Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATA KULIAH UMUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MADZHAB IMAM SYAFI’I

Oleh :

Novia Dwi Yanti

161610101062

UNIVERSITAS JEMBER

2017

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita. Shalawat serta salam kita tujukan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam yang telah memperjuangakn syariat Allah di muka
bumi ini sekaligus sebagai pelaksana dan pemberi teladan dalam penerapan syariat islam.
Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Mazhab Imam Syafi’i” ini dengan
baik dan lancar.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca, Aamiin.

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................................................................ 1
Kata Pengantar ............................................................................................................................................ 2
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................................... 4
Latar Belakang ........................................................................................................................................ 4
Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 4
Tujuan ....................................................................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan ..................................................................................................................................... 6


Pengertian dan Biodata Imam Asy Syafi’i ......................................................................................... 6
Awal Kemunculan Madzhab Syafi’i ................................................................................................... 7
Dasar-dasar Madzhab Syafi’i ............................................................................................................... 8
Perbedaan Qaul Jadid dan Qaul Qodim .............................................................................................. 9
Penyebaran Madzhab Syafi’i ................................................................................................................. 9

Contoh Perbedaan yang Tampak dari Madzhab Syafi’I dengan Madzhab Imam yang Lain. ...... 9

Bab III Penutup ........................................................................................................................................ 12


Kesimpulan ........................................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 13

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kitabullah dan sunnah rasul merupakan suatu kesatuan bulat dari perwujudan
syariat Allah.

Dan penerapannya, terutama di bidang hukum lazim dikenal melalui fiqih. Sudah kita
ketahui bahwa ilmu fiqih adalah bagian dari ilmu syari’at, karena syari’at ialah ketepatan-
ketepatn Allah SWT yang diberikan kepada Rasulullah mengenai tiga aspek yaitu akhlak, akidah
dan fiqh. Dalam ilmu fiqh, para ahli hukum Islam berbeda-beda pendapatnya
dalam menafsirkan hukum yang ada dalam al qur’an, hadist, maupun asunnah, sehingga dalam
ilmu fiqh terdapat bermacam-macam mazhab.

Madzhab Syafi’i merupakan madzhab ketiga diantara madzhab-madzhab Ahlussunnah


setelah madzhab Hanafi dan madzhab Maliki.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari madzhab syafi’i ?

2. Bagaimana awal kemunculan Imam Syafi’I (madzhab syafi’i)?

3. Apa dasar-dasar madzhab syafi’i ?

4. Apa metode yang digunakan imam Syafi’i untuk mengistimbat hukum?

5. Apa perbedaan qoul jadid dan qaul qodim ?

6. Bagaimana penyebaran madzhab syafi’I dewasa ini?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian madzhab syafi’i

2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya madzhab syafi’i

3. Untuk mengetahui dasar-dasar madzhab syafi’i

4|Page
4. Untuk mengetahui perbedaan antara qaul jadid dan qaul qodim

5. Untuk mengetahui penyebaran madzhab syafi’i

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

Madzhab Syafi’i (Imam Asy Syafi’i)

A. Pengertian dan Biodata Imam Asy Syafi’i

Pendiri mazdhab syafi’i ialah Imam Syafi’i, beliau lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150
Hijriyah inilah pendapat paling masyhur di kalangan ulama namun ada juga riwayat yang
mengatakan bahwa imam syafi’i lahir di daerah Asqalan, sebuah daerah yang berjarak kurang
lebih tiga Fasakh (8 km) dari Gaza dan sejauh dua atau tiga marhala dari Baitul maqdis, bahkan
ada juga yang mengatakan bahwa beliau dilahirkan di Yaman. Namun menurut An-Nawawi
“Pendapat paling masyhur yang dipegang oleh jumhur ulama bahwa imam Syafi’I lahir di
Gaza.”

Nama lengkap beliau adalah: Abu Abdullah bin Muhammad bin Idris bin Abbas bin
Utsman bin Syafi’i bin Sa’id bin Ubaid bin abu Yazid bin Hasyim bin Muthalib bin Abdu
Manaf, nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW, pada kakeknya Abdu Manaf, oleh karena itu
ia dikatakan tentang Syafi’i, “cucu sepupu Nabi SAW”.

Selain itu, Imam Syafi’I hafal Al-qur’an ketika umurnya masih belia, kemudian beliau
juga menghafal hadist dan berhasil menghafalnya, beliau sangat tertarik kepada kaidah-kaidah
Arab dan kalimat-kalimatnya, demi hal itu ia pergi ke pedalaman dan tinggal bersama kabilah
Hudzail sekitar sepuluh tahun. Kemudian beliau berguru kepada Syaikhnya, Muslim Khalid Az-
Zinzi dan imam-imam Makkah lainnya lalu belia pergi ke Madinah kala berusia 13 tahun, ia
tetap berguru kepada Malik hingga ia wafat.

Diantara guru-guru Imam Syafi’i di Makkah antara lain: Muslim bin Khalid Az-Zinzi,
Sufyan bin Umayah, Sa’id bin Salim Al-Qidah, Daud bin Abdurrhaman Al-Athar, dan Abdul
Hamid bin Abdul Aziz bin Abu Daud.

Dan di antara guru-gurunya di Madinah antara lain: Malik bin Anas (Imam Malik),
Ibrahim bin Sa’ad Al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad Ad-darawardi, Ibrahim bin Yahya
Al-asami, Muhammad bin Sa’id bin Abdu Fadik, dan Abdullah bin Nafi Ash-Shaigh.

Adapun beberapa kitab fikih karangan Imam Syafi'i, seperti kitab al-Umm dan al-
Risālah yang merupakan rujukan utama para ulama mazhab syafi'i dalam fikih dan ushul fikih.
6|Page
Selama itu, kitab lain karangan Imam Syafi'i seperti al-Musnad yang merupakan kitab hadist
Nabi SAW yang dihimpun dari al-Umm, serta ikhtilāf al-Hadīś, yaitu kitab yang menguraikan
pendapat Imam Syafi'i mengenai perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam hadist. Beberapa
kitab kaidah fikih Imam Syafi'i yang dikarang oleh ulama-ulama bermazhab Syafi'i antara lain :

1. Qawā'id al-ahkam fī Maşālih al-Anam karya Ibnu 'Abdulsalam (wafat 660 H)

2. Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Ibnu Wakil (wafat 716 H)

3. Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Taj al-Din al-Subki (wafat 771 H)

4. Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Ibnu al-Mulaqqin (wafat 804 H)

5. Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Jalaluddin as-Suyuthi (wafat 911 H)

6. Manhaj Istinbāţ Hukum Imam Syafi'i

B. Awal Kemunculan Madzhab Syafi’i

Banyak versi mengenai pengertian dari mazdhab, salah satunya ialah mazdhab dilihat
dari katanya yang berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan yang dilewati atau dilalui.
Sedangkan menurut para ulama dan ahli agama islam mazdhab ialah metode yang dibentuk
melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikan pedoman
yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun diatas prinsip-prinsip dan kaidah-
kaidah.

Melihat dari pengertian mazdhab tersebut maka mazdhab syafi’I juga berangkat atau
muncul dari pola pikir dan factor-faktor yang mempengaruhi imam syafi’I sendiri, yang
diantaranya ialah factor sudah banyaknya ahli fiqh sehingga wawasan yang luas tentang berbagai
aliran pemikiran fiqh. Factor kedua ialah tempat, karena imam syafi’I tinggal dan belajar di
berbagai tempat sehingga pola pemikirannya pun menjadi lebih luas. Factor ketiga ialah social
dan budaya, factor ini ini mempengaruhi pola pikir imam syafii dengan qaul qadim dan qaul
jadid. karena perjalanan intelektual tersebutlah imam Asy Syafi’i mengubah beberapa
pendapatnya yang kemudian disebut dengan qaul jaded. dengan demikian, qaul qadim adalah
pendapatnya yang bercorak hadis.

7|Page
C. Dasar-dasar Madzhab Syafi’i

Dasar-dasar madzhab Syafi’i dapat dilihad dalam kitab ushul fiqih Ar-Risalah dan kitab
fiqih al-Umm.Di dalam kitab kitab-kitab tersebut Imam Syafi’i menjelaskan kerangka dan
prinsip madzhabnya serta beberapa contoh merumuskan hukum far’iyyah. Dasar-dasar pokok
madzhab Syafi’i adalah berpegang pada hal-hal berikut

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sumber hukum pertama umat islam. Dalam mencari hukum yang ada
di dalam Al-Qur’an,Imam Syafi’i mengambil hukum secara lahiriahnya selama tidak ada hal
yang memindahkan artinya ke arti yang lain.

2. As-Sunnah

Hadist dan sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Imam Syfi’i
menjadikan hadist dan sunnah sebagai penjelas bagi Al-Qur’an,memerinci ayat-ayatnya yang
bersifat mujmal,muqoyyid(pembatas) kemutlakannya, pengkhusus(mukhossish) ke umumannya.
Dalam bidang as-sunnah beliau berbeda dengan cara-cara yang dipakai oleh Madzhab hanafi dan
Madzhab Maliki yang menganggap perbuatan ahli madinah sebagai sumber hukum. Imam
Syafi’i sangat kuat pembelaannya terhadap as-sunnah, meskipun berupa khabar ahad. Ia
berpegang pada khabar ahad selama perawinya tsiqoh(terpercaya). Karena hal tersebut beliau
mendapat julukan Nashir As-Sunnah (pembela sunnah nabi)

3. Ijma’

Ijma’ adalah kesepakatan para sahabat nabi yang tidak terdapat perbedaan pendapat dalam
suatu masalah.Ijma’ yang diterima Imam Syafi’i sebagai landasan hukum adalah ijma’ para
sahabat,bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum,karena
menurutnya hal ini tidak mungkin terjadi. Dalam hal ini Imam Syafi’i memilih pendapat yang
lebih dekat dengsan Al-Qur’an dan As-Sunnah, jika tidak melihat adanya kedekatan ini, maka ia
berpegang pada ucapan Khulafa’ ar-Rasyidin dan mentarjihnya (menunggulkannya) atas
pendapat sahabat lain.

4. Qiyas

Dalam kitab Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad,apabila dalam ijma’ tidak juga ditemukan
hukumnya maka ia memakai qiyas,yaitu menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan
8|Page
hukum suatu perkara yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam
sebab,manfaat,bahaya,dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingg dihukumi sama.

D. Perbedaan Qaul Jadid dan Qaul Qodim

Imam Syafi’i pada awalnya pernah tinggal di Baghdad. Selama tinggal i qodim (pendapat
lama). Ketika kemudian pindah ke Mesir karena munculnya aliran muktazilah yang pernah
berhasil memengaruhi kekhalifahan, ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda dengan
yangsebelumnya ditemuinya di Baghdad. Ia kemudian m ngeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang
berbeda yang biasa disebut dengan qoul jadid (pendapat baru). Imam Syafi’i berpendapat bahwa
tidak semua qoul jadid menggantikan qoul qodim.

E. Penyebaran Madzhab Syafi’i

Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan mazhab sebelumnya (Mazhab


Hanafi dan Mazhab Maliki) yang mana lebih dominan dipengaruhi oleh Kekhalifahan. sedagkan
pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i lenih disebar-luaskan oleh para murid-muridnya.
Diantara murid-muridya yang dari Mesir, diantaranya:

1. Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)

2. Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)

3. Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)

Mazdhab syafi’I berkembang di beberapa Negara di dunia antara lain Berunai Darussalam,
Ethiopia, Indonesia, Kenya, Maladewa, Malaysia, Filipina, Singapura, Somalia, Srilangka,
Tanzania dan Yaman.

F. Contoh Perbedaan yang Tampak dari Madzhab Syafi’I dengan Madzhab Imam yang
Lain.

Pendapat Madzhab Syafi'i

9|Page
Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam setiap rakaat, baik shalat sunnah
dan shalat fardhu. Basmalah adalah bagian dari surat, sehingga wajib dibaca, dan tak boleh
ditinggalkan dalam keadaan apapun. Harus dibaca keras pada shalat Subuh, serta 2 rakaat
pertama dari maghrib dan isya. Selain itu, harus dibaca dengan pelan.

Disunnahkan membaca surat Al Quran setelah al fatihah di rakaat pertama dan kedua saja.
Pada shalat subuh disunnahkan membaca qunut pada rakaat kedua, yaitu ketika bangkit dari ruku
di rakaat kedua.

Menyilangkan dua lengan diatas dada adalah sunnah, tidak wajib, baik pada lelaki maupun
perempuan. Membaca amin juga dianggap sunnah.

Pendapat Madzhab Hanafi

Membaca Al Fatihah dalam salat fardhu tidak diharuskan, dan membaca bacaan apa saja dari
al Quran itu boleh. Dalil yang diambil adalah Al Muzammil ayat 20 'Bacalah apa yang mudah
bagimu dari Al Quran'.

Membaca fatihah, hanya diwajibkan pada dua rakaat pertama, sedangkan pada rakaat ketiga
shalat maghrib, dan dua rakaat terakhir isya, dhuhur atau ashar. Kalau mau, bacalah, kalau tidak
bacalah tasbih, atau diam (cek di al Nawawi, Syarhul Muhadzdzab, Jilid III hal 361).

Meninggalkan basmalah seperti imam tadi, dibolehkan karena Madzhab Hanafi berpendapat
bahwa basmalah tidak termasuk bagian dari surat. Tidak disunnahkan membaca keras ataupun
pelan. bebas saja. Sedang menyilangkan/melipat tangan didepan dada, adalah sunnah, bukan
wajib.

Dalam madzhab ini tidak ada qunut dalam shalat, kecuali shalat witir saja. Membaca amin
juga dianggap sunnah.

Pendapat Madzhab Maliki

Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam setiap rakaat, baik shalat sunnah
dan shalat fardhu. Basmalah bukan termasuk bagian dari surat, sehingga bahkan dianjurkan
meninggalkannya. Disunnahkan menyaringkan bacaan pada shalat shubuh dan 2 rakaat maghrib
dan isya.

Disunnahkan membaca surat Al Quran setelah al fatihah di rakaat pertama dan kedua.

10 | P a g e
Pada shalat subuh disunnahkan membaca qunut pada rakaat kedua.

Menyilangkan dua tangan diatas dada boleh, disunnahkan meluruskannya pada shalat fardhu.
Membaca amin dianggap sunnah.

Pendapat Madzhab Hambali

Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam setiap rakaat, baik shalat sunnah
dan shalat fardhu. Basmalah adalah bagian dari surat, sehingga wajib dibaca, dan tak boleh
ditinggalkan dalam keadaan apapun. Harus dibaca perlahan, tidak boleh dengan keras- keras.

Disunnahkan membaca surat Al Quran setelah al fatihah di rakaat pertama dan kedua. Dalam
madzhab ini tidak ada qunut dalam shalat, kecuali shalat witir saja.

Menyilangkan dua lengan diatas dada adalah sunnah, tidak wajib, baik pada lelaki maupun
perempuan. membaca amin dianggap sunnah

Pendapat Madzhab Imamiyah (Ja'fari)

Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam 2 rakaat pertama, dan boleh
dilakukan pada 2 rakaat berikutnya.Pada salat subuh, dua rakaat pertama maghrib dan isya wajib
membacanya dengan nyaring, sedang dzikir yang lain tidak boleh dinyaringkan.

Pada rakaat 3 dan 4 boleh diganti dengan tasbih. Baik shalat sunnah dan shalat fardhu.
Basmalah adalah bagian dari surat, sehingga wajib dibaca, dan tak boleh ditinggalkan dalam
keadaan apapun. Basmalah dinyaringkan pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ashar, selain
kedua shalat itu, dinyaringkan pada semua rakaat.

Wajib membaca satu surat Al Quran secara lengkap setelah al fatihah di rakaat pertama dan
kedua. Dalam madzhab ini disunnahkan membaca qunut dalam semua shalat fardhu, yaitu rakaat
kedua setelah membaca surat al quran, sebelum ruku'.

Menyilangkan dua lengan diatas dada disini ada beda pendapat, dari makruh sampai haram
baik pada lelaki maupun perempuan, karena tidak ada ketetapan dari nash. membaca amin
dianggap haram. Dalilnya adalah bahwa amin merupakan pembicaraan manusia, bukan
merupakan kata dari al quran.

11 | P a g e
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pendiri Mazdhab Syafi’i ialah Imam Syafi’i. Nama lengkap beliau adalah: Abu Abdullah bin
Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin Sa’id bin Ubaid bin abu Yazid
bin Hasyim bin Muthalib bin Abdu Manaf, nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW, pada
kakeknya Abdu Manaf, oleh karena itu ia dikatakan tentang Syafi’i,“cucu sepupu Nabi
SAW”.

2. Factor-faktor yang mempengaruhi pemikiran Imam Syafi’i sehingga lahirlah Mazdhab


Syafi’i antara lain ialah factor sudah banyaknya ahli fiqh saat itu, factor tempat, factor social
budaya.

3. Dasar-dasar dari istimbath imam Syafi’i ialah Nash-nash, baik Al-quran dan sunnah, ijma,
pendapat para sahabat, qiyas dan istidjal.

4. Mazdhab Syafi’i tersebar di berbagai Negara antara lain Indonesia, Malaysia, Yaman,
singapura, Somalia dan lain-lain.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/m/Madzhab_Syafi%27i

Lc, H.M.Asywadie Syukur. 1982. Perbandingan Madzhab. Surabaya: PT Bina Ilmu.

M.A, DR.H.S.Agil Husin Al Munawwar. 1993. Sistematika Penulisan Fiqih dan Korelasinya
Menurut Madzhab Empat. Semarang: Dina Utama.

Perbandingan Mazhabi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Joseph, Schacht. 2012.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai