Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ILMU KALAM / TEOLOGI ISLAM

SEJARAH DAN PEMIKIRAN KALAM IMAM SYAFI'I DAN IMAM HAMBALI

Dosen Pengampu :

DR. MOHAMMAD ARIF, MA.

Oleh :

Muhammad Nailul Hamam (22103007)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH


PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI-A)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sejarah & Pemikiran kalam Imam Syafi'i & Imam
Hambali" dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Ilmu Kalam/Teologi Islam”. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan “Sejarah & Pemikiran kalam Imam Syafi'i & Imam
Hambali” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR. MOHAMMAD ARIF MA. Selaku
dosen pengampu Mata Kuliah “Ilmu Kalam/Teologi Islam”. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 4 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................

1.3 Tujuan Masalah .....................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN ...........................................................................................................................

2.1 Sejarah imam Syafi’i ...............................................................................................................

2.2 Pemikiran kalam imam Syafi’i ...............................................................................................

2.3 sejarah imam Ahmad ibn Hanbal ...........................................................................................

2.4 Pemikiran kalam imam Ahmad ibn Hanbal ...........................................................................

BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Imam Syafi'i dan Imam Hambali adalah dua tokoh besar dalam sejarah pemikiran Islam, terutama
dalam bidang kalam atau ilmu teologi. Imam Syafi'i dikenal sebagai pendiri madzhab Syafi'i yang
menjadi salah satu dari empat madzhab besar dalam hukum Islam. Selain itu, ia juga dikenal sebagai
seorang ulama kalam yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan metodologi dan terminologi
kalam. Pemikiran kalam Imam Syafi'i didasarkan pada dua sumber utama, yaitu Al-Qur'an dan
Sunnah, serta logika rasional yang dapat diterima oleh akal sehat. Ia juga menekankan pentingnya
mengikuti jalan tengah dalam pemahaman terhadap ajaran Islam, sehingga tidak jatuh ke dalam
ekstremisme atau fanatisme. Sementara itu, Imam Hambali dikenal sebagai pendiri madzhab Hambali
yang juga menjadi salah satu dari empat madzhab besar dalam hukum Islam. Ia juga merupakan
seorang ulama kalam yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu teologi. Pemikiran kalam
Imam Hambali sangat dipengaruhi oleh konsep tauhid atau keesaan Allah, yang menjadi landasan
utama dalam pemahaman terhadap ajaran Islam. Ia juga menekankan pentingnya mengikuti Al-Qur'an
dan Sunnah secara tegas, serta menolak adanya bid'ah atau inovasi yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Secara umum, pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Hambali memiliki kesamaan dalam hal
menekankan pentingnya menggunakan akal sehat dalam memahami ajaran Islam, serta mengikuti Al-
Qur'an dan Sunnah secara konsisten. Namun, ada juga perbedaan dalam pendekatan dan penekanan
pada beberapa aspek tertentu, seperti penggunaan logika rasional dalam kalam (Imam Syafi'i) dan
penekanan pada konsep tauhid (Imam Hambali).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana sejarah imam Syafi’i ?


b. Apa pemikiran kalam imam Syafi’i ?
c. Bagaimana sejarah imam Ahmad ibn Hanbal?
d. Apa pemikiran kalam imam Ahmad ibn Hanbal?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan makalah ini untuk mengetahui tentang sebagai berikut :

a. Mengetahui tentang sejarah imam Syafi’i


b. Mengetahui tentang pemikiran kalam imam Syafi’i
c. Mengetahui sejarah imam Ahmad ibn Hanbal
d. Mengetahui tentang pemikiran kalam imam Ahmad ibn Hanbal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah imam Syafi’i

Imam syafi’i adalah seorang tokoh besar yang dikenal sebagai pendiri madzhab Syafi'i yang
menjadi salah satu dari empat madzhab besar dalam hukum Islam. Selain itu, ia juga dikenal sebagai
seorang ulama kalam yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan metodologi dan terminologi
kalam. Sebelum mengetahui pemikiran kalam Imam Syafi’i, mari mengenal dahulu riwayat hidup atau
sejarah dari imam Syafi’i. Imam syafi’i memiliki Nama Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-
Abbas bin 'Uthman bin Syafi' bin as-Sa'ib bin 'Ubaid bin Abd. Yazid bin Hasyim bin al-Mutalib bin
Abdul Manaf. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada diri Abdul Manaf bin Qushay. Dengan itu,
Imam Syafi'i adalah keturunan Nabi Muhammad SAW 1 . Ibu imam Syafi’i bernama Fathimah Al-
Azdiyyah berasal dari suku Azdiyah. Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H di Ghaza, Palestina. Imam
Syafi’i hidup dalam 2 zaman, beliau lahir pada masa Khalifah Ummayah, kemudian meninggal dunia
pada masa Khalifah Abbasiyah 2. IMAM SYAFI'I tumbuh besar di pusat kota Jazirah Arabia, sebuah
masyarakat yang hidup dengan semangat nilai kepahlawanan, keberanian, kedermawanan, gemar
berolahraga, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Karena itu, Syafi'i kecil tumbuh menjadi
lelaki tangguh yang berjiwa besar dan penuh percaya diri, berotak cerdas, serta berbadan atletis karena
gemar berolahraga. Tidak hanya itu, di dalam jiwa Syafi'i telah tertanam rasa empati kepada orang
lain, rela berkorban untuk orang lain, berani mengatakan kebenaran dan tidak ciut menghadapi
kritikan pencela. Syafi'i telah mengenyam pendidikan agama yang benar jauh dari pengaruh pemikiran
Fatalisme (Jabariyah) dan Determinisme (Qadariyah). Keutamaan dan keistimewaan yang luar biasa
itu merupakan hasil pendidikan yang baik dari ibunya yang suci dan cerdas. Sang ibu tahu betul cara
mengurus dan mendidik anak sesuai dengan masa-masa pertumbuhannya, serta ingih memberikan
yang terbaik untuk masa depan anaknya. Meski harus menanggung beban sendiri, karena sang ayah
telah tiada, namun ibunda Syafi'i tidak pernah merasa gusar dan mampu memikul tanggung jawab itu
sendiri. Demi kebaikan masa depan anaknya, sang ibunda memutuskan untuk pergi ke Mekah dan
menetap di kota itu. Alasannya karena Mekah adalah tanah kelahiran nenek moyangnya dan tempat
lahirnya para ulama ahli fiqih, penyair dan sastrawan.
Pada waktu beliau hidup di tengah-tengah masyarakat, mula-mula belajar dengan Muslim bin

1
Mahmood Zuhdi Haji Abdul Majid, BIOGRAFI AGUNG IMAM SYAFI’I (Alaf 21, 2014).
2
DR Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi, Ensiklopedia Imam Syafi’i (Hikmah, 2008).
Khalid al-Zinji, kemudian beliau melanjutkan pengembarannya ke Madinah, di mana menemui Imam
Malik untuk minta ijin agar diperkenankan meriwayatkan hadits-haditsnya. Sebelum Imam Malik
mengijinkannya, Imam Syafi’i sempat ditest untuk membacakan kitab al-Muwatta’ dihadapannya,
kemudian beliau membacanya di luar kepala. Setelah belajar kepada Imam Malik 3, pada tahun 195 H.
beliau pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu dan mengambil pendapat-pendapat dari murid murid
Imam Abu Hanifah, dengan cara bermunazarah dan berdebat dengan mereka, selama dua tahun beliau
berada di Baghdad kemudia beliau ke Makkah, dilanjutkan ke Yaman, beliau berguru pada Matrak bin
Mazin dan di Irak beliau berguru kepada Muhammad bin Hasan. Diantara guru-guru beliau ada yang
beraliran tradisional atau aliran hadits. Seperti Imam Malik dan ada pula yang mengikuti paham
Mu’tazilah dan Syiah. Pengalaman yang diperoleh Imam Syafi’i dari berbagai aliran Fiqh tersebut
membawanya ke dalam cakrawala berpikir yang luas, beliau mengetahui letak keturunan dan
kelemahan, luas dan semptinya pandangan masing-masing madzhab tersebut, dengan bekal itulah
beliau melangkah untuk mengajukan berbagai kritik dan kemudian mengambill jalan keluarnya
sendiri.

2.2 Pemikiran kalam imam Syafi’i


Imam syafi’I merupakan seorang yang tidak menyukai ilmu kalam, karena imam syafi’i
pernah berkata “Imam Syafi’i berkata bahwa, “Tidak dapat disangka ahli ilmu kalam tidak lebih baik
dari dosa syirik. Siapa yang memiliki ilmu kalam tidak akan beruntung, dan hukuman untuk mereka
adalah dicambuk.” 4 Imam Syafi'i sebenarnya tidak sepenuhnya menolak ilmu kalam, tetapi dia
mempertanyakan beberapa praktik dalam ilmu kalam pada masanya. Ada beberapa alasan mengapa
Imam Syafi'i tampaknya tidak begitu menyukai ilmu kalam pada masanya, alasanya yaitu kare
kelebihan bahasa dan teori, Imam Syafi'i merasa bahwa ilmu kalam pada masanya terlalu berkutat
pada penggunaan bahasa dan teori tanpa memberikan manfaat yang jelas bagi umat Islam dalam
pemahaman ajaran agama. Dia lebih memilih untuk memfokuskan pada pemahaman Al-Quran dan
Sunnah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta ilmu kalam berpotensi membuat
kontroversi. Imam Syafi'i juga merasa bahwa ilmu kalam dapat memunculkan potensi kontroversi dan
perdebatan yang tidak perlu dalam pemahaman agama. Dia lebih memilih untuk menghindari potensi
perselisihan dan konflik dalam masyarakat Islam dan lebih memilih pendekatan yang lebih sederhana
dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Jadi Imam Syafi'i mempertanyakan beberapa praktik
dalam ilmu kalam pada masanya, tetapi tidak sepenuhnya menolak ilmu kalam itu sendiri. Dia lebih
memilih untuk fokus pada pemahaman Al-Quran dan Sunnah serta menerapkannya dalam kehidupan

3
Ibid.
4
“Pemikiran Kalam Imam Syafi’i: Kritis terhadap Mutakallim,” IBTimes.ID, December 1, 2020, accessed April 28,
2023, https://ibtimes.id/mengenal-pemikiran-kalam-imam-syafii/.
sehari-hari. Dikarenakan imam Syafi’i tidak setuju terhadap ilmu kalam, sulit untuk mengetahui
pemikiran kalam imam Syafi’I, akan tetapi pemikiran kalamnya dapat dilihat dari metode berpikirnya
tentang fikih. 5 Beberapa konsep utama dalam pemikiran kalam Imam Syafi'i meliputi:
1. Tawhid: Dia menekankan pentingnya keyakinan tegas dalam keesaan Allah dan menolak
segala bentuk syirik.
2. Sifat Allah: Imam Syafi'i mempercayai bahwa Allah Maha Suci dan memiliki sifat-sifat
yang berbeda-beda. Namun, dia menolak mengkategorikan sifat-sifat Allah dalam bentuk-
bentuk tertentu, dan lebih memilih untuk menerima sifat-sifat Allah yang dinyatakan
secara tegas dalam Al-Quran dan Sunnah.
3. Kitabullah dan Sunnah: Imam Syafi'i sangat menekankan pentingnya keterkaitan antara
Al-Quran dan Sunnah dalam ajaran Islam, dan memandang keduanya sebagai sumber
utama pemahaman Islam.
4. Ijtihad: Imam Syafi'i memperkenalkan konsep ijtihad, yaitu proses penafsiran hukum
Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah serta metode analisis rasional. Dia juga
menekankan pentingnya mencari pemahaman yang akurat dan selaras dengan tujuan
syariat.
5. Adil dan keadilan: Imam Syafi'i memperjuangkan pentingnya keadilan dan keseimbangan
dalam menjalankan ajaran Islam, serta menolak ekstremisme dan fanatisme.
Dalam kitab al-Umm dijelaskan bahwa Syafi’i tidak menerima metode kalam karena tidak
sejalan dengan metode salaf terutam adalam persoalan langsung syariat, sementara mutakallimun
menetapkan ketentuan segalanya berdasarkan akal, baik secara teoretis maupun secara praktis.
Mutakallimun menempatkan akal sebagai petunjuk dalam memahami syara’ sementara kemampuan
akal itu terbatas dan sempit. Cara ini menurut Syafi’i berbeda dengan teori pengetahuan yang
digunakan dalam memahami agama. Mutakallimun (Mu’tazilah) menolak taklid dan sima’. Syafi’i
kembali kepada aturan Al-Qur'an dan sunnah, mengutamakan ittiba’ dan taklid daripada ibtida’
(membuat sesuatu di luar agama). Dengan demikian Syafi’i tidak menggunakan metode kalam dalam
persoalan akidah tetapi memilih menggunakan metode yang telah dipakai salaf al-salih. Alasan
menurut penulis lebih bersifat politis bukan sifat agama, karena dalam pengalaman politik ahli kalam
pernah memaksakan paham tertentu untuk mendukung kekuasaan. 6

2.3 Sejarah imam Hambali

5
Afrizal M, “Pemikiran Kalam Imam Al-Syafi’i” (2020).
6
Ibid.
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Ahmad bin bin Hilal Al-syaibani salah satu pendiri
Mazhab empat yang diberi nama mazhab hambali 7 . ketika imam Hambali masih kecil, ayahnya
meninggal dunia dan kondisi ekonominya yang pas pasan. sebuah riwayat jika imam hambali ditanya
tentang asal usul sukunya, dia akan menjawab bahwa “ia adalah anak dari suku orang-orang
miskin” 8. dia hidup dengan semestinya rakyat jelata pada umumnya. tinggal di tengah-tengah orang-
orang susah yang serba kekurangan dan merasakan penderitaan, luka dan duka cita rakyat jelata.
Kakeknya yakni hanbal ibn Hilal adalah Gubernur Sarakhs dibawah pemerintahan umayyah tetapi
bersama Dinasti Abbasiyah yang aktif menentang dinasti Umayyah di Khurasan. Ahmad bin Hambal
meninggal pada waktu Dhuha hari jum’at, 12 Rabi’ul Awal 241 Hijriah. Ke tidak mampuan ekonomi
Imam Ahmad membatasi keinginan dan cita-citanya untuk menuntut ilmu lebih jauh. Karena itu beliau
tidak segan mengerjakan pekerjaan apapun untuk mendapatkan uang selama pekerjaan itu baik dan
halal. Beliau pernah membuat dan menjual baju, menulis, memungut gandum sisa panen dan
pengangkut barang untuk bisa menuntut ilmu. 9

Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid yaitu pada umur 16 tahun Imam Ahmad mulai
mempelajari hadist secara khusus.Orang yang pertama kali didatangi untuk belajar hadist adalah
Hasyim ibn Basyr ibn Khazin al-Wasiti. 10 Tekadnya untuk menuntut ilmu dan menghimpun hadist
mendorongnya untuk mengembara ke pusat-pusat ilmu keIslaman seperti Basrah, Hijaz, Yaman,
Makkah dan Kufah. Bahkan beliau telah pergi ke Basrah dan Hijaz masing-masing sebanyak lima kali.
Dan pengembaraan tersebut beliau bertemu dengan beberapa ulama besar seperti ‘Abd ar-Razzaq ibn
Humam, ‘Ali ibn Mujahid, Jarir ibn ‘Abd al-Hamid, Sufyan ibn ‘Uyainah, Abu Yusuf Ya’kub ibn
Ibrahim al- Anshari (murid Imam Abu Hanifah), Imam Syafi’i dan lain-lain. Pertemuannya dengan
Imam Syafi’i itulah beliau dapat mempelajari fiqh, ushul fiqh, nasikh dan mansukh serta kesahihan
hadist. 11 Di umur dia yang sudah mencapai usia lanjut, dia tidak berhenti untuk belajar terutama di
dalam bidang hadits. Ia tidak berhenti belajar meski sudah jadi Imam dan telah menua.

Sebagai ulama besar Imam Ahmad tidak luput dari berbagai cobaan.Cobaan terbesar yang
dihadapinya adalah pada masa pemerintahan al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Wasiq.Pada masa itulah
aliran Mu’tazilah mendapat sukses besar karena menjadi mazhab resmi Negara.Para tokoh Mu’tazilah
menghembuskan isu yang tidak bertanggung jawab yaitu terjadinya peristiwa Khalq al-Qur’an
(pemakhlukan terhadap al-Qur’an). Pada masa pemerintahan Khalifah Ma'mun, terjadi sebuah
kontroversi mengenai pandangan tentang Al-Qur'an. Ada kelompok yang menganggap Al-Qur'an

7
Muhammad Qomarullah, “MENGENAL KUTUB TIS’AH DAN BIOGRAFI PENGARANGYA (Imam Malik, Imam
Ahmad Ibn Hambal Dan Al-Damiri),” El-Ghiroh : Jurnal Studi Keislaman 12, no. 1 (March 12, 2017): 15–27.
8
Ibid.
9
Muhammad Zuhri, “Biografi Imam Ahmad Ibn Hanbal” (1996): 16–36.
10
Ibid.
11
Ibid.
sebagai makhluk (ciptaan), sedangkan kelompok yang lain berpendapat bahwa Al-Qur'an adalah
kalamullah (firman Allah) yang bersifat abadi dan tak tercipta. Khalifah Ma'mun sendiri memihak
pada pandangan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Pada saat itu, Imam Hambal menolak untuk
menerima pandangan Khalifah Ma'mun dan mengajarkan pandangannya tentang Al-Qur'an kepada
para pengikutnya. Akibatnya, ia ditangkap dan disiksa selama tiga tahun. Selama penyiksaan itu,
Imam Hambal dipaksa untuk mengakui bahwa Al-Qur'an adalah makhluk, namun ia tetap teguh pada
pendiriannya bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah yang tak tercipta. 12

Setelah tiga tahun penyiksaan, Khalifah Ma'mun akhirnya membebaskan Imam Hambal dan
memutuskan untuk tidak memaksanya lagi untuk mengakui pandangan yang tidak sesuai dengan
keyakinannya. Meskipun mengalami siksaan dan tekanan yang sangat berat, Imam Hambal tetap teguh
dalam keyakinannya bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah yang tak tercipta. Sikapnya yang gigih
dalam mempertahankan keyakinannya tersebut menjadikannya sebagai sosok ulama yang sangat
dihormati dalam sejarah Islam.

2.4 Pemiikran kalam imam Hambali

Imam Hambali memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap umat Islam, diantara
adalah; Beliau mengumpulkan dan menyusun hadith secara rapi dan sempurna mengikutkan nama-
nama sahabat Nabi Muhammad SAW yang meriwayatkannya satu persatu dalam kitab Musnadnya.
Sifat ketelitian dan kesungguhan Imam Ahmad bin Hanbal menyelidiki hadith-hadith Nabi
Muhammad SAW dapat membersihkan hadith-hadith dari pemalsuan. Usaha ini juga menjadikan
hadith dan sunah Rasulullah terpelihara dan terhimpun dengan sempurna. Dalam bidang fiqh, beliau
mengemukakan hujjah menolak pendapat yang berdasarkan pemikiran sendiri dan yang tidak sesuai
dengan al Quran dan as sunnah. Aliran ini dikenali dengan nama Madzhab Hambali. Imam Hanbali
pun menekankan semangat anti ar ra’yu (pemikiran atau filsafat dengan landasan logik). Dalam
memandang al Quran dan as sunnah sebagai sumber hukum Islam, Imam Ahmad bin Hanbal
sependapat dengan gurunya yakni Imam Syafi’i, Imam Ahmad memandang as sunnah memiliki
kedudukan yang sama kuat disamping al-Quran, sehingga tidak jarang beliau menyebutkan bahwa
sumber hukum Islam itu adalah Nash, tanpa menyebutkan al Quran dahulu ataupun as sunnah dahulu,
tetapi yang dimaksud olehnya sebagai Nash adalah al Quran dan as sunnah. 13
Dalam bidang teologi, pemikiran Ahmad bin Hanbal tentang ayat ayat mutasyabihat, lebih
suka menerapkan pendekatan lafdzi / tekstual daripada pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan
dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat mutasyabihat. Imam Ahmad bersikap menyerahkan/ tafwidh

12
Ibid.
13
Husnul Khatimah, “SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM AHMAD BIN HANBAL,” LISAN AL-HAL: Jurnal
Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan 11, no. 1 (June 10, 2017): 157–170.
makna-makna ayat dan hadith Mutasyabihat kepada Allah dan Rosul-Nya, dan mensucikan-Nya dari
keserupaan dengan makhluk, ia sama sekali tidak mentakwilkan pengertian lahirnya. Salah satu
pemikiran yang dilontarkan adalah tentang status alQuran yang sampai menghantarkannya ke penjara.
Yang mana apakah alQuran diciptakan (makhluk) yang karenanya hadith (baru) ataukah tidak
diciptakan yang karenanya qodim? Ibnu hambal tidak mau membahas lanjut tentang status al-Quran,
ia hanya mengatakan bahwa al-Quran tidak diciptakan, hal ini sejalan dengan pola pikirnya yang
menyerahkan ayatayat yang berhubungan dengan sifat Allah kepada Allah dan Rosul-Nya. Dalam
beristinbath hukum, imam Ahmad bin Hanbal menggunakan metode ahlul hadith, dengan dasar-dasar
nash Al Qur-an atau nash hadith, fatwa sebagian Sahabat, Hadith Mursal dan Hadith dho’if, dan
Qiyas. Beliau menggunakan qiyas bila sudah dalam keadaan terpaksa karena tidak didapatkan dalam
hadith mursal ataupun dlo’if dan juga fatwa para sahabat. Imam Hanbali disebut sebagai Imam yang
wara’ (berhati-hati dan menjaga diri). Imam Ahmad juga berhati-hati dalam menerima pendapat,
pemikiran orang, atau logika orang. Ia lebih memilih hadith d}o’if kalau tidak ada kaitannya dengan
halal dan haram.27 Kalau ada kaitannya, ia lebih memilih hadith shahih yang kuat. Imam Ahmad juga
menolak ijma’ kecuali yang dilakukan oleh para sahabat Nabi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali memiliki kesamaan dan perbedaan.
kesamaanya adalah Keduanya mengutamakan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber utama ajaran
Islam, menekankan pentingnya penggunaan akal dan logika dalam memahami ajaran Islam, Keduanya
menolak fanatisme dan ekstremisme dalam menjalankan ajaran Islam. serta menghargai pendapat
orang lain dan mendukung dialog dan debat yang produktif untuk mencapai pemahaman yang lebih
baik tentang agama. dan mempunyai pandangan bahwa Allah SWT itu wajib ditaati dan disembah.
untuk perbedaan di antara keduanya adalah Imam Syafi'i lebih terbuka terhadap pemikiran dan filsafat
yang berasal dari luar Islam, sedangkan Imam Hambali cenderung menolak pengaruh luar dan
mengutamakan penggunaan sumber-sumber Islam dalam memahami ajaran agama. serta Imam Syafi'i
menekankan pentingnya penggunaan ijtihad dan analisis rasional dalam penafsiran hukum Islam,
sedangkan Imam Hambali cenderung lebih konservatif dalam mempertahankan tradisi dan membatasi
penggunaan ijtihad dalam penafsiran hukum Islam. imam Syafi'i juga mengkritik beberapa praktik
dalam ilmu kalam pada masanya, sedangkan Imam Hambali menerima ilmu kalam sebagai bagian dari
ilmu Islam. Dalam kesimpulannya, keduanya mengutamakan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber
utama ajaran Islam, menghargai pendapat orang lain, dan menolak fanatisme dan ekstremisme dalam
menjalankan ajaran Islam. Namun, terdapat perbedaan dalam cara pandang terhadap pengaruh luar,
penggunaan ijtihad dalam penafsiran hukum Islam, serta pandangan terhadap ilmu kalam.

DAFTAR PUSTAKA

“Pemikiran Kalam Imam Syafi’i: Kritis terhadap Mutakallim.” IBTimes.ID, December 1, 2020. Accessed
April 28, 2023. https://ibtimes.id/mengenal-pemikiran-kalam-imam-syafii/.

Al-Indunisi, DR Ahmad Nahrawi Abdus Salam. Ensiklopedia Imam Syafi’i. Hikmah, 2008.

Khatimah, Husnul. “SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM AHMAD BIN HANBAL.” LISAN AL-HAL: Jurnal
Pengembangan Pemikiran dan Kebudayaan 11, no. 1 (June 10, 2017): 157–170.

Majid, Mahmood Zuhdi Haji Abdul. BIOGRAFI AGUNG IMAM SYAFI’I. Alaf 21, 2014.

Purwanto, Muhammad Roy. Pemikiran Imam Syafi’i Dalam Kitab Al-Risalah Tentang Qiyas Dan
Perkembangannya Dalam Ushul Fiqh, 2019.

Qomarullah, Muhammad. “MENGENAL KUTUB TIS’AH DAN BIOGRAFI PENGARANGYA (Imam


Malik, Imam Ahmad Ibn Hambal Dan Al-Damiri).” El-Ghiroh : Jurnal Studi Keislaman 12, no. 1
(March 12, 2017): 15–27.

Rohman, Nur. “Imam Syafi’i : Biografi dan Kisah Teladan | Universitas Islam An Nur Lampung,”
November 16, 2022. Accessed April 28, 2023. https://an-nur.ac.id/imam-syafii-biografi-dan-kisah-
teladan/.

Anda mungkin juga menyukai