STUDI ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Soial
Humaniora
Dosen Pengampu :
Dr. Mustari, M.Hum.
Disusun Oleh :
M. Sulthon Purbo Panjalu (20101010067)
Taufan Al Luthfi (23101010093)
Umniyatul Nailah Zahiroh (23101010094)
2024
KATA PENGANTAR
Seluruh puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta
salam kami sampaikan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara
sekian banyak nikmat allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke zaman
terang benderang yang telah memberikan hikmah yang sangat berguna untuk
segala manusia, sehingga oleh karenanya kami bisa menuntaskan tugas ini dengan
baik serta tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Dr. Mustari,
M.Hum pada bidang Mata Kuliah Islam dan Ilmu Sosial Humaniora. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang perspektif-perspektif
utama dalam studi islam.
Dalam proses penataan tugas ini kami jumpai hambatan, tetapi berkat dukungan,
pada akhirnya kambi bisa menuntaskan tugas ini dengan baik, oleh karena itu lewat
peluang ini kami mengucpakan terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang
sudah menolong hingga terselesaikannya tugas ini.
Walaupun demikian tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu seluruh
anjuran serta kritik yang membangun dari seluruh pihak sangat kami harapkan demi
revisi pada tugas berikutnya. Harapan kami adalah semoga tugas ini berguna
khususnya untuk saya serta untuk pembaca lain pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...1
1.3 Tujuan………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....3
3.1 Simpulan………………………………………………………..…14
DAFTAR PUSTAKA………..……………………………………………......15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tafsir menjadi sasaran tekanan baik oleh kekuatan luar maupun dalam. Begitu
juga dengan Islam, ia dipahami olehpemeluknya secara berbeda sesuai dengan
kapasitas keilmuan yang dimilikinya, serta konteks sosial dan budayanya. Hal inilah
yang menjadi kendala ketika kita melakukan studi Islam karena perbedaan persepsi,
konsep, dan pemahaman terhadap Islam.
Makalah ini adalah pengantar untuk pengkaji Islam agar memahami fenomena
perbedaan yang terjadi di kalangan umat Islam sehingga tidak mengalami
keterkejutan budaya (culture shock).
Harapan dari makalah ini adalah mahasiswa dapat mengenal manfaat dari studi
Islam di perguruan tinggi dan perbedaan mengkaji Islam secara teologis-normatif
dengan mengkajinya secara ilmiah di perguruan tinggi.
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan yang dapat
dibentuk yakni :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ketika terjadi perselisihan di kalangan para Sahabat dalam memahami isi
kandungan wahyu, Nabi Muhammad saw segera menyelesaikan segala permasalahan
itu, sehingga per-selisihan yang muncul dapat segera diselesaikan dengan baik.
Tetapi setelah Nabi Muhammad saw wafat dan Islam mulai melakukan kontak
dengan dunia luar, perbedaan pemahaman di kalangan umat Islam tidak dapat
dikendalikan seiring dengan semakin tajamnya perbedaan kehidupan sosialnya.
Perbedaan itulah yang melahirkan keragaman pemahaman dikalangan umat
Islam. Perbedaan pemahaman yang paling utama dan pertama di kalangan umat
Islam adalah dalam masalah kepemimpinan (imāmah). Umat Islam ada yang
meyakini bahwa pengganti sah Nabi Muhammad setelah beliau wafat adalah Ali bin
Abi Thalib, karena sesuai dengan wasiat beliau (Nabi Muhammad saw) yang
disampaikan di Ghadir Khum, setelah haji Wada’. Sementara ada kelompok lain yang
tidak meyakini kebenaran wasiat itu.
Berawal dari masalah kepemimpinan itu, perbedaan pemahaman di kalangan
umat Islam berkembang ke masalah teologi, fikih, dan tasawuf beserta institusinya
(tarekat). Hingga kini, perdebatan di kalangan umat Islam (termasuk di Indonesia)
terus berkembang dan tidak dapat ditemukan satu kesepakatan.
Di antara kelompok besar dalam Islam yang dapat diidentifikasi sebagai hasil
dari perbedaan pemahaman dikalangan umat Islam itu adalah:
1. Syi’ah, Sunni dan Khawarij untuk bidang politik.
2. Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilahuntuk bidang hukum
Islam.
3. Khawarij, Murji’ah, Muktazilah, Maturidiyyah danAsy’ariyyah untuk
bidang teologi.
4. Ghazalian dan Rusydian untuk bidang filsafat.
5. Amali dan Falsafi untuk bidang tasawuf.
6. Qadiriyah, Syadziliyah, Sattariyah, Naqsabandiyahuntuk bidang tarekat.
Munculnya perbedaan ini dapat dimaklumi, karena wahyu itu disampaikan oleh
Allah sehingga pesannya sangat universal, meskipun pesan wahyu itu telah
menggunakan Bahasa manusia, yaitu bahasa Arab. Sehingga para pemeluknya dalam
memahami pesan itu menggunakan penafsiran sesuai dengan bahasa dan budaya
mereka dalam kapasitasnya sebagai manusia.
4
Kebenaran agama bisa saja diklaim sebagai kebenaran yang suci dan
absolut, namun kualitas dan pengalaman keberagamaan manusia tetap dalam
ranah relatif dan selalu berubah-ubah. Meskipun relatif, tetapi pengalaman
keberagamaan itu selalu melibatkan sikap emosional. Tanpa emosi dan
keyakinan tidak akan ada keberagamaan.
5
Kesenjangan antara idealitas Islam sebagai agama yang cinta akan
perdamaian dan berkemajuan dengan kenyataan ber-bagai peristiwa kekerasan
dan kondisi ketertinggalan umat Islam saat ini adalah fakta yang mau tidak mau
harus diselesaikan.
6
studi Islam. Oleh karena itu, perlu ada spesifikasi pengertian terminologis
tentang studi Islam.
Studi Islam yang dimaksud dalam materi ini adalah upaya memahami
dengan menganalisis secara mendalam hal-halyang berkaitan dengan agama
Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas
pelaksanaannya dalam kehidupan melalui beberapa metode dan pendekatan
yang secara operasional-konseptual dapat memberikan pandangan tentang
Islam.
Dengan kata lain, studi Islam di sini bukan mengkaji kebenaran Islam
secara teologis atau filosofis. Akan tetapi bagaimana Islam sebagai agama itu
ada dalam ranah pemeluk-nya, baik di wilayah kebudayaan dan sistem sosialnya
berdasar-kan pada fakta atau realitas sosio-kultural.
7
2.2 Objek Studi Islam
Tiga unsur pokok dalam kajian Islam tercerminkan dalam klasifikasi ajaran Islam
pada akidah, syariah, dan akhlak-tasawuf (Syafaq, 2021). Jabarannya sebagai
berikut:
1. Aqidah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia akidah merupakan
kepercayaan dasar, keyakinan pokok. Kata akidah jika ditinjau dari Bahasa
Arab maka berasal dari kata“„Aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan”1 yang
memiliki arti ikatan dan perjanjian. Sedangkan Akidah menurut istilah
sesuatu yang menjadi keyakinan atau kebenaran di hati manusia sesuai
dengan ajaran Islam dengan berpegang teguh pada al-Qur‟an hadits.
Akidah dapat juga diartikan sebagai bentuk kepercayaan atau keyakinan
seseorang. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwasanya akidah adalah sutau bentuk keyakinan yang tertancap dalam hati
seseorang dengan kuat. Dalam agama Islam Akidah merupakan masalah
dasar yang menjadi misi utama dari diutusnya para Nabi yakni membenarkan
akidah mereka yang keluar dari kebenaran atau jahiliyah sebelum datangya
agama Islam, sehingga kebenaran seseorang dapat dilihat berdasarkan
akidahnya. Karena Akidah merupakan sesuatu yang bersifat fundamental
sehingga dalam praktek kehidupan diperlukan prinsip-prinsip dasar akidah
Islamiyah yang benar supaya dapat menjadi pedoman bagi manusia sehingga
bisa menyelamatkan manusia dari kehidupan dunia maupun kehidupan
akhirat.
1 Misbahul Munir, dkk,Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2017), 49.
8
c. Akal manusia di gunakan untuk memperkuat akidah keimanan pribadi
seseorang dan tidak untuk mencari akidah, sebab akidah Islamiyah itu
sudah termuat dalam alquran dan hadits.2
berikut ini:
a) Mengesakan Allah
Dalam Islam akidah merupakan suatu konsep Islam yang meyakini sifat
keesan Allah SWT dengan menancapkan keimanan di dalam hati
manusia, mewujudkanya dalam perbuatan sebagai bentuk penghambaan
bagi seorang hamaba kepada tuhan Nya dan yakin bahwasanya tidak ada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT serta tidak ada keraguan
Salimiya, “Objek Studi Islam ( Aqidah, syariah, akhlak )”, Jurnal Studi Keagamaan Islam, vol 4 no. 1 2
(Maret 2023).
9
sedikitpun didalam hatinya terkait dengan sesuatu yang gaib yang
diceritakan dalam al-Qur‟an dan hadits.
e) Bertaqwa
Jalan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah banyak sekali
salah satunya adalah dengan shalat berjamaah. Shalat tersebut merupakan
bentuk pengahambaan diri seorang hamba kepada tuhan-Nya dalam
menajalankan perintah tuhan-Nya.3
2. Syariah
3
Salimiya, “Objek Studi Islam ( Aqidah, syariah, akhlak )”, Jurnal Studi Keagamaan Islam, vol 4 no. 1
(Maret 2023).
10
mencakup aturan tentang hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut
dengan ‘ubudiyah. Di antara bentuk-bentuk ‘ubudiyah yaitu sebagai berikut:
a) Sholat Fardhu
b) Melaksanakan Puasa
c) Sholat Malam
d) Mengeluarkan Zakat
e) Sholat Dhuha
f) Membaca Al quran
g) Melaksanakan Haji
h) Mencari ilmu
i) Sholat Tahajud
j) Bershodaqoh
k) Mengajarkan Ilmu Islam
11
3. Akhlak-Tasawuf
Secara bahasa, akhlak memiliki arti budi pekerti, tingkah laku, atau
tabiat. Secara istilah, akhlak memiliki arti tingkah laku seseorang yang
dimotivasi oleh suatu kehendak secara sengaja untuk mengerjakan suatu
tindakan yang baik. Akhlak ialah tingkah laku baik, buruk, salah, dan benar.
Penilaian ini dilihat berdasarkan pandangan hukum yang terdapat di dalam
doktrin agama. Berikut ini merupakan ruang lingkup akhlak.
12
kepada Tuhan. Tasawuf merupakan ilmu yang berfokus pada membangun
diri untuk menjauhi hal duniawi.
Pengertian tasawuf dapat dibagi menjadi beberapa aspek, seperti:
a) Memahami diri sendiri
Tasawuf mengajarkan cara untuk memahami diri sendiri,
termasuk pengenalan diri, pemahaman diri, dan pemahaman
Tuhan.
b) Menyucikan jiwa
Tasawuf mengajarkan cara untuk menyucikan jiwa, yang
melibatkan pemurnian akhlak dan peningkatan kemampuan
dalam memahami Tuhan.
c) Membangun lahir dan batin
Tasawuf mengajarkan cara untuk membangun lahir dan batin,
yang melibatkan pembangunan kemampuan mental dan
emosional.
d) Menjauhi hal duniawi
Tasawuf mengajarkan cara untuk menjauhi hal duniawi, yang
melibatkan pengenalan diri dengan Tuhan dan pemahaman
tentang kepercayaan kepada Tuhan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tiga unsur pokok dalam kajian Islam tercerminkan dalam klasifikasi ajaran
Islam pada akidah, syariah, dan akhlak-tasawuf (Syafaq, 2021). Akidah menurut
istilah sesuatu yang menjadi keyakinan atau kebenaran di hati manusia sesuai dengan
ajaran Islam dengan berpegang teguh pada al-Qur‟an hadits. Ada 4 ruang lungkup
akidah yaitu Ilāhiyyāt, Nubuwwāt, Ruhāniyyāt, Sam'iyyāt. Lalu ada beberapa nilai-
nilai yang terkandung didalam akidah yaitu mengesakan allah, taat kepada allah,
membela agama allah, ikhlas dengan takdir allah, dan bertaqwa.
Secara istilah, akhlak memiliki arti tingkah laku seseorang yang dimotivasi oleh
suatu kehendak secara sengaja untuk mengerjakan suatu tindakan yang baik. Dalam
pertumbuhan selanjutnya, aspek akhlak ini banyak dikaji dalam studi tasawuf.
Tasawuf bisa dipahami sebagai interiosasi serta intensifikasi dari kepercayaan serta
aplikasi Islam. Tasawuf secara umum adalah gerakan dalam Islam yang mengajarkan
ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin, serta
untuk mencapai kepercayaan kepada Tuhan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Misbahul Munir, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2017)
Dr. Sigit Purnama, M. Pd, dkk, Islam dan Ilmu Sosial Humaniora (Yogyakarta: CV
Multiartha Jatmika Yogyakarta, 2021)
Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal lli Tasyri‟ al-Islami (Beirut: Dar al-Qalam,
2002)
Salimiya, “Objek Studi Islam ( Aqidah, syariah, akhlak )”, Jurnal Studi Keagamaan Islam,
vol 4 no. 1 (Maret 2023)
15
16