1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah Memberikan
Kesehatan dan Rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita NabiMuhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agamaYang
sempurna dan menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Makalah tentang Ulama Fiqh ini disusun sebagai salah satu syarat dalam Menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih. Demikian pula kami menyadari bahwa dalam Penulisan
makalah ini kami masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan Dengan
harapan sebagai masukkan dalam perbaikkan dan penyempurnaan pada makalah kami
Berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulama ialah tempat umat Islam bertanya persoalan problematika yang terjadi
pada masing-masing zamanya dan mengantikan peran nabi dalam memandu kearah
mana umat islam akan melangkah. Pemberian penjelasan atas hukum Syara’ pada
suatu persoalan, sebagai bentuk jawaban bagi Mustasfi, baik itu terdentifikasi atau
tidak, individu atau kelompok.
Seorang ahli agama, seperti kiyai, ustadz atau lainya, menjadi rujukan dalam
setiap persoalan agama yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu seorang
Mufti (Permberi fatwa) harus terkualifikasi dengan baik. Al-maliki mengutip
pendapat Ibn Al-Samani, mengatakan bahwa seorang Mufti mestilah memiliki tiga
syarat, yaitu: mampu berijtihad,adil (berintegritas) dan tidak mengampangkan
persoalan. mengampangkan persoalan terlihat pada dua kondisi: pertama,
mengampangkan pada proses ijtihad dengan hanya mencukupkan ijtihadnya
dengan dalil-dalil prematur. Kedua, mencari hal-hal yang paling ringan dalam
beragama atau bisa disebut dengan tatabbu’ al rukhash.
Imam Al-Syathibi menambahkan syarat moderat bagi seorang Mufti dalam
Memberi fatwa kepada masyarakat. Tidak membebani mereka pada fatwa yang
liberal Dari pakar ushul fiqh diatas menyimpulkan bahwa seseorang yang
memberi fatwa harusnya mengetahui segala hal ilmu Islam
B.Rumusan Masalah
1. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Sahabat ?
C. Tujuan
1 Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Sahabat.
2. Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Thabi’in.
3. Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Imam-imam Madzhab
4. Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Zaman Modern.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Al-Juwaini
3. Al-Gayali
4. Ar-Razi
5. Sadrus Syari’ah
6. As-Sa’ati
7. Kamal Bin Hammam
8. As-Syatibi
9. As-Syaukani
Semakin tumbuh dan berkembang kota tersebut sebagai ibukota sebuah negara Islam
yang baru lahir, di bawah pimpinan insan terbaik yang terlahir di muka bumi. Kota Madinah
menjadi pusat penggemblengan pahlawan-pahlawan Islam yang akan meneruskan tongkat
estafet jihad fi sabilillah dan para ulama yang akan menyebarkan dakwah Islam di seluruh
penjuru negeri.
Seiring dengan pergantian waktu, namanya pun semakin bertambah harum semerbak
laksana mawar yang sedang tumbuh merekah dengan warnanya yang indah dan menawan.
Halaqah-halaqah ilmu tumbuh semarak dan berkembang dengan sangat pesatnya mewarnai
kehidupan kaum muslimin. Dengan di bawah bimbingan para ulama shahabat yang telah
mendapatkan warisan ilmu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lahirlah melalui tangan
mereka, generasi terbaik kedua umat ini, yaitu generasi Tabi’in, yang berhasil mewarisi ilmu
5
dari para shahabat sehingga mereka benar-benar menjadi tokoh terkemuka dalam ilmu dan
amal.
Kota Madinah pun menjadi impian, dambaan, dan angan-angan para penuntut ilmu di
seluruh penjuru negeri untuk bisa mereguk manisnya warisan nubuwwah. Satu di antara
sekian buah usaha pendidikan dan bimbingan para sahabat, lahirlah di sana sejumlah ulama
yang dikenal dengan sebutan Al-Fuqaha’ As-Sab’ah yang mumpuni dalam hal ilmu dan amal.
Mereka itu adalah:
6
tidak hanya memikirkan kemaslahatan pada satu masa tertentu,namun memikirkan
kemanfaatannya untuk masa mendatang.
Abu Hanifah dengan mazhabnya ternyata banyak memudahkan umat
islam,bukan sebaliknya.ia selalu memudahkan umat islam dalam hal peribadatan dan
muamalat hingga sering mengundang tanggapan.misalnya,dalam syariat di jelaskan
bahwa cara menhilangkan najis yang melekat di baju atau pakaian hendaknya dengan
air yang suci,tapi menurut pandangan Abu Hanifah,kasus seperti ini cukup di
hilangkan dengan air bunga atau air asin sekalipun.contoh lain apabila seseorang
merasa kesulitan mengetahui arah kiblat karena kegelapan dan sebagainya,maka ia
cukup mengarahkannya kemana saja menurut keyakinannya.kalaupun arah yang di
tujunya salah,menurut Abu Hanifah,shalatnya tetap sah.
Sumber atau dasar kelima adalah amalan ahlul madinah. Menurutnya,mereka adalah
anak cucu para sahabat yang mendampingi Rasulullah saw. Disamping itu, karena hukum-
hukum yang berkenaan dengan kemaslahatan umum telah di amalkan dikota itu beberapa
generasi.
Apabila Imam Malik dari dari kelima sumber tadi tidak mendapatkan hukum satu
masalah tertentu, beliau masih menambahkan atau mengambil dari qiyas,istihsan, ‘urf
(adat) serta sadd adz-dzaroi’(mencegah dampak negatif) dan juga masholihul mursalah
maslahat yang lepas (umum) menambahkan dengan persyaratan tertentu.
a. Kemaslahatan (dampak positif) itu tidak bertentangan dengan dalil-dalil akurat atau
pokok ajaran syari’at
b.Hendaknya kemaslahatan itu dapat diterima ulama’
c. Hendaknyadengankemaslahatanitudapatmenghilangkankesusahandanrintangan,ber
dasarkanfirman-NYA; “ Dia sekali-kali tida menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan.”
7
3.Fiqh imam Syafi’i
Syafi’i telah menyatukan fiqih ahlur ra’yi dengan fiqih ahlul hadits,sebagian ulama’
berpendapat,syafi’i menempatkan kedua pendekatan itu secara seimbang,namun
sebagian ulama’ berpendapat bahwa syafi’i memiliki pendekatan sendiri,tidak
terpengaruh dan bukan merupakan bentukan dari pendekatan ahlur ra’yi maupun ahlul
hadits.pengetahuannya yang tinggi dalam masalah fiqih telah membentuk fiqih yang
khas,karena itu ia tidak segan-segan melancarkan kritik kepada imam malik,gurunya
dalam masalah fiqih.
Perlu di kemukakan bahwa kritikan Syafi’i terhadap imam malik sangat
gencar,sehingga ia menulis sebuah kitab khusus untuk itu,buku khilaf malikijuga berisi
kritikkan Syafi’i kepada para pengikut Imam Malik di Andalusia yang mengkultuskan
imam malik,misalnya dengan meminta barakah kepada penutup kepala imam malik,bila
imam malik menyebutkan sebuah hadits,dan menyatakan,”qola Rasulullah….” Para
pengikutnya segera menimpali dengan ucapan,”qolamalik…”.menurut syafi’i,hal ini
merusak kemurnian aqidah,karena telah menyejajarkan ucapan Imam Malik dengan
ucapan Rasulullah.ia menegaskan bahwa,”Malik adalah manusia biasa,yang dapat benar
dan dapat pula salah,sungguh telah keluar dari sunnah agama ini jika menyejajarkan
hadits Rasulullah dengan ucapan dan perbuatan makhluk lain.
Dari pembahasan tersebut,kita dapat memahami faktor-faktor yang mendorong
Syafi’i untuk mandiri dalam pandangan ijtihadnya,berapa kesimpulan di bawah ini akan
menjelaskan kemandirian Syafi’i.
Pertama: mazaab Syafi’i didasari al-quran,as-sunnah,ijmak dan qiyas.itulah unsur-
unsur dasar yang saling terkait yang di sebutkannya dalam kitab yang ditulisnya.
Kedua: fiqih Syafi’i merupakan campuran antara fiqih ahlur ra’yi dengan fiqih ahlul
hadits,kedua metode tersebut memiliki cara tersendiri dalam ber-istinbath ahlur ra’yi adalah
para cendekiawan yang memilik ipandangan luas,tetapi kemampuan mereka untuk
menerima atsar dan sunnah-sunnah sangat terbatas.sementara itu,ahlul hadits sangat gigih
mengumpulkan hadits,atsar dan beberapa hal lainnya yang berkaitan dengan perbuatan
para sahabat,jadi ahli fiqih hendaknya mampu menggunakan ra’yi sekaligus hadits.
Ketiga: dalam pandangan Syafi’i,pendekatan ahli hadits lebih jelas dalam masalah
ushul .karenanya,ia menggunakan al-qur’an sebagai sumber hokum dan pokok-pokok
syari’at.setelahituiamerujukpadahadits.
Keempat: fiqih Syafi’i mengukuhkan ijmak sebagai dasar penetapan hukum, Syafi’i
menempatkan ijmak dalam urutan ketiga setelah Al-qur’an dan As-sunnah
Kelima: Syafi’i juga mengukuhkan qiyas sebagai dasar mazhabnya, orang pertama
yang menguraikan masalah qiyas secara terinci.
8
4.Fiqih Imam Ahmad Bin Hambal
Fiqih imam Ahmad bersumber kepada ajaran islam yang asli dan jernih,Imam Ahmad
tidak menerima qiyas dan ra’yun kecuali bila telah dilakukan oleh imam dan salaf..sumber
fiqihnya yang tidak dapat diganggu gugat ada tiga yaitu kitabullah,as-sunnah dan ijmak.[6]
Seperti yang telah kita ketahui,Imam Ahmad adalah seorang ulama’ yang
wara’,sikapnya itulah yang menjadikan ia berhati-hati dalam setiap langkah pengambilan
dan penetapan sebuah hukum.ia tidak mengabaikan sedikit pun adanya keraguan.keketatan
ini kemudian menjadi cirri khusus mazhab hambali,dalam masalah najis dan bersuci
misalnya,mereka berpendapat,najis yang disebabkan anjing,wajib dicuci delapan
kali.padahal menurut mazhab syafi’i hanya tujuh kali,dan menurut mazhab imam
malik,anjing tidaklah najis.
Namun sekalipun Imam Ahmad bersikap tasyaddud atau ketat dalam menetapkan
hukum,beliau tetap memiliki pandangan yang dinamis,hal itu menunjukkan betapa ia sangat
memahami ilmu dan ajaran agama dan berharap terwujudnya kebaikan dan kemaslahatan
bagi umat islam.
Beliau adalah seorang ulama, salah satu diantara para ulama yang mendirikan organisasi
Islam besar di Indonesia (NU) Beliau orangnya berperawakan tinggi, berjenggot tipis,
Berdahi luas, berkulit putih, Jika berjalan tenang dan berwibawa, rajin berdzikir dan
bertahajjud, selalu ber-amar ma’ruf nahi munkar, serta senang silaturrahmi
3. KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Nama lengkapnya ‘Achmad Mustofa Bisr’i dilahirkan di Rembang pada 10 Agustus
1944. Gus Mus (panggilan populernya) memperdalam ilmu di Pesantren Lirboyo
Kediri dibawah asuhan KH.Marzuki dan KH. Machrus Ali. Gus Mus juga suntuk di
Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta dibawah asuhan KH.Ali Maksum dan KH.
Abdul Qodir. Puncaknya belajar di Universitas Al Azhar, Kairo.Di Al Azhar itulah, untuk
pertama kali Gus Mus bertemu dan berkenalan dengan Gus Dur, yang kemudian
menjadi Presiden Republik Indonesia.Seperti pengakuannya sendiri, mereka
kemudian tinggal di satu kamar.Gus Dur banyak membantu Gus Mus selama di
perguruan tinggi tersebut.
9
4. Prof. DR. KH. Said Aqiel Siradj
Beliau lahir di Cirebon 3 Juli 1953. Panggilan akrab beliau adalah Kang Said.
Pendidikanya diawali ngaji dipesantren ayahnya, sambil Sekolah Rakyat. Kemudian
melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo Kediri, sambil
menyelesaikan SMA & UI. Selepas itu beliau mengayunkah langkah ke kota gudeg
Yogyakarta untuk menimba ilmu dari KH. Ali Ma’shum (Al-maghfurlah) di PONPES
Krapyak, sambil studi sarjana di Kulliyatul Adab IAIN SUKA. Merasa belum puas di kota
Yogyakarta beliau melanjutkan studi lagi di Makkah selama lebih 14 tahun, hingga
menyabet gelar doktor pada universitas Ummul Qura pada tahun 1994 dengan predikat
caumlaude. Dalam mengisi pengajian beliau mampu menyebutkan 32 mata rantai
keilmuwan para ulama yang terus menyambung sampai Nabi Muhammad SAW
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam ilmu fiqh terdapat banyak tokoh-tokoh ulama’ fiqh dari zaman sahabat, tabi’in,
imam-imam madzhab, pengikut-pengikut imam madzhab, dan zaman modern yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu fiqh tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Mustofa. Islam Tidak Bermadzhab, Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Mujtaba, Saifudin, Ilmu Fiqh Sebuah Pengantar, Jember: STAIN Jember Press, 2010.
11
12