Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IMAM AHMAD BIN HANBAL


(Pemikiran Mazhab dan Karya-Karyanya)
Disusun guna memenuhi mata kuliah Fiqh Muqaran
Dosen pengampu : Dr. Ilda Hayati, Lc., MA

Disusun Oleh :
MHD SYAHRUR ROMADHON (20621028)
M. EKO PRAMONO. W (20621027)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FALKULTAS SYARIAH dan EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan,
kesempatan dan kasih sayang yang telah dicurahkan sehingga makalah IMAM AHMAD BIN
HANBAL (Pemikiran mazhab dan karya-karyanya) dapat diselesaikan, Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah FIQH MUQARAN. semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis
miliki sangat kurang. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Curup, 5 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Pola Pemikiran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
dalam Menetapkan Hukum.................................................................................2
B. Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal..............................................................4
BAB III PENUTUP.......................................................................................................6
A. Kesimpulan.........................................................................................................6
B. Saran...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan hukum Islam setelah Rasulullah SAW wafat berkambang begitu pesat.
Hal itu dikarenakan pola pikir umat Islam dalam berpendapat tentang hukum berbeda-
beda. Umat Islam mengalami dilematis dalam menetapkan hukum setelah Rasulullah
wafat, karena begitu banyak masalah-masalah hukum baru yang muncul yang belum ada
nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian muncullah berbagai pendapat
mengenai hukum tentang suatu hal. Dalam islam hal seperti ini dibolehkan dengan syarat
harus di musyawarahkan dengan ulama-ulama yang lain atau dengan kata lain berijtihad.
Jika kita tidak mampu berijtihad dikarenakan keterbatasan pengetahuan kita, maka kita
harus mengikuti ijtihad dari salah seorang mujtahid yang ia percayai. Dari situlah muncul
hukum-hukum islam dari hasil ijtihad para ulama, yang mana lahirlah yang disebut
mazhab. Dari penjelasan di atas, kami akan membahas lebih lanjut mengenai mazhab-
mazhab fiqih tersebut. yang khususnya membahas tentang madzhab Imam Ahmad Ibn
Hanbal.
Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah Islam
yang dikenal sebagai seorang ulama, faqih, dan mujtahid yang paling berpengaruh pada
masanya. Beliau hidup pada abad ke-8 Masehi dan merupakan pendiri salah satu mazhab
empat dalam fikih Islam, yaitu Mazhab Hanbali. Kehidupan dan pemikiran Imam Ahmad
bin Hanbal memiliki pengaruh yang luas dalam sejarah perkembangan keilmuan dan
pemikiran Islam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran mazhab Imam Ahmad bin Hanbal?
2. Apa saja karya-karya Imam Ahmad bin Hanbal?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut maka makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pemikiran mazhab Imam Ahmad bin Hanbal
2. Mengetahui karya-karya Imam Ahmad bin Hanbal

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pola Pemikiran dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Menetapkan


Hukum
Imam Ahmad ibn Hanbal adalah salah seorang pemuka Ahlu al-Hadits yang telah
disepakati oleh para ulama, namun sebagai seorang ahli fiqh masih diperselisihkan.
Karena itu, Imam ibn Jarir al-Thabary tidak memperhitungkan pendapat-pendapatnya
dalam menghadapi khilaf dalam masalah fiqh di kalangan para fuqaha'. Menurutnya,
Imam ibn Hanbal termasuk Ahlu al-Hadits, bukan Ahlu al-Fiqh. Ibn Abd. al-Barr dalam
kitabnya al Intiqa, hanya menyebutkan tiga orang imam ahli fiqh, yaitu: Abu Hanifah,
Malik dan al-Syafi'i. Juga Ibn Qutaibah di dalam kitabnya, al-Ma'arif, tidak memasukkan
Ahmad ibn Hanbal dalam bilangan Ahli Fiqh. Al-Maqdisy pun memasukkan Ahmad ibn
Hanbal dalam bilangan muhaddisin, bukan fuqaha.
Ahmad Amin dalam Dhuha al-Islam menyimpulkan, bahwa sebenarnya fiqh Ahmad
ibn Hanbal lebih banyak didasarkan pada hadits, yaitu apabila terdapat hadits yang shahih,
sama sekali tidak diperhatikan faktor-faktor lainnya dan apabila didapati ada fatwa
sahabat, maka fatwa sahabat tersebut diamalkan. Tetapi apabila didapati beberapa fatwa
sahabat dan fatwa mereka tidak seragam, maka dipilih mana di antara fatwa sahabat
tersebut yang mendekati al-Qur'an dan Sunnah. Adakalanya para sahabat berbeda
pendapat dalam suatu masalah. Dalam hal yang demikian, kedua masalah tersebut
diriwayatkan oleh Ibn Hanbal, dalam arti kedua pendapat tersebut dipakai sebagai hujjah.
Apabila didapati hadits mursal atau dha'if, maka hadits tersebut lebih dikuatkan
ketimbang qiyas. Ia tidak menggunakan qiyas, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Ia
juga tidak senang terhadap fatwa tanpa didasarkan pada atsar.1
Imam Ahmad ibn Hanbal pada dasarnya tidak menulis kitab fiqh secara khusus,
karena semua masalah fiqh yang dikaitkan dengannya sebenarnya berasal dari fatwanya
sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang pernah ditanyakan kepadanya. Sedangkan
yang menyusunnya sehingga menjadi sebuah kitab fiqh adalah para pengikutnya. Figh
Ahmad ibn Hanbal dapat dipastikan sangat diwarnai oleh hadits.
Sebagai ulama dari golongan Ashhab al-Hadits, apalagi dikatakan Imam Ahmad itu
termasuk Imam Ahlu Sunnah pada zamannya, sehingga sebagai Muhadditsin, tentulah itu
akan sangat besar pengaruhnya terhadap pendapatnya.
1
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab (Logos, n.d.), hlm 140-141.

2
Karena Imam Ahmad termasuk Ahlu al-Ha dits, bukan Ahli Fiqh menurut sebagian
ulama, maka tampak jelas bahwa Sunnah sangat mempengaruhinya dalam menetapkan
hukum. Tetapi karena ia termasuk Imam al-Rihalah, ada pula pengaruhnya dalam
menghadapi perubahan keadaan yang sudah jauh berbeda dari keadaan di zaman
Rasulullah SAW. yang diketahui dari hadits-hadits, terutama dalam bidang siyasah.
Karena itu, dalam siyasah ini Imam Ahmad serin: menggunakan Mashlahah Mursalah
dan Istihsan sebaai dasar hukum bila tidak ditemukan nash atau qaul sahabat. Karena
Imam Ahmad seba:ai Ahl al-Hadits, maka ia sangat kuat berpegang kepada hadits, bahkan
hal tersebut menjadikan ia terlalu takut menyimpang dari ketentuan hadits, bahkan
ketentuan atsar. Hal tersebut tampak jelas, ketika ia menghadapi perbedaan pendapat
yang terjadi di arftara para tabi'in, dimana ia tidak berani memilih salah satu di antara
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para tabi'in tersebut, apalagi pendapat para
sahabat Nabi SAW.
Adapun Imam Ahmad bin Hanbal dalam menetapkan suatu hukum pasti berlandaskan
kepada dasar-dasar berikut:2
1. Nash al-Qur’an dan Hadits, yakni apabila beliau mendapatkan nash, maka beling tidak
lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan pendapat-pendapat
sahabat yang menyalahinya,
2. Fatwa sahaby, yaitu ketika beliau tidak memperoleh nash dan beliau mendapati
sesuatu pendapat yang tidak diketahuinya bahwa hal itu ada yang menentangnya,
maka beliau berpegang kepada pendapat ini, dengan tidak memandang bahwa
pendapat itu merupakan ijma’.
3. Pendapat sebagian sahabat, yaitu apabila terdapat beberapa pendapat dalam suatu
masalah, maka beliau mengambil mana yang lebih dekat kepada al-Qur’an dan
Sunnah.
Terkadang beliau tidak mau memberi fatwa, apabila beliau tidak memperoleh
pentarjih bagi suatu pendapat itu.
4. Hadits Mursal atau Hadits daif. Hadits Mursal atau Hadits daif akan tetap dipakai, jika
tidak berlawanan dengan sesuatu atsar atau dengan pendapat seorang sahabat.
5. Qiyas, baru beliau pakai apabila beliau memang tidak memperoleh ketentuan
hukumnya pada sumber-sumber yang disebutkan pada point 1-4 di atas.
Perlu diingat, bahwa Qiyas yang mendapat porsi yang kecil dalam penetapan suatu
hukum (berdasarkan urutan sumber yang digunakan) bisa saja porsi yang kecil ini,
2
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, n.d.), hlm 230-231.

3
menyelesaikan berbagai masalah walaupun bagaimana banyaknya, apabila tidak
ditemukan hukumnya dalam nash.

B. Karya-karya Imam Ahmad bin Hanbal


Imam Ahmad ibn Hanbal menurut Shubhiy Mahmasaniy secara mapan mengajarkan
ajaran keagamaannya adalah di Baghdad. Kalau terbukti bahwa pengikut Imam Ahmad
ibn Hanbal ini tidak sebanyak imam-imam mazhab yang lainnya, kiranya dapat
dimengerti, karena untuk masyarakat yang sudah kompleks kehudupannya seperti di
Baghdad bahkan di Irak pada umunya, tentu tidak semudah masyarakat yang masih
sederhana seperti di Madinah atau di Hijaz pada umumnya untuk dapat menerima hadits
sebagai sumber hukum dalam menghadapi kehidupan. Mazhab Hanbali termasuk paling
sedikit jumlah pengikutnya. Sampai dengan tahun 1968 tidak lebih dari 10 juta orang
saja.3
Ahmad ibn Hanbal tidak mengarang selain dari hadits dan sunnah. pada keseluruhan
kitab-kitabnya membicarakan hadits-hadits Rasulullah SAW. sehingga surat atau
risalahnya pun juga dengan pembicaraan yang sama. Kesemuanya berdasarkan kepada
dalil-dalil dari Al-Qur’an atau percakapan-percakapan Rasulullah juga sahabat-
sahabatnya, dan percakapan sahabat (Atsarus-Sahabah).
Kitabnya yang termasyhur sekali ialah "Al-Masnad” yang mana beliau menghimpun
di dalamnya banyak hadits-hadits Rasulullah SAW. Beliau mulai menyusun kitab tersebut
pada tahun 180 Hijriah.4
Apabila ada perselisihan di kalangan orang banyak tentang hadits Rasulullah mereka
merujukkan kepada kitab tersebut, bcliau berkata : Jika ada sesuatu perselisihan atau
pertentangan tentang hadits hendaklah kamu kembali kepada "Al-Masnad”. Jika kamu
dapatinya ia adalah hujjah dan sekiranya tidak ada maka ia tidak menjadi hujjah.
Ahmad ibn Hanbal memuatkan ke dalam kitabnya "Al-Masnad” empat puluh ribu
hadits. Beliau telah memilihnya dari tujuh ratus ribu hadits. Sebagian dari para ulama
mengatakan semua hadits-haditsnya adalah sahih. Tetapi menurut apa yang sebenarnya
terdapat juga hadits-haditsnya yang lemah, sungguh pun demikian ia ada merupakan
sebuah kitab yang besar.5

3
Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab. Hlm 145.
4
Ahmad bin Ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal. Ed. Shu’ayb Al-Arna’ut (Beirut: Dar al-Kutub
al-’Ilmiyah, 1990).
5
Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah Dan Biografi Empat Imam Mazhab (penerbit Amzah, n.d.) hlm 229.

4
Di antara kitabnya juga ialah kitab ”Az-Zuhd” kitab ini membicarakan tentang zuhud
Nabi-nabi, sahabat, dan khalifah dan juga sebagian dari imam-imam yang berdasarkan
kepada hadits, atsar dan akbar-akbar.6 Di antaranya ialah kitab "As-Salah”, adalah sebuah
kitab yang kecil yang dikeluarkan bersama-sama kitab yang lain.
Antara kitabnya juga : Al-Manasikul Kabir, Al-ManasikusSaghir, At-Taufik, An-
Nasikh wal Mansukh, Al-Muqaddim wal Muakhir fi Kitabiillah Ta'ala, Fadhails Sahabah
dan lain-lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
6
Ahmad bin Ibn Hanbal, Al-Zuhd. Ed. ’Abd Al-Qadir Al-Arna’ut. (Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, 1993).

5
Imam Ahmad bin Hanbal adalah tokoh yang sangat penting dalam sejarah Islam.
Kehidupan dan pemikirannya memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
keilmuan dan pemikiran agama dalam Islam. Imam Ahmad secara konsisten
mempertahankan keaslian dan otoritas sumber-sumber utama agama, Al-Quran dan
Sunnah Rasulullah SAW. Beliau menekankan pentingnya mengikuti nash-nash Al-Quran
dan hadis-hadis sahih dalam menentukan hukum-hukum agama.
Salah satu karya terkenal Imam Ahmad adalah "Musnad Imam Ahmad bin Hanbal",
yang merupakan koleksi hadis yang sangat luas. Karya ini telah menjadi salah satu
sumber utama dalam studi hadis dan ilmu hadis dalam tradisi Islam. Selain itu, Imam
Ahmad juga menghasilkan kumpulan karya-karya yang lain yang sangat berpengaruh
untuk khazanah keilmuan dunia islam.

B. Saran
Saran dari penulis dalam menyusun makalh ini adalah agar para pembaca tidak hanya
berpatok dan berhenti pada makalah ini saja, diharapkan para pembaca mencari tambahan
referensi mengenai pemikiran dan karya Imam Ahmad bin Hanbal karena makalah ini
tidak terlepas dari banyaknya kekurangan yang perlu ditambahkan lagi terkait permasalah
yang dibahas.

DAFTAR PUSTAKA

Asy-Syurbasi, Ahmad. Sejarah Dan Biografi Empat Imam Mazhab. penerbit Amzah, n.d.
Hasan, M. Ali. Perbandingan Mazhab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, n.d.
6
Ibn Hanbal, Ahmad bin. Al-Zuhd. Ed. ’Abd Al-Qadir Al-Arna’ut. Beirut: Dar al-Kutub
al-’Ilmiyah, 1993.
———. Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal. Ed. Shu’ayb Al-Arna’ut. Beirut: Dar al-Kutub
al-’Ilmiyah, 1990.
Yanggo, Huzaemah Tahido. Pengantar Perbandingan Mazhab. Logos, n.d.

Anda mungkin juga menyukai