Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM”


Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
pemikiran pendidikan dengan dosen pengampu:
Dr.Sunarto,M.Pd.I

Disusun oleh:
1. Defriyadi (2111010224)
2. Ahmad zaky Asnawi (2111010178)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan hikmah,hidayah,kesehatan serta umur yang panjang
sehingga makalah ini yang berjudul “Pemikiran Pendidikan Islam” dapat
kami selesaikan. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr
sunarto,M.Pd.i selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, yang
memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah
Pemikiran Pendidikan..

Dalam makalah ini kami membahas tentang Pemikiran Pendidikan


Islam,karena sangat penting untuk kita ketahui dan kami juga akan
membahas lebih detail. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bisa
membangun,agar kami bisa membuat makalah yang lebih baik untuk
kedepannya

Bandar Lampung, 20 Febuari 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….5


BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..6
2.1 Pegertian Pemikiran pendidikan Islam ………………………………..6
2.2 Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam ..........………….………………….6
2.3 Tujuan Pemikiran Pendidikan Islam .......................................................8
2.4 Alur Pemikiran Pendidikan Islam……………………………………….9
2.5 Tokoh Pemikiran Pendidikan Islam……………………………………..10
BAB III PENUTUP………………………………………………………….11
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pemikiran hukum Islam sebagai produk pemahaman dari pesan-pesan teks al-
Quran dan Hadits selalu mengalami perkembangan. Hal ini tidak lepas dari
kondisi dan tuntunan masyarakat yang sarat dengan dinamika. Berkaitan dengan
permasalahan tersebut, maka peran ijtihad sebagai upaya untuk menggali dan
mengembangkan hukum Islam menjadi sangat penting.

Keberadaan hukum Islam menjadi suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif. Hal
ini dapat dilihat dari ajaran Rasulullah SAW kepada sahabat dalam menghadapi
realitas sosiologis umat pada waktu itu. Ijtihad yang dilakukan sahabat pada masa
Nabi masih hidup, tidak mengalami problem metodologis, karena apabila para
sahabat mendapatkan kesulitan dalam menyimpulkan hukum, mereka dapat
langsung berkonsultasi kepada Nabi.Namun keadaan demikian berubah setelah
Rasulullah wafat. Para sahabat tidak hanya dihadapkan pada masalah-masalah
baru, tetapi juga krusial terutama polemik tentang siapa yang pantas mengganti
Nabi untuk memimpin umat dan kasus-kasus lain yang belum mendapatkan
legalitas syara’.

Satu-satunya pilihan bagi para sahabat adalah melakukan ijtihad dengan


berpedoman kepada al-Quran, al-Hadits dan tindakan-tindakan normatif Nabi
yang pernah mereka saksikan.Dari sisi ini jelas bahwa ijtihad adalah konsep yang
fundamental dan sangat aktif dalam pembentukan syari’ah selama abad VIII dan
XI M. Begitu syari’ah matang sebagai sistem perundang-undangan dan
pengembangan berbagai prinsip dan aturan yang segar dirasakan sudah cukup,
maka ruang ijtihad tampak menyempit menuju titik kepunahannya. Fenomena ini
dikenal dalam sejarah yurisprudensi Islam sebagai tertutupnya pintu ijtihad.

4
Selaras dengan pendapat di atas, bahwa dalam sejarah fiqh Islam, fungsi ijtihad
pernah mengalami kemandegan, karena munculnya institusi ijtihad yang telah
dibatasi oleh kelembagaan para mujtahid mutlak, seperti institusi empat imam
madzhab yang sangat populer itu. Fazlur Rahman berpendapat bahwa tidak ada
yang tahu kapan pintu ijtihad itu ditutup dan tepatnya siapa yang menutupnya,
meskipun ada orang yang berpendapat bahwa pintu ijtihad ditutup oleh para
pengarang di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian dari pemikiran pendidikan islam?


2. Apa sejarah pendidikan islam?
3. Apa tujuan pemikiran pendidikan islam?
4. Bagaimana alur pemikiran pendidikan islam?
5. Siapa tokoh-tokoh pemikiran pendidikan islaam?

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam

Secara etimologi pemikiran dapat diartikan sebagai upaya cerdas (ijtihady) dari
proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari
penyelesaiannya secara bijaksana. Sedangkan pendidikan secara umum berarti
suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia. Melalui upaya pengajaran dan latihan serta
proses perbuatan dan cara cara mendidik.

Pemikiran pendikikan islam adalah proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan
secara bersungguh² dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan
islam dan berupaya untuk membangun sebuah peradaban pendidikan yang mampu
menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan perserta didik secara
paripurna.

2.2 Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

1. Masa Rasulullah SAW

Dalam catatan sejarah, eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak Islam pertama
kali diturunkan .Ketika Rasulullah mendapat perintah dari Allah untuk
menyebarkan ajaran Islam, maka apa yang dilakukan, jelas masuk dalam kata gori
pendidikan. Kepribadiannya merupakan wujudan ideal Islam tentang seorang guru
dan pendidik.

Dalam Al-Qur’an, ayat yang pertama kali diturunkan Allah berhubungan langsung
dengan pendidikan .Surah Al-Alaq jelas mengandung nilai filosofi yang menjadi
dasarkegiatan pendidikan.Hal tersebut menunjukkan penekanan dan pandangan
Al-Qur,an terhadap pentingnya ilmu pengetahuan.

6
Ketika di Mekah, proses pendidikan Islam dilakukan Nabi Muhammad dan para
sahabat di Darul Arqam, sebagai pusat pendidikan dan dakwah.DiMadinah proses
pendidikan dilakukan di Masjid, yang mana di dalam Masjid tersebut terdapat
suffah yang berfungsi sebagai tempat pendidikan dan tempat tinggal bagi
pendatang yang dating ke Madinah.

Kebijakan lain yang dilakukan oleh Nabi dalam memajukan pendidikan Islam
dalah melalui pemamfaatan para tawanan perang badar .Sejumlah tawanan yang
dapat menulis dan membaca akan dilepaskan Rasul bila ia mengajari sepuluh
anak-anak muslim menulis dan membaca.Pada era tersebut lembaga pendidikan
yang adalah bernama kuttab.yang berfungsi sebagai tempat pengajaran pokok-
pokok agama dan tulis baca.

2. Masa Para Sahabat

Setelah Rasul Wafat perkembangan ilmu pengetahuan pun terus berkembang,yang


mana terus di kembangkan oleh para kahlifah dan sahabat lainnya.Namun para
sahabat pada masa itu mengalami kesulitan, tapi berkat ajaran yang ditinggalkan
oleh Rasul, para sahabat dapat melewati kesulitan tersebut, sehingga pada saat itu
kehidupan dimasa rasul seakan-akan terulang kembali.Pemikiran pendidikan
Islam masih tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist Rasul sebagai
sumber utama rujukan pendidikannya.Tidak ada pemikiran baru pada masa
tersebut, kecuali hanya sedikit bercampur dengan filsafat yunani.Akan tetapi
sangat terbatas dan pengaruhnya sangat sedikit, sebagian besar berkisar pada
logika bukan filsafat dalam pengertian yang luas seperti masa-masa sesudah
khulafaurrasidin.

3. Masa Bani Umayyah

Pada masa Umayyah pemikiran pendidikan Islam memasuki babak baru, dimana
kstabilan politik telah dirasakan oleh negri –negri Islam .Oleh karena itu, tidak
heran jika perhatian orang-oarang Islam sudah mengarah pada masalah

7
kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan peradaban- peradaban baru .Dalam waktu
yang sama mereka memberikan perhatian besar pada ilmu bahasa, sastra, dan
agama untuk memelihanya dari pikiran – pikiran luar.

Pemikiran pendidikan Islam pada masa ini juga tersebar pada beberapa tulisan ahli
Nahwu, sastra, hadist, dan tafsir.Pada masa ini para ahli tersebut mulai mencatat
ilmu-ilmu bahasa, sastra dan agama untuk menjaga agar tidak diseludupkan
pikiran-pikiran lain dan perubahan yang akan merusaknya .

4. Pada Masa Abbasyah

Sedangkan perkembangan pemikiran pendidikan Islam pada masa Abbasiyyah


merupakan masa keterbukaan terhadap kebudayaan dan peradap peradapan asing
seluas-luasnya.Sehingga bermunculan lah para pemikir-pemikir baru, seperti
munculnya empat imam mazhab terkenal dibidang ilmu fiqih yakni Imam Abu
Hanifah(80-150 H), Imam Malik (95-179 H), Imam Asy-Syafi’i(150-204 H) dan
Imam Hanbali (164-241 H).Selain dari itu muncul pula pengumpul hadits yang
sangat mashur yakni Imam AL-Bukhari (194-256 H).

Perkembangan tersebut dalam sejarah Islam dikenal nmasa “keemasan”, karena


pada saat itu ilmu-ilmu akal sudah mulai masuk dan bermunculan, pembinaan
sekolah –sekolah, dan timbulnya pemikiran pendidikan yang istimewa.Selain dari
itu penerjemahan terhadap buku-buku filsafat yunani kedalam bahasa arab sangat
gencar dilakukan, begitupun dengan buku-buku budaya lain, seperti Persia,India,
sehingga dalam waktu 150 tahun hamper semua ilmu pengetahuan yang ada sudah
dibukukan kedalam bahasa Arab

8
2.3 Tujuan Pemikiran Pendidikan islam

pemikiran pendidikan Islam memiliki empat tujuan, salah satunya yaitu


membantu menemukan masalah-masalah pendidikan dan sekaligus memberikan
cara untuk mengatasinya berdasarkan cara kerja yang sistematik, radikal,
universal, mendalam, spekulatif dan rasional.

2.4 Alur Pemikiran Pendidikan Islam


dalam kajian pemikiran pendidikan islam ada tiga alur pemikiran
1)kelompok yang berusaha membangun konsep(filosofis) pendikikan islam,
disamping melalui al-Quran dan al-hadits sebagai sumber utama, juga
mempertimbangkan kata sahabat, kemaslahatan sosial, nilai-nilai dan kebiasaan
sosial, serta pandangan-pandangan pemikir islam

2)kelompok yang berusaha mengangkat konsep pendidikan islam dari al-Quran


dan al-hadits sehingga konsep filsafatnya hanya berasal dari kedua sumber ajaran
islam tersebut.

3)kelompok yang berusaha membangun pemikiran(filsafat) pendidikan islam


melalu al-Quran dan al-hadits,dan bersedia menerima setiap perubahan dan
perkembangan budaya baru yang dihadapinya untuk ditransformasikan menjadi
budaya yang islami.

9
2.5 Tokoh Pemikiran Pendidikan Islam

1. Ibn Miskawaih (Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn Miskawaih )


Lahir di rayy sekitar tahun 320 H./ 432 M. dan meninggal di isfaham pada tanggal
9 safar buwaihi yang berlatarbelakang mazhab syi’ah. Perhatiannya dalam
menuntut ilmu sangat besar. Hal ini tercermin dari bidang ilmu pengetahuan yang
ditekuninya. Dalam bidang sejarah umpamanya, ia belajar dengan Abu Bakar
Ahmad ibn Kamil al-qadhi, filsafat dengan ibn al-khammar, dan kimia dengan
Abu Thayyib.
Pemikirannya tentang pendidikan lebih berorientasi pada pentingnya pendidikan
akhlak. hal ini tercermin dari karya monumentalnya, Tahzib al-akhlaq. melalui
karya tersebut Miaskawih menyetakan bahwa tujuan endidikan adalah
terwujudnya sikap batin yang secara spontan mampu mendorong lahirnya perilaku
dalam memperoleh kerimah-perilaku yang demikian akan sangat membantu
peserta didik dalam memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan yang sejati.

2. Ibn Sina (Abu Ali al-Husaiyn ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Sina)[4]
Llahir pada tahun 370/ 980 di asyanah, Bukhara (dalam peta modern masuknya
Turkistan) ia wafat oleh penyakit disentri pada tahun 428/ 1037 dan dimakamkan
di Hamadan (sekarang dalam wilayah Iran). Hasil pemikiran dari Ibn Sina
diantaranya :
a. Falsafah wujud
b. Falsafah Faidh
c. Falsafah Jiwa

3. Ibn Khaldum (Waliuddin Abdurrahman bin Muhamad bin Muhammad bin


Hasan bin Jobir bin Muhammad binIbrahin bin Abdurrahman bin Walid bin
Usman) Lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M dan
wafat di Kairo 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret 406 M.

10
Diantara stressing ruint pemikiran Khaldum adalah pada bidang pendidikan islam
dalam melaksanakan pendidikan, maka menurut Khaldum paling tidak ada dua
tujuan yang perlu disentuh yaitu jasmaniah dan rohaniah.

4. Muhammad Abdus ibn hasan Khairuddin,


Lahir pada tahun 1265 H/ 1849 M. Pada sebuah desa dipropinsi Gharbuyyah-ia
lahir dari lingkungan petani sederhana yang taat dan sangat mencintai ilmu
pengetahuan.Menurut Abduh metode yang kuno sudah tidak relevan lagi dengan
perkembangan dewasa ini, sebab metode tersebut menurut tumbuhnya daya
peserta didik dalam bukunya al- a’mal al-kamila Abduh menawarkan metode
pendidikan yang lebih dinamis dan kondusif bagi pengembangan intelektual
peserta didik. Metode yang di maksud adalah metode diskusi.

5. Ismail raji al faruqi,


Lahir di Sayfa (palestina) pada tanggal 1 Januari 1921. Ia meninggal pada tanggal
1986. latar belakang pendidikannya ditempuh pada pendidikan barat yaitu Colege
Des Peres (1936). Kemudian pendidikan pasca sarjana mudanya ia rampungkan
pada America University (1941). Kemuudian program magisternya pada Indian
University dan harvard University dalam bidang filsafat. sedangkan gelar doktor
ia peroleh pada indian university dalam bidang yang sama.

Menurut analisis al-faruq umat islam saat ini berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan dan lemah, baik secara moral, politik, dan ekonomi terutama
komunitas intelektual dalam wacana keagamaan, umat islam terbelenggu oleh
Khurafal, kondisi ini membuat umat islam taqlid yang berlebihan terutama dalam
aspek syariat. Kondisi ini membuat umat islam berada dalam kondisi statis dan
enggan melakukan kreativitas, ijtihad.

11
6. Syed Muhammad Waquib al-attas
Lahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931. Paradigma
pemikiran al-attas bila diaji secara historis merupakan sebuah pemikiran yang
berasal dari dunia metafisika kemudian kedunia kosmologis dan mermuara pada
dunia psikologis, perjalanan kehidupan dan pengalaman pendidikannya
memberikan andil yang yang sangat besar dalam pembentukan paradigma
pemikiran selanjutnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan : Pemikiran Pendidikan Islam adalah
serangkaian proses kerja akal dan kalbu secara bersungguh- sungguh dalam
melihat berbagai persoalan yang ada dalam Pendidikan Islam, Sejarah
pemikiran Islam dimulai pada masa Nabi Muhammad dan merupakan masa
pembinaan dan Corak pemikiran islam di Indonesia semakin berkembang
sesuai dengan kondisi zaman yang semakin mangantar manusia untuk berpikir
lebih dinamis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Daudy, Ahmad, Segi-segi Pemikiran


Falsafi dalam Islam, Bulan
Bintang, Jakarta, 1984
Susanto. A. Pemikiran Islam, Amzah,
Jakarta , 2009
Sanaky Hujair AH, Paradigma
Pendidikan Islam Safiria Insani
Press Yogyakarta, 2003
Soebahar, Abd. Halim, Wawasan Baru
Pendidikan Islam, Kalam
Mulia, Jakarta, 2002
Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam
Dalam Abad Ke-21, Pustaka al- Husna Baru, Jakarta, 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai