Anda di halaman 1dari 12

MASLAHAH MURSALAH

Di
S
U
S
U
N
Oleh
Kelompok 6
Nama : Putri Agillia (4022022010)
: Nurul Fajeri (4022022004)
Mata Kuliah : Ushul Fiqih
Prodi : Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu : Dr. Indis Ferizal, S.H.I, M.H.I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM LANGSA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

ِ‫لَّ مِْ مي‬


‫لَِّي مَ مِ ر‬
‫ل ر‬ ‫ِمْ ميِ ل م‬

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Kesehatan dan Rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempurna dan menjadi Rahmat bagi seluruh alam.

Makalah tentang Maslahah Mursalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih. Demikian pula kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini kami masih banyak kekurangan dan kesalahan.

Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan
dengan harapan sebagai masukkan dalam perbaikkan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Langsa, 10 Mei 2023


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2

A. Pengertian Maslahah Mursalah............................................................ 2


B. Macam-macam Maslahah Mursalah.....................................................4
C. Syarat-syarat Maslahah Mursalah.........................................................6
D. Kehujjahan Maslahah Mursalah........................................................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................................. 8

A. Kesimpulan.................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin yang di anugrahkan ke seluruh
umat manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, dalam situasi dan kondisi yang
berubah-ubah pasti akan menimbulkan berbagai permasalahan, disinilah agama islam
terbukti sebagai agama yang mampu menjawab segala permasalahan dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Para ulama mengeluarkan fatwa-fatwa yang bertujuan
menjawab permasalahan tersebut, mewujudkan kemaslahatan dan mencegah atau
menolak berbagai kerusakan bagi umat manusia dengan menyesuaikan pada tujuan
syari’at atau disebut dengan maslahah mursalah. Dalam makalah ini pemakalah akan
memaparkan mengenai maslahah mursalah yang akan membuka wawasan kita
mengenai ushul fiqih.

B. Latar Belakang
1. Apa pengertian maslahah mursalah?
2. Apa saja macam-macam maslahah mursalah?
3. Apa saja syarat-syarat maslahah mursalah?
4. Bagaimana kehujjahan maslaha mursalah?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian maslaha mursalah
2. Mengetahui macam-macam maslahah mursalah
3. Mengetahui syarat-syarat maslahah mursalah
4. Mengetahui kehujjjahan maslahah mursalah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Maslahah Mursalah


Maslahah Mursalah menurut bahasa terdiri dari dua kata, yaitu maslāhah dan
mursalah. pertama, Kata maslāhah berasal dari kata kerja bahasa Arab (َ‫ََح ح‬ ‫ ح‬- َ‫َْح ح‬
‫ )َح ص‬menjadi
(‫َ صَ حًا‬
‫ ) ح‬atau (‫َْح حًًح‬
‫ ) حَ ص‬yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Kata maslahah
kadang-kadang disebut juga dengan ( ‫ْاحْص‬
‫ )ِ ح ْل صستْ ص‬yang artinya mencari yang baik ( ‫َاحْص‬ ْ ُ
‫ِل ص‬ ‫ََ ح ح‬
‫) ح‬.
Sedangkan, kata mursālah adalah isim maf’ul dari fi’il madhi dalam bentuk tsulasi, yaitu
(‫سَح‬ ‫)ِ ح صَ ح‬. Secara
‫ ح‬dengan penambahan huruf “alif” dipangkalnya, sehingga menjadi (‫سَح‬
‫)َ ح‬,
‫( ) حَ ص‬bebas). Kata “terlepas” dan “bebas” disini
etimologis artinya terlepas, atau dalam arti (ْ‫َْح ص‬
bila dihubungkan dengan kata maslahah maksudnya adalah “terlepas atau bebas dari
keterangan yang menunjukkan boleh atau tidak bolehnya dilakukan”. Perpaduan dua kata di
atas menjadi “Maslahah Mursalah " yang berarti prinsip kemaslahatan yang dipergunakan
untuk menetapkan suatu hukum Islam. Juga dapat berarti, suatu perbuatan yang mengandung
nilai maslahat atau bermanfaat dan menolak atau mencegah mafsadat ( ‫)جَُ ِلمْالَ ودَء ِلمفاسد‬.
Ada beberapa rumusan definisi yang berbeda tentang Maslahah Mursalah ini, namun
masing-masing memiliki kesamaan dan berdekatan pengertiannya. Di antara definisi tersebut:

1. Al-Ghazali dalam kitab al-Mustasyfā merumuskan Maslahah Mursalah


sebagai berikut:
‫ّ صِْ بْ صالَ ص‬
‫حْاح ِْ حولح بْا ص ْل صْتَْحاَْ ن ص‬
ٌ‫حّ حَعحّ ني‬ ْ ‫حَالح صْ َح صّ حَ صد لحُح َْ صٌ ِل ي‬
Artinya: “Apa-apa (maslahah) yang tidak ada bukti baginya dari syara’ dalam
bentuk nash tertentu yang membatalkannya dan tidak ada yang
memperhatikannya.”

2. Asy-Syaukani dalam kitab Irsyād al-Fuhūl yang memberikan defenisi:


‫ِ ِ ح صلَحاُح ِ ح ْو ِ صْتحَح حُْح‬ ‫ُ ِليِ ص‬
‫ْْ لحَح صعَح حْ ِ ح يِ ِل ح‬
‫ّاَْ ح‬ ‫ِحل حمَحا ْس ح‬
Artinya : “ Maslahah yang tidak diketahui apakah syari’ menolaknya atau
memperhitungkannya.”
3. Ibnu Qudaima dari ulama Hambali memberi rumusan:
‫حَا لح صْ َح صّ حَ صد لحُح ِْ صب ح‬
‫ْا نٌ حولح ِْ صْ ْتَح ن‬
ٌ‫اَ حَعحّ ني‬
Artinya : “ Maslahat yang tidak ada bukti petunjuk tertentu yang
membatalkannya dan tidak pula yang memperhatikannya.”

4. Yusuf Hamid al-‘Alim memberikan rumusan:


‫ِ لح ْلَ ص‬
ْ ‫حْاح نْ حَا حولح ْل صْتَْح‬
‫اََحا‬ ‫حَالح صْ َح صّ حَ ْد ِل ي‬
‫ّ صْ ح‬
Artinya: “ Sesuatu yang tidak ada petunjuk syara’ tidak untuk
membatalkannya, juga tidak untuk memperhatikannya.”

5. Abdul Wahab al-Khallaf memberi rumusan berikut:


ْ َ‫اََحا ِ ح صو ْل صل‬
‫حاءَحا‬ ْ ‫اَِْ دح ْل صّ نَ ْل صْتَْح‬
ْ ّ‫َْح حًًن لح صْ َح ْْ صد حْ ٌْ ِل ي‬
‫ِْني حَا حَ ص‬
Artinya : “ Maslahahal-Mursalah adalah mashlahat yang tidak ada dalil syara’
datang untuk mengakuinya atau menolaknya.”

6. Muhammad Abu Zahra memberi defenisi yang hampir sama dengan rumusan
Jalal al-Din di atas yaitu:
ْ َ‫اَ ِ ح صو ْب صال‬
‫حاء‬ ْ ‫حاّ ْبا ص ْل صْتَْح‬ ‫اَِْ حولح َح صّ حَدح لح حَا ِ ح ص‬
‫َ نَ خ ص‬ ْ ّ ْ ‫ْا ْل حَ صِل حماح ْء حًَح ْل حمَح‬
‫اَد ِل ي‬ ‫صل حم ح‬
Artinya: “ Maslahat yang selaras dengan tujuan syariat Islam dan petunjuk
tertentu yang membuktikan tentang pembuktian atau penolakannya.”

7. Imam Malik sebagaimana dinukilkan oleh Imam Syatibi dalam kitab al-
I’tishām mendefinisikan Maslahah Mursalah adalah suatu maslahat yang
sesuai dengan tujuan, prinsip, dan dalil-dalil syara’, yang berfungsi untuk
menghilangkan kesempitan, baik yang bersifat dhārurīyah (primer) maupun
hajjīyah (sekunder)

Dari beberapa rumusan defenisi di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang hakikat dari
Maslahah Mursalah sebagai hukum Islam, sebagai berikut:

a. Maslahah Mursalah adalah sesuatu yang baik menurut akal dengan


pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan atau menghindarkan keburukan
bagi manusia;
b. Apa yang baik menurut akal itu, juga selaras dan sejalan dengan tujuan syara’
dalam menetapkan hukum;

c. Apa yang baik menurut akal dan selaras pula dengan tujuan syara’ tersebut
tidak ada petunjuk syara’ secara khusus yang menolaknya.1

B. Macam-macam Maslahah Mursalah

1. Berdasarkan tingkat kebutuhan manusia, Maslahah terbagi dalam tiga kategori:


Maslahah Dharuriyah, Maslahah Hajjiyah, dan Maslahah Tahsiniyah.

a. Maslahah Dharuriyat
Maslahah Dharuriyat adalah kemaslahatan yang berhubungan dengan
kebutuhan pokok umat manusia di dunia dan akhirat atau kebutuhan utama,
kemaslahatan yang paling kuat, sesuatu yang menjadi keharusan dan kedaruratan
bagi kehidupan manusia, baik di dunia maupun akhirat. Jika kemaslahatan ini
hilang maka kehidupan di dunia menjadi rusak, tidak akan berjalan dengan benar,
menimbulkan kerusakan, kekacauan, dan bahkan hilangnya kehidupan; dan bagi
kehidupan di akhirat bisa menimbulkan hilangnya keselamatan dan kenikmatan
akhirat. Keharusan pemenuhan dharuriyat ini adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan dunia dan akhirat.

b. Maslahah Hajjiyah
Maslahah Hajjiyah adalah maslahah yang dibutuhkan manusia untuk
memudahkan hidup supaya tidak mengalami kesulitan. Hajjiyah sendiri
maknanya adalah kebutuhan, atau sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, yaitu
kebutuhan dalam rangka untuk mendapat keluasan/kelapangan dan
menghilangkan kesempitan yang dapat berakibat mendapatkan kesulitan dan
kesusahan. Hajjiyah adalah kebutuhan sekunder. Jika Maslahah Hajjiyah ini
hilang, tidak akan berbahaya sampai mengancam kehidupan manusia
sebagaimana Maslahah Dharuriyat, tetapi dimungkinkan timbulnya kesulitan
dan kesempitan bagi manusia, tidak juga sampai menimbulkan kerusakan yang

1
Saepul Aziz, /Maslahah Mursalah Dalam Kedudukannya Sebagai Sumber Hukum Islam/, https://jabar.kemenag.go.id,
Diakses pada tanggal 20 Maret 2023
biasa mengganggu kepentingan umum. Pemeliharaan Maslahah Hajjiyah adalah
untuk menghindari kesulitan dan kesusahan yang bisa menjadi beban bagi
mukallaf.

c. Maslahah Tahsiniyah
Maslahah Tahsiniyah adalah maslahah untuk menjaga muruah (kehormatan
diri) dan menjauhi keburukan yang dapat merendahkan manusia dalam ukuran
akal sehat. Tahsiniyat sendiri berarti hiasan, sesuatu yang diperlukan manusia
dalam rangka untuk mempercantik kehidupan dengan cara berhias moral atau
kemuliaan akhlak, dan mempergunakan semua yang layak dan pantas dalam adat
kebiasaan yang baik. Maslahah Tahsiniyah adalah tingkat kebutuhan tersier. Jika
Maslahah Tahsiniyah ini hilang, kehidupan tidak akan sirna sebagaimana
Maslahah Dharuriyat, tidak juga berefek pada kesulitan bagi manusia
sebagaimana Maslahah Hajjiyah, tetapi kehidupan manusia menjadi buruk
berdasarkan ukuran orang-orang yang mempunyai akal.

2. Berdasarkan hubungannya dengan syariat, Maslahah terbagi dalam tiga kategori:


Maslahah Muktabarah, Maslahah Mulghah, dan Maslahah Mursalah.

a. Maslahah Mu’tabarah
Maslahah Mu’tabarah adalah maslahah yang ditentukan atau ditetapkan
dalam syariat, atau secara tegas diakui syariat. Misalnya hukuman zina,
maslahah untuk memelihara kehormatan dan keturunan, dan hukum bagi pencuri
maslahah untuk menjaga harta. Demikian juga pengharaman khamar, maslahah
untuk memberikan perlindungan terhadap akal sehat. Karena Maslahah
Mu’tabarah ditentukan dan ditetapkan oleh syara’, maka jelas kebenarannya, dan
kemaslahatan ini termasuk hujjah.

b. Maslahah Mulghah
Maslahah Mulghah adalah sesuatu yang mengandung maslahah secara logika
atau dianggap maslahah oleh akal pikiran, tetapi bertentangan dengan ketentuan
syariat. Misalnya menyamakan pembagian warisan antara anak laki-laki dan
perempuan, yang secara nalar mungkin bisa dianggap maslahah. Tetapi hal ini
bertentangan dengan ketentuan syariat seperti dalam QS. An-Nisa’ : 11 yang
menegaskan bahwa pembagian anak laki-laki dua kali pembagian anak
perempuan. Pertentangan dalam Maslahah Mulghah ini mengindikasikan bahwa
masalah bukan dilihat dari perspektif akal manusia, karena apa yang dianggap
maslahah bagi akal, bisa jadi bukan maslahah di sisi Allah. Dengan demikian
syariat membatalkan kemasalahatan semu atau palsu itu, dan tidak
menganggapnya sebagai kemaslahatan.

c. Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah adalah maslahah dalam wilayah muamalah yang tidak
ada ketegasan hukumnya dalam Quran dan Sunah. Tidak ada ketentuan hukum
yang tegas, juga tidak ada bandingan untuk kasus yang serupa didalam Quran
dan Sunnah, sehingga tidak dapat dilakukan Qiyas (analogi). Contohnya adalah
peraturan rambu lalu lintas. Hal ini tidak ada dalinya dalam Quran dan Sunah,
tetapi dinilai sejalan dengan tujuan diturunkannya syariat, yaitu untuk
memelihara keselamatan jiwa dan harta.2

C. Syarat-syarat Maslahah Mursalah


Terdapat beberapa syarat Maslahah Mursalah sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dengan ayat, hadits atau ijma’


Bila suatu perbuatan mendatangkan manfaat, namun bertentangan dengan syariat,
maka manfaat itu tidak boleh diambil. Masuk kategori maslahah mulghah.
Sebagaimana dijelaskan dalam macam-macam maslahah di atas.

2. Sejalan dengan maqashid syariah


Bila suatu perbuatan mendatangkan manfaat, namun tidak sejalan dengan
maqashid syariah, maka manfaat itu tidak boleh diambil.
Maqashid syariah artinya: tujuan-tujuan utama dari syariat. Yaitu perlindungan
kepada: agama, nyawa, akal, nasab dan harta. Bila manfaat itu ternyata malah
mencelakakan agama, mengancam nyawa, merusak akal, mengacaukan nasab, dan
menghabiskan harta. Maka manfaat itu tidak boleh diambil.

2
Sudut Hukum, /Macam-macam Maslahah Mursalah/, https://suduthukum.com, Diakses pada tangal 20 Maret 2023
3. Tidak bertentangan dengan maslahat yang lebih kuat
Adakalanya sesuatu itu mendatangkan manfaat, namun ternyata bertentangan
dengan maslahat yang lebih kuat. Misalnya maslahat nyawa itu lebih kuat daripada
maslahat harta. Oleh karena itu, bila sesuatu itu mendatangkan maslahat harta, namun
membahayakan keselamatan nyawa, maka maslahat itu tidak boleh diambil.

4. Maslahat itu hendaknya nyata bukan teoritis


Bila sesuatu mendatangkan manfaat, namun masih berupa teori. Di mana teori itu
bisa benar dan salah. Maka hendaknya tidak diambil. Jadi harus terbukti dahulu
bahwa manfaat itu bersifat nyata. Ada buktinya. Bisa dirasakan manfaatnya secara
nyata.

5. Maslahat itu harus bersifat umum bukan perorangan


Maslahat yang bersifat perseorangan ataupun golongan tertentu, maka maslahat
itu tidak boleh diambil. Di mana maslahat itu hanya menguntungkan sebagian orang
saja. Sedangkan orang lain tidak bisa mengakses maslahat tersebut. Karena hukum itu
ditetapkan untuk maslahat orang banyak. Bukan hanya untuk kepentingan satu orang
maupun satu golongan tertentu.3

D. Kehujjahan Maslahah Mursalah


Tidak dapat disangkal bahwa di kalangan mazhab ushul al-Fiqih terdapat perbedaan
pendapat tentang kedudukan Maslahah Mursalah dan kehujjahannya dalam hukum Islam baik
yang menerima maupun menolak. Salah satunya adalah Imam Malik beserta penganut
mazhab Maliki adalah kelompok yang secara jelas menggunakan Maslahah Mursalah sebagai
metode ijtihad. Mengenai kehujjahan Maslahah Mursalah atau istishlah di kalangan ulama
dalam hal boleh atau tidaknya menggunakan mashlahah dalam menanggulangi suatu
persoalan4. Dalam kehidupan ini kita tidak akan terlepas dengan yang namanya hukum dan
permasalahan. Dimana ada Hukum pasti ada permasalahan, dan dimana ada permasalahan
pasti ada penyelesaian.

3
Ahda Bina, /Maslahah Mursalah: Pengertian, contoh dan macam syarat kedudukan/, https://www.ahdabina.com, Diakes
pada tanggal 21 Maret 2023
4
Nurpini Aulia Rapika, /Kedudukan Maslahah Mursalah ataui Istihlah didalam Sumber Hukum Islam/,
https://sinar5news.com, Diakses pada tanggal 22 Maret 2023
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Maslahah Mursalah menurut bahasa terdiri dari dua kata, yaitu maslāhah dan
mursalah. pertama, Kata maslāhah berasal dari kata kerja bahasa Arab (َ‫ََح ح‬ ‫ ح‬- َ‫َْح ح‬
‫ )َح ص‬menjadi
(‫َ صَ حًا‬
‫ ) ح‬atau (‫َْح حًًح‬
‫ ) حَ ص‬yang berarti sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Sedangkan, kata
mursālah adalah isim maf’ul dari fi’il madhi dalam bentuk tsulasi, yaitu (‫سَح‬
‫)َ ح‬,
‫ ح‬dengan
‫)ِ ح صَ ح‬. Secara etimologis artinya
penambahan huruf “alif” dipangkalnya, sehingga menjadi (‫سَح‬
‫( ) حَ ص‬bebas). ”. Perpaduan dua kata di atas menjadi “Maslahah
terlepas, atau dalam arti (ْ‫َْح ص‬
Mursalah " yang berarti prinsip kemaslahatan yang dipergunakan untuk menetapkan suatu
hukum Islam.
Berdasarkan tingkat kebutuhan manusia, Maslahah terbagi dalam tiga kategori:
Maslahah Dharuriyah, Maslahah Hajjiyah, dan Maslahah Tahsiniyah. Berdasarkan
hubungannya dengan syariat, Maslahah terbagi dalam tiga kategori: Maslahah Muktabarah,
Maslahah Mulghah, dan Maslahah Mursalah. Terdapat beberapa syarat Maslahah Mursalah
sebagai berikut: Tidak bertentangan dengan ayat, hadits atau ijma’, Sejalan dengan maqashid
syariah, Tidak bertentangan dengan maslahat yang lebih kuat, Maslahat itu hendaknya nyata
bukan teoritis, Maslahat itu harus bersifat umum bukan perorangan. Tidak dapat disangkal
bahwa di kalangan mazhab ushul al-Fiqih terdapat perbedaan pendapat tentang kedudukan
Maslahah Mursalah dan kehujjahannya dalam hukum Islam baik yang menerima maupun
menolak.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran sangat akmi harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya,
DAFTAR PUTAKA

Aziz, S. (2020, April 29). Maslahah Mursalah Dalam Kedudukannya Sebagai Sumber
Hukum Islam. Retrieved from Kemenag Jawa Barat: https://jabar.kemenag.go.id

Bina, A. (2022, September 11). Maslaha Mursalah: Pengertian contoh macam syarat
kedudukan. Retrieved from ahdabina.com: https://www.ahdabina.com

Hukum, S. (2016, desember 22). Macam-macam Maslahah Mursalah. Retrieved from Sudut
Hukum: https://suduthukum.com

Rapika, N. A. (2022, Januari 19). Kedudukan Maslahah Mursalah atau Istihlah didalam
Sumber Hukum Islam. Retrieved from 27 Sinar News.com: https://sinar5news.com

Anda mungkin juga menyukai