Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“INSTITUSI-INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM”

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliyah “SEJARAH PENDIDIKAN


ISLAM”

Dosen Pengampu : Dr. Musleh Wahid, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 3

KHAIRUL ANWAR

UMAMUL KHAIR

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN ( IDIA ) PRENDUAN

TAHUN AKADEMIK 2021 – 2022


KATA  PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah tuhan semesta alam yang telah memeberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw.

Pendidikan Islam merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah


laku pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya yang berfungsi
merealisasikan dan mengaktualisasikan potensi mahasiswa baik yang berupa
ilmu umum maupun agama, serta untuk meningkatkan kualitas keimanan
seseorang terhadap Allah dan menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas
bagi masyarakat.

Setiap insan berkepentingan mengoptimalkan diri meraih hikmah dalam


proses pembelajaran supaya dapat memperoleh ilmu agama yang bermanfaat baik
bagi dirinya sendiri maupun masyarakat dan memiliki ilmu yang berwawasan luas
baik ilmu agama maupun intelektual, untuk itu kami dari kelompok tiga membuat
makalah tentang materi sejarah pendidikan Islam yang membahas tentang
institusi pendidikan Islam pra-madrasah guna menambah wawasan ilmu
pengetahuan tentang agama Islam.

Kesempurnaan hanya milik Allah khilaf dan salah hanya milik penulis
sebagai hamba-Nya. Penulis sangat menyadari bahwa isi makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis meminta maaf atas segala
kesalahan penulisan baik dalam penulisan kalimat tanda baca dan penempatan
huruf besar. Semoga pembaca maupun penulis mendapatkan syafa’at dan rahmat.

Penyusun

Sumenep, 04, Juli, 2021

2
3
DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Institusi Pendidikan Islam Pra-Madrasah.............................................................................
B. Lembaga Institusi Pendidikan pra-Madrasah......................................................................
BAB II PENUTUP..........................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam menjalankan kehidupan yang bermakna dan manfaat diperlukan


adanya upaya untuk membuat waktu yang dimiliki secara efisien, karenanya
manusia akan memperoleh keuntungan sesuai yang ia harapkan. Manusia secara
instiktif adalah makhluk sosial, dimana ia tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Karenanya ia membutuhkan teman serta masyarakat untuk
berinteraksi baik pergaulan bersifat batin ataupun lahiriyah sesuai yang dibutuhkan.

Setiap manusia yang telah di bekali dengan rasa ingin tahu terhadap
berbagai macam ilmu, baik itu berupa ilmu umum maupun ilmu agama, dalam
pendidikan ilmu agama sangat penting untuk mengetahui tentang ilmu sejarah
pendidikan Islam yang merupakan suatu ilmu yang membahas tentang institusi
pendidikan Islam pra-Madrasah di mulai pada masa Rasulullah dan
sesudahnya.

Diantara pembahasan yang terkandung dalam suatu ilmu sejarah


pendidikan Islam ialah tentang pendidikan Islam pra madrasah yang pada
umumnya lembaga pendidikan Islam sebelum masa periode madrasah disebut
juga periode klasik dan di klasifikasikan atas dasar muatan kurikulum yang
diajarkan.

Mengerti dan memahami secara luas tentang sejarah pendidikan Islam baik
pada masa kepemimpinan rasulullah dan sesudahnya sangat penting bagi kehidupan
manusia, maka dari itu kami dari kelompok enam membuat makalah dengan
judul “institusi pendidikan Islam pra-Madrasah ” agar dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan bagi semua para pembaca.
B. Rumusan Masalah

Rumusan makalah yang terdapat makalah ini adalah:

1. Institusi Pendidikan Islam pra-Madrasah

2. Lembaga Institusi Pendidikan pra-Madrasah


C. Tujuan

Tujuan pembuatan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Institusi Pendidikan Islam pra-Madrasah

5
2. Lembaga Institusi Pendidikan pra-Madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Institusi Pendidikan Islam Pra-Madrasah

Sebagaimana di maklumi bahwa di dunia Islam sebelum muncul lembaga


pendidikan formal (madrasah dan universitas) sebenarnya telah berkembang lembaga
pendidikan Islam yang di kategorikan sebagai lembaga pendidikan nonformal.
Lembaga-lembaga ini berkembang terus bersamaan dengan tumbuh dan
berkembangnya bentuk-bentuk lembaga pendidikan formal. Berdirinya institusi-
institusi pendidikan dalam Islam merupakan instrumens dalam menyebarkan
agama Islam.

Adapun kronologi periode-periode perkembangan Islam menurut Zuhairini


(1997) sebagai berikut:

1. Periode pembinaan pendidikan Islam: pada masa Rasulullah saw.


2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam: pada masa Rasulullah sampai bani
Umayyah
3. Periode kejayaan pendidikan Islam: pada masa Abbasiyah sampai jatuhnya
Baghdad yang diwarnai dengan berdirinya madrasah dan puncak kejayaan
Islam.
4. Periode kemunduran pendidikan Islam: masa jatuhnya Baghdad sampai
jatuhnya Mesir ketangan Napoleon
5. Periode pembaruan pendidikan Islam: masa Mesir di pegang oleh Napoleon
sampai kini.

Pada awal tumbuhnya Islam yaitu masa rasulullah saw tahun 610 M
(periode pertama dan kedua) ditemukan bahwa proses kegiatan pendidikan Islam di
mulai sejak wahyu pertama turun, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5). Dengan turunnya
surat diatas (sebagai landasan fundamental dalam pendidikan) Allah swt melalui
rasulnya yakni nabi Muhammad telah memerintahkan umat Islam untuk belajar
membaca dan menulis. Pada hakikatnya, perintah “bacalah” ini memiliki makna
filosofi mendalam bila ditinjau dari aspek pendidikan.

Institusi pertama yang digunakan sebagai tempat kegiatan belajar membaca,


menulis, dan menghafal al-Qur’an yaitu Darul Arqam (sebuah rumah sahabat:
Arqam diluar Mekah). Pada saat itu, rasulullah sendiri bertindak sebagai guru dalam
mengajar, dan membimbing mereka dalam memahami al-Qur’an. Selanjutnya setelah

6
hijrah ke Madinah (Yastrib) maka kegiatan (pendidikan) belajar dipusatkan di
masjid Nabawi.
B. Lembaga Institusi Pendidikan pra-Madrasah

Selain masjid, ada beberapa istilah institusi pendidikan yang digunakan


pada periode pertama dan kedua, menurut Syalabi (1973) dan Mehdi (2003) sebagai
berikut:

1. Kuttab

Istilah “kuttab” menurut A.L. Tibawi sama dengan “maktab”, keduanya


merupakan derivasi dari kata dasar “kataba (menulis)” hanya saja istilah
“maktab” lebih modern dari pada kata “kuttab”.1 Namun, keduanya merupakan
lembaga pendidikan dasar dalam Islam. Adapun yang dimaksud dengan “kuttab”
atau “maktab” adalah tempat untuk belajar membaca dan menulis yang ada dirumah
guru, sedangkan para siswa datang berkumpul untuk belajar.

Secara historis, kuttab adalah sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di
dunia Islam. Kuttab sebenarnya sudah ada di negara Arab sebelum datangnya Islam,
tetapi belum dikenal. Diantara penduduk Mekkah yang mula-mula belajar
menulis huruf arab di kuttab ialah Sufyan ibn Umayyah ibn Abd al-Syams dan
Abu Qais ibn Abd al-Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab. Keduanya belajar dari Bisyr
ibn Abd al-Malik yang dan mempelajarinya dari Hirah.

Pada awal perkembangan Islam, kuttab tersebut dilaksanakan di rumah-


rumah guru yang bersangkutan, kemudian pada akhir abad pertama hijriyah, mulai
muncul jenis kuttab, yang disamping memberikan pelajaran baca tulis, juga
mengajarkan al-Qur’an dan pokok-pokok agama.

Kepandaian baca tulis dalam kehidupan sosial dan politik umat Islam
ternyata memegang peranan penting, digunakan sebagai media komunikasi
dakwah kepada dunia diluar Arab serta dalam menuliskan perjanjian-perjanjian,
karena kepentingan inilah maka kuttab sebagai tempat belajar menulis dan
membaca semakin pesat.

Perubahan terjadi di akhir abad pertama hijriyah, dimana dalam kuttab ini
telah diberikan juga materi al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran agama, seperti
pokok-pokok nahwu dan shorrof. Pada mulanya kuttab jenis ini merupakan

1
A.L Tibawi, Islamic Education (London: Luzac and company, 1979), 26.

7
pemindahan dari pengajaran al-Qur’an yang berlangsung masjid dan semua
kalangan

2. Sekolah istana

Sesuai dengan namanya, sekolah istana merupakan sebuah tempat


pendidikan yang di laksanakan di istana. Perbedaannya dengan maktab yaitu
selain diberikan keterampilan menulis dan membaca, ia juga diberikan pelajaran
sosial dan kebudayaan sebagai persiapan kependidikan tinggi, memasuki pergaulan di
masyarakat dan untuk bekerja di istana.

3. Sebuah kedai buku

tempat ini bisa dimaknai sebagai tempat-tempat tinggal pribadi cendekiawan


muslim, atau disebut juga sebagai salon sastra.

4. Shuffah

Ia merupakan institusi pendidikan untuk aktivitas belajar pada masa rasulullah


saw, ketika berada di kota Madinah. Lembaga ini di dirikan sebagai tempat untuk
mempelajari, membaca dan menghafal al-Qur’an yang langsung di bimbing oleh
nabi. Disamping itu, ada beberapa materi lainnya juga diajarkan antara lain ilmu
dasar berhitung, kedokteran, dan ilmu fonetik

5. Halaqah

Sesuai maknanya merupakan tempat belajar dimana siswanya duduk melingkari


seorang guru. Bentuk pelajaran ini bisa dijumpai di setiap pondok pesantren,
ketika seorang kiayi memberikan pengajian di Aula, musolla, atau masjid.

6. Manazilul al-Ulama’

Tipe tempat pendidikan ini termasuk dalam kategori yang tertua, bahkan
lebih dahulu ada sebelum halaqah di masjid. Nabi saw dan para sahabatnya,
menjadikan rumah sahabat al-Arqam ibn Abi al-Arqam sebagai markas gerakan. Salah
satu aktivitasnya adalah pengajaran poko-pokok akidah dan penyampaian wahyu-
wahyu ilahi yang turun kepada nabi Muhammad saw.

Pada masa kejayaan pendidikan Islam, rumah-rumah para ulama dan


para ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini pada umumya disebabkan karena ulama dan ahli yang
bersangkutan tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar

8
banyak yang berminat untuk mempelajari pengetahuan kepadanya. Diantara rumah
ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah ibn Sina, al-Ghazali,
dan Ali ibn Muhammad al-Fasihi, Ya’qub ibn Killis, Wazir Khalifah al-Aziz bi
Allah al-Fatimiy dan lain-lain2

7. Masjid dan Jami’

Pendidikan Islam dan masjid merupakan satu kesatuan yang integral, dimana
masjid merupakan pusat dan urat nadi kegiatan keislaman, yang meliputi aktivitas
keagamaan, politik, budaya dan yudikatif.3 Mulai zaman nabi saw dengan masjid
Quba dan Nabawi, masjid selalu menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam. Dan adapun kurikulum pembelajarannya lebih ditekankan pada
aktivitas menghafal.

Pada masa Abbasiyah dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-


masjid yang di dirikan oleh para penguasa pada umumnya di perlengkapi dengan
berbagai macam sarana dan tempat-tempat untuk pengajian dari ulama-ulama yang
merupakan kelompok-kelompok (halaqah), tempat untuk berdiskusi dan juga
munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan, dan dilengkapi dengan ruang
perpustakaan dengan buku-buku dari berbagai macam ilmu pengetahuan.

Seperti halnya masjid, pada masa itu bermunculan dan berkembang pula
jami’ sebagai pusat pendidikan, hanya saja perkembangannya sedikit lamban di
bandingkan dengan masjid. Beberapa jami’ yang terkenal sebelum Abbasiyah,
antara lain jami’ Amr ibn Ash, jami’ Ahmad ibn Thulun.

Disamping itu, terdpat masjid khan, yang juga dilengkapi dengan


bangunan (asrama, pemondokan) yang masih bergandengan dengan masjid.
Berbeda dengan masjid biasa, masjid khan menyediakan tempat penginapan
yang cukup representatif bagi para pelajar yang datang dari berbagai kota. Tahap ini
mencapai perkembangan yang sangat pesat pada abad ke 10 M.

8. Hawanit al-Warraqin (toko-toko kitab)

Pada masa pemerintahan Abbasiyah, dimana ilmu pengetahuan dan


kebudayaan Islam sudah tumbuh dan berkembang dan di ikuti oleh penulisan kitab-
kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko-toko
kitab. Pada mulanya toko kitab itu berfungsi sebagai tempat berjual beli kitab
2
Susmihara, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), 95.
3
Muhammad Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah Ushuluha Wa Tathawwuruha Fi al-Bilad al-
Arabiyyah (Kairo: Alam al-Kutub, 1977), 93.

9
yang telah ditulis dalam berbagai macam ilmu pengetahuan. Mereka membeli dari
penulisnya kemudian menjualnya kepada siapa yang berminat untuk
mempelajarinya.

Saudagar-saudagar kitab bukanlah orang yang mencari keuntungan


semata, tetapi kebanyakan mereka adalah sastrawan-sastrawan yang cerdas, yang
telah memlih usaha sebagai pedagang kitab tersebut, agar mereka mendapatkan
kesempatan yang baik untuk membaca dan menelaah, serta bergaul dengan para
ulama dan pujangga. Mereka juga menyalin kitab-kitab yang penting dan juga
menyodorkannya kepada mereka yang memerlukannya dengan mendapat imbalan.

Dengan demikian, toko kitab tersebut telah berkembang fungsinya


bukan hanya sebagai tempat berjual beli kitab tetapi sekaligus juga sebagai
lembaga pendidikan yang merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga
dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lainnya, untuk berdiskusi, berdebat, bertukar
fikiran dalam berbagai masalah ilmiah.

9. Maktabat (perpustakaan)

Perpustakaan memegang peranan penting dalam menyukseskan


tugas-tugas lembaga pendidikan dalam bentuk yang lebih sempurna, dan juga
membantu berlangsungnya terus-menerus pelajaran, prestasi, penelitian
perorangan serta memudahkan cara-cara memperoleh pendidikan dari orang
banyak. Perpustakaan tersebut telah banyak tersebar dalam bentuk yang belum
pernah dikenal sebelum itu, dan lagi ia merupakan satu keistimewaan khusus
bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Berkaitan dengan perkembanga perpustakaan itu, kita temukan


beberapa pendapat ilmuwan yang menelaah jenis dan perkembangan perpustakaan.
Perpustakaan umum biasanya berhubungan dengan sekolah, sekolah tinggi atau
masjid serta terbuka untuk umum. Perpustakaan semi terbuka untuk satu
kelompok yang terpilih, dan perpustakaan pribadi dimiliki oleh cendekiawan
untuk kebutuhan pribadinya.

Al-Maqrisi menyebutkan perpustakaan-perpustakaan besar yang di


dirikan disamping masjid dan juga dar al-Hikmah yang dibuka bagi para peminatnya
yang terdiri dari pembaca dan penyali bermacam-macam cabang ilmu
pengetahuan, dimana di dalamnya juga di sediakan tinta dan kertas tulis. Demikian
pula ia menyebutkan perpustakaan yang di dirikan di samping madrasah al-

10
Fadiliyyah yang mempunyai koleksi sejumlah 100.000 kitab. Padahal saat itu belum
ada mesin cetak. Ibn al-Qifti menyebutkan bahwa disana juga terdapat 6500 kitab
tentang ilmu falak disamping memiliki dua buah globe, dimana asumsi bangsa
Eropa pada saat itu bahwa bumi bentuknya datar.4

10. Al-Badiyah (Daerah Pedalaman)

Bahasa arab sampai menjelang kedatanga Islam tetap terpelihara


kemurniannya, tetapi kemudian terkontaminasi oleh bahasa-bahasa jiran (tetangga)
sebagai akibat dari interaksi perdagangan yang mereka jalin. Pencemaran bahasa yang
tidak bisa di hindari ini lazim disebut lahn. Masyarakat paling banyak bermunculan
lahn, karena frekuensi interaksi mereka yang dimiliki tinggi dengan para pendatang,
ataupun sebaliknya, mereka yang menjadi pendatang di daerah-daerah tetangga.
Fenomena sosial ini sangat kontras jika dibandingkan dengan masyarakat badui
(pedesaan) yang bahasa mereka relatif lebih murni dan terjaga. Realitas inila yang
kemudian mendorong para pelajar yang peduli akan orisinalitas kebahasaan mereka,
untuk pergi belajar bahasa yang fasih lagi murni, dan mempelajari pula syair-
syair serta sastra arab ke sumbernya yang asli, yakni badiyah (pedalaman),
bahkan tidak sedikit yang memutuskan untuk tinggal sementara waktu di sana.5

Kemampuan dalam menyesuaikan materi pelajaran dengan potensi


masyarakat yang dimiliki, rasulullah saw juga telah menerapkan aspek manajemen,
yaitu sistem rekrutmen guru sebagai pengajar di institusi pendidikan Islam karena
semakin tinggi antusias masyarakat untuk belajar agama Islam, dan rasulullah
sendiri tidak mungkin mengajar, membimbing mereka pada waktu bersamaan di
tempat yang berbeda, maka rasul telah merekrut guru untuk di tetapkan sebagai
pengajar di beberapa institusi pendidikan Islam. Tercatat dalam sejarah bahwa
Ubaid bin al-Samit sebagai guru yang diangkat oleh rasulullah saw. pada
sekolah al-Shuffah di Madinah (sebuah ruangan yang di gunakan sebagai tempat
belajar dan menyantuni anak yatim piatu yang berada di dalam masjid Nabawi-
Madinah)

4
Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan Di Masa Khalifah Islam (Bangil: al-Izzah, 1996), 107–108.
5
Syalibi, Al-Tarbiyah Wa al-Ta’lim (Kairo: Alam al-Kutub, 1996), 100–104.

11
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang terdapat dalam makalah ini adalah

1. Pada sejarah perkembangan Islam sebelum pendidikan islam menuju


pada periode pendidika Islam di madrasah, pendidika Islam melalui masa
periode pra-Madrasah yang mana pada masa ini banyak berdiri lembaga-lembaga
pendidikan dalam Islam, diantaranya yaitu Kuttab atau Maktab, Halaqah dan
Masjid dan Faktor yang mendorong munculnya lembag-lembaga tersebut yaitu
dikarenakan oleh faktor motifasi demi berkembangnya keilmuan dan terdorong oleh
berkembangnya kebutuhan pada masa awal Islam.
B. Saran

1. Berdasarkan isi pembahasan dari makalah ini dalam menjalani


kehidupan di dunia ini hendaknya lebih memperluas dalam memahami tentang
hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam seperti halnya pendidikan Islam
pada masa rasulullah.

2. Dalam pembuatan makalah ini apabila terdapat beberapa kesalahan


dalam cara penulisan baik penempatan kalimat huruf besa maupun pembahasan,
penulis meminta maaf dan sekiranya pembaca dapat memperbaiki kesalahan dalam
pembuatan makalah.

12
DAFTAR PUSTAKA
A.L Tibawi, Islamic Education (London: Luzac and company, 1979).

Susmihara, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013).

Muhammad Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah Ushuluha Wa Tathawwuruha

Fi al-Bilad al-Arabiyyah (Kairo: Alam al-Kutub, 1977).

Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan Di Masa Khalifah Islam (Bangil: al-Izzah,

1996), 107–108.

Syalibi, Al-Tarbiyah Wa al-Ta’lim (Kairo: Alam al-Kutub, 1996).

13

Anda mungkin juga menyukai