Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KAIDAH AL-YAQIN LA YUZALU BI AS-SYAK

َّ ‫ا ْل َيقِنُ اَل ُي َزال ُ ِبال‬


‫ش ِّك‬

Dipresentasikan pada Seminar Kelas


Mata Kuliah Qowaidul Fiqiyah
Pada Program Magister (S2)
AHWAL SYAKHSIYAH

Oleh :

HERI AHMADI THAMRIN


NIM 02.21.05.19.004
SEMESTER II

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena keberkahan dan
rahmat-Nya jualah , karya ilmiah ini dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah
direncanakan . kemudian tak luput Shalawat dan salam penulis persembahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga dan sahabatnya yang telah
mempersembahkan Ajaran ilahi dinul Islam sebagai pedoman kita.

Dalam menyusun karya ilmiah ini penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
menggapai kesempurnaan, akan tetapi sebagai manusia biasa tentu tidak akan lepas
dari kesalahan dan kekeliruan , karena itu saran dan kritikan penulis harapakan dari
semua pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan kemudahan, dorongan, petunjuk dan bimbingan
sehingga selesainya Karya Ilmiah ini.

Palu, 9 April 2020

Penulis,

Heri Ahmadi Thamrin


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti kita ketahui, bahwa kaidah fiqhiyyah merupakan kaidah yang mencakup aturan,
bahasan, yang mencakup seluruh bagiannya, dan digunakan oleh ulama sebagai piranti untuk
menginventarisir hukum-hukum yang telah ada. Kaidah fiqhiyyah yang bersifat umum dan
mencakup banyak bab ini juga menjadi acuan manusia untuk mengetahui hukum syar’iyyah.

Dalam kaidah pokok fiqih (al-qawaid al-asassiyyah) ini terdapat lima kaidah asasi yaitu,
pertama segala perkara tergantung kepada niatnya, kedua kesulitan mendatangkan kemudahan,
ketiga keyakinan tidak hilang dengan keraguan, keempat kesulitan harus dihilangkan, dan yang
kelima adat kebiasaan dapat dijadikan pertimbangan.

Dalam makalah kali ini akan membahas tentang kaidah ketiga keyakinan tidak hilang
dengan kemudahan (al-yaqin la yuzalu bi as-syak). Manusia sendiri memiliki perasaan senang-
sedih, optimis-pesimis, dan yang berkaitan dengan masalah ini adalah keyakinan dan keraguan.
Karenanya, keraguan yang menganggu pikiran sebagaimana pesan substansial kaidah ini tidak
akan mampu menggoyahkan status hukum yang telah dimiliki oleh keyakinan.

Kaidah ini menandaskan bahwa hukum yang sudah berlandaskan keyakinan tidak dapat
dipengaruhi oleh keraguan yang timbul kemudian. Rasa ragu yang merupakan unsur eksternal
dan muncul setelah keyakinan tidak akan menghilangkan hukum yakin yang telah ada
sebelumnya. Seseorang yang sebelumnya telah yakin bahwa dia berada dalam kondisi suci
dengan berwudlu misalnya tidak akan hilang hukum kesucianya di sebabkan munculnya
keraguan setelah itu. Karena sebelum keraguan itu timbul, dia telah menyakini keabsahan
thaharah yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah :
1. Apakah definisi dari al-yaqin la yuzalu bi as-syak?
2. Apakah landasan hukum yang mendasari kaidah al-yaqin la yuzalu bi as-syak?
3. Bagaimana turunan dari kaidah al-yaqin la yuzalu bi as-syak?
4. Apa saja contohnya dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Untuk memahami hakikat kaidah al-yaqin la yuzalu bi as-syak dengan pemahaman yang
baik.
2. Untuk mengetahui landasan hukum yang mendasari al-yaqin la yuzalu bi as-syak.
3. Untuk memahami turunan kaidah al-yaqin la yuzalu bi as-syak dan contoh penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
KAIDAH AL-YAQIN LA YUZALU BI AS-SYAK

A. Definisi

1. Al-Yaqin

1.) Menurut kebahasaan berarti: pengetahuan dan tidak ada keraguan didalamnya. Ulama
sepakat dalam mengartikan Al-Yaqin yang artinya pengetahuan dan merupakan
anonim dari Asy-Syakk.
2.) As-Suyuthi menyatakan Al-Yaqin adalah ”sesuatu yang tetap dan pasti yang dapat
dibuktikan melalui penelitian dan menyertakan bukti-bukti yang mendukungnya”.
2. Asy-Syakk
1) Menurut kebahasaan berarti: anonim dari Al-Yaqin. Juga bisa diartikan sesuatu yang
membingungkan.
2) Menurut istilah:
a. Menurut Imam Al-Maqarri Asy-Syakk adalah ”sesuatu yang tidak menentu
(meragukan) antara ada atau tidak ada”.1

Sedangkan yang dimaksud tidak hilang” (La yuzhalu) bukan berarti keyakinan itu
sendiri yang sirna, sebab hal itu mustahil terjadi melainkan hukum yang telah
terbangun berdasarkan keyakinan itulah yang tidak akan hilang.2

Jadi kesimpulannya, definisi al-yaqin la yuzalu bi as-syak adalah apabila seseorang


telah meyakini sesuatu perkara maka yang telah diyakini ini tidak dapat dihilangkan
dengan yang keraguan. 3

B.  Landasan Hukum

1 Ailif Pardianzyah, “Makalah Al Yakin La Yuzalu Bi Syak”, Slideshare,


http://www.slideshare.net/ailifpardianzyah/makalah-al-yakin-la-yuzalu-bi-syak?related=1, 28 Oktober 2014 pukul
16:15
2 Dede Imas Masruroh, “Kaidah Al-Yaqin La Yuzalu bi Al-Syak”, Rusunawa blog pendidikan dan pendidikan,
http://rusunawablog.wordpress.com/2014/04/23/kaidah-al-yaqin-la-yuzalu-bi-al-syak/, 30 Oktober 2014 pukul
11:04
3 A. Mu’in dkk, Ushul Fiqh II, Jakarta, Departemen Agama, 1986, hlm 195
1. Al Quran

Pondasi terbangunnya kaidah ini adalah firman Allah Swt. Dalam QS. Yunus : 36 `yang
berbunyi

ِّ ‫َو َما يَتَّبِ ُع أَ ْكثَ ُرهُ ْم إِاَّل ظَنًّا ۚ إِ َّن الظَّ َّن اَل يُ ْغنِي ِمنَ ْال َح‬
َ‫ق َش ْيئًا ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم بِ َما يَ ْف َعلُون‬

“Kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka saja sesungguhnya prasangka


tidak akan mengantarkan kebenaran sedikitpun.”
Ayat ini pada mulanya meyoroti karakter orang-orang musyrikyang seringkali
berpegang pada prasangka yang tidak bisa dibuktikan kebenaranya. Terhadap tuhan yang
mesti disembah pun mereka cenderung berimajinasi pada benda-benda mati yang dlam
presepsi mereka dapat memberi jaminan keselamatan dan kelangsungan hidup. Dengan
hal ini Allah swt. Memberi penegasan akan hal yang mesti dijadikan pijakan berfikir dan
bertindak; yakni yang jelas-jelas dapat menunjukan pada kebenaran, bukan yang masih
diragukan. Karena walau bagaimanpun, hal yang masih dalam keraguan atau masih
menjadi tanda tanya tidak dapat disejajarkan dengan keyakinan.

2. Hadits

ْ َ‫ ُد ُك ْم فِي ب‬j‫ َد أَ َح‬j‫لَّ َم إِ َذا َو َج‬j‫ ِه َو َس‬j‫لَّى هَّللا َعلَ ْي‬j‫ص‬


‫ ْيئًا‬j‫ ِه َش‬jِ‫طن‬ َ َ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ ق‬
َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫صوْ تًا أَوْ يَ ِج َد ِريحًا‬
َ ‫ُج َّن ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد َحتَّى يَ ْس َم َع‬
َ ‫فَأ َ ْش َك َل َعلَ ْي ِه أَخَ َر َج ِم ْنهُ َش ْي ٌء أَ ْم اَل فَاَل يَ ْخر‬
Dari Abu Hurairah berkata : Rosululloh bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian
merasakan sesuatu dalam perutnya, lalu dia kesulitan menetukan apakah sudah keluar
sesuatu (kentut) ataukah belum, maka jangan membatalkan sholatnya sampai dia
mendengar suara atau mencium bau.” (HR. Muslim).
‫اَل تِ ِه‬jj‫ص‬ َ ‫ك أَ َح ُد ُك ْم فِي‬ َّ ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َش‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ك َو ْليَب ِْن َعلَى َما ا ْستَ ْيقَنَ ثُ َّم يَ ْس ُج ُد َسجْ َدتَ ْي ِن قَ ْب َل‬ ْ
َّ ‫ح ال َّش‬ِ ‫صلَّى ثَاَل ثًا أَ ْم أَرْ بَعًا فَ ْليَط َر‬
َ ‫فَلَ ْم يَ ْد ِر َك ْم‬
‫ا‬jj‫ا تَرْ ِغي ًم‬jjَ‫صلَّى إِ ْت َما ًما أِل َرْ بَ ٍع َكانَت‬ َ َ‫أَ ْن يُ َسلِّ َم فَإ ِ ْن َكان‬
َ ُ‫صلَّى خَ ْمسًا َشفَ ْعنَ لَه‬
َ َ‫صاَل تَهُ َوإِ ْن َكان‬
ِ َ‫لِل َّش ْيط‬
‫ان‬
“Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata : Rosululloh bersabda : “Apabila salah seorang
diantara kalian ragu-ragu dalam shalatnya, sehingga tidak mengetahui sudah berapa
rakaatkah dia mengerjakan shalat, maka hendaklah dia membuang keraguan dan
lakukanlah yang dia yakni kemudian dia sujud dua kali sebelum salam, kalau ternyata dia
itu shalat lima rakaat maka kedua sujud itu bisa menggenapkan shalatnya, dan jikalau
ternyata shalatnya sudah sempurna maka kedua sujud itu bisa membuat jengkel setan.”
(HR. Muslim)4

C. Turunan Kaidah

3.
ْ َ ‫اأْل‬
‫ص ُل بَقَا ُء َما َكانَ َعلَى َما َكا‬
“Menurut dasar yang asli memberlakukan keadaan semula atas keadaan yang
ada sekarang”
Contoh :
a. Ketika bulan ramadhan seseorang ragu pada saat makan sahur apakah sudah
memasuki waktu fajar atau belum. Puasa orang tersebut pada pagi harinya dihukumi
sah. Karena dasar aslinya keadaan waktunya masih malam, bukan waktu fajar.
b. Pembeli radio menggugat kepada penjual karena radio yang dibeli dari penjual
tersebut pada saat dirumah tidak dapat digunakan. Gugatan pembeli dikalahkan
karena menurut asalnya radio yang dijual ditetapkan dalm keadaan baik.
2.
ْ َ ‫اأْل‬
ِّ ُ‫ص ُل بَ َرا َءة‬
‫الذ َّمة‬
4 Ailif Pardianzyah, “Makalah Al Yakin La Yuzalu Bi Syak”, Slideshare,
http://www.slideshare.net/ailifpardianzyah/makalah-al-yakin-la-yuzalu-bi-syak?related=1, 28 Oktober 2014 pukul
16:15
“Menurut dasar yang asli tiada tanggung jawab”
Contoh :
a. Jika ada orang yang memberi hadiah kepada orang lain namun dengan persyaratan,
dan ada perselisihan tentang persyaratan/penggantian tersebut, maka yang
dibenarkan adalah perkataan yang menerima hadiah.
b. Dalam hal kerusakan barang, dan terjadi perbedaan nilai kerusakan barang itu maka
yang dimenangkan adalah orang yang dirugikan. Sebab menurut asalnya ia tidak
dibebani tanggungan tambahan.
3.
ْ َ ‫اأْل‬
‫ص ُل ا ْل َعدم‬
“Menurut dasar yang asli ketiadaan sesuatu”
Contoh :
a. Orang yang berhutang kepada orang lain, telah mengaku membayar hutangnya
dengan pengakuannya sendiri. Sedangkan orang yang menghutangi tidak mengakui
pengakuan tersebut. Maka dalam perselisihan ini dimenangkan oleh orang yang
menghutangi karena belum adanya pembayaran hutang yang meyakinkan dan
pengakuan pembayaran hutang masih diragukan.
b. Dalam kasus mudharabah, orang yang menjalankan modal orang lain melaporkan
belum mendapat keuntungan. Maka laporan itu, dibenarkan karena sejak diadakan
akad mudharabah belum ada keuntungsn. Dalam hal ini, belum memperoleh
keuntungan adalah nyata sedangkan keuntungan yang diharapkan belum pasti.
4.
‫احةُ َحتَّى يَ ُد ُّل ال َّدلِي ُل َعلَى الت َّْح ِريم‬ ْ َ ‫ص ُل فِي اأْل‬
َ َ‫شيَا ِء اإْل ِ ب‬ ْ َ ‫اأْل‬
“Asal sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang menunjuk keharamannya”.
Contoh :
a. Binatang yang susah ditentukan keharamannya karena tidak terdapat sifat dan ciri
keharaman, maka binatang itu halal dimakan. Misalnya binatang jerapah dan gajah.
5.
ِ ‫ث تَقَ ِّد ُرهُ بِأ َ ْق َربِال َّز َم‬
‫أن‬ ْ َ ‫اأْل‬
ِ ‫ص ُل فِي ُك ِّل َحا ِد‬
“Asal setiap peristiwa penetapannya menurut masa yang terdekat dengan
kejadiannya”
Contoh :
a. Seseorang mengambil wudhu di sumur, beberapa hari kemudian diketahui di dalam
sumur ada bangkai tikus, sehingga menjadikan keraguan. Dalam masalah ini, ia tidak
wajib mengganti shalat yang sudah dikerjakannya.
b. Seorang dokter mengoperasi pasien, operasi tersebut berhasil. Tetapi beberapa hari
kemudian, pasien tersebut meninggal. Dalam persoalan ini, dokter tidak dapat
diminta pertanggungjawaban kematien pasien karena ada kemungkinan kematiannya
ada hal lain yang mendekati peristiwa kematian.
6.
‫من شك افعل شيأ ام ال فاالصل انه‬
‫ لم يفعله‬apakah ia mengerjakan
“Barang siapa ragu-ragu sesuatu atau tidak, maka
menurut asalnya ia dianggap tidak melakukannya.”
Contoh :
a. Seseorang yang shalat dan ragu apakah ia sudah mengerjakan I’tidal atau belum.
Maka, shalatnya harus diulang karena dianggap tidak mengerjakan.
7.
‫من تيقن الفعل وشك في القليل اوالكثير حمل على القليل النهالمتيقن‬
“Barang siapa meyakinkan berbuat dan meragukan tentang banyak atau
sedikitnya, maka dibawanya kepada yang sedikit.”
Contoh :
a. Debitur yang berkewajiban mengangsur uang yang telah disetorkan kepada kreditur
apakah sudah 5 atau 6 kali maka dianggap baru mengangsur 5 kali. Karena yang
sedikit itulah yang sudah diyakini kepastiannya.
8.
ْ َ ‫اأْل‬
‫ص ُل فِي ا ْلكَاَل ِم ا ْل َحقِيقَة‬
“Menurut dasar yang asli dalam pembicaraan adalah yang hakiki.”
Contoh :
a. Si A bersumpah tidak akan membeli barang kepada si B, namun si A menyuruh si C
untuk membeli barang kepada si B. kejadian seperti itu tidak dapat dikatakan
melanggar sumpah.
b. Ketika seseorang telah mengatakan memberikan rumah kepada orang lain, arti
hakikat dari kata memberikan ialah memindahkan hak kepemillikan. Jika sang
pemberi rumah tersebut mengelak pemindahan hak milik dan dia menganggap rumah
tersebut hanya untuk ditempati. Maka, perkataan pemberi rumah tersebut tidak
dianggap atau tidak dihiraukan.5

BAB III

5 Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam, Bandung, Al-Ma’arif, 1986, hlm
497-503
PENUTUP

Kesimpulan
1. Al Yaqinu la Yuzalu Bi al-Syak (Keyakinan tidak bisa dihapus dengan
keraguan) memiliki dua kata dasar yang utama yakni al-Yaqin yang
berarti pengetahuan dan tidak ada keraguan didalamnya, sedangkan
al-Syakk bisa diartikan sesuatu yang membingungkan. Sedangkan
Macam-macam Kaidah Cabang Al Yaqinu La Yuzalu Bi al-Syak dibagi
menjadi sebagai berikut :
َ ‫ضص))) ُل َبق)))ا ُء َما َك)))ا َن َعلَى َما َك‬
1. ‫)))ان‬ ْ ‫( اأْل‬Asal itu tetap sebagaimana semula
bagaimanapun keberadaannya)
2. ‫( أْل َصْ ُل َب َر َءةُ ال ِذ َّم ِة‬Hukum asal adalah bebasnya seseorang dari tanggung
jawab)
3. ‫( اأْل َصْ ُل ْال َع َد ُم‬Hukum asal adalah ketiadaan)
4. ‫أن‬ ِ ‫الز َم‬ ِ ‫( اأْل َصْ ُل فِي ُك ِّل َحا ِد‬Asal setiap kejadian dilihat dari waktu
َّ ‫ث َت َق ِّد ُرهُ ِبأ َ ْق َر ِب‬
yang terdekat)
5. ‫اح ُة َح َّتى َي ُد َّل ال َّدلِ ْي ُل َع َلى ال َّتحْ ِري ِْم‬ َ ‫( اأْل َصْ ُل فِي اأْل َ ْش َيا ِء اإْل ِ َب‬Hukum asal segala sesuatu
adalah kebolehan sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya)
ٍ ‫ْن اَل يُرْ َت َف) ُع إِاَّل َي ِقي‬
6. ‫ْن‬ ٍ ‫ت َي ِقي‬ َ ‫( أَنْ َما َث َب‬Apa yang ditetapkan atas dasar keyakinan
tidak bisa hilang kecuali dengan keyakinan lagi)
َ ‫( اأْل َصْ ُل فِي ْال َكاَل ِم‬Hukum asal dari suatu kalimat adalah arti yang
7. ‫الحقِ ْي َق ُة‬
sebenarnya)
DAFTAR PUSTAKA

http://achmedsyauqie.blogspot.com/2017/09/metodepenetapan-hukum-di-majelis-
tarjih.html al ‘Asqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar, 2003. Bulughul Marom min
Adillatil Ahkam. tahqiq, Samir bin ‘Amir az Zuhairi, cet 7.
Rifai.Moh, Fiqh, (Semarang: CV. Wicaksana, 2003),
Hasan Ali, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003)
Jaih Mubarok, Ijtihad Kemanusiaan, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy,2005.
http://achmedsyauqie.blogspot.com/2017/09/metodepenetapan-hukum-di-majelis-
tarjih.html
Perpustakaan Nasional RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya

Anda mungkin juga menyukai