Anda di halaman 1dari 12

ULAMA FIQIH

Dosen. : Dr. Indis Ferizal, S.H.I, M.H.I


Disusun ole : - Salman Djay
- M. Sandika Ardiansyah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah Memberikan
Kesehatan dan Rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita NabiMuhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agamaYang
sempurna dan menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Makalah tentang Ulama Fiqh ini disusun sebagai salah satu syarat dalam Menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih. Demikian pula kami menyadari bahwa dalam Penulisan
makalah ini kami masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan Dengan
harapan sebagai masukkan dalam perbaikkan dan penyempurnaan pada makalah kami
Berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Langsa, Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................4
A. Latar belakang...................................................................4
B. Rumusan masalah.............................................................4
C. Tujuan................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................... 5
A.Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Sahabat..............................5
B. Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Thabi’in............................. 5
C. Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Imam-imam Madzhab....... 6
D. Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Zaman Modern................. 9
BAB III PENUTUP............................................................................... 10
Kesimpulan............................................................................ 10
Daftar pustaka....................................................................... 11

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ulama ialah tempat umat Islam bertanya persoalan problematika yang terjadi
pada masing-masing zamanya dan mengantikan peran nabi dalam memandu kearah
mana umat islam akan melangkah. Pemberian penjelasan atas hukum Syara’ pada
suatu persoalan, sebagai bentuk jawaban bagi Mustasfi, baik itu terdentifikasi atau
tidak, individu atau kelompok.
Seorang ahli agama, seperti kiyai, ustadz atau lainya, menjadi rujukan dalam
setiap persoalan agama yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu seorang
Mufti (Permberi fatwa) harus terkualifikasi dengan baik. Al-maliki mengutip
pendapat Ibn Al-Samani, mengatakan bahwa seorang Mufti mestilah memiliki tiga
syarat, yaitu: mampu berijtihad,adil (berintegritas) dan tidak mengampangkan
persoalan. mengampangkan persoalan terlihat pada dua kondisi: pertama,
mengampangkan pada proses ijtihad dengan hanya mencukupkan ijtihadnya
dengan dalil-dalil prematur. Kedua, mencari hal-hal yang paling ringan dalam
beragama atau bisa disebut dengan tatabbu’ al rukhash.
Imam Al-Syathibi menambahkan syarat moderat bagi seorang Mufti dalam
Memberi fatwa kepada masyarakat. Tidak membebani mereka pada fatwa yang
liberal Dari pakar ushul fiqh diatas menyimpulkan bahwa seseorang yang
memberi fatwa harusnya mengetahui segala hal ilmu Islam

B.Rumusan Masalah
1. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Sahabat ?

2. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Thabi’in ?


3. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Imam-imam Madzhab ?
4. Siapa Tokoh-tokoh Ulama Fiqih dari Zaman Modern ?

C. Tujuan
1 Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Sahabat.
2. Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Thabi’in.
3. Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Imam-imam Madzhab
4. Menjelaskan Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Zaman Modern.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A.Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Sahabat


1. Muhammad Bin Ali

2. Al-Juwaini
3. Al-Gayali
4. Ar-Razi
5. Sadrus Syari’ah
6. As-Sa’ati
7. Kamal Bin Hammam
8. As-Syatibi
9. As-Syaukani

10. Mus’ab Bin Umair


11. Muad Bin Jabal

B.Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Thabi’in


Madinah An-Nabawiyyah, telah menyimpan banyak kenangan bersejarah yang tidak
akan terlupakan dalam sendi kehidupan kaum muslimin. Di sanalah tonggak jihad fi sabilillah
mulai dipancangkan di bawah naungan nubuwwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah
‘azza wajalla di muka bumi dan memadamkan api kesombongan dan keangkaramurkaan
kaum musyrikin.

Semakin tumbuh dan berkembang kota tersebut sebagai ibukota sebuah negara Islam
yang baru lahir, di bawah pimpinan insan terbaik yang terlahir di muka bumi. Kota Madinah
menjadi pusat penggemblengan pahlawan-pahlawan Islam yang akan meneruskan tongkat
estafet jihad fi sabilillah dan para ulama yang akan menyebarkan dakwah Islam di seluruh
penjuru negeri.

Seiring dengan pergantian waktu, namanya pun semakin bertambah harum semerbak
laksana mawar yang sedang tumbuh merekah dengan warnanya yang indah dan menawan.
Halaqah-halaqah ilmu tumbuh semarak dan berkembang dengan sangat pesatnya mewarnai
kehidupan kaum muslimin. Dengan di bawah bimbingan para ulama shahabat yang telah
mendapatkan warisan ilmu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lahirlah melalui tangan
mereka, generasi terbaik kedua umat ini, yaitu generasi Tabi’in, yang berhasil mewarisi ilmu

5
dari para shahabat sehingga mereka benar-benar menjadi tokoh terkemuka dalam ilmu dan
amal.
Kota Madinah pun menjadi impian, dambaan, dan angan-angan para penuntut ilmu di
seluruh penjuru negeri untuk bisa mereguk manisnya warisan nubuwwah. Satu di antara
sekian buah usaha pendidikan dan bimbingan para sahabat, lahirlah di sana sejumlah ulama
yang dikenal dengan sebutan Al-Fuqaha’ As-Sab’ah yang mumpuni dalam hal ilmu dan amal.
Mereka itu adalah:

1. Sa’id bin Al Musayyib


2. ‘Urwah bin Az-Zubair bin Al-’Awwam
3. Sulaiman bin Yasar
4. Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr

5. Abu Bakr bin ‘Abdirrahman


6. Kharijah bin Zaid
7. ‘Ubaidullah bin Abdillah bin ‘Utbah bin Mas’ud
Mereka adalah tujuh orang ulama kota Madinah yang keluasan ilmunya tidak saja
diakui oleh penduduk negeri tersebut namun diakui pula oleh para ulama di seluruh penjuru
negeri.

C.Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Imam-imam Madzhab


Menurut bahasa, mazhab berarti jalan atau tempat yang dilalui.Menurut istilah adalah
hasil ijtihad seorang imam mengenai hokum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah
istinbath.
1. Fiqh Abu Hanifah
Metode ushul yang di gunakan Abu Hanifah banyak bersandar pada
ra’yun,setelah pada kitabullah dan as-sunnah.kemudian ia bersandarpada qiyas,yang
ternyata banyak menimbulkan protes di kalangan para ulama’ yang tingkat
pemikirannya belum sejajar dengan abu hanifah.begitu juga halnya dengan istihsan
yang ia jadikan sebagai sandaran pemikiran mazhabnya,mengundang reaksi kalangan
ulama.
Dalam setiap fatwanya Abu Hanifah tidak pernah mendahulukan yang lain dari
kitabullah dan as-sunnah.suatu ketika ia membantah orang yang menyanggahnya
dengan mengatakan: “ demi ALLAH,dusta dan mengada-ada orang yang mengatakan
bahwa saya mengutamakan qiyas daripada kitabullah.” Lebih jauh ia mengatakan: “
saya tidak memerlukan qiyas kecuali dalam keadaan darurat.bila saya tidak
mendapatkan dalil,barulah mengqiyas sambil mendiam-diamkannya.
Syaikh Muhammad Abu Zahrah menambahkan: “ijtihad yang di lakukan Abu
Hanifah dalam memahami hadits telah mendorongnya untuk semakin banyak
mengqiyas dengan segala cabang-cabangnya.dan dengan keluasan pemikirannya,iya

6
tidak hanya memikirkan kemaslahatan pada satu masa tertentu,namun memikirkan
kemanfaatannya untuk masa mendatang.
Abu Hanifah dengan mazhabnya ternyata banyak memudahkan umat
islam,bukan sebaliknya.ia selalu memudahkan umat islam dalam hal peribadatan dan
muamalat hingga sering mengundang tanggapan.misalnya,dalam syariat di jelaskan
bahwa cara menhilangkan najis yang melekat di baju atau pakaian hendaknya dengan
air yang suci,tapi menurut pandangan Abu Hanifah,kasus seperti ini cukup di
hilangkan dengan air bunga atau air asin sekalipun.contoh lain apabila seseorang
merasa kesulitan mengetahui arah kiblat karena kegelapan dan sebagainya,maka ia
cukup mengarahkannya kemana saja menurut keyakinannya.kalaupun arah yang di
tujunya salah,menurut Abu Hanifah,shalatnya tetap sah.

2.Fiqh imam Malik


Imam malik dikenal dengan pengetahuanya tentang fiqih dan hadits,beliau adalah
sosok ahli fiqih dan ahli hadits kota madinah,segala pemikirannya selalu diselaraskan
dengan jalur kedua ilmu tadi.Imam Malik mendasari fiqih atau katakanlah pemahaman
mazhabnya yang pertama adalah kitabullah(al-qur’an).kemudian yang kedua adalah sunnah
nabawiyah asy-syarifah.menurutnya,karena hadits adalah merupakan tafsir yang
menjelaskan dengan rinci akan hukum-hukum yang ada dalam al-qur’an.
Sumber yang ketiga yang mendasari fiqih mazhab imam malik adalah ucapan dan
amalan sahabat,menurutnya,merekalah orang yang paling dekat dengan
Rasulullah,merekalah yang paling mengetahui amalan dan ucapan Rasul-NYA,mendengar
sabda-sabdanya,melihat amalannya serta belajar darinya secara langsung
Dasar keempat bagi mazhab imam malik adalah ijmak,baik kesepakatan ahlul ‘ilmi
ataupun ahlul fiqih sama saja baginya.

Sumber atau dasar kelima adalah amalan ahlul madinah. Menurutnya,mereka adalah
anak cucu para sahabat yang mendampingi Rasulullah saw. Disamping itu, karena hukum-
hukum yang berkenaan dengan kemaslahatan umum telah di amalkan dikota itu beberapa
generasi.

Apabila Imam Malik dari dari kelima sumber tadi tidak mendapatkan hukum satu
masalah tertentu, beliau masih menambahkan atau mengambil dari qiyas,istihsan, ‘urf
(adat) serta sadd adz-dzaroi’(mencegah dampak negatif) dan juga masholihul mursalah
maslahat yang lepas (umum) menambahkan dengan persyaratan tertentu.
a. Kemaslahatan (dampak positif) itu tidak bertentangan dengan dalil-dalil akurat atau
pokok ajaran syari’at
b.Hendaknya kemaslahatan itu dapat diterima ulama’
c. Hendaknyadengankemaslahatanitudapatmenghilangkankesusahandanrintangan,ber
dasarkanfirman-NYA; “ Dia sekali-kali tida menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan.”

7
3.Fiqh imam Syafi’i
Syafi’i telah menyatukan fiqih ahlur ra’yi dengan fiqih ahlul hadits,sebagian ulama’
berpendapat,syafi’i menempatkan kedua pendekatan itu secara seimbang,namun
sebagian ulama’ berpendapat bahwa syafi’i memiliki pendekatan sendiri,tidak
terpengaruh dan bukan merupakan bentukan dari pendekatan ahlur ra’yi maupun ahlul
hadits.pengetahuannya yang tinggi dalam masalah fiqih telah membentuk fiqih yang
khas,karena itu ia tidak segan-segan melancarkan kritik kepada imam malik,gurunya
dalam masalah fiqih.
Perlu di kemukakan bahwa kritikan Syafi’i terhadap imam malik sangat
gencar,sehingga ia menulis sebuah kitab khusus untuk itu,buku khilaf malikijuga berisi
kritikkan Syafi’i kepada para pengikut Imam Malik di Andalusia yang mengkultuskan
imam malik,misalnya dengan meminta barakah kepada penutup kepala imam malik,bila
imam malik menyebutkan sebuah hadits,dan menyatakan,”qola Rasulullah….” Para
pengikutnya segera menimpali dengan ucapan,”qolamalik…”.menurut syafi’i,hal ini
merusak kemurnian aqidah,karena telah menyejajarkan ucapan Imam Malik dengan
ucapan Rasulullah.ia menegaskan bahwa,”Malik adalah manusia biasa,yang dapat benar
dan dapat pula salah,sungguh telah keluar dari sunnah agama ini jika menyejajarkan
hadits Rasulullah dengan ucapan dan perbuatan makhluk lain.
Dari pembahasan tersebut,kita dapat memahami faktor-faktor yang mendorong
Syafi’i untuk mandiri dalam pandangan ijtihadnya,berapa kesimpulan di bawah ini akan
menjelaskan kemandirian Syafi’i.
Pertama: mazaab Syafi’i didasari al-quran,as-sunnah,ijmak dan qiyas.itulah unsur-
unsur dasar yang saling terkait yang di sebutkannya dalam kitab yang ditulisnya.
Kedua: fiqih Syafi’i merupakan campuran antara fiqih ahlur ra’yi dengan fiqih ahlul
hadits,kedua metode tersebut memiliki cara tersendiri dalam ber-istinbath ahlur ra’yi adalah
para cendekiawan yang memilik ipandangan luas,tetapi kemampuan mereka untuk
menerima atsar dan sunnah-sunnah sangat terbatas.sementara itu,ahlul hadits sangat gigih
mengumpulkan hadits,atsar dan beberapa hal lainnya yang berkaitan dengan perbuatan
para sahabat,jadi ahli fiqih hendaknya mampu menggunakan ra’yi sekaligus hadits.
Ketiga: dalam pandangan Syafi’i,pendekatan ahli hadits lebih jelas dalam masalah
ushul .karenanya,ia menggunakan al-qur’an sebagai sumber hokum dan pokok-pokok
syari’at.setelahituiamerujukpadahadits.
Keempat: fiqih Syafi’i mengukuhkan ijmak sebagai dasar penetapan hukum, Syafi’i
menempatkan ijmak dalam urutan ketiga setelah Al-qur’an dan As-sunnah
Kelima: Syafi’i juga mengukuhkan qiyas sebagai dasar mazhabnya, orang pertama
yang menguraikan masalah qiyas secara terinci.

8
4.Fiqih Imam Ahmad Bin Hambal
Fiqih imam Ahmad bersumber kepada ajaran islam yang asli dan jernih,Imam Ahmad
tidak menerima qiyas dan ra’yun kecuali bila telah dilakukan oleh imam dan salaf..sumber
fiqihnya yang tidak dapat diganggu gugat ada tiga yaitu kitabullah,as-sunnah dan ijmak.[6]
Seperti yang telah kita ketahui,Imam Ahmad adalah seorang ulama’ yang
wara’,sikapnya itulah yang menjadikan ia berhati-hati dalam setiap langkah pengambilan
dan penetapan sebuah hukum.ia tidak mengabaikan sedikit pun adanya keraguan.keketatan
ini kemudian menjadi cirri khusus mazhab hambali,dalam masalah najis dan bersuci
misalnya,mereka berpendapat,najis yang disebabkan anjing,wajib dicuci delapan
kali.padahal menurut mazhab syafi’i hanya tujuh kali,dan menurut mazhab imam
malik,anjing tidaklah najis.

Namun sekalipun Imam Ahmad bersikap tasyaddud atau ketat dalam menetapkan
hukum,beliau tetap memiliki pandangan yang dinamis,hal itu menunjukkan betapa ia sangat
memahami ilmu dan ajaran agama dan berharap terwujudnya kebaikan dan kemaslahatan
bagi umat islam.

D.Tokoh-tokoh Ulama’ Fiqih dari Zaman Modern


1. Prof KH Ali Yafie,
Beliau mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), seorang ulama ahli Fiqh
(hukum Islam). Dia ulama yang berpenampilan lembut, ramah dan bijak. Pengasuh Pondok
Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulsel, ini juga terbilang tegas dan konsisten
dalam memegang hukum-hukum Islam.
2. Mbah Ma’shum Lasem

Beliau adalah seorang ulama, salah satu diantara para ulama yang mendirikan organisasi
Islam besar di Indonesia (NU) Beliau orangnya berperawakan tinggi, berjenggot tipis,
Berdahi luas, berkulit putih, Jika berjalan tenang dan berwibawa, rajin berdzikir dan
bertahajjud, selalu ber-amar ma’ruf nahi munkar, serta senang silaturrahmi
3. KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Nama lengkapnya ‘Achmad Mustofa Bisr’i dilahirkan di Rembang pada 10 Agustus
1944. Gus Mus (panggilan populernya) memperdalam ilmu di Pesantren Lirboyo
Kediri dibawah asuhan KH.Marzuki dan KH. Machrus Ali. Gus Mus juga suntuk di
Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta dibawah asuhan KH.Ali Maksum dan KH.
Abdul Qodir. Puncaknya belajar di Universitas Al Azhar, Kairo.Di Al Azhar itulah, untuk
pertama kali Gus Mus bertemu dan berkenalan dengan Gus Dur, yang kemudian
menjadi Presiden Republik Indonesia.Seperti pengakuannya sendiri, mereka
kemudian tinggal di satu kamar.Gus Dur banyak membantu Gus Mus selama di
perguruan tinggi tersebut.

9
4. Prof. DR. KH. Said Aqiel Siradj
Beliau lahir di Cirebon 3 Juli 1953. Panggilan akrab beliau adalah Kang Said.
Pendidikanya diawali ngaji dipesantren ayahnya, sambil Sekolah Rakyat. Kemudian
melanjutkan studi ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Lirboyo Kediri, sambil
menyelesaikan SMA & UI. Selepas itu beliau mengayunkah langkah ke kota gudeg
Yogyakarta untuk menimba ilmu dari KH. Ali Ma’shum (Al-maghfurlah) di PONPES
Krapyak, sambil studi sarjana di Kulliyatul Adab IAIN SUKA. Merasa belum puas di kota
Yogyakarta beliau melanjutkan studi lagi di Makkah selama lebih 14 tahun, hingga
menyabet gelar doktor pada universitas Ummul Qura pada tahun 1994 dengan predikat
caumlaude. Dalam mengisi pengajian beliau mampu menyebutkan 32 mata rantai
keilmuwan para ulama yang terus menyambung sampai Nabi Muhammad SAW

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam ilmu fiqh terdapat banyak tokoh-tokoh ulama’ fiqh dari zaman sahabat, tabi’in,
imam-imam madzhab, pengikut-pengikut imam madzhab, dan zaman modern yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu fiqh tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al Andalusy, Malik, Alfiyah


http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/625-ulama-ahli-fiqh

Muhammad, Mustofa. Islam Tidak Bermadzhab, Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Mujtaba, Saifudin, Ilmu Fiqh Sebuah Pengantar, Jember: STAIN Jember Press, 2010.

Sulayman, Abu Asy-Syafi’i, Tasyniful Asma.


Suyatno, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011

11
12

Anda mungkin juga menyukai