B4ZWR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu WaTa’ala, yang telah melimpahkan
Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah Kaedah Kulliyyah Kubro Kedua Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk ini. Sholawat
serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga, para sahabat dan kita semua para umatnya sampai akhir zaman.
Penyusunan makalah ini kami buat sebagai tugas mata kuliah Qowaid Fiqhiyah dalam
penyusunan makalah ini kami lakukan semaksimal mungkin dengan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber,terutama narasunber yang sudah bersedia untuk di wawancarai sehingga
bisa memudahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek
lainnya. Maka dari itu, kami menerima kritik dan saran dari para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
bias bermanfaat bagi saya dan para pembaca Terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................... 3
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah kali ini akan membahas tentang kaidah kedua keyakinan tidak
hilang dengan kemudahan (al-yaqin la yuzalu bi as-syak). Manusia sendiri memiliki
perasaan senang-sedih, optimis-pesimis, dan yang berkaitan dengan masalah ini adalah
keyakinan dan keraguan.Karenanya, keraguan yang menganggu pikiran sebagaimana
pesan substansial kaidah ini tidakakan mampu menggoyahkan status hukum yang telah
dimiliki oleh keyakinan.
Didalam kaidah fiqhiyah Al Yaqinu La Yuzalu bi Shakki yang artinya keyakinan
itu tidak bisa dihilangkan dengan adanya keraguan. Yang dimaksud yakin dalam kaidah
ini adalah tercapainya kemantapan hati pada satu objek hukum yang telah dikerjakan,
baik kemantapan itu sudah mencapai kadar pengetahuan yang mantap atau presepsi kuat
(Zann). Jadi bukanlah sebuah kemantapan hati yang disertai dengan keraguan saat
melaksanakan pekerjaan, karena hal itu tidak kategori yakin. Alasan mendasar
menganggap kebimbangan tidak bisa menghilangkan keyakinan adalah karena posisi
keraguan (Shakk) dianggap lebih lemah dari pada keyakinan. Keyakinan hanya bisa
hilang bila telah ada sebab-sebab pasti yang mampu menghilangkan nilai-nilai dasar
keyakinan.
Kekhawatiran atau keraguan tersebut bisa dihilangkan dengan adanya keyakinan
tidak pernah menyusui orang lain selain anaknya. Dasar dari kaidah ini adalah "apabila
salah satu dari kalian menemukan sesuatu di dalam perut, kemudian diragukan
karenanya apakah keluar sesuatu atau tidak, maka jangan keluar dr masjid atau
membatalkan shalat sehingga mendengar suara atau mencium bau (aroma)." (HR.
Muslim dan Abu Hurairah)1
Kaidah ini menandaskan bahwa hukum yang sudah berlandaskan keyakinan tidak
dapatdipengaruhi oleh keraguan yang timbul kemudian. Rasa ragu yang merupakan
unsur eksternaldan muncul setelah keyakinan tidak akan menghilangkan hukum yakin
yang telah adasebelumnya. Seseorang yang sebelumnya telah yakin bahwa dia berada
dalam kondisi sucidengan berwudlu misalnya tidak akan hilang hukum kesucianya di
1
H. M. Yahya Khusnan Manshur, Ulasan Nadham Qowaidul Fiqhiyah, (Jombang : PUSTAKA AL
MUHIBBIN, 2011), hal: 18.
1
sebabkan munculnyakeraguan setelah itu. Karena sebelum keraguan itu timbul, dia telah
menyakini keabsahanthaharah yang telah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk ?
2. Apa saja dasar hukum Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk ?
3. Apa saja kaidah-kaidah turunan Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk.
2. Untuk mengetahui Apa saja dasar hukum Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk.
3. Untuk mengetahui apa saja kaidah-kaidah turunan Al-Yaqin La Yuzalu Bi As-Syakk.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya : “suatu keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan adanya suatu keraguan
(syak)”
Kaidah ini disimpulkan berdasarkan hadits :
ُعلَى مااستيقن َّ صلَّى أثَلثاأم ُأْ ْربَعَُا َفلَيَ ْط َرحُ ال
ُِ شتْلَةُ َوُلَيَب
َ ْن َ إذاشك أَ َحدَّك ُْم فِي ِص ََلتِ ُِه َفلَ ُْم يَد ْرك ُْم
Artinya: “jika salah seorang ragu-ragu diantara kamu dalam mengerjakan
shalat dan tidak tau berapa reka'at itu, apakah yang telah mengerjakan tiga atau
empat raka'at maka hendaklah menghilangkan keraguan itu dan tetap dengan apa
yang diyakini. (HR.Muslim ra)”
• Al Yaqin
Adapun yang dimaksud dengan "yakin" adalah :
ُظ ُِر أَ ُِو الدَّليل
َ َّه َُو َما كَانَُ ثَابِتَا بِالن
Artinya: “sesuatu yang menjadi mantap karena pandangan atau dengan
adanya dalil.”2
Menurut istilahnya :
a. Al Ghozali menegaskan bahwa Al Yaqin adalah kemantapan hati untuk
membenarkan sebuah objek hukum yang benar.
b. As Suyuthi mengatakan bahwa Al Yaqin adalah sesuatu yang tetap dan pasti
yang telah dibuktikan melalui penelitian dan menyertakan bukti-bukti yang
mendukungnya.
Jadi Al Yaqin sendiri adalah sesuatu yang pasti. Maka, sudah dipastikan
bahwa sesuatu yang pasti itu lebih kuat kedudukannya daripada yang
meragukan dan membingungkan karena sesuatu yang pasti bersifat tetap dan
bisa dibuktikan dengan alat bukti yang sah, sedangkan sesuatu yang meragukan
dan membingungkan dan penuh dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi dikemudian hari dan jika ada keragu-raguan maka tidak bisa
menghapuskan sesuatu yang pasti.
2
Dr. H. Yasin, M.Ag, Qawaid Fiqhiyah, (Kudus: Dipa STAIN Kudus, 2009) hal: 61
3
• Syakk
Yang dimaksud dengan syak adalah :
ُطُأ َ دونَُ تَ ْر ِجيح
َ اب َوا ْل َخ
َُ عدَمِ ُِه َم َُع تساوىطرفى الص ََّو ُِ َان مترددابين الثُّبو
َ ت َو َ أ َ َحدَّه َما
ُِ علَى ْاْل َخ ُِر ه َُو َماك
Artinya : “sesuatu yang berada antara ketetapan dan ketidak tetapan
dimana hal tersebut berada dalam posisi yang sama antara batas kebenaran
dan kesalahan, tanpa dapat dikuatkan salah satunya.”
Secara Istilah, menurut Imam Al-Jurjani Asy-Syakk adalah sesuatu yang
tidak menentu (meragukan) antara sesuatu yang saling berlawanan, tanpa dapat
dimengerti.
Jadi maksud kaidah ini adalah: Apabila seseorang telah meyakini suatu
perkara, maka yang telah diyakininya itu tidak dapat dihilangkan dengan
keraguan, sedang arti keraguan (syak) adalah persamaan antara dua hal yang
saling bertentangan sehingga menjadi bagian neraca (timbangan) yang
seimbang.
Jika seseorang yang yakin telah wudhu kemudian datang, keraguan
apakah ia berhadats? dalam hal ini ditetapkan hukum yang telah diyakini yakini
masih ada wudhu dan belum berhadats.
Contoh lain: Apabila orang yang yakin telah terkena najis jilatan anjing,
kemudian ia ragu apakah ia telah mencucinya dengan debu atau belum, dalam
hal ini ditetapkan belum mencuci dengan debu, karena yang diyakini adalah
najis.3
3
Ibid, hal :62
4
Al-qur’an Surat Yunus: 36
4
sudah berapa rakaatkah ia mengerjakan shalat, maka hendaklah ia membuang
keraguan dan lakukanlah sujud dua kali sebelum salam, jika ternyata shalatnya
itu lima rakaat maka kedua sujud itu bisa menggenapkan shalatnya, dan jikalau
ternyata shalatnya sudah sempurna maka kedua sujud itu bisa membuat jengkel
setan." (HR. Muslim)
5
yang ditetapkan pada masa yang telah lewat sampai ada hukum lain yang
merubahnya, karena apa yang telah ada lebih dapat diyakini.
Diantara contoh furu'iyyahnya ialah :
➢ Dalam lapangan ibadah
a. jika seorang telah berwudhu kemudian datang keraguan dalam hatinya,
barangkali telah berhadats, maka dalam keadaan ini, ditetapkan sebagai
hukum yang telah ditetapkan sebelum datang keraguan, yaitu masih ada
wudhu (belum berhadats) atau orang tersebut masih dalam keadaan
berwudhu.
b. Seseorang makan sahur di akhir malam dengan dicekam rasa ragu-ragu,
apakah waktu fajar sudah terbit. Puasa orang tersebut hukumnya sah.
Sebab menurut dasar yang asli diberlakukan keadaan waktunya masih
malam, bukan waktu fajar.
c. Seterusnya bila berbuka puasa di masa-masa menjelang maghrib dengan
dihinggapi keraguan barang kali matahari belum terbenam, maka batalah
puasanya. Lantaran waktu yang ditetapkan berlaku adalah sebelum
maghrib itu.
ِ ت تَ ْق
4. ُدير ُِه باقرب ز ِم ْنه َ ْاْلَصْلُ ِفي ك ُِل ح
ُِ َاال
Artinya: “Asal setiap peristiwa penetapanya menurut masa yang terdekat
dengan kejadianya”.
Contoh :
Seseorang yang mengambil air wudhu untuk melakukan shalat dari suatu
sumur. Beberapa hari kemudian diketahuinya bahwa didalam sumur tersebut
terdapat bangkai tikus, sehingga menimbulkan keraguan-keraguannya perihal
wudhu dan shalat yang telah dikerjakan beberapa hari yang lalu. Dalam masalah
yang demikian itu ia tidak wajib mengqadha' shalat yang sudah dikerjakanya.
Masa yang terdekat sejak dari peristiwa di ketahuinya bangkai tikus itulah yang
dijadikan titik tolak untuk menetapkan kenajisan air yang mengakibatkan tidak
sahnya shalat dan mengharuskan untuk mengqhada'nya. Kecuali kalau ia yakin
5
Prof Dr. Mukhtar Yahya Dan Prof.Drs.Fatchurrahman, Dasar dasar Pembinaan Hukum Figh
Islam, (Bandung: PT.AL-MA'ARIF, 1986) .Hal: 500
7
bahwa bangkai itu sudah lama berada dildalam sumur sebelum ia melakuakan
shalatnya atas adanya bukti-bukti yang meyakinkan. Jika demikian air yang di
pergunakan berwudhu itu adalah air mutanajis, sehingga shalat yang ia kerjakan
harus di qadha’.
6
Dr. H. Yasin, M.Ag, Qawaid Fiqhiyah, (Kudus: Dipa STAIN Kudus, 2009) hal: 68
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah kami diatas yang berjudul Al Yaqinu La Yuzalu Bi
Syakk, maka dapat disimpulkan Al Yaqin merupakan sesuatu yang pasti dan tetap,
sebab adanya penglihatan dan bukti (dalil). Sedangkan, Syakk yaitu menurut bahasa
adalah sesuatu yang membingungkan, keraguan atau kebimbangan diantara segi yang
salah atau segi yang benar karena sama-sama kuat. Dasar hukum اليقين اليزال بالشكyaitu
terdapat di al-qur’an surat Yunus ayat 36 dan sabda Rasulullah SAW.
Selain itu, terdapat juga kaidah-kaidah turunan dalam Al Yaqinu La Yuzalu Bi
Syakk diantaranya :
ِ ْاْلَصْلُ ِب َرانَ ُِة
1. الذ َّم ُِة
3. ُص ِلْ َ علَى الدَّلي ُِل يَ ِد ُُّل َحتَّاالشياء ْاْلبَاح َُةَ فِي ْاْل ِ َت
َ ُحْريم
4. دير ُِه باقرب ز مِ ْن ُه ِ ت ت َ ْق َ ْاْلَصْلُ فِي ك ُِل ح
ُِ َاال
5. ُشيْئا أَ ُْم َُال فاالصل أَنَّهُ لَ ُْم يَ ْفعَ ْله
َ ن شَكُِ أَ َفعَ ُِل
ُْ ِم
B. Saran
Kami sebagai penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah. Semoga pembaca lebih memahami
tentang penyajian pembahasan ini serta penulis dapat lebih baik kedepannya dalam
pembuatan makalah.
9
DAFTAR PUSTAKA
10