuk istilah dzonni atau prasangka , bukan hal yang qoth’i atau pasti.

1. Titik Tolak atau Sejarah Pembentukan Mazhab

Sebagaimana diketahui, bahwa ketika agama Islam telah tersebar meluas ke berbagai
penjuru, banyak sahabat Nabi yang telah pindah tempat dan berpencar-pencar ke

16
negara yang baru. Dengan demikian, kesempatan untuk bertukar pikiran atau
bermusyawarah memecahkan sesuatu masalah sulit dilaksanakan.
Qasim Abdul Aziz Khomis menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan sahabat ada tiga yakni

1. Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nashal-Qur’an.


2. Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat.
3. Perbedaan para sahabat disebabkan karena ra’yu.

Sementara Jalaluddin Rahmat melihat penyebab ikhtilaf dari sudut pandang yang
berbeda, Ia berpendapat bahwa salah satu sebab utama ikhtilaf di antara para sahabat
adalah prosedur penetapan hukum untuk masalah-masalah baru yang tidak terjadi
pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Setelah berakhirnya masa sahabat yang
dilanjutkan dengan masa Tabi’in, muncullah generasi Tabi’it Tabi’in. Ijtihad para
Sahabat dan Tabi’in dijadikan suri tauladan oleh generasi penerusnya yang tersebar di
berbagai daerah wilayah dan kekuasaan Islam pada waktu itu.
Generasi ketiga ini dikenal dengan Tabi’it Tabi’in. Di dalam sejarah dijelaskan bahwa
masa ini dimulai ketika memasuki abad kedua hijriah, di mana pemerintahan Islam
dipegang oleh Daulah Abbasiyyah.
Pada masa Tabi’-tabi’in yang dimulai pada awal abad kedua Hijriyah, kedudukan
Ijtihad sebagai Istinbathhukum semakin bertambah kokoh dan meluas. sesudah masa
itu, muncullah mazhab-mazhabdalam bidang hukum Islam.
Dalam perkembangannya, mazhab-mazhab itu tidak sama. Ada yang mendapatkan
sambutan dan memiliki pengikut yang mengembangkan dan meneruskannya, namun
adakalanya suatu mazhab kalah pengaruhnya oleh mazhab-mazhab yang lain, dan
pengikutnya menjadi surut.

1. Mazhab-mazhab yang Sudah Punah

Sebagian dari mazhab-mazhab para fuqaha’, ada yang memiliki pengikut-pengikut


yang menjalankannya, namun pada suatu waktu mereka kalah pengaruh dari mazhab-
mazhab lain yang datang kemudian, sehingga pengikut-pengikutnya menjadi surut.
Imam-imam yang pernah terkenal dari mazhab-mazhab tersebut yang kurang atau
tidak berkembang lagi adalah :

1. mazhab al-Auza’iy.Pendirinya adalah Abd. Rahman bin Muhammad al-


Auza’iy. Beliau dilahirkan di Ba’labak tahun 88 H. Al’Auza’iy
termasuk tokoh hadits yang tidak menyukai qiyas,orang-orang Syam
bahkan Hakim Syam mengikuti mazhabnya.
2. Mazhab Daud al-Zhahiry.Pendirinya adalah Abu Sulaiman Daud bin Ali
bin Khalaf al-Ashbahani yang terkenal dengan al-Zhahiry, dilahirkan di
Kuffah pada tahun 202 H.
3. Mazhab al-Thabary. Pendiri mazhab ini adalah Abu Ja’far bin Jarir al-
Thabary, dilahirkan tahun 224 H dan wafat di baghdad tahun 320
H.Beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan tafsir.
4. Mazhab al-Laits. Pendiri mazhab ini adalah Abu al-harits al-Laitsi bin
Sa’ad al-Fahmy, wafat pada tahun 174 H. Beliau terkenal sebagai ahli
16
fiqih di Mesir. Imam Syafi’i mengakui bahwa al-Laitsi ini lebih pandai
dalam soal fiqih dari pada Imam Malik.
5. Mazhab-mazhab Fiqih yang Masih Eksis

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa selain ada mazhab yang punah, ada juga mazhab
yang masih eksis hingga sekarang. Mazhab-mazhab tersebut antara lain :

1. Mazhab Hanafi (80-150 H/ 696-767 M)

Memilik nama lengkap An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha bin Mahmuli Taymillah bin
Tsalabah. Dilahirkan pada tahun 80 H. Beliau termasuk Tabiit Tabi’in ( yang
mengikuti Tabi’in ).Belaiu orang Persia yang menetap di Kufah.
Yang menonjol dari fiqih Abu Hanifah ini antara lain adalah:

1. Sangat rasional, mementingkan maslahat, dan manfaat.


2. Lebih mudah dipahami dari pada mazhab yang lain.
3. Lebih liberal sikapnya terhadap dzimis (warga negara yang

nonmuslim).
Imam Abu Hanifah meninggal pada bulan Rajab tahun 150 H. Meskipun Abu Hanifah
seorang ulama besar, beliau tidak merasa memonopoli kebenaran. Hal itu terbukti dari
pernyataan:
“saya mengambil pendapat ini, karena pendapat ini benar, tapi mengandung
kemungkinan salah. Dan saya tidak mengambil pendapat itu, karena pendapat itu
salah, tapi mengandung kemungkinan benar”.
Beliau meninggal ketika sedang Shalat. Kitab yang langsung di nisbatkan kepada
Abu Hanifah adalah Fiqh al-Akbar, al-Alim wal Muta’alim, dan Musnad.

2. Mazhab Maliki (93-173H / 711-795M)

Imam Malik dilahirkan di Madinah. Nama lengkapnya Malik bin Anas bin ‘Amar.
Abu Hanifah tigabelas tahun lebih tua dari Malik bin Anas. Beliau adalah seoang yang
saleh, sangat sabar, ikhlas dalam berbuat, mempunyai daya ingat dan hafalan yang
kuat, serta kokoh dalam pendiriannya. Beliau ahli dalam ilmufiqih dan Hadits, yang
diterima dari guru-gurunya di Madinah. Dalam mengajar, Imam Malik sangat menjaga
diri agar tidak salah dalam memberi fatwa. Oleh karena itu, untuk masalah-masalah
yang ditanyakan, sedangkan beliau belum yakin betul akan kebenaran jawabannya,
sering menjawab “la adri” (saya tidak tahu). Beliau meninggal di Madinah pada
tahun 173 H. Kitab yang dinisbatkan kepada Imam Malik adalah kitab Muwatho yang
merupakan kitab Hadits tapi juga sekaligus kitab Fiqih.

3. Mazhab Syafi’i (150-204 H / 767-822 M)

Imam Syafi’i memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin
Syafi’i bin as-sai’ib bin Ubaid Yaziz bin Hasyim bin Murhalib bin Abdu Munaf.
Beliau termasuk suku Quraisy. Dilahirkan di Ghaza, salah satu kota Palestina pada
tahu 150 H. Beliau pergi ke Kabilah Hudzail untuk mempelajari dan mendalami sastra

16
Arab serta mengikutu saran hidup Muhammad SAW, pada masa kecilnya. Disana
beliau sampai hafal sepuluh ribu bait syair-syair Arab.
Di Mekkah beliau berguru pada Sufyan bin Uyainah dan kepada Muslim bin Khalid.
Setelah itu pergi ke Madinah untuk berguru pada Imam Malik. Pada saat itu beliau
berumur 20 tahun dan belajar di sana selama tujuh tahun.
Bagi Imam Syafi’i ibadah itu harus membawa kepuasan dan ketenagan dalam hati.
Untuk itu diperlukan kehati-hatian. Inilah yang menyebabkan konsep Ikhyat (kehati-
hatian) mewarnai pemikiran Imam Syafi’i.
Imam Syafi’i menyebut Al-Quran dan Sunnah adalah sebagai dua dasar (sumber) dan
menetapkan Ijma’ dan Qiyas sebagai dasar (sumber) pembantumya.

4. Mazhab Hanbali (164-241 H)

Didirikan oleh Imam Ahmad Hanbal, dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164
H, di Baghdad. Beliau belajar hadits di Baghdad, Basrah, Kufah, Mekkah, madinah,
dan Yaman. Beliau selalu menuliskan hadits-hadits dengan perawinya dan cara ini pun
diharuskannya kepada muridnya.
Beliau memilik daya ingat yang kuat, sabar, ulet, memiliki keinginan yang kuat dan
teguh dalam pendirian. Dan beliau sangat ikhlas dalam perbuatannya. Beliau pernah
menantang pendapat muktazilah sehingga dijatuhi hukuman dan dipenjara oleh
khalifah al-Makmum yang menganut paham muktazilah. Ketika khalifah al-Ma’mum
wafat, beliau masih tetap dalam penjara dimasa Mu’tashim Billah. Sesudah kelaur dari
penjara beliau sakit-sakitan dan akhirnya wafat pada tahun 241 H.
Imam Ahmad adalah ulama yang tidak percaya dengan Ijma’
“siapa yang menyatakan terdapat Ijma’, maka dia adalah pendusta”.Dauh beliau.
Menurut Dr, Abu Zahrahijma yang ditentang oleh Imam Ahmad adalah Ijma’ sesudah
masa sahabat. Adapun Ijma pada masa sahabat tetap diakui keberadaannya.
Yang mengembangkan mazhab Hanbali yang terkenal serta pengaruhnya terasa
didunia islam sekarang adalah Ibnu Taimiyah (166 H) yang lahir ± 450 tahun setelah
Imam Ahmad meninggal.

2. Tujuan Bermazhab

Bermazhab sering disebut bertaklid atau lebih lumrahnya “Ro’ Nuro Ulama’”.
Namun bermazhab bukanlah tingkah laku orang awam saja, tetapi merupakan sikap
yang wajar dari seorang yang tahu diri. Ahli hadits paling terkenal, Imam Bukhari
masih tergolong orang yang bermazhab Syafi’i. Jadi, ada tingkatan bermazhab atau
bertaqlid. Makin tinggi kemampuan seseorang, makin tinggi pula tingkat
bermazhabnya sehingga makin longgar keterikatannya, dan mungkin akhirnya
berijtihad sendiri.
Secara kodrati, manusia di dunia ini terbagi menjadi dua kelompok besar. Ada yang
alim (pintar dan cerdas serta ahli dalam bidang tertentu) dan ada yang awam (yang
kurang mengerti dan memahami suatu permasalahan). Sudah tentu yang tidak paham
butuh bantuan yang pintar. Di dalam literatur fiqih, hal ini dikenal dengan istilah
taqlid atau ittiba’. Menurut Muhammad Sa’id al-Buthi mendefinisikan taqlid sebagai
berikut :

16
“Taqlid adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengerti dalil yang digunakan
atas keshahihan pendapat tersebut, walaupun mengetahui tentang keshahihan hujjah
itu sendiri”. Taqlid itu hukumnya haram bagi seorang mujtahid dan wajib bagi orang
yang bukan mujtahid.Berdasarkan firman Allah SWT (QS.Al- Anbiya’ 7)
!$tBur$uZù=y™ö‘r&šn=ö6s%žwÎ)Zw%y`͑ûÓÇrqœRöNÍköŽs9Î)
((#þqè=t«ó¡sùŸ@÷dr&Ìò 2Ïe%!$#bÎ)óOçFZä.ŸwšcqßJn=÷ès?ÇÐÈ
Artinya: Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan
beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah
olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.
Dengan demikian, taqlid itu tidak hanya terbatas pada orang awam saja. Orang-orang
alim yang sudah mengetahui dalilpun masih dalam kategori seorang muqallid, Selama
belum sampai pada tingkatan mujtahid, mereka tetap wajib bertaqlid, sebab
pengetahuan mereka hanya sebatas dalil yang digunakan , tidak sampai kepada proses,
metode dan seluk-beluk dalam menentukan suatu hukum.
Perlu digaris bawahi, tidak semua taklid itu tercela. Yang tidak terpuji hanyalah taqlid
buta yang menerima suatu pendapat mentah-mentah, tanpa mengerti dan berusaha
untuk mengetahui dalilnya. Sedangkan taqlidnya orang alim yang belum sampai pada
tingkatan mujtahid, adalah hal yang terpuji bahkan dianjurkan. Hal itu tentu lebih baik
dari pada memaksakan diri untuk berijtihad padahal tidak memiliki kemampuan untuk
melakukannya.

3. Urgensi Bermazhab

Tidak semua orang Islam mampu melakukan istinbath (mengeluarkan hukum) dari al-
Quran dan al-Hadits seperti imam-imam mazhab. Inilah sebabnya mengapa ada
mazhab dan taqlid. Dan ternyata sejarah membuktikan, bahwa taqlid tidaklah
menyebabkan umat menjadi jumud atau beku. Sebaliknya, seruan ijtihad dan bebas
mazhab hanya menimbulkan perpecahan dan kehinaan yang berkepanjangan bagi
umat ini.
Seruan agar umat berijtihad tanpa melihat apakah umat memiliki kemampuan dan
kelayakan sebagai mujtahid atau tidak, adalah satu seruan yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kekacauan dan perpecahan serta kerusakan di berbagai sektor
kehidupan.
Mazhab-mazhabfiqh itu bukanlah representasi dari perpecahan atau perseteruan,
apalagi peperangan di dalam tubuh umat Islam. Sebaliknya, adanya mazhab itu
memang merupakan kebutuhan asasi untuk bisa kembali kepada al-Quran dan al-
Hadits.
Jelasnya, orang yang bermazhab sama artinya dengan orang yang mengamalkan al-
Quran dan al-Hadits, karena semua pendapat yang difatwakan oleh imam-imam
mazhab adalah hasil dari kajian mereka terhadap al-Quran dan al-Hadits.Bahkan
untuk memudahkan orang-orang awam, mereka siang malam berusaha mengkaji dan
menggali hukum-hukum didalam al-Quran dan al-Hadits yang notabene ribuan dan
tidak berurutan, mereka atur sedemikian rupa, diurutkan dari bawb ke bab. Sehingga
hukum-hukum islam lebih mudah dipelajari.

16
Ironinya ada sebagian orang yang mungkin karena dengki atau iri atau karena
kepentingan pribadi, bermaksud menghapus secara total mazhab-mazhab yang ada
dengan cara menolak dan mengibarkan bendera “anti mazhab”, serta mengharuskan
setiap orang Islam agar berijtihad atau menggali hukum secara langsung dari
sumbernya, tanpa melihat apakah mereka memiliki kemampuan dan kelayakan
sebagai mujtahid atau tidak.
Apa yang terjadi jika semua orang melepaskan diri dari mazhab-mazhab yang ada dan
mereka semua dibebaskan berijtihad. Padahal kita tahu bahwa tidak setiap orang Islam
mempunyai kesempatan dan kemampuan dalam mempelajari agama secara
mendalam, sehingga tidak setiap orang pula mampu mengistinbath (menggali hukum)
langsung dari sumbernya?
Pertanyaan ini sama jawabannya dengan pertanyaan, apa yang terjadi jika orang-orang
sakit ditangani oleh buruh-buruh bangunan? Atau apa yang terjadi jika Negara ini
dipimpin oleh orang-orang yang bukan ahlinya?
Jawabannya tiada lain hanyalah kekacauan dan kerusakan total akan menimpah segi-
segi kehidupan umat manusia. Sebab mereka melakukan usaha tidak pada tempatnya
atau tidak sesuai dengan keahliannya.

4. Pentingnya Bermazhab Imam Yang Empat

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mengikuti mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i,


dan Hanbali) mengandung kemaslahatan yang besar, dan meninggalkan seluruhnya
membawa resiko kerusakan yang fatal.
Umat Islam telah sepakat bulat untuk mengacu dan menjadikan ulama salaf sebagai
pedoman dalam mengetahui, memahami, dan mengamalkan syariat Islam secara
benar.
Syariat Islam tidak dapat diketahui kecuali dengan cara naql (mengambill dari
generasi sebelumnya) dan istinbath (mengeluarkan dari sumbernya, Al Quran dan
alHadits, melalui ijtihad untuk menetapkan hukum).
Naql tidak mungkin dilakukan dengan benar kecuali dengan cara setiap generasi
mengambil langsung dari generasi sebelumnya secara berkesinambungan.
Sedangkan untuk istinbath, disyaratkan harus mengetahui mazhab-mazhab ulama
generasi terdahulu agar tidak menyimpang dari pendapat-pendapat mereka yang bisa
berakibat menyalahi kesepakatan mereka (ijma’). Sebab, semua pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki seseorang, misalnya dibidangshorof, nahwu, kedokteran,
perdagangan dan keahlian logam mulia, tidak mungkin begitu saja mudah dipelajari
oleh seseorang kecuali dengan terus menerus belajar kepada ahlinya. Diluar cara itu,
sungguh sangat langka dan jauh dari kemungkinan, bahkan nyaris tidak pernah terjadi,
kendatipun secara akal boleh saja terjadi.
Jika pendapat-pendapat para ulama salaf telah menjadi keniscayaan untuk dijadikan
pedoman, maka pendapat-pendapat mereka yang dijadikan pedoman itu haruslah
diriwayatkan dengan sanad (mata-rantai) yang benar dan bisa dipercaya, atau
dituliskan dalam kitab-kitab yang masyhurdan telah diolah (dikomentari) dengan
menjelaskan pendapat yang unggul dari pendapat lain yang serupa, menyendirikan
persoalan yang khusus (takhshish) dari yang umum, membatasi yang muthlaq dalam
konteks tertentu, menghimpun dan menjabarkan pendapat yang berbeda dalam

16
persoalan yang masih diperselisihkan serta menjelaskan alasan timbulnya hukum yang
demikian. Karena itu, apabila pendapat-pendapat ulama tadi tidak memenuhi syarat
yang telah ditentukan seperti diatas, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan
pedoman.
Tidak ada satu mazhabpun di zaman akhir ini yang memenuhi syarat dan sifat seperti
diatas selain mazhab empat ini. Memang ada juga mazhab yang mendekati syarat dan
sifat diatas, yaitu mazhabImamiyah (Syi’ah) dan Zaydiyah (golongan Syi’ah). Namun
keduanya adalah golongan ahlubid’ah, sehingga keduanya tidak boleh dijadikan
pegangan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihiwasallam telah bersabda: “Ikutilah golongan terbesar
(as-Sawadal-A’zham)!”. Ketika beberapa mazhab yang tergolong benar telah hilang
dan yang tersisa hanya tinggal empat mazhab ini, maka nyatalah bahwa mengikuti
empat mazhab berarti mengikuti as-Sawadal-A’zham, dan keluar dari sana berarti
telah keluar dari as-Sawadal-A’zham.
Inilah pengertian yang secara tidak langsung ditunjukkan oleh Khalifah ‘Umar bin
Khatthabradhiyallaahu ‘anhu melalui perkataannya: “Islam akan hancur akibat
kelihaian orang-orang munafik dalam berdebat dengan menggunakan al-Qur’an” Dan
juga sahabat Ibnu Mas’ud berpesan: “Barangsiapa menjadi pengikut (yang baik) maka
hendaklah mengikuti (para ulama) generasi sebelumnya.”Dengan demikan gagasan
yang pernah dilontarkan Ibnu Hazm bahwa taqlid itu hukumnya haram, sesungguhnya
hanya ditujukan kepada orang yang memiliki kemampuan berijtihad meskipun hanya
dalam satu permasalahan.
Dan ketahuilah, bahwa setiap orang yang sudah mukallaf (aqilbaligh) yang tidak
mampu berijtihad secara mutlak, harus mengikuti salah satu dari empat mazhab dan
tidak boleh baginya untuk ber-istidlal (mengambil dalil secara langsung) dari al-
Qur’an atau Hadits. Ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala (yang artinya kurang
lebih): “Dan seandainya menyerahkan (urusan itu) kepada Rasul dan ulilamri (yang
menguasai pada bidangnya) diantara mereka, niscayalah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenaran akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulilamri).”
Dan telah dimaklumi, bahwa mereka yang dapat ber-istinbath (mengambil dalil
langsung dari al-Qur’an dan Hadits) adalah orang-orang yang telah memiliki cukup
keahlian dan kemampuan berijtihad, bukan orang lain, sebagaimana keterangan yang
diuraikan dalam bab ijtihad di berbagai kitab.
Adapun orang yang dapat menyandang status mujtahid, maka haram baginya untuk
bertaqlid dalam persoalan yang ia sendiri mampu berijtihad, karena kemampuannya
berijtihad justru menjadi acuan bagi mereka yang taqlid. Namun demikian, mujtahid
mustaqill (mujtahid yang mampu menggali hukum langsung dari sumbernya, al-
Qur’an dan Hadits) dengan memenuhi segala persyaratnnya, ternyata sudah tidak
ditemukan lagi sejak kira-kira enam ratus tahun yang silam, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibnu Shalahrahimahullaauta’ala. Bahkan, beberapa ulama pengikut
mazhabSyafi’i menjelaskan bahwa mengikuti selain empat mazhab adalah tidak boleh,
karena tidak ada jaminan kebenaran atas hubungan mazhab itu dengan para imam
yang bersangkutan, sebab tidak adanya sanad (mata-rantai) yang dapat menjamin dari
beberapa kekeliruan dan perubahan.
Berbeda dengan mazhab empat, karena para pemimpinnya telah mencurahkan jerih
payahnya dalam mengkodifikasi (menghimpun) pendapat-pendapat serta menjelaskan

16
hal-hal yang telah ditetapkan atau yang tidak ditetapkan oleh pendiri mazhab. Dengan
begitu, maka para pengikutnya menjadi aman dari segala perubahan dan kekeliruan,
serta bisa mengetahui mana pendapat yang benar dan yang lemah.Para imam dari
masing-masing empat mazhab ini begitu dikenal, sehingga orang yang bertanya tidak
perlu lagi diberikan pengenalan kepada mereka, karena begitu nama mereka disebut,
dengan sendirinya orang bertanya pasti mengenalnya.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid dalam
memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum islam.
Menurut ulama fiqih mazhab adalah sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalan oleh
seorang ahli fiqih Mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang
menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’.
Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya mazhab adalah:

1. Perbedaan para sahabat dalam memahami nash-nash al-Qur’an


2. Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat
3. Perbedaan para sahabat disebabkan karena ra’yu.
4. Adanya masalah baru yang belum pernah terjadi dimasanya Nabi
Muhammad SWA.
5. Semakin luasnya daerah kekuasaan Islam, mencakup wilayah-wilayah
semenanjung Arab, Irak, mesir, Syam, Persi dan lain-lain.

Beberapa Mazhab yang telah kurang dan punah pengkutnya adalah:

1. Rahman bin Muhammad al-Auza’iy.


2. Abu Sulaiman Daud bin Ali bin Khalaf al-Ashbahani
3. Abu Ja’far bin Jarir al-Thabary,
4. Abu al-harits al-Laitsi bin Sa’ad al-Fahmy,

Mazhab yang sampai saat ini masih eksis dikalangan masyarakat adalah:

1. Imam Hambali
2. Imam Hanafi
3. Imam Malik
4. Imam Syafi’i

16
bermazhab bukanlah tingkah laku orang awam saja, tetapi merupakan sikap yang
wajar dari seorang yang tahu diri. Ahli hadits paling terkenal, Imam Bukhari masih
tergolong orang yang bermazhabSyafi’i. Jadi, ada tingkatan bermazhab atau bertaqlid.
Makin tinggi kemampuan seseorang, makin tinggi pula tingkat bermazhabnya
sehingga makin longgar keterikatannya, dan mungkin akhirnya berijtihad sendiri.
Pertanyaan mengapa kita bermazhab akan terjawab dengan sendirinya dengan
penjelasan taqlid dan Ijtihad dibawah ini.
Jelasnya, orang yang bermazhab sama artinya dengan orang yang mengamalkan al-
Quran dan al-Hadits, karena semua pendapat yang difatwakan oleh imam-imam
mazhab adalah hasil dari kajian mereka terhadap al-Quran dan al-Hadits.Bahkan
untuk memudahkan orang-orang awam, mereka siang malam berusaha mengkaji dan
menggali hukum-hukum didalam al-Quran dan al-Hadits yang notabene ribuan dan
tidak berurutan, mereka atur sedemikian rupa, diurutkan dari bab ke bab. Sehingga
hukum-hukum islam lebih mudah dipelajari.
Apa yang terjadi jika semua orang melepaskan diri dari mazhab-mazhab yang ada dan
mereka semua dibebaskan berijtihad. Padahal kita tahu bahwa tidak setiap orang Islam
mempunyai kesempatan dan kemampuan dalam mempelajari agama secara
mendalam, sehingga tidak setiap orang pula mampu mengistinbath (menggali hukum)
langsung dari sumbernya?
Jawabannya tiada lain hanyalah kekacauan dan kerusakan total akan menimpah segi-
segi kehidupan umat manusia. Sebab mereka melakukan usaha tidak pada tempatnya
atau tidak sesuai dengan keahliannya.
Tidak ada satu mazhabpun di zaman akhir ini yang memenuhi syarat dan sifat seperti
diatas selain mazhab empat ini. Memang ada juga mazhab yang mendekati syarat dan
sifat diatas, yaitu mazhabImamiyah (Syi’ah) dan Zaydiyah (golongan Syi’ah). Namun
keduanya adalah golongan ahlubid’ah, sehingga keduanya tidak boleh dijadikan
pegangan.

2. Kritik Dan Saran

Jika ditinjau ulang, tentu didalam makalah ini tidak akan lepas dari koreksi para
pembaca. Karena kami menyadari apa yang kami sajikan ini sangatlah jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca agar nantinya makalah ini akan menjadi lebih sempurna dan baik
untuk dikonsumsi otak kita.

DAFTAR PUSTAKA

Syariffudin, Amir. 1997. Ushul Fiqh jilid 1. Ciputat: Logos Wacana Ilmu
As-Sayis, Ali dan Muhammad. 2003. Sejarah Fiqih Islam. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar
http://id.m.wikipedia.org/wiki/mazhab
http:/abudini76.wordpress.com/2010/02/21/mazhab-mazhab-yang-telah-punah/
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang.
www. Media.Isnet.org/islam/paramadina/konteks/sejarahfiqh01.html.

16
http://blog.re.or.id/mazhab-dalam-islam.htm
http://www.saidialhady.com/2010/03/4-mazhab-dalam-islam.html
http://news.detik.com/read/2012/08/03/192200/1982877/1254/mengapa-ada-mazhab
dalam-islam
http://islamquest.net/ms/archive/question/fa2381
Khalil, Munawar. 1983. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: PT. Bulan
Bintang.
Syalthut, Prof. Dr. Mahmud. 2000. Fiqh Tujuh Mazhab . Bandung : Pustaka Setia
Ash-Shiddieqy, Prof. M.T. Hasbi. 1968. Pengantar Ilmu Fiqh. Jakarta : C.V. Mulya
http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/11/sejarah-empat-mazhab-fiqih.html
http://himawarief.blogspot.com/2009/12/latar-belakang.html
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,5-id,39154-lang,id-c,halaqoh-
t,Memahami+Esensi+dalam+Bermazhab-.phpx

Sponsored Content

Dwayne Johnson picks up this gorgeous, 46-acre Georgia farm.Mansion Global |


Sponsored

Want to Add a Skylight? Here’s What to Consider.Mansion Global | Sponsored

Check Out Jerry Jones' Lavish SuperyachtMansion Global | Sponsored

Star Couple Ashton Kutcher and Mila Kunis List Their Beverly Hills
Spread for $13.99 MillionMansion Global | Sponsored

Only $49 to get all the TV channels? It's now possibleTV Superboost | Sponsored

[Photos] 15 Celebs Who Are Gay That You Probably Didn't KnowBeachraider
| Sponsored

[Gallery] She Never Married And Now We Know WhyDailySportX | Sponsored

[Pics] 50 Photos of Princess Diana You’ve Never Seen BeforeJournalistate |


Sponsored

[Pics] 12 Foods You Can Eat a Lot of Without Gaining WeightJournalistate |


Sponsored

BAGIKAN

16
 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mencetak(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirimkan email tautan ke teman(Membuka di jendela yang baru)

Memuat...

Diterbitkan oleh Pengelola


Himpunan Mahasiswa Prodi Ekonomy Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam
Syaichona Moh. Cholil (STAIS) BangkalanLihat semua pos dari Pengelola
Navigasi pos
POS SEBELUMNYA Makalah “MUNASABAH AL-QUR’AN”

POS BERIKUTNYA MAKALAH INTERVENSI PEMERINTAH TERHADAP


HARGA DALAM PASAR PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Tinggalkan Balasan

EDITOR

 afronshafi

 anisatulmagfiroh

 Arina Arini

 Yusron Alwi

 Cholil Zireyzy Vebryn

 fuadmalik123

 ghoffar46

16
 Pengelola

 Kholis ElLais

 lamyakqoroni

 lulukilliyah

 mufiahidayati

 oimhasany

 Qurrotul Aini HR

TWITTER

KALENDER

Januari 2017

S S R K J S M

2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22

23 24 25 26 27 28 29

30 31
« Des Feb »
Dokumentasi Musyawarah Regional FoSSEI JATIM 2019
FACEBOOK

GALERI
16
srikandi fossei jatim

JUMLAH KUNJUNGAN

 181.138 Pembaca

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.


 Komentar

 Ikuti


Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie

16

Anda mungkin juga menyukai