Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Masa Imam Ahmad bin Hambal

Dosen pengampuh: Hj. Wafirah, S.Ag

Oleh:
YUDA WILDINAN (220202093)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan khadirat allah SWT, berkat limpahan
Rahmat,karunia dan nikmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Tarikh tasyri’ Masa imam ahamad bin hambal),. sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluargaNya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah
banyak membantu serta teman-teman yang telah memberi dukungan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya,makalah ini telah selesai
kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tarik Tasyri
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi khalayak pembaca pada
umumnya dan penulis khususnya. Kritik dan saran sangat kami harapkan dalam upaya
perbaikan dalam membuat makalah selanjutnya. Terimakasih

Mataram, 4 MEI 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR :...............................................................................


DAFTAR ISI:...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN:...........................................................................
A. Latar Belakang:..................................................................................
B. Rumusan Masalah:.............................................................................
C. Tujuan:...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN:............................................................................
A. Biografi imam ahmad bin hambal :...................................................
B. Istinbath hukum pada masa imam ahmad bin hambal.......................
C. Produk-Produk piqih imam ahmad bin hambal.................................
BAB III PENUTUP:....................................................................................
A. Kesimpulan :......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA:.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Islam sangat berpengaruh terhadap setiap orang
yang hidup di wilayah muslim, sehingga Islam merupakan suatu “warisan” tersendiri
yang sangat berarti. Prinsip-prinsip ajaran Islam telah mewarnai kehidupan sosial
sepanjang sejarah dan ke seluruh pelosok dunia. Islam terus menerus berhasil mengemban
misi pengentasan bagi persoalan hidup manusia semenjak masyarakat Islam pertama kali
di Madinah dibawah pimpinan Rasulullah SAW.

Setelah Rasulullah wafat, sekelompok sahabat yang mengetahui fiqh dan ilmu serta lama
menemani Rasulullah dan faham akan al-Qur’an dan hukum-hukumnya dihadapkan untuk
memberikan fatwa dan membentuk hukum untuk kaum muslimin. Karena penyebaran
Islam ini tidak hanya melalui penaklukan ke daerah-daerah saja, tetapi juga perlu adanya
jerih payah dari tangan para ulama dan fuqoha’ untuk menyebarkan ajaran dan prinsip
agama Islam.

Dan penyiaran ajaran Islam oleh para mubaligh ini akan selalu bertalian erat dengan para
pakar-pakar mazhab dalam al-Fiqhul Islamy. Sehingga tidak layak bagi kita bila tidak
mencoba mengungkap bagaimana para pakar mazhab mengawali da’watul Islam.

Kemudian, pada makalah ini kami mencoba menguraikan tentang imam mazhab keempat
yakni Imam Ahmad bin Hanbal, yang biasa dikenal oleh masyarakat luas sebagai
seseorang yang ahli di bidang ilmu fiqh dan sekaligus juga seorang ilmuwan hadist.
Bagaimana tentang kehidupan sosial, budaya serta politik pada masa beliau dan juga
tentang istinbat-istinbat hukum yang dipakainya untuk memecahkan masalah
kemanusiaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana biografi imam ahmad bin hambal ?
2. Bagaimana istinbath hukum masa imam ahmad bin hambal ?
3. Apa saja produk piqih imam ahamad bin hambal ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi imam ahmad bin hambal
2. Untuk mengetahui istinbath hukum masa imam ahamad bin hambal
3. Untuk mengetahui produk piqih imam ahmad bin hambal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bio1grafi imam ahmad bin hambal2

Nama lengkap Ahmad Ibn Hanbal ialah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal  Ibn
Asad Ibn Idris Ibn Abdullah Ibn Hasan al-Syaibani. Panggilan sehari-harinya Abu
Abdullah. Ahmad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabi’ul Awal tahun 164
Hijriah (780 Masehi). Ayahandanya bernama Muhammad al-Syaibani telah
meninggalkan beliau sebelum dilahirkan ke dunia fana ini. Sehingga beliau tumbuh
remaja hanya dalam asuhan ibundanya, Syarifah Maimunah binti abd al-Malik al-
Syaibani.[1]

Imam Ahmad ibn Hanbal sejak kecil telah kelihatan sangat cinta kepada ilmu dan
sangat rajin menuntutnya. Ia terus menerus dan tidak jemu menuntut ilmu pengetahuan
sehingga tidak ada kesempatan untuk memikirkan mata pencariannya.[2]

Imam Ahmad ibn Hanbal adalah Imam yang keempat dari fuqaha’ Islam. Ia adalah
orang yang mempunyai sifat-sifat luhur dan budi pekerti yang tinggi. Imam Ahmad juga
adalah seorang yang zuhud, bersih hatinya dari segala macam pengaruh kebendaan.
Beliau juga dikenal seorang yang pendiam tetapi beliau tertarik untuk selalu berdiskusi
dan tidak segan meralat pendapatnya sendiri apabila jelas bahwa pendapat orang lain
lebih benar. Beliau adalah orang yang berwawasan luas, ulama yang sangat dalam
pemahamannya terhadap ruh syariat. Selama hayatnya, Imam Ahmad cinta sekali kepada
sunnah Rasulullah SAW, sehingga mendorongnya untuk banyak meniru Rasulullah dalam
segala urusan agama dan dunia. Beliau tidak hafal satu hadispun kecuali
mengamalkannya. Sehingga ada suatu kalangan yang lebih melihat beliau sebagai
seorang ilmuwan hadist daripada ilmuwan fiqh.

Sebagian fuqoha’ berkata tentang beliau, “Ahmad menguasai seluruh ilmu”. Selain itu
Imam Syafi’i selaku gurunya juga mengungkapkan, “ketika saya meninggalkan Baghdad

2
disana tidak ada orang yang lebih pandai dibidang fiqih dan lebih alim ketimbang
Ahmad bin Hanbal”.

B. Istinbath hukum islam

Imam Ahmad ibn Hanbal adalah seorang pemuka Ahlu-al Hadits yang telah
disepakati oleh para ulama, namun sebagai seorang ahli fiqih masih diperselisihkan. Oleh
karena itu, Imam ibn Jarir al-Thabary tidak memperhitungkan pendapat-pendapatnya
dalam menghadapi khilaf dalam masalah fiqh dikalangan para fuqaha’. Menurutnya ,
Imam Hanbali termasuk ahlu al-hadits, bukan ahlu al-Fiqh. [5]

Imam hanbali pada dasarnya tidak menulis kitab fiqh secara khusus karena semua
masalah fikih yang dikaitkan dengannya sebenarnya berasal dari fatwanya sebagai
jawaban terhadap pertanyaan yang pernah ditanyakan kepadanya. Sedangkan yang
menyusunnya sehingga menjadi sebuah kitab fikih adalah para pengikutnya. FIqih
Ahmad ibn Hanbal dapat dipastikan sangat diwarnai oleh hadits.

Adapun aliran keagamaan Islam Imam Ahmad ibn Hanbal menurut ulama kalam
adalah termasuk aliran Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah. Tetapi Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa imam Ahmad ibn Hanbal tidak termasuk aliran Ahlu al-Sunnah wa al-Jamaah,
melainkan hnya orang yang pendapatnya sesuai dengan pendapat Ahlu al-Sunnah wa al-
Jamaah. Al-Syahrastaniy memasukan Imam Ahmad dalam kelompok Ashab al-Hadits.
Atas dasar itu, maka jelas bahwa Imam Ahmad adalah termasuk dalam aliran Ahlu al-
Sunnah wa al-Jamaah.

Sebagai ulama dari golongan Ashab al-Hadits, apalagi dikatakan Imam Ahmad itu
termasuk Imam Ahlu al-Sunnah pada zamannya, sehingga sebagai Muhadditsin, tentulah
ia akan sangat besar pengaruhnya terhadap pendapatnya.

Imam Ahmad ibn Hanbal sebagaimana disebutkan di atas, lahir dan hidup di kota
Baghdad. Kota Baghdad sebagai ibukota khilafah Islamiyah pada masa itu, jelas lebih
ramai dan kebudayaannya lebih maju dari pada Hijaz pada umumnya, demikian pula
masyarakatnya pun sudah sangat heterogen. Masalah hukum yang timbul di Baghdad ,
jelas lebih banyakdibandikan yang timbul di Madinah aytau Hijaz pada umumnya. Dalam
keadaan seperti inilah Imam Ahmad ibn Hanbal mengembangkan ajaran agamanya.
Tetapi karena ia terkenal sebagai Muhadditsin, bahkan sebagai Imam al-Sunnah pada
masanya, kita akan dapat melihat perbedaan hasil ijtihad antara para imam Mazhab yang
empat itu, khususnya antara Imam Abu Hanifah dengan Imam Ahmad ibn Hanbal yang
sama-sama hidup di kota Baghdad, namun yang satu termasuk Ahl-al-Ra’yi dan yang
lainnya Ahl al-Hadits.  Karena Imam Ahmad termasuk Ahl al-Hadits, bukan Ahli Fikih
menurut sebagian uma , maka tampak jelas bahwa sunnah sangat mempengaruhinya
dalam menetapkan hukum. Tetapi karena ia termasuk Imam al-Rihalah, ada pula
pengaruhnya dalam menghadpi perubahan keadaan yang sudah jauh berbeda dari keadaan
pada zaman Rasulullah SAW., yang diketahui dari hasits-hadits, terutama dalam bidang
siyasah . karena itu dalam siyasah ini Imam Ahmad sering menggunakan  Mashlahah
Mursalah dan Istihsan sebagai dasar hukum bila tidak ditemukan n ash atau qaul sahabat.
Karena Imam Ahmad sebagai Ahl al-Hadits, maka ia sangat kuat berpegang kepada
hadits, bahkan hal tersebut menjadikan ia terlalu takut untuk menyimpang dari ketentuan
hadits, bahkan ketentuan atsar,  hal tersebut tampak jelas, ketika ia menghadapi
perbedaan pendapat yang terjadi di antara para Tabiín dimana ia tidak berani memilih
salah satu di antara pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para Tabiín tersebur,
apalagi pendapat para sahabat Nabi SAW.

Adapun metode  Istidlal Imam Ahmad ibn Hanbal dalam menetapkan hukum adalah:

1. Al-Qur’an dan Al-Sunnah Al-Shahih

Jika Imam Ahmad Ibn Hanbal sudah menemukan Nash, baik dari Al-Qur’an
maupun dari al-Hadis al-Shahih, maka dalam menetapkan hukum islam beliau akan
menggunakan Nash tersebut sekalipun ada faktor lain yang bisa dipakai bahan
pertimbangan. Seperti dalam masalah iddah wanita hamil yang ditinggal mati
suaminya. Dan tidak memakai fatwa Abdullah bin Abbas sama dengan Imam Asy-
Syafi’i yang berpendapat bahwa masa iddahnya adalah rentang waktu terpanjang
dari dua ketentuan masa iddah dan tetap berpegang pada nash Al-Qur’an, yaitu
empat bulan sepuluh hari
2. Fatwa para Sahabat Nabi SAW

    Apabila ia tidak mendapatkan suatu nash yang jelas, baik dari Al-Qurán
maupun dari hadits sahih , maka ia menggunakan fatwa-fatwa dari para Sahabat
Nabi yang tidak ada perselisihan diantara mereka.

3. Fatwa para Sahabt Nabi yang timbul dalam perselisihan diantara mereka yang
diambilnya yang lebih dekat kepada nash Al-Qurán dan sunah. Apabila Imam
Ahmad tidak menemukan fatwa para sahabat Nabi yang disepakati sesame mereka,
maka beliau menetapkan hukum dengan cara memilih dari fatwa-fatwa mereka
yang dipandang lebih dekat kepada Al-Qurán dan Sunnah.

4.    Al-Hadis al-Mursal dan al-Hadis a-Dhaif


Menggunakan hadis mursal dan hadis dhaif jika tidak ada dalil lain yang
menguatkannya didsahulukan daripada qiyas. Adapun hadis dhaif menurut versi
Imam Ahmad bukan hadis batil atau munkar, atau ada perawinya yang dituduh dusta
serta tidak boleh diambil hadisnya. Namun yang beliau maksud kandungan hadis
dhaif adalah orang yang belum mencapai derajat tsiqah, tetapi tidak sampai dituduh
berdusta dan jika memang demikian maka beliaupun bagian dari hadis yang Shahih.
[7]
5.  Qiyas
Apabila Iman Ahmad tidak mendapatkan nash, baik Al-Qurán dan Sunnah
yang sahih serta fatwa-fatwa sahabt, maupun hadits dhaíf  dan mursal,  maka Imam
Ahmad dalam menetapkan hukum menggunakan qiyas. Kadang-kadang Imam
Ahmad pun menggunakan al-Maslahih al-Mursalah  terutama dalam bidang
siyasah. Sebagai contoh, Imam Ahmad pernah menetapkan hukum Ta’zir terhadap
orang yang selalu berbuat kerusakan dan menetapkan hukum had  yang lebih berat
terhadap orang yang minum khamar pada siang hari di bulan Ramadhan. Cara
tersebut banyak diikuti oleh pengikut-pengikutnya. Begitu pula dengan Istihsan,
Istishab, dan sad al-Dzaraí, sekalipun Imam Ahmad itu sangat jarang
menggunakannya dalam menetapkan hukum.
Imam Ahmad ibn Hanbal mengkaji serta meneliti dengan cermat hadits-
hadits yang ada kaitannya dengan halal dan haram. Begitu pula terhadap sanad-
sanad hadits itu , tetapi beliau agak longgar sedikit dalam menerima hadits-hsdits
yang berkaitan dengan ajran-ajaran akhlak dan keutamaan-keutamaan dalam amal
ibadah dan adat istiadat yang terpuji, sebgaimana Imam Ahmad menyebutkan
sebagai berikut: “Apabila kami terima dari Rasulullah hadits yang mennerangkan
halal dan haram , juga menerangkan tentang Sunnah dan hukum-hukum , kami
menelitinya dengan sangat hati-hati dan begitu juga sanad-sanadnya, tetapi apabila
kami menerima hadits tentang masalah yang tidak berkaitan dengan hukum, kami
longgarkan sedikit”.
C. Produk piqih imam ahmad bin hambal
Ibrahim dasuqi al-syahawi (1961:23-63), dalam kitab al-syawariqah fi al-tasyri al-
islarzi muqaran(an) bi al-qanun al-wad’i, menjelaskan tentang syarat-syarat
penegakan sanksi potong tangan. Dari sisi pelaku pencurian,Syarat-syarat yang mesti
di penuhi adalah pencurinya sudah mukallaf, dapat memilih, merdeka, dan bukan
pemilik, meskipun syubhat. Sedangkan syarat dari segi benda adalah benda yg di
curinya berupa harta dan mencapai nishab.
Menurut Ahmad bin hambal, nishab harta curian yang pencurinya harus di kenai
sanksi potong tangan adalah ¼ dinar atau 3 dirham. Menurutnya, pencuri yg kadar
curiannya mencapai seperempat dinar harus di potong tangan meskipun tidak
sebanding dengan tiga dirham. Begitu juga, pencuri yang kadar curiannya mencapai
tiga dirham harus di potong tangan meskipun tidak sebanding dengan seperempat
dinar. Adapun nishab bagi pencuri selain barang tambang adalah seharga seperempat
dinar. Adapun nishab bagi pencuri selain barang tambang adalah seharga seperempat
dinar atau tiga dirham. (ibrahim Dasuqi al-syahawi, 1961:41)
Dalam bidang pemerintahan Ahmad bin hambal berpendapat bahwa khalifah harus
dari kalangan Quraisy (Muhammad Abu Zahrah t.th:347). Sedangkan ketaatan kepada
khalifah adalah mutlak meskipun khalifah termasuk fajir. Muhammad Abu Zahrah,
(t.th:348) mengatakan bahwa ahmad ibnu hambal berpendapat:
Mendengarkan dan taat kepada para imsm dan amirul mukminin (adalah
wajib), baik ia seorang yang baik maupun yang fajir
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ahmad ibn hambal mewajibkan umat islam taat
kepada imam dan ‘amirul mukminin. Orang yang tidak taat kepada imam di pandang
telah berlaku maksiat; dan apabila seseorang meninggal dalam keadaan tidak taat
kepada pemimpin, ia termasuk yang mati dalam keadaan jahiliah; karena Nabi
Muhammad Saw bersabda:

Jika orang yang keluar dari ketaatan kepada imam meninggal dunia; maka ia
mati sebagai jahiliah.(Abu Zahrah t.th:348)

Dalam bidang muamalah, trutama tentang khiyar al-majlis. Imam Ahmad berpendapat
bahwa jual beli belum di anggap lazim meskipun terjadi ijab dan qabul (akad)-
Apabila penjual dan pembeli masih satu ruangan yang di tempat itu akad di lakukan.
Apabila keduanya atau salah satunya tidak di tempat itu lagi (berpisah), maka akad itu
lazim. Alasannya adalah hadist riwayat malik dari nafi’ dan abdullah bin umar r.a
yang menyatakan bahwa nabi Muhammad saw bersabda:
Setiap penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar (Pilih)
Selama keduanya belum berpisah. (Daib al-bu’a, 1993:491-2)
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka kita dapat mengetahui bahwasanya
Ahmad Ibnu Hanbal merupakan seorang ilmuwan hukum yang relatif paling tektual
dalam memahami al-Qur’an dan sunah. Akan kecintaan beliau kepada sunnah dan hadits
Nabi, sehingga tidak heran bila ada suatu golongan yang menyebutnya sebagai ilmuwan
hadits daripada ilmuwan fiqih. Sebagai pembela hadits Nabi yang sangat gigih dapat
dilihat dari cara-cara yang digunakan dalam memutuskan hukum, yakni tidak
menggunakan akal kecuali dalam keadaan sangat terpaksa.

Fatwa-fatwa Ahmad bin Hanbal didasarkan atas 5 hal :

Ø  Nash Al-Qur’an dan Hadits Marfu’

Ø  Fatwa para sahabat

Ø  Bila ada perselisihan diambil yang paling dekat dengan nash al-Qur’an atau hadits

Ø   Hadits Mursal dan hadits Dha’if

Ø  Qiyas
DAFTAR PUSTAKA

http://kbpa-uinjkt.blogspot.com/2013/05/biografi-imam-ahmad-bin-hanbal.html

Dr. H. A. Hasyim nawawi Tarikh tasyri’ ( Penerbit : jenggala Pustaka utama Surabaya 2014

https://marhamahsaleh.wordpress.com/tarikh-tasyri-2/

Anda mungkin juga menyukai