Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

IMAM MADZHAB DALAM AHLUSSUNAH WAL JAMAAH

Nama kelompok :

1. Dewi Fitriani (406220002)


2. Yulia Afifa Rahman (406220012)
3. Febby Restu Anggita (406220029)
4. Lulu`ul Munawaroh (406220035)
5. Muh. Khusnul Marom (406220036)
6. M.Mualimin (406220037)
7. Abel Novelia (406220038)
8. Eliza Wulan Nur Oktaviana (406220044)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERKANTORAN


FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL
INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA PEKALONGAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Imam Madzhab dalam
Ahlussunah Wal jamaah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Agama Islam & Ke-Nu-an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Imam Madzhab dalam Ahlussunah Wal jamaah” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imronuddin selaku dosen mata
kuliah Agama Islam & Ke-Nu-an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Pekalongan, 28 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Pengertian Dan Peran Imam Mahzhab.............................................................. 3
B. Pengaruh Pemikiran Keagamaan ASWAJA...................................................... 3
C. Pandangan ASWAJA Dalam Perbedaan Mahzhab........................................... 4
D. Konsekuensi Memilih Salah Satu Mahzhab...................................................... 5
BAB III PENUTUP................................................................................................. 6
A. Kesimpulan........................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imam madzhab adalah tokoh-tokoh pemikir dan ulama yang dikenal dalam
Ahlussunnah waljamaah sebagai pengembang dan penjaga tradisi keilmuan Islam.
Mereka adalah orang-orang yang ahli dalam memahami dan mengajarkan hukum
Islam, baik yang bersumber dari Al-Quran, hadis, ataupun akal sehat. Dalam sejarah
perkembangan Islam, terdapat empat Imam madzhab yang paling dikenal, yaitu Imam
Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Abu Hanifah (700-767 M) adalah pendiri mazhab Hanafi yang
berkembang di Asia Tengah dan India. Ia dikenal sebagai ulama yang cerdas dan luas
pengetahuannya. Beliau banyak memberikan fatwa dan menyelesaikan masalah
hukum Islam dalam bentuk risalah yang masih banyak digunakan hingga saat ini.
Imam Malik (711-795 M) adalah pendiri mazhab Maliki yang berkembang di Afrika
Utara dan Timur Tengah. Ia adalah seorang ahli dalam hadis dan mempunyai keahlian
dalam bidang fiqh.
Imam Syafi’i (767-820 M) adalah pendiri mazhab Syafi’i yang berkembang di
Indonesia, Malaysia, dan sebagian Asia Tenggara. Ia dikenal sebagai seorang ahli
dalam ilmu hadis dan berkontribusi besar dalam bidang ilmu ushul fiqh. Imam Ahmad
bin Hanbal (780-855 M) adalah pendiri mazhab Hanbali yang berkembang di Arab
Saudi dan sekitarnya. Ia adalah seorang ahli dalam ilmu hadis dan pernah mengalami
masa penjara karena menolak mempertahankan ajaran yang bertentangan dengan Al-
Quran dan hadis.
Keempat Imam madzhab tersebut dipandang sebagai tokoh-tokoh ulama yang
mempunyai otoritas dalam menentukan hukum Islam, namun pendapat mereka tidak
bersifat mutlak dan terbuka untuk ditinjau ulang oleh ulama lainnya. Dalam
Ahlussunnah waljamaah, pemahaman hukum Islam yang berbeda-beda dari keempat
madzhab tersebut diakui keberadaannya sebagai upaya menginterpretasikan hukum
Islam dalam berbagai situasi dan konteks yang berbeda.
Para imam madzhab ini dikenal sebagai ahli fikih dan ushul fiqh yang
memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam memahami dan menafsirkan ajaran
islam. Karya-karya mereka dalam bentuk kitab-kitab riqh dan ushul fiwh menjadi
rujukan utama dalam pemahaman dan aplikasi hukum islam. Namun,meskipun para
imam madzhab ini memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa masalah fiwh,
namun merreka tetap memiliki kesamaan dalam pemahaman aqidah dan keyakinan
dasar dalam islam.

iv
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu imam madzhab dan apa peran mereka dalam ahlusunnah waljamaah?
2. Bagaimana imam madzhab mempengaruhi pemikiran dan praktik keagamaan
dalam ahlusunnah waljamaah?
3. Bagaimana pandangan ahlusunnah waljamaah terhadap perbedaan pendapat di
antara imam madzhab?
4. Apakah ada konsekuensi praktis dalam mengikuti salah satu madzhab dalam
ahlusunnah waljamaah?
5. Bagaimana pandangan ahlusunnah waljamaah terhadap pengembangan dan
evolusi hukum Islam di luar kerangka imam madzhab?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui peran imam madzhab dalam ahlussunnah waljamaah.


2. Dapat mengetahui imam madzhab mempengaruhi pemikiran dan praktik
keagamaan dalam ahlusunnah waljamaah.
3. Dapat mengetahui pandangan ahlusunnah waljamaah terhadap perbedaan
pendapat di antara imam madzhab.
4. Dapat mengetahui adanya konsekuensi praktis dalam mengikuti salah satu
madzhab dalam ahlusunnah waljamaah
5. Dapat mengetahui pandangan ahlusunnah waljamaah terhadap pengembangan
dan evolusi hukum Islam di luar kerangka imam madzhab.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Peran Imam Madzhab


Imam madzhab adalah para ulama besar dalam sejarah Islam yang
mengembangkan metode dan prinsip-prinsip dalam memahami dan menerapkan
hukum Islam berdasarkan sumber-sumber utama seperti Al-Quran, hadis, dan akal
sehat. Ada empat imam madzhab utama dalam Sunni, yaitu Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Al-Shafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Peran utama dari imam madzhab dalam ahlusunnah waljamaah adalah untuk
memberikan pedoman dan pemahaman dalam menafsirkan hukum Islam dan
mengatasi masalah yang kompleks yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, mereka membantu menjaga kesatuan umat Islam dalam menerapkan hukum
Islam yang sama di seluruh dunia.
Selain itu, imam madzhab juga berperan sebagai penjaga tradisi keilmuan dan
spiritualitas Islam. Mereka memegang peran penting dalam mengembangkan
pengetahuan dan pemikiran Islam, yang kemudian diwariskan dan diteruskan oleh
para ulama setelah mereka.
Namun demikian, pengikut ahlusunnah waljamaah juga diinstruksikan untuk
tidak terlalu fanatik dalam mengikuti satu imam madzhab tertentu, dan dianjurkan
untuk mempelajari dan memahami pandangan-pandangan imam madzhab lainnya.
Hal ini membantu menjaga fleksibilitas dan keterbukaan dalam berpikir dan
mengambil keputusan dalam berbagai masalah keagamaan.
B. Imam Madzhab Mempengaruhi Pemikiran Dan Praktik Keagamaan Dalam
Ahlusunnah Waljamaah

Imam madzhab atau tokoh-tokoh ulama yang dikenal sebagai pendiri empat
madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali) memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam pemikiran dan praktik keagamaan dalam ahlusunnah waljamaah. Berikut
adalah beberapa contoh bagaimana pengaruh mereka tercermin dalam pemikiran dan
praktik keagamaan:
1. Metodologi Fiqih: Imam-imam madzhab dikenal karena metodologi fiqih yang
mereka kembangkan untuk memahami hukum Islam. Metodologi ini terdiri
dari prinsip-prinsip, metode-metode dan kaidah-kaidah yang digunakan untuk
menafsirkan sumber-sumber hukum Islam seperti Al-Quran dan Hadis.
Pemahaman yang sistematis dan metodis ini menjadi landasan penting bagi
pemikiran dan praktik keagamaan dalam ahlusunnah waljamaah.
2. Penyebaran Ajaran Islam: Imam-imam madzhab juga memainkan peran
penting dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah-wilayah di mana mereka

vi
bermukim. Mereka membimbing dan mengajarkan umat Islam tentang
praktek-praktek keagamaan seperti shalat, zakat, puasa, dan haji. Selain itu,
mereka juga memberikan fatwa untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan
keagamaan yang timbul dalam masyarakat.
3. Pembentukan Identitas Keagamaan: Imam-imam madzhab juga berperan
dalam membentuk identitas keagamaan bagi umat Islam. Dalam banyak kasus,
pengikut-pengikut mereka memandang diri mereka sebagai "pengikut" salah
satu dari empat madzhab. Hal ini membantu mengkonsolidasikan umat Islam
di sekitar suatu identitas keagamaan yang khas.
4. Konservatisme: Salah satu ciri utama pemikiran dan praktik keagamaan
dalam ahlusunnah waljamaah adalah konservatisme dalam menjaga tradisi dan
nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Imam-imam
madzhab berperan dalam mempertahankan tradisi-tradisi keagamaan dan
memastikan bahwa praktek-praktek keagamaan dijaga agar tetap sesuai
dengan ajaran Islam yang murni.
5. Keragaman: Meskipun Imam-imam madzhab memiliki perbedaan pandangan
dan interpretasi terhadap sumber-sumber hukum Islam, mereka tetap
mendorong keragaman pemikiran dan praktik keagamaan dalam ahlusunnah
waljamaah. Pemikiran-pemikiran mereka menjadi dasar bagi berbagai macam
pandangan dan praktik keagamaan yang berbeda dalam ahlusunnah
waljamaah.
Secara keseluruhan, pengaruh Imam-imam madzhab dalam pemikiran dan
praktik keagamaan dalam ahlusunnah waljamaah sangat besar dan masih dapat
dirasakan hingga saat ini. Meskipun dalam beberapa kasus, ada perbedaan pandangan
atau interpretasi antara satu madzhab dengan madzhab yang lain, namun pandangan-
pandangan tersebut tetap dihormati dan diterima sebagai bagian
C. Pandangan Ahlusunnah Waljamaah Terhadap Perbedaan Pendapat Di Antara
Imam Madzhab

Ahlusunnah waljamaah memiliki pandangan yang sangat toleran terhadap


perbedaan pendapat di antara imam madzhab. Dalam pandangan ahlusunnah
waljamaah, perbedaan pendapat dalam masalah fiqih di antara imam madzhab tidak
dianggap sebagai sesuatu yang negatif atau merugikan. Sebaliknya, perbedaan
pendapat ini dianggap sebagai suatu kekayaan intelektual dan warisan berharga dari
para ulama Islam.
Ahlusunnah waljamaah percaya bahwa Imam-imam madzhab memiliki
pandangan yang berbeda dalam memahami sumber-sumber hukum Islam seperti Al-
Quran dan Hadis. Hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang, pengalaman, dan
konteks sosial yang berbeda-beda di antara mereka. Oleh karena itu, ahlusunnah
waljamaah menegaskan bahwa perbedaan pendapat dalam masalah fiqih di antara
imam madzhab adalah sesuatu yang wajar dan dapat diterima.

Lebih dari itu, ahlusunnah waljamaah percaya bahwa perbedaan pendapat


dalam masalah fiqih di antara imam madzhab juga dapat memperkaya pemahaman

vii
kita tentang hukum Islam. Dalam pandangan ahlusunnah waljamaah, tidak ada satu
madzhab yang dapat dianggap sebagai yang benar atau yang salah secara mutlak.
Oleh karena itu, ahlusunnah waljamaah mendorong para ulama untuk berdiskusi dan
berdebat secara terbuka dan jujur dalam memahami hukum Islam.
Dalam praktiknya, ahlusunnah waljamaah mengambil pendekatan yang sangat
fleksibel dan toleran terhadap perbedaan pendapat dalam masalah fiqih di antara
imam madzhab. Para ulama dan pengikut ahlusunnah waljamaah diberikan kebebasan
untuk memilih dan mengikuti madzhab yang mereka anggap paling sesuai dengan
konteks sosial dan budaya mereka. Namun, pada saat yang sama, mereka juga
diharapkan untuk menghormati pandangan ulama dan pengikut madzhab lainnya.
Dalam kesimpulannya, ahlusunnah waljamaah memiliki pandangan yang
sangat toleran terhadap perbedaan pendapat dalam masalah fiqih di antara imam
madzhab. Mereka percaya bahwa perbedaan pendapat ini adalah kekayaan intelektual
dan warisan berharga dari para ulama Islam. Oleh karena itu, ahlusunnah waljamaah
mendorong para ulama untuk berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan jujur dalam
memahami hukum Islam, dan juga memperbolehkan pengikut untuk memilih dan
mengikuti madzhab yang mereka anggap paling sesuai dengan konteks sosial dan
budaya mereka.

D. Konsekuensi Praktis Dalam Mengikuti Salah Satu Madzhab Dalam Ahlusunnah


Waljamaah

Mengikuti salah satu madzhab dalam ahlussunnah waljamaah memiliki


konsekuensi praktis yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah
beberapa di antaranya:
1. Cara beribadah
Salah satu konsekuensi praktis dari mengikuti salah satu madzhab adalah cara
beribadah. Setiap madzhab memiliki tata cara dan pendekatan yang berbeda dalam
beribadah, seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Oleh karena itu, seseorang yang
mengikuti tata cara yang diajarkan dalah madzhab tersebut.
2. Konsistensi
Mengikuti salah satu madzhab dapat membantu seseorang untuk lebih konsisten
dalam menjalankan ibadah dan mengambil keputusan sehari-hari. Hal ini karena
seseorang akan mengikuti salah satu sistem yang terstruktur dan konsisten dalam
madzhab tersebut.
3. Kepatuhan terhadap ulama
Mengikuti salah satu madzhab juga dapat membantu seseorang untuk lebih patuh
pada ulama dalam madzhab tersebut. Hal ini karena seseorang akan mengikuti
fatwa yang di keluarkan oleh ulama dlam madzhab tersebut.
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa mengikuti salah satu madzhab
bukan berarti tidadk boleh belajar dari madzhab yang lain. Seseorang muslim
dapat memeprkaya pengetahuannya dengan memepelajari madzhab lain, namun
salah satu madzhab yang telah dipilihnya

viii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam madzhab merupakan seorang ulama yng memiliki otoritas dalam
mengeluarkan fatwa atau pendapat hukum islam berdasarkan dalil-dalil Al-Quran,
Hadist, dan pemikiran para ulama terdahulu. Ada empat imam madzhab yang di akui
di dalam aswaja, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi`i, dan Imam
Ahmad bin Hanbal. Pemahaman dan praktik keagamaan dalam aswaja tidak terbatas
pada satu imam madzhab saja, namun mencangkup pemahaman dari seluruh madzhab
yang di akui. Oleh karena itu, Aswaja menghargai perbedaan pendapat antar imam
madzhab dalam memahami ajaran islam dan memperlakukan mereka semua dengan
rasa hormat.
Namun, dalam Aswaja tidak semua pendapat dari para imam madzhab
dianggap sebagai pandangan yang benar dan sahih. Ada beberapa pendapat dari para
imam madzhab yang dapat diterima dan dijadikan sebagai rujukan, namun ada juga
pendapat yang tidak sesuai dengan pemahaman ajaran islam yang sebenarnya. Dalam
hal ini, Aswaja mengedepankan prinsip bahwa sumber rujukan utama adalah Al-
Quran dan Hadist Nabi, kemudian diikutti dengan pandangan para ulama terdahulu,
termasuk imam madzhab. Oleh karena itu, Aswaja tetap memegang teguh prinsip
ijtihad(penafsiran) yang terbuka, namun tetap dlaam batasan-batasan yang telah
ditetapkan oleh ajaran islam itu sendiri.

ix
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jateng/mahzab-adalah-pendapat-imam-tentang-hukum-agama-
ketahui-setiap-jenisnya-kln.html
https://kalam.sindonews.com/berita/1439999/69/inilah-peran-imam-madzhab-dalam-
menjelaskan-isi-alquran
https://m.mediaindonesia.com/humaniora/510418/siapakah-yang-tergolong-ahlussunnah-wal-
jamaah
https://pecihitam.org/inilah-alasan-mengapa-aswaja-mengikuti-imam-madzhab/
https://unupurwokerto.ac.id/pengertian-dan-metode-berpikir-ahlussunnah-wal-jamaah/

x
xi

Anda mungkin juga menyukai