Anda di halaman 1dari 19

PERSPEKTIF-PERSPEKTIF UTAMA DALAM

STUDI ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Soial
Humaniora

Dosen Pengampu :
Dr. Mustari, M.Hum.

Disusun Oleh :
M. Sulthon Purbo Panjalu (20101010067)
Taufan Al Luthfi (23101010093)
Umniyatul Nailah Zahiroh (23101010094)

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

2024
KATA PENGANTAR

Seluruh puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta
salam kami sampaikan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian banyak nikmat allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke zaman
terang benderang yang telah memberikan hikmah yang sangat berguna untuk
segala manusia, sehingga oleh karenanya kami bisa menuntaskan tugas ini dengan
baik serta tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Dr. Mustari,
M.Hum pada bidang Mata Kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humaniora. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang perspektif-perspektif
utama dalam studi islam.

Dalam proses penataan tugas ini kami jumpai hambatan, tetapi berkat dukungan,
pada akhirnya kambi bisa menuntaskan tugas ini dengan baik, oleh karena itu lewat
peluang ini kami mengucpakan terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang
sudah menolong hingga terselesaikannya tugas ini.

Walaupun demikian tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu seluruh
anjuran serta kritik yang membangun dari seluruh pihak sangat kami harapkan demi
revisi pada tugas berikutnya. Harapan kami adalah semoga tugas ini berguna
khususnya untuk saya serta untuk pembaca lain pada umumnya.

Yogyakarta, 3 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………1

1.3 Tujuan………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....3

2.1 Studi Islam dan Problematikanya………………………………..3

2.2 Objek Studi Islam…………………………………………………8

BAB III PENUTUP………………………………………………...………....14

3.1 Simpulan………………………………………………………..…14

DAFTAR PUSTAKA………..……………………………………………......15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua agama samawi pada hakikatnya terbentuk berdasarkanwahyu dan tafsir


terhadap wahyu. Wahyu bersifat pasti dantetap. Ia merupakan pernyataan aktual dan
mengandungkebenaran-kebenaran abadi. Sementara tafsir, merupakantanggapan hati
nurani manusia terhadap wahyu.

Tafsir menjadi sasaran tekanan baik oleh kekuatan luar maupun dalam. Begitu
juga dengan Islam, ia dipahami olehpemeluknya secara berbeda sesuai dengan
kapasitas keilmuan yang dimilikinya, serta konteks sosial dan budayanya. Hal inilah
yang menjadi kendala ketika kita melakukan studi Islam karena perbedaan persepsi,
konsep, dan pemahaman terhadap Islam.

Makalah ini adalah pengantar untuk pengkaji Islam agar memahami fenomena
perbedaan yang terjadi di kalangan umat Islam sehingga tidak mengalami
keterkejutan budaya (culture shock).

Harapan dari makalah ini adalah mahasiswa dapat mengenal manfaat dari studi
Islam di perguruan tinggi dan perbedaan mengkaji Islam secara teologis-normatif
dengan mengkajinya secara ilmiah di perguruan tinggi.

Dengan demikian, mahasiswa dapat bersikap arif dalam menghadapi perbedaan


model pemahaman keagamaan yangterjadi di masyarakatnya, dan tidak
menampilkan Islam yang kaku (rigid), atau dapat menerima model pemahaman
yangberbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terbentuk adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Studi Islam dan problematikanya ?

2. Apa saja objek Studi Islam ?

1
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan yang dapat
dibentuk yakni :

1. Untuk memahami Studi Islam dan Problematikanya

2. Untuk mengetahui objek Studi Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Studi Islam dan Probelmatikanya


A. Pengertian Studi Islam
Studi Islam merupakan terjemahan dari bahasa arab dirasah Islamiyah, Di Barat,
studi Islam disebut dengan istilah Islamics Studies, yang artinya adalah kajian tentang
hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Makna ini sangat umum tentunya, karena
segala sesuatu yang berkaitan dengan Islam dapat dikategorikan studi Islam. Oleh
karena itu perlu ada pengertian terminologis tentang studi islam.
Studi Islam secara terminologis adalah memahami dengan menganalisis secara
mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam,
sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan. Untuk mempelajari
beberapa dimensi di atas, diperlukan metode dan pendekatan yang secara
operasional-konseptual dapat memberikan pandangan tentang Islam.

B. Problem Perbedaan Faham di Kalangan Umat Islam


Secara historis, Islam adalah agama yang diwahyukankepada Nabi Muhammad
saw untuk disampaikan kepadaseluruh umat manusia. Proses turunnya wahyu
dimulai Ketika Nabi Muhammad saw berada di Gua Hira dan berproses
selamahampir 23 tahun dari mulai masa Nabi Muhammad saw diMakkah hingga di
Madinah.
Setiap kali Nabi Muhammad saw menerima wahyu,beliau menyampaikannnya
kepada para Sahabat. TerkadangNabi Muhammad saw menjelaskan maksud dari
ayat-ayat itu,tetapi terkadang juga tidak, kecuali jika para Sahabat bertanya
kepadanya.
Sementara itu, para Sahabat Nabi juga jarang bertanya kepada Nabi Muhammad
saw tentang permasalahan yang telah disampaikan oleh Nabi. Mereka melakukan
segala bentuk perintah tanpa banyak bertanya, dan cukup dengan menirukan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.

3
Ketika terjadi perselisihan di kalangan para Sahabat dalam memahami isi
kandungan wahyu, Nabi Muhammad saw segera menyelesaikan segala permasalahan
itu, sehingga per-selisihan yang muncul dapat segera diselesaikan dengan baik.
Tetapi setelah Nabi Muhammad saw wafat dan Islam mulai melakukan kontak
dengan dunia luar, perbedaan pemahaman di kalangan umat Islam tidak dapat
dikendalikan seiring dengan semakin tajamnya perbedaan kehidupan sosialnya.
Perbedaan itulah yang melahirkan keragaman pemahaman dikalangan umat
Islam. Perbedaan pemahaman yang paling utama dan pertama di kalangan umat
Islam adalah dalam masalah kepemimpinan (imāmah). Umat Islam ada yang
meyakini bahwa pengganti sah Nabi Muhammad setelah beliau wafat adalah Ali bin
Abi Thalib, karena sesuai dengan wasiat beliau (Nabi Muhammad saw) yang
disampaikan di Ghadir Khum, setelah haji Wada’. Sementara ada kelompok lain yang
tidak meyakini kebenaran wasiat itu.
Berawal dari masalah kepemimpinan itu, perbedaan pemahaman di kalangan
umat Islam berkembang ke masalah teologi, fikih, dan tasawuf beserta institusinya
(tarekat). Hingga kini, perdebatan di kalangan umat Islam (termasuk di Indonesia)
terus berkembang dan tidak dapat ditemukan satu kesepakatan.
Di antara kelompok besar dalam Islam yang dapat diidentifikasi sebagai hasil
dari perbedaan pemahaman dikalangan umat Islam itu adalah:
1. Syi’ah, Sunni dan Khawarij untuk bidang politik.
2. Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilahuntuk bidang hukum
Islam.
3. Khawarij, Murji’ah, Muktazilah, Maturidiyyah danAsy’ariyyah untuk
bidang teologi.
4. Ghazalian dan Rusydian untuk bidang filsafat.
5. Amali dan Falsafi untuk bidang tasawuf.
6. Qadiriyah, Syadziliyah, Sattariyah, Naqsabandiyahuntuk bidang tarekat.

Munculnya perbedaan ini dapat dimaklumi, karena wahyu itu disampaikan oleh
Allah sehingga pesannya sangat universal, meskipun pesan wahyu itu telah
menggunakan Bahasa manusia, yaitu bahasa Arab. Sehingga para pemeluknya dalam
memahami pesan itu menggunakan penafsiran sesuai dengan bahasa dan budaya
mereka dalam kapasitasnya sebagai manusia.

4
Kebenaran agama bisa saja diklaim sebagai kebenaran yang suci dan
absolut, namun kualitas dan pengalaman keberagamaan manusia tetap dalam
ranah relatif dan selalu berubah-ubah. Meskipun relatif, tetapi pengalaman
keberagamaan itu selalu melibatkan sikap emosional. Tanpa emosi dan
keyakinan tidak akan ada keberagamaan.

Maka, keyakinan keagamaan -secara metodologis- harus dibedakan dari


agama itu sendiri. Agama sangat universal, sementara keyakinan keagamaan
bersifat particular. Begitu jugadengan Kitab suci, pesannya sangat universal,
berlaku secara seragam bagi umat penganutnya di seluruh penjuru dunia.

Tetapi, pada waktu agama itu harus menjadi operasional dalam


kehidupan manusia, teks suci tersebut tidak dapat begitu saja digunakan dalam
kehidupan yang nyata. Supaya operasional, maka ajaran dalam teks suci tersebut
harus diinterpretasikan makna-maknanya supaya dapat dipahami oleh para
pemeluknya, untuk kemudian dijadikan sebagai pedoman bagi kehidupannya.

Dalam upaya menginterpretasikan makna ajaran-ajaran yang ada dalam


teks suci tersebut, para pemeluk agama yang bersangkutan menggunakan
kebudayaan mereka sebagai acuan. Sadar atau tidak, hasil interpretasi mereka
itu menjadi bagian dari sistem-sistem pengetahuan dan keyakinan di tempat
mereka menjalani kehidupan.

Hasil-hasil interpretasi itu kemudian menjadi pedoman yang sakral atau


suci bagi kehidupannya. Dengan kata lain, hasil interpretasi itu kemudian
menjadi model kebudayaannya atau menjadi bagian dari kebudayaan yang telah
mereka ciptakan.

C. Perlunya Metode atau Pendekatan dalam Melakukan Studi Islam

Dinamika pemikiran, kajian, dan studi adalah sebuah keniscayaan.


Interaksi subyek dan objek, ditambah persoalan-persoalan yang sedang atau
telah terjadi dan berbagai tantangan yang akan dihadapi menjadi alasan atas
dinamika ini. Bukan persoalan jika selanjutnya perspektif, pendekatan, atau
paradigma keilmuan mengalami pergeseran yang signifikan.

5
Kesenjangan antara idealitas Islam sebagai agama yang cinta akan
perdamaian dan berkemajuan dengan kenyataan ber-bagai peristiwa kekerasan
dan kondisi ketertinggalan umat Islam saat ini adalah fakta yang mau tidak mau
harus diselesaikan.

Upaya penyelesaian atas problem tersebut sebenarnya telah beberapa


kali dilakukan oleh pemikir-pemikir Islam sebelumnya, seperti Hasan Hanafi,
Muhammad Abed al-Jabiri, Nasr Hamid Abu Zaid dan sebagainya. Dimana
kajian yang dilakukan bertumpu pada pembacaan kontemporer
(qira’ahmu’asirah) dengan pembaruan epistemologi misalnya terhadap teks dan
turas Islam sehingga mampu menelurkan pemahaman yang komperhensif dan
progresif dalam menghadapi problematika saat ini.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalammemahami ajaran


Islam (wahyu), terjadi perbedaan di kalanganumat Islam. Oleh karena itu
diperlukan sikap bijak agar tidak terlalu mudah menyalahkan pihak lainnya, di
tengah berbagaiperbedaan.

Di antara yang harus dilakukan saat ini adalah menggali pemahaman


secara komprehensif terhadap ajaran Islam yang terkandung di dalam wahyu
dengan menggunakan berbagai macam metode, pendekatan dan ilmu bantu.
Tujuannya adalah agar ajaran Islam dapat dikonsumsi oleh seluruh umat Islam
pada tataran empirik dan mampu berdialog dengan mereka beserta kondisi
riilnya. Inilah yang diharapkandari proses studi Islam di perguruan tinggi.

Jadi, studi Islam di perguruan tinggi adalah melakukan kajian terhadap


Islam secara ilmiah, melalui beberapa pendekatan, bekerja dengan data yang
mengandung makna-makna keagamaan dalam masyarakat atau komunitas,
kelompok atau individu, dengan menggunakan bantuan metodologi, dan
memperhatikan secara penuh apa yang dimaksud dengan beragama dan agama,
karena Islam, telah dipahami oleh penganutnya secara beragam (multi
interpretation), tidak satu model pemahaman (single interpretation).

Studi Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab dirasah Islamiyah.


Di Barat, studi Islam disebut dengan istilah Islamic studies, yang artinya adalah
kajian tentang hal-hal yangberkaitan dengan keislaman. Tentu makna ini sangat
umum, karena segala sesuatu yang berkaitan dengan Islam dapat dikategorikan

6
studi Islam. Oleh karena itu, perlu ada spesifikasi pengertian terminologis
tentang studi Islam.

Studi Islam yang dimaksud dalam materi ini adalah upaya memahami
dengan menganalisis secara mendalam hal-halyang berkaitan dengan agama
Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas
pelaksanaannya dalam kehidupan melalui beberapa metode dan pendekatan
yang secara operasional-konseptual dapat memberikan pandangan tentang
Islam.

Tentunya, menemukan dan menguji pendekatan-pendekatan tersebut


dilakukan melalui penelitian. Penelitian (research) adalah upaya sistematis dan
objektif untuk mempelajarisuatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip
umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi
yangbertujuan untuk menambah pengetahuan. Penelitian agama bukanlah
meneliti hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti agama pada
dimensi kemanusiaannya.

Dengan kata lain, studi Islam di sini bukan mengkaji kebenaran Islam
secara teologis atau filosofis. Akan tetapi bagaimana Islam sebagai agama itu
ada dalam ranah pemeluk-nya, baik di wilayah kebudayaan dan sistem sosialnya
berdasar-kan pada fakta atau realitas sosio-kultural.

Untuk saat ini, melakukan studi Islam semacam inimenjadi penting


karena banyak di antara umat Islam di dunia iniyang memiliki kecenderungan
untuk mensakralkan pemikiran keagamaannya (taqdîs al-afkâr al-dînî), dan
menganggap pendapat kelompoknya paling benar, sementara kelompok
yanglain disalahkan.

Islam sebagai agama tidak cukup dipahami melalui teksotoritatif


(wahyu) semata, tetapi juga perlu dipahami melalui pemahaman pemeluknya,
sebagai masyarakat muslim meng-hayati, meyakini dan memperoleh pengaruh
dari Islam tersebut.

Di mana Islam itu dipahami oleh masyarakat muslim secara berbeda,


sehingga tidak dapat dipaksakan umat Islam untuk memiliki satu bentuk
pemahaman yang sama. Untuk itulah dibutuhkan metode dalam melakukan studi
Islam ini.

7
2.2 Objek Studi Islam

Tiga unsur pokok dalam kajian Islam tercerminkan dalam klasifikasi ajaran Islam
pada akidah, syariah, dan akhlak-tasawuf (Syafaq, 2021). Jabarannya sebagai
berikut:
1. Aqidah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia akidah merupakan
kepercayaan dasar, keyakinan pokok. Kata akidah jika ditinjau dari Bahasa
Arab maka berasal dari kata“„Aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan”1 yang
memiliki arti ikatan dan perjanjian. Sedangkan Akidah menurut istilah
sesuatu yang menjadi keyakinan atau kebenaran di hati manusia sesuai
dengan ajaran Islam dengan berpegang teguh pada al-Qur‟an hadits.
Akidah dapat juga diartikan sebagai bentuk kepercayaan atau keyakinan
seseorang. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwasanya akidah adalah sutau bentuk keyakinan yang tertancap dalam hati
seseorang dengan kuat. Dalam agama Islam Akidah merupakan masalah
dasar yang menjadi misi utama dari diutusnya para Nabi yakni membenarkan
akidah mereka yang keluar dari kebenaran atau jahiliyah sebelum datangya
agama Islam, sehingga kebenaran seseorang dapat dilihat berdasarkan
akidahnya. Karena Akidah merupakan sesuatu yang bersifat fundamental
sehingga dalam praktek kehidupan diperlukan prinsip-prinsip dasar akidah
Islamiyah yang benar supaya dapat menjadi pedoman bagi manusia sehingga
bisa menyelamatkan manusia dari kehidupan dunia maupun kehidupan
akhirat.

Adapun prinsip-prinsip dasar akidah tersebut adalah:


a. Akidah disandarkan kepada keyakinan tentang mengesakan Allah.
Sehingga segala kegiatan tauhid hanyalah untuk Allah saja.
b. Akidah harus dipelajari secara berlanjut dan diamalkan sampai akhir masa
hidupnya dan diajarkan kepada orang lain.

1 Misbahul Munir, dkk,Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2017), 49.

8
c. Akal manusia di gunakan untuk memperkuat akidah keimanan pribadi
seseorang dan tidak untuk mencari akidah, sebab akidah Islamiyah itu
sudah termuat dalam alquran dan hadits.2

Lebih lanjut, ruang lingkup pembahasan akidah bisa diklasifikasikan

berikut ini:

a) Ilāhiyyāt, yaitu bahasan mengenai semua hal yang berkaitandengan


Allah swt., semisal wujud Allah, sifat Allah, perbuatan Allah, dan
sebagainya.
b) Nubuwwāt, yaitu bahasan mengenai semua hal yang berkaitan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk bahasan mengenai Kitab-Kitab Allah swt,
mukjizat, dan lain sebagainya.
c) Ruhāniyyāt, yaitu bahasan mengenai semua hal yang berhubungan
dengan dunia metafisik, seperti Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh, dan
lainnya.
d) Sam'iyyāt, yaitu bahasan mengenai semua hal yang hanya bisa diketahui
melalui argumen naqli, berupa Al-Qur’an dan Sunnah, semacam alam
barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka, dan lain
sebagainya.

Pada akhirnya pendidikan Islam sebagai rujukan dalam menjaga potensi


ketauhidan manusia dengan berbagai macam metode pengajaran yang tidak
berseberangan dengan ajaran agama Islam, nilai-nilai akidah di antaranya yaitu
sebagai berikut:

a) Mengesakan Allah

Dalam Islam akidah merupakan suatu konsep Islam yang meyakini sifat
keesan Allah SWT dengan menancapkan keimanan di dalam hati
manusia, mewujudkanya dalam perbuatan sebagai bentuk penghambaan
bagi seorang hamaba kepada tuhan Nya dan yakin bahwasanya tidak ada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT serta tidak ada keraguan

Salimiya, “Objek Studi Islam ( Aqidah, syariah, akhlak )”, Jurnal Studi Keagamaan Islam, vol 4 no. 1 2
(Maret 2023).

9
sedikitpun didalam hatinya terkait dengan sesuatu yang gaib yang
diceritakan dalam al-Qur‟an dan hadits.

b) Taat Kepada Allah

Ketaatan merupakan salah satu bentuk penghambaan diri bagi seorang


hamba kepada tuhannya dengan menjalankan segala perintahnya dengan
tanpa mengharap sesuatu dari-Nya dan ini harus dilakukan bagi setiap
muslim dalam kehidupan sehari-hari.

c) Membela Agama Allah


Membela agama Allah termasuk jihad fisabilillah dan termasuk orang
yang mati syahid jika meninggal bersamaan dengan membela agama
Allah.

d) Ikhlas dengan Takdir Allah


Ikhlas merupakan salah satu bentuk sikap menerima keadaan tentang
taqdir Allah baik buruk atau pun jelek tentang jalan kehidupan yang
sedang ia jalan.

e) Bertaqwa
Jalan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah banyak sekali
salah satunya adalah dengan shalat berjamaah. Shalat tersebut merupakan
bentuk pengahambaan diri seorang hamba kepada tuhan-Nya dalam
menajalankan perintah tuhan-Nya.3

2. Syariah

Syariah dalam konteks studi hukum Islam lebih memperlihatkan himpunan


sejumlah norma hukum yang merupakan produk dari proses tasyrī’. Dalam studi
hukum Islam, tasyrī’ sering dimaknai dengan penentuan sejumlah norma hukum
dalam mengatur hidup manusia, baik dalam kaitannya dengan tuhan maupun
dengan umat manusia lainnya. Aspek hukum yang masuk kategori syari‟ah itu

3
Salimiya, “Objek Studi Islam ( Aqidah, syariah, akhlak )”, Jurnal Studi Keagamaan Islam, vol 4 no. 1
(Maret 2023).

10
mencakup aturan tentang hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut
dengan ‘ubudiyah. Di antara bentuk-bentuk ‘ubudiyah yaitu sebagai berikut:

a) Sholat Fardhu
b) Melaksanakan Puasa
c) Sholat Malam
d) Mengeluarkan Zakat
e) Sholat Dhuha
f) Membaca Al quran
g) Melaksanakan Haji
h) Mencari ilmu
i) Sholat Tahajud
j) Bershodaqoh
k) Mengajarkan Ilmu Islam

11
3. Akhlak-Tasawuf
Secara bahasa, akhlak memiliki arti budi pekerti, tingkah laku, atau
tabiat. Secara istilah, akhlak memiliki arti tingkah laku seseorang yang
dimotivasi oleh suatu kehendak secara sengaja untuk mengerjakan suatu
tindakan yang baik. Akhlak ialah tingkah laku baik, buruk, salah, dan benar.
Penilaian ini dilihat berdasarkan pandangan hukum yang terdapat di dalam
doktrin agama. Berikut ini merupakan ruang lingkup akhlak.

a) Akhlak dalam berhubungan dengan Allah SWT


Wujudnya yakni dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya serta
menghindari seluruh larangan-Nya dan menyayangi Allah serta
mensyukuri seluruh nikmat yang sudah diberikan oleh Allah.

b) Akhlak dalam berhubungan dengan sesama manusia


Wujudnya dengan jalan menjalankan perilaku silaturahmi, hormat-
menghormati serta harga-menghargai, tolong-menolong, nasihat-
menasihati, tidak membuat sakit orang lain, baik dalam wujud
ucapan, sikap, ataupun perilaku, tidak berlagak angkuh di depan
orang lain, menonjolkan perilaku maaf bila terjadi pertikaian.

c) Akhlak dalam berhubungan dengan alam


Wujudnya dengan melindungi kelestarian alam, sebab alam pula
makhluk Allah yang memiliki hak hidup semacam manusia. Perihal
itu bisa dicoba dengan metode menyadari kalau diri manusia
diciptakan dari faktor alam, ialah tanah. Jadi, alam merupakan bagian
dari diri manusia.

Dalam pertumbuhan selanjutnya, aspek akhlak ini banyak dikaji dalam


studi tasawuf. Tasawuf bisa dipahami sebagai interiosasi serta intensifikasi
dari kepercayaan serta aplikasi Islam. Tasawuf secara umum adalah gerakan
dalam Islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan
akhlak, membangun lahir dan batin, serta untuk mencapai kepercayaan

12
kepada Tuhan. Tasawuf merupakan ilmu yang berfokus pada membangun
diri untuk menjauhi hal duniawi.
Pengertian tasawuf dapat dibagi menjadi beberapa aspek, seperti:
a) Memahami diri sendiri
Tasawuf mengajarkan cara untuk memahami diri sendiri,
termasuk pengenalan diri, pemahaman diri, dan pemahaman
Tuhan.
b) Menyucikan jiwa
Tasawuf mengajarkan cara untuk menyucikan jiwa, yang
melibatkan pemurnian akhlak dan peningkatan kemampuan
dalam memahami Tuhan.
c) Membangun lahir dan batin
Tasawuf mengajarkan cara untuk membangun lahir dan batin,
yang melibatkan pembangunan kemampuan mental dan
emosional.
d) Menjauhi hal duniawi
Tasawuf mengajarkan cara untuk menjauhi hal duniawi, yang
melibatkan pengenalan diri dengan Tuhan dan pemahaman
tentang kepercayaan kepada Tuhan.

Ringkasnya adalah pendekatan diri kepada Allah sehingga bisa


senantiasa merasakan bahwa Allah senantiasa muncul bersama manusia.
Kepercayaan ini biasa ditafsirkan dalam konsep yang biasa diucap dengan
sebutan ihsan.
Urgensi ajaran tasawuf dalam Islam tidak lepas dari terdapatnya dua
faktor yang saling memenuhi, yakni faktor lahir serta faktor batin. Faktor
lahir diwakili oleh syari’ah, sedangkan faktor batin diwakili oleh haqiqah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Melalui penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :

Studi Islam secara terminologis adalah memahami dengan menganalisis secara


mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam,
sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.. Untuk
mempelajari beberapa dimensi di atas, diperlukan metode dan pendekatan yang
secara operasional-konseptual dapat memberikan pandangan tentang Islam.

Tiga unsur pokok dalam kajian Islam tercerminkan dalam klasifikasi ajaran
Islam pada akidah, syariah, dan akhlak-tasawuf (Syafaq, 2021). Akidah menurut
istilah sesuatu yang menjadi keyakinan atau kebenaran di hati manusia sesuai dengan
ajaran Islam dengan berpegang teguh pada al-Qur‟an hadits. Ada 4 ruang lungkup
akidah yaitu Ilāhiyyāt, Nubuwwāt, Ruhāniyyāt, Sam'iyyāt. Lalu ada beberapa nilai-
nilai yang terkandung didalam akidah yaitu mengesakan allah, taat kepada allah,
membela agama allah, ikhlas dengan takdir allah, dan bertaqwa.

Syariah dalam konteks studi hukum Islam lebih memperlihatkan himpunan


sejumlah norma hukum yang merupakan produk dari proses tasyrī’. Dalam studi
hukum Islam, tasyrī’ sering dimaknai dengan penentuan sejumlah normahukum
dalam mengatur hidup manusia, baik dalam kaitannya dengan tuhan maupun dengan
umat manusia lainnya.

Secara istilah, akhlak memiliki arti tingkah laku seseorang yang dimotivasi oleh
suatu kehendak secara sengaja untuk mengerjakan suatu tindakan yang baik. Dalam
pertumbuhan selanjutnya, aspek akhlak ini banyak dikaji dalam studi tasawuf.
Tasawuf bisa dipahami sebagai interiosasi serta intensifikasi dari kepercayaan serta
aplikasi Islam. Tasawuf secara umum adalah gerakan dalam Islam yang mengajarkan
ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin, serta
untuk mencapai kepercayaan kepada Tuhan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Misbahul Munir, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2017)

Dr. Sigit Purnama, M. Pd, dkk, Islam dan Ilmu Sosial Humaniora (Yogyakarta: CV
Multiartha Jatmika Yogyakarta, 2021)

Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal lli Tasyri‟ al-Islami (Beirut: Dar al-Qalam,
2002)

Salimiya, “Objek Studi Islam ( Aqidah, syariah, akhlak )”, Jurnal Studi Keagamaan Islam,
vol 4 no. 1 (Maret 2023)

15
16

Anda mungkin juga menyukai