Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar Studi Islam

Dosen pengampu: Dr. Akhmad Sholeh, S.Ag., M,Si.

Disusun Oleh:

1. Aunila Fia Maulidiya 22104010020


2. Muhammad Nabil Salim Asqolani 22104010022
3. Aan Prayogi 22104010039
4. Fitria Naila Ulfa 22104010048

KELAS : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Tak lupa sholawat dan salam selalu kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan sahabatnya yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Akhmad Sholeh, S.Ag., M.Si. selaku
Dosen Mata Kuliah Pengantar Studi Islam yang telah memberikan tugas membuat makalah
kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dan memberi ringkasan tentang Mata
Kuliah Pengantar Studi Islam mengenai Aliran-Aliran dalam Pemikiran Islam . Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi diri kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Tak ada
gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami susun ini jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, kritik serta anjuran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan dari pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas lain pada waktu mendatang.

Yogyakarta, 6 Nopember 2022

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
I. Latar Belakang......................................................................................................................1
II. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
III. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................................3
A. Sistem Politik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945.....................................................3
B. Struktur Lembaga Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945..................................4
1. Pengertian Lembaga Negara.............................................................................................4
2. Tujuan Dibentuknya Lembaga Negara.............................................................................7
3. Struktur Lembaga Negara di Indonesia Setelah Amandemen..........................................7
C. Peraturan Perundang-Undangan dalam Sistem Politik.......................................................10
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................13
a. Kesimpulan.........................................................................................................................13
b. Saran...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Islam merupakan ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Hal-
hal terkait dengan persoalan sosial, ekonomi, budaya, hukum dan politik seluruhnya
diatur dalam ajaran Islam, yang bersumber hukum Al-Qur’an dan hadist.
Islam sebagai agama besar rentan terhadap perpecahan. Perpecahan itu ada yang
mengarah munculnya ajaran-ajaran baru yang menyimpang dari ajaran dasar Islam,
dan ada perpecahan yang disebabkan karena adanya perbedaan penafsiran Al-Qur‟an
dan hadits, ada juga perbedaan cara pandang tokoh tokoh Islam dalam mengatasi
kemunduran umat Islam. Inilah yang menyebabkan lahirnya pemikiran pemikiran
dalam Islam. Dalam hadits riwayat imam Thurmudzi dan imam Ibnu Majah, nabi
mengatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi tuju puluh tiga golongan dan
hanya satu yang selamat yaitu golongan yang mengikuti ajaran nabi dan para sahabat.
Dalam makalah, penulis hanya menampilkan beberapa aliran dalam islam diantaranya

2. Rumusan Masalah

1. Apa saja dan bagaimana pemikiran dari aliran fiqih?


2. Apa saja dan bagaimana pemikiran dari aliran kalam?
3. Apa saja dan bagaimana pemikiran dari aliran metafisika dan genesis?
4. Apa saja dan bagaimana pemikiran dari aliran filsafat?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran aliran fiqih


2. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran aliran kalam
3. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran aliran metafisika dan genesis
4. Untuk mengetahui dan memahami pemikiran aliran filsafat

BAB 2
PEMBAHASAN

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM

A. ALIRAN FIQH

Fiqih adalah salah satu bidang studi islam yang paling di kenal oleh masyarakat.
Karena fiqih langsung terkait dengan kehidupan masyarakat. Dari sejak lahir sampai
meninggal dunia berhubungan dengan fiqih.dengan hal yang seperti itu, maka fiqih di
kategorikan sebagai ilmu al-bal ,yaitu ilmu yang berkaitan dengan tingkah laku
kehidupan manusia, dan termasuk ilmu yang harus di pelajari,karena dengan ilmu itu pula
seseorang baru dapat melaksanakan kewajibannya mengabdi kepada Allah melalui
ibadah seperti: puasa, haji, dan sebagainya.

Sejarah mencatat bahwa aliran-aliran yang di maksud terbagi menjadi dua, yaitu
Aliran Mutakallimin dan Aliran Hanafiyah. Akan tetapi dalam buku ushul fiqih yang
dikarang oleh Prof. DR. Amir Syarifudin, aliran-aliran dalm ushul fiqih itu terbagi
menjadi tiga, yaitu Aliran Mutakallimin, Aliran Hanafiyah dan Aliran Muta’akhirin.1

Dalam sejarah perkembangan ushul fiqih dikenal tiga aliran yang berbeda.
Masingmasing aliran memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyusun dan
membangun teori yang terdapat dalam ushul fiqih. Ketiga aliran itu ialah:

1. Aliran Syafi’iyah (Aliran Mutakallimin)

Aliran mutakallimin (Ahli Kalam) bisa juga disebut aliran Jumhur Ulama dan
aliran Syafi’iyah. Aliran ini disebut syafi’iyah karena imam syafi’I adalah tokoh pertama
yang menyusun ushul fiqih dengan menggunakan sistem ini. Dan aliran ini disebut aliran
mutakallimin karena dalam metode pembahasannya didasarkan pada nazari,falsafah dan
mantiq serta tidak terikat pada mazhab tertentu dan mereka yang banyak memakai
metode ini berasal dari ulama’ mutakallimin (Para ahli ilmu kalam) seperti Imam Al-
Juwaeni, Al- Qadhi Abdul Jabbar dan Imam Al- Ghazali. Disebut juga aliran Jumhur
Ulama karena aliran ini dianut oleh mayoritas ulama yang terdiri dari kalangan ulama
malikiyyah, syafi’iyah dan hanabillah.
Para ulama dalam aliran ini dalam pembahasannya dengan menggunakan cara-
cara yang digunakan dalam ilmu kalam, yakni menetapkan ka’idah ditopang dengan
alasanalasan yang kuat baik naqliy (dengan nash) maupun ‘aqliy (dengan akal fikiran)

1
Wahyudin, Alira-Aliran Ilmu Fiqih, Volume I, Nomor 1, Januari - Juni 2021, h 44
tanpa terikat dalam hukum-hukum furu’ yang telah ada dari madzab manapun.
Adakalanya kaidah-kaidah yang disusun dalam ushul fiqih mereka menguatkan furu’
yang terdapat dalam mazhab mereka dan adakalanya melemahkan furu’ mazhab mereka.2
Aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni tanpa dipengaruhi oleh
masalah-masalah cabang keagamaan. Sebagai akibat dari perhatian yang terlalu
difokuskan pada masalah teoritis, aliran ini sering tidak bisa menyentuh permasalahan
praktis. Aspek bahasa dalam aliran ini sangat dominant, seperti penentuan tentang tahsin
(menganggap sesuatu itu baik dan dapat dicapai akal atau tidak). Dan taqbih
(menganggap sesuatu itu buruk dan dapat dicapai akal atau tidak). Permasalahan tersebut
biasanya berkaitan dengan pembahasan tentang hakim (pembuat hukum syara’) yang
berkaitan pula dengan masalah aqidah.
2. Aliran Fuqaha
Aliran ini juga disebut aliran fuqaha. Aliran ini disebut dengan fuqaha karena
aliran ini dalam membangun teori ushul fikihnya hanya dipengaruhi oleh masalah furu’
dalam mazhab mereka3. Oleh sebab itu, sebelum menyusun setiap teori dalam ushul fiqih,
mereka terlebih dahaulu melakukan analisis mendalam terhadap hukum furu’ yang ada
dalam mazhab mereka. Metode ini dicetuskan oleh Imam Abu Hanifah dan dikemukakan
oleh ulama hanifah. Cara yang digunakan oleh aliran ini dengan menggunakan istiqra’
(induksi), terhadap pendapat – pendapat imam sebelumnya dan mengumpulkan
pengertian makna dan batasan – batasan yang mereka gunakan.
Para ulama dalam aliran ini,dalam pembahasannya berangkat dari hukum –
hukum furu’ yang diterima dari imam – imam (madhzab) mereka, yakni dalam
menetapkan ka’idah selalu berdasarkan kepada hukum – hukum furu’ yang diterima dari
imam – imam mereka. Jika terdapat ka’idah yang bertentangan dengan hukum – hukum
furu’yang diterima dari imam – imam mereka. Maka ka’idah itu diubah sedemikian rupa
dan disesuaikan dengan hukum – hukum furu’ tersebut. Jadi para ulama dalam aliran ini
selalu menjaga persesuaian antara ka’idah dengan hukum furu’ yang diterima dari imam
– imam mereka.
3. Aliran Muta’akhirin

2
Muin Umar,Ushul fikih I(Jakarta:Departemen Agama Pembangunan lima Tahun,1985),h.16
3
Sapiudin Shidiq,Ushul Fikih(Jakarta:Kencana,2011),h. 17-18
Metode ini merupakan gabungan antara Metode Mutakallimin dan metode fuqaha.
Metode yang ditempuh ialah dengan cara mengombinasi kedua aliran tersebut. Mereka
memerhatikan kaidah – kaidah ushuliyah dan mengemukakan dalil – dalil atas kaidah ini
juga memerhatikan penerapannya terhadap masalah fikih far’iyah dan relevansinya
dengan kaidah – kaidah tersebut. Ulama’-ulama’ muta’akhirin melakukan tahqiq
terahadap kaidah-kaidah ushuliyah yang dirumuskan kedua aliran tersebut. Lalu mereka
meletakkan dalil-dalil dan argumentasi untuk pendukungnya serta menerapkan pada furu’
fiqhiyyah. Para ulama’ yang menggunakan aliran muta’akhirin ini berasal dari kalangan
Syafi’iayah dan Hanafiyah. Aliran ini muncul setelah aliran Syafi’iyah dan Hanafiyah
sehingga disebut sebagai aliran muta’akhirin. Dan perkembangan terakhir penyesuaian
kitab ushul fiqih, tampak lebih banyak mengikuti cara yang ditempuh aliran
muta’akhirin.
Kitab-kitab ushul yang menggabungkan kedua teori :
1. At-tahrir disusun oleh kalam Ad-din Ibnu Al-Humam Al-Hanafi.
2. Tanqih al-ushul ,disusun oleh Shadr Asy-Syari’ah .
3. Jam’u Al-Jawami , disusun oleh Taj Ad-din Abdul Al-Wahab As-Subki
Asy-Syafi’i.
4. Musallam Ats-tsubut, disusun oleh Muhibullah Ibnu Abd.Al- Syakur.4

B. ALIRAN KALAM

Dalam tradisi ilmu keislaman konvensional mengartikan   teologi islam


sebagai ilmu kalam yakni ilmu kalam ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan
(Alloh), sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang yang mesti tidak ada
padanya serta sifat-sifat yang mungkin ada padanya, dan membicarakan pula tentang
Rosul-rosul Tuhan, untuk menetapkan kersulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti
ada padanya, sifat-sifat yang mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang mungkin
ada  padanya dan sifat-sifat yang mungkin terdapat padanya.
Islam merupakan agama yang diyakini sebagai agama rahmat li al-amin oleh
setiap umat Islam, tetapi tidak selamanya bersifat positif salah satu buktinya adalah

4
Wahyudin, Alira-Aliran Ilmu Fiqih, Volume I, Nomor 1, Januari - Juni 2021, h 47
tahkim. Peristiwa ini membuat bencana bagi umat islam sehingga terpecah belah menjadi
tiga kelompok yaitu :
a. Pendukung Mu’awiyah yaitu Amr bin Ash
b. Pendukung Ali bin Abithalib yaitu Abu musa al-Asy’ari
c. Kelompok yang menentang Ali bin Abi thalib yang dipelopori oleh Atab bin A’war
dan Urwah bin Jarir,kelompok ini dikenal dengan nama Khawarij. Macam-Macam
Aliran Kalam antara lain :
1. Khawarij
Khawarij ini merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari sebuah
kekuatan politik. Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena mereka keluar
dari barisan pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin, yang dimenangkan oleh
Mu’awiyah melalui tipu daya perdamaian.
Pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka sebagai berikut :
a. Orang Islam yang melakukan dosa besar adalah termasuk kafir.
b. Orang yang terlibat perang Jamal yakni perang antara Ali dan Aisyah dan pelaku
arbitrase antara Ali dan Mua’awiyah dihukum kafir.
c. Kholifah menurut mereka tidak harus keturunan Nabi atau suku quraisy.
Mempercayai bahwa Muhamad bin Hanafiah sebagai pemimpin
setelah Husein Ibn Ali wafat.5
2. Murji’ah
Kaum Murji’ah berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar tersebut
masih tetap mukmin, yaitu mukmin yang berdosa tidak berubah menjadi kafir. Disamping
itu, mereka berpendapat bahwa iman itu adalah mengetahui dan meyakini atas ke-
Tuhanan Allah dan ke-Rasulan Muhammad. Mereka tidak memasukkan unsur amal
dalam iman, sehingga amal tidak mempengaruhi iman. Pencetus pertama aliran ini
yakni Gailan ad-Dimasyqi.
Pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a)      Pengakuan Iman Islam cukup di dalam  hatinya saja dan tidak dituntut
membuktikan keimanan dengan perbuatan. Bagi mereka perbuatan maksiat tidak merusak

5
Izzana Fauzyah, dkk, Makalah Aliran-Aliran dalam Pemikiran Islam, 4/ November/ 2017
iman sebagai mana perbuatan taat tidak bermanfaat bagi yang kufur, selain itu  Murji’ah
iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.
b)      Selama seorang muslim meyakini dua kalimat syahadat apabila ia berbuat
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan diakhirat dan
hanya Allah yang berhak menghukum
            Sebagian umat islam khawatir terhadap gagasan Khawarij yang mengkafirkan Ali
bin Abi thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Amir bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari,
kemudian dikenal sebagai Murji’ah.
3. Qodariyah
Aliran ini diperkenalkan pertama kali oleh Ma’bad Al-Juhani. Isi ajaran ini
adalah meyakini bahwa “manusia memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam
menentukan perjalanan hidupnya”. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan
Tuhan.Pemahaman mereka tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat
menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu Sepenuhnya memilih dan menentukan
tindakannya sendiri, baik atau buruk.6
Manusia memiliki kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan
perbuatannya baik maupun buruk. Tindakan penguasa yang menindas rakyat dan
mengekang pemikiran umat, sangat bertentangan dengan Islam, maka harus
dipertanggung jawabkan dihadapan umat dan dihadapan Allah kelak. Atas pemikiran
Ma’bad Al-Juhani yang keras, maka ia harus menerima hukuman mati dari khalifah
Abdul Malik bin Marwan pada tahun 80 H / 699 M. Perjuangan Al-Juhani kemudian
dilanjutkan Ghylan alDamsyaqi. Oleh khalifah Hisyam ibn Malik, Ghylan pun akhirnya
dihukum mati tahun 105 H / 723 M.
4. Jabariyah
Jabariyyah merupakan faham keterpaksaan (manusia). Menurut faham Jabariyyah
“manusia tidak berdaya dalam menghadapi ketentuan Tuhan dan kehendakNya
yang mutlak”. Menurut faham Jabariyyah perbuatan manusia diciptakan Tuhan dalam

6
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan Aliran-Aliran dalam Islam dan Hostorisnya, Bangun Rekaprima
Vol.05/2/Oktober/2019.
diri manusia. Menurut faham ini manusia tidak mempunyai kemauan, kemampuan dan
daya untuk mewujudkan perbuatannya. Semua sudah diatur oleh Allah swt.7
Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu
dalam keadaan terpaksa.Aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang
ekstrim dan moderat. Aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya adalah jahm bin safwan
pendapatnya manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki
oleh paham qodariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari
aturan, skenario, dan kehendak Allah.
5. Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan
teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka
banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al-
khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a) Keesaan tuhan (al-tauhid )
b) Keadilan tuhan (al-adl )
c) Janji dan ancaman (al-wa’d wa al-waid )
d) Posisi diantara dua tempat ( al-manzilah bain al-manzilatin )
e) Amar makruf nahi munkar (al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy’an al-munkar)
Mu’tazilah berpendapat bahwa gerak gerik ahli surga dan neraka akan berahir dan
menjadi ketenangan yang abadi, dimana ia tidak bisa menggerakkan anggota badan dan
tidak bisa meninggalkan tempatnya. Alam ketenangan itulah semua kelezatan bagi ahli
surga dan terkumpul semua kepedihan ahli neraka. Dengan segala kelezatan dan
kepedihan tersebut, Mereka akan tetap tidak bergerak selama-lamanya bagaikan benda
mati8.
6. Ahlu Sunnah Wal Jma’ah
7
.

8
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan Aliran-Aliran dalam Islam dan Hostorisnya, Bangun Rekaprima
Vol.05/2/Oktober/2019.
.
Ahlu sunnah wal jama’ah terbentuk akibat dari adanya penentangan terhadap
aliran Muktazilah oleh orang Muktazilah itu sendiri, mereka adalah Abu al-Hasan, Ali
bin Isma’il bin Abi basyar ishak bin Salim bin isma’il bin abd Allah bin Musa bin Bilal
bin Abi burdah amr bin Abi musa al-asy’ari.Imam al-asy’ari (260-324 H), menurut
Abubakar isma’il al-Qairawani adalah seorang penganut Muktazilah selama 40 tahun
kemudian ia menyatakan keluar dari Muktazilah. setelah itu ia mengembangkan ajaran
yang merupakan counter terhadap gagasan –gagasan Muktazilah.
            Ajaran pokok Ahlu sunnah wal jama’ah tidak sepenuhnya sejalan dengan gagasan
Imam al-asy’ari. Para pelanjutnya antara lain Imam abu manshur al-maturidi yang
kemudian mendirikan aliran Maturidiyyah yang ajarannya lebih dekat dengan muktazilah.
Imam al- maturidi pun memiliki pengikut yaitu al-bazdawi yang pemikirannya tidak
selamanya sejalan dengan gagasan gurunya. Oleh karena itu para ahli menjelaskan
bahwa maturidiah terbagi menjadi dua golongan:
a)              Golongan Maturidiah Samarkand, yaitu para pengikut Imam al
          maturidi.
b)             Golongan Maturidiah Bukhara,yaitu para pengikut Imam al
          bazdawi yang tampaknya lebih dekat dengan ajaran al-asy’ari.
7. Salafi
Aliran ini tidak selamanya sejalan dengan gagasan-gagasan imam al-asy’ari,
terutama karena aliran ahlu sunnah wal jama’ah menggunakan logika (manthiq) dalam
menjelaskan teologi, sedangkan aliran salafi Setelah menghendaki teologi apa adanya
tanpa dimasuki oleh unsur ra’y. Aliran ini dikemukakan oleh Ibnu taimiah.9
Pemikiran Salafi hanya percaya pada aqidah-aqidah dan dalil-dalil yang
ditunjukkan oleh nas, karena nas tersebut adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah
kepada nabi Muhammad. Aliran Salafi tidak percaya kepada logika rasional. Jadi jalan
untuk mengetahui aqidah-aqidah dan hukum-hukum Islam serta segala sesuatu yang
berkaiatan dengan itu, tidak lain sumbernya dari Al-Qur’an dan Hadts nabi sebagai
penjelas. Ketetapan ini harus diterima tidak boleh ditolak. Akal pikiran tidak mempunyai
kekuatan untuk menta’wilkan Al-Qur’an atau menafsirkan atau menguraikannya, kecuali
dalam batas-batas yang diijinkan dan Hadits menguatkannya. Kekuatan pikiran hanya

9
Izzana Fauzyah, dkk, Makalah Aliran-Aliran dalam Pemikiran Islam, 4/ November/ 2017
membenarkan dan tunduk kepada nas. Jadi fungsi pikiran hanya menjadi saksi pembenar,
bukan menjadi hakim yang mengadili dan menolaknya.10
8. Asy’ariyah
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok
ajarannya yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran
As’ariyah:
a. Tentang Sifat Allah                                                     
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah (kuasa),
al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b. Tentang Kedudukan Al-Qur’an                                  
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan.
Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru)
c. Tentang melihat Allah Di Akhirat                                            
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai wujud.
d. Tentang Perbuatan Manusia                                                
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e. Tentang Antropomorfisme                                                          
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana
disebutkan dalam surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi
bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
f. Tentang dosa Besar                                                                    
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya.
g. Tentang Keadilan Allah                                                                 
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.

C. ALIRAN METAFISIKA

10
Wildana Latif Mahmudi, Pertumbuhan Aliran-Aliran dalam Islam dan Hostorisnya, Bangun Rekaprima
Vol.05/2/Oktober/2019, h 83
.
Metafisika (Bahasa Yunani: μετά (meta) = "setelah atau di balik", φύσικα
(phúsika) = "hal-hal di alam") adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal
atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas.
Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu
realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-
benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya
memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk
keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat,
dan kemungkinan.  Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk
pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah
menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai
Metafisika. 11

Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai


tafsiran metafisika.
1. Pemikiran Supernaturalisme
Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah
bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau
lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut
pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
2.Paham Naturalisme
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini
amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap
bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan
karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat
diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu
karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga
mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
3. Paham Materialisme

11
Lufi Nurmawan, Makalah Metodologi Studi Islam dalam Pemikiran Islam, 4/ Mei/ 2015
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap
bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah
Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai
makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham
mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk
makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum
vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya
sekedar gejala kimia-fisika semata.

Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua
tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik.
sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan
tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat
yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda
dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.
Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran)
yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang
ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran,
sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada.
D. ALIRAN FILSAFAT
Filsafat adalah salah satu kata yang berasal dari kata dalam Bahasa Inggris, yaitu
“Philosophy”. Kata tersebut berasal dari Bahasa Yunani yang dibagi menjadi dua kata,
yaitu “Philein” atau “Philia”, dan “Sophia”. Lalu, apa arti dari kedua kata itu? Jadi, kedua
kata tersebut mempunyai kata Philen atau Philia yaitu mencintai atau cinta, sementara
Sophia mempunyai arti kebijaksanaan. Secara sederhana, filsafat mempunyai arti yaitu
mencintai kebijaksanaan atau love of wisdom. Seorang filsuf atau ahli berpikir sangat
mencintai kebijaksanaan.12
Dimana orang-orang yang mencintai atau menyukai kebijaksanaan akan lebih
berhati-hati dalam mempercayai dan menerima pada hal-hal yang tidak jelas sumbernya.
12
Laeli Nur Azizah, Aliran Filsafat dan Cabang-Cabang Filsafat, Psikologi,
https://www.gramedia.com/literasi/aliran-filsafat/
Mereka akan berusaha untuk terus bertanya sampai jawaban yang mereka terima sudah
cukup menjawab segala kebingungan dan keraguan mereka. Dapat dikatakan bahwa
hidup mereka akan terasa lebih tenang. Dengan adanya pertanyaan dan upaya mereka
dalam mencari jawaban, maka hal itu bisa membantu mereka untuk tidak terlalu larut
dalam hal-hal yang tidak jelas kebenarannya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik
filsafat yaitu radikal, universal, dan juga sistematis.
Filsafat sendiri bersifat universal, itu artinya pemikiran yang ada di dalam aliran
filsafat berlaku untuk semua orang, tidak terkecuali. Kemudian filsafat mempunyai ciri
radikal yaitu untuk menggali sesuatu hingga ke akar atau sumbernya. Dimana seorang
filsuf tak hanya berhenti di satu ataupun dua pertanyaan saja, tapi pertanyaan mereka
akan terus muncul sampai sudah tidak ada lagi hal yang membuat mereka merasa ragu
ataupun bingung. Kemudian filsafat bersifat sistematis adalah segala pemikiran yang
muncul ataupun pertanyaan yang muncul sampai semua jawaban berurutan dan saling
berhubungan. Pada akhirnya, kamu akan menemukan bahwa aliran filsafat yang ada
adalah aliran yang saling berhubungan satu sama lainnya.13
Di bawah ini adalah beberapa cabang filsafat, antara lain:
1. Ontologi
Ontologi atau seringkali disebut dengan istilah metafisika merupakan salah satu
cabang ilmu filsafat yang menjelaskan mengenai hakikat segala sesuatu yang ada dan
membahas mengenai watak yang sangat mendasar atau ultimate dari benda ataupun
realitas yang ada di belakang pengalaman yang langsung. Pada dasarnya, ontologi
menjelaskan mengenai segala hal yang ada, pertanyaan yang akan dibongkar tidak
terbatas, misalnya saja apa hakikat ruang dan waktu, materi, gerak, dan perubahan
tersebut? Apa asal mula alam jagad raya ini? dan pertanyaan lainnya. Kaitannya dengan
pendidikan, ontologi ilmu pendidikan membahas mengenai hakikat substansi dan juga
pola organisasi ilmu pendidikan.
2. Epistimologi
Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengamati tentang asal
mula, metode-metode, susunan, dan sahnya sebuah pengetahuan. Pertanyaan yang paling

13
Laeli Nur Azizah, Aliran Filsafat dan Cabang-Cabang Filsafat, Psikologi,
https://www.gramedia.com/literasi/aliran-filsafat/
mendasar yaitu Apa itu mengetahui? Apa asal mula pengetahuan kita? Bagaimana cara
kita mengetahui bahwa kita memiliki pengetahuan? Bagaimana cara kita mendapatkan
pengetahuan? Dan pertanyaan lainnya. Dengan begitu, epistemologi membahas mengenai
hakikat objek formal dan juga material ilmu pendidikan.
3. Aksiologi
Aksiologi umumnya berbicara mengenai nilai dan kegunaan dari segala sesuatu
yang berkaitan dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu pengetahuan yang
didapatkan. Misalnya saja, aksiologi pendidikan membahas mengenai hakikat nilai fungsi
teoritis dan praktis ilmu pendidikan.
4. Logika
Logika adalah salah satu cabang filsafat yang berbicara mengenai aturan berpikir
supaya dengan adanya aturan tersebut bisa diambil kesimpulan yang benar. Dengan kata
lain, logika merupakan pengkajian yang sistematis mengenai aturan untuk menguatkan
premis atau sebab tentang konklusi aturan tersebut. Sehingga bisa kita gunakan untuk
membedakan argumen yang baik dan argumen yang tidak baik.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Aliran-aliran dalam pemikiran islam terbagi menjadi 4, yaitu:


1)      Aliran Fiqih antara lain : Syafi’iyah (Mutakalimin), Fuqoha, Muta’akhirin.
2)      Aliran Kalam antara lain : Khawarij, Murji’ah, Qodariah, Jabariyah, Muktazillah,
Ahluss Sunnah wal Jama’ah, salafi, Al As-Ariyah
3)      Aliran Metafisika antara lain : Supernatural, Naturalisme, dan Materialisme
4)      Aliran Filsafat antara lain : Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika
Saran
Kami selaku pemakalah yang telah menyusun makalah ini sangat membuka saran
dan kritik yang membangun terhadap pembaca yang telah membaca hasil susunan
makalah yang telah kami buat. Tentunya, makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan
banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mohon maaf atas kekurangan tersebut, dan kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat untuk proses pembelajaran mata kuliah Pengantar Studi
Islam pada pertemuan berikutnya, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Nurmawan Lufi. Makalah Metodologi Studi Islam tentang Aliran dalam Islam. 2015
http://lufinurmawan.blogspot.com/2015/05/makalah-metodologi-studi-islam-
tentang_85.html

Fauzyah Izzana dkk. Aliran-Aliran dalam Pemikiran Islam. 2017.


http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/11/makalah-aliran-aliran-dalam-
pemikiran.html

Azizah Laeli Nur. Aliran Filsafat dan Cabang-Cabang Filsafat. Psikologi.


https://www.gramedia.com/literasi/aliran-filsafat/

Mahmudi Wildana. Pertumbuhan Aliran-Aliran dalam Islam dan Historisnya. Bangun


Rekaprima Vol.05/2/Oktober/2019.

Anda mungkin juga menyukai