Anda di halaman 1dari 19

BAGAIMANA ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN DALAM

KEBERAGAMAN
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN: St. Mutmainnah., S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh:
Besse Suci Mutiara
Winda Astuti
Syahria

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehinggat Kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Bagaimana Islam Membangun Persatuan Dalam Keberagaman”.
Shalawat dan salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta
segenap keluarga dan para sahabatnya.

Dalam proses penulisan sampai tahap penyelesaiannya, Kami banyak


mendapat bantuan motivasi dari berbagai pihak. Sebagai tanda syukur dan balas
budi kepada mereka, diucapkan banyak terima kasih khususnya kepada Dosen
Pembimbing telah memberikan arahan, panduan, serta masukan berharga dalam
penulisan makalah ini. Kepada Teman-teman Sekampus yang telah memberikan
dukungan, inspirasi, dan diskusi yang berarti selama proses penulisan.

Kami bersedia menerima keritik dan saran dari pembaca. Kami akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki makalah ini di masa datang.

Makassar, 31 Oktober 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR………………..………………..………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………….……..iii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………1

A. Latar Belakang……………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………...……..2
C. Tujuan Penelitian………………….………………..3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..4

A. Konsep Keberagaman Islam.....................................


B. Awal lahirnya Mazhab dalam Islam..........................
C. Teologi Mazhab dalam Islam...................................
D. Mendeskripsikan Konsep Keberagaman Islam........
E. Membangun Persatuan Umat dalam Keberagaman..
F. Pentingnya mengenal Mazhab dan Bermazhab........

BAB III PENUTUP……………………………………………………………

A. Kesimpulan………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia merupakan suatu kondisi
yang terkadang rawan menimbulkan konflik antarkelompok masyarakat. Konflik
tersebut dapat muncul bukan hanya karena perbedaan suku, pandangan
politik, atau agama, tetapi dalam beberapa kasus karena perbedaan latar
belakang mazhab yang sebenarnya masih dalam satu agama yang sama.

Contoh riil dari konflik tersebut dapat dilihat dalam perselisihan antara
beberapa pengikut mazhab Sunni dan Syiah di beberapa wilayah di Indonesia.
Secara fisik, kontradiksi antara dua mazhab ini tidak begitu kentara. Akan tetapi,
terkadang, konflik juga muncul bahkan sampai pada tahap terjadi kontak fisik
antara para pemeluk mazhab yang berbeda.

Data dari berbagai lembaga penegak hukum dan hak asasi manusia di
Indonesia menunjukkan bahwa konflik antara beberapa pemeluk mazhab Sunni
dan Syiah selalu ada tiap tahun dengan berbagai ukuran dan bentuk (Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), 2012: 51; Denny
J.A., 2014: 61-62; dan Zaitun Abdullah dan Endra Wijaya, 2014: 93-94).

Konflik antarmazhab yang tidak bisa diselesaikan sepenuhnya berisiko


merusak struktur masyarakat. Hal seperti ini dapat dilihat dalam konflik yang
berlangsung di negara-negara lain seperti Irak dan Suriah, yang saat ini sedang
dalam perang saudara. Berdasarkan penjelasan di atas, upaya minimalisasi isu-
isu perbedaan
mazhab yang memicu konflik jelas perlu untuk dilakukan. Salah satu cara yang
bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan perbedaan-perbedaan mazhab yang
ada dalam Islam pada materi perkuliahan di perguruan-perguruan tinggi.
Namun, tidak hanya sekedar menjelaskan perbedaan mazhab, tetapi juga
mengemas penjelasan tersebut dalam konteks toleransi dalam rangka
meningkatkan kerukunan antar umat beragama manusia.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep keberagaman islam?


2. Apa sumber historis, sosiologis, dan teologis konsep keberagaman
islam dan membangun persatuan umat dalam keberagaman?
3. Bagaimana Perbedaan Mazhab dalam Islam muncul?
4. Mengapa kita perlu mengenal mazhab mazhab dalam Islam?
5. Bagaimana cara membangun persatuan dalam keberagaman?

C. Tujuan penulisan

1.Untuk mengetahui konsep keberagaman dalam islam


2. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, dan teologis konsep
keberagaman islam dan membangun persatuan umat dalam
keberagaman
3. Mengetahui Perbedaan Mazhab dalam Islam muncul
4. Alasan perlunya mengenal mazhab mazhab
5. Untuk mengetahui cara membangun persatuan dalam keberagaman
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keberagaman Islam

Nabi Muhammad SAW. adalah nabi terakhir. Misi kenabian beliau


tidak seperti para nabi sebelumnya yang selesai ketika nabi tersebut
wafat. Misi kenabian Nabi Muhammad SAW. terus berlangsung hingga
hari Kiamat. Setelah beliau wafat, misi kenabian beliau dilanjutkan oleh
para ulama. Melalui kemampuan dan pengetahuan mereka, para ulama
berusaha untuk menemukan, meneliti, menafsirkan, dan menarik
kesimpulan tentang masalah hukum islam apa pun sesuai dengan zaman
di mana mereka hidup. Sedangkan budaya, kehidupan sosial, dan
kondisi politik yang dialami seorang ulama tentu berbeda dengan ulama
lainnya.
Fakta di atas menunjukkan bahwa perbedaan pemikiran hukum di
antara para ulama adalah suatu keniscayaan. Para ulama ini memiliki
penganut dan pengikutnya masing-masing, yang kemudian mengkristal
menjadi aliran. Kondisi ini akan memunculkan aliran-aliran atau
mazhab-mazhab fikih.
Mazhab fikih ini telah mengalami banyak proses mulai dari
pembentukan, difusi dan pembaharuan. Islam sebagai realitas religio-
kultural hadir dalam dua korpus utama, yaitu Islam sebagai korpus
wahyu, dan Islam sebagai korpus historis. Islam sebagai korpus wahyu
adalah Islam ideal dalam kerangka wahyu, bersifat normatif atau high
tradition, sesuai denga nisi dan kandungan Al-Quran; sedangkan Islam
sebagai korpus historis adalah Islam dalam kerangka local tradition
seperti yang dibaca, dipahami dan dipraktikkan oleh penganutnya dalam
konteks temporal dan spasial yang berbeda.
Bassam Tibi (1991) menyebut Islam wahyu sebagai models for
reality dan Islam historis sebagai models of reality. Jika Islam model
pertama berisi daftar sejumlah doktrin dan dogma, maka Islam model
kedua berisi "kotak" multikultural yang mewakili realitas budaya dan
agama yang beragam. Delapan kotak (wilayah) berikut menggambarkan
wilayah yang disebut realms of Islam, yaitu 1) Arab, 2) Persia, 3) Turki,
4) Anak Benua India, 5) Indo-Melayu, 6) Sudanic Afrika (Afrika
Hitam), 7) Sino Islamic, dan 8) Western Hemisphere (Barat).
Satu hal yang juga harus dipahami, bahwa keberagaman kultural
tersebut sama sekali tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap
syariat Islam yang bersumber pada nash-nash keagamaan (Al-Quran dan
As-Sunnah) dan melahirkan keberagaman pemahaman serta praktik-
praktik keagamaan yang sarat dengan perbedaan. Secara religio-kultural
pada diri Islam historis tidak hanya dijumpai keberagaman yang disebut
"multikultural", namun juga didapati keberagaman yang disebut
”multisyariat”.
Model keragaman kaum sufi (yang benar) tampak seperti Islam yang
diajarkan dan diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW. Kaum sufi
selalu melakukan jihād akbar (jihad terbesar), yaitu berjuang
mengendalikan hawa nafsunya sendiri agar tunduk pada hati nuraninya.
Kaum sufi menjalankan agama dan beribadah dengan sungguh-
sungguh. Meskipun kaya, kaum sufi akan tetap memilih hidup
sederhana (zuhud). Mereka bekerja keras dan profesional (sesuai
bidangnya masing-masing), tetapi bukan semata-mata mencari
kekayaan duniawi saja. Mereka menjalankan pola hidup tersebut
sebagai bentuk ketaatan kepada Nabi SAW. yang memerintahkan
mereka untuk bekerja keras dan profesional. Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya”. Kaum sufi juga memiliki kepedulian yang
tinggi akan lingkungan dan kehidupan sosial. Model beragama seperti
ini tentu dianggap asing bagi kebanyakan orang. Mungkin inilah arti dari
hadits Nabi "Islam itu asing". Pandangan para imam Madzhab
mengungkapkan tiga hal: (1) Umat Islam harus kritis, yaitu menjadikan
Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai rujukan utama dalam beragama; (2)
Umat Islam boleh menggunakan fatwa imam (madzhab) sebagai acuan
dalam beragama, selama fatwa imam itu tidak bertentangan dengan Al-
Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad; dan (3) Umat Islam tidak boleh
menyalahkan aliran pemikiran dan keyakinan agama yang berbeda,
selama aliran dan keyakinan agama tersebut bersumber dari Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi Muhammad.
Pandangan para imam Madzhab mengungkapkan tiga hal: (1) Umat
Islam harus kritis, yaitu menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai
rujukan utama dalam beragama; (2) Umat Islam boleh menggunakan
fatwa imam (madzhab) sebagai acuan dalam beragama, selama fatwa
imam itu tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi
Muhammad; dan (3) Umat Islam tidak boleh menyalahkan aliran
pemikiran dan keyakinan agama yang berbeda, selama aliran dan
keyakinan agama tersebut bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi
Muhammad. Berdasarkan pertimbangan tersebut, ukhuwah umat Islam
harus terus diperjuangkan, agar umat Islam menjadi umat yang sangat
kuat.

B. Awal Lahirnya Mazhab dalam Islam


Masa Mahzab dalam Islam :

1. Masa Nabi Muhammad (609-632 M), Ketika Nabi masih hidup,


semua ajaran islam diajarkan dan dibawa oleh beliau. Maka dari itu, di
era nubuwah belum lahir perbedaan mazhab. Orang yang beragama
islam diharuskan mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Karena beliau merupakan utusan dari Allah SWT.
2. Masa khulafaurrasyidin 632-661 M). Awal lahirnya Perbedaan
mazhab saat Rasul meninggal dunia, yakni saat kaum muslimin mencari
tokoh yang sangat pantas untuk menggantikan Rasul membawakan
ajaran agama islam. Pada saat itu, Kaum Muhajirin berpendapat bahwa
mereka paling dekat kekerabatanya dengan Rasul serta orang yang
paling awal mendukung Nabi Muhammad saat masih hidup. Kaum
Ansar pun ikut berpendapat bahwa Agam Islam menjadi makmur dan
Berjaya berkat perlindungan dan kekuatan kaum Ansar sendiri. Karena
perselisihan tersebut, Sahabat Nabi yakni Umar bin Khathab r.a.
menetapkan kalau Abu Bakar Shiddiq r.a. (kaum Muhajirin) sebagai
khalifah, yang akhirnya disepakati oleh kedua belah pihak.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S Ali 'Imran Ayat 103)”

3. Selanjutnya masa tabi’ut-tabi’in. awal abad kedua hijriah, kedudukan


ijtihad sebagai istinbathukum semakin sukses dan berjaya, sesudah
masa itu muncul para Imam mazhab dalam bidang hukum Islam, baik
dari golongan ahl al-Hadis, maupun dari golongan ahl al-Ra’yi. Di
kalangan jumhur masa ini muncul para Imam mazhab yang paling
populer melembaga di kalangan umat Islam termasuk pembukuannya
mulai dimodifikasikan dengan baik.

C. Teologi Mazhab dalam Islam


1. Latar belakang munculnya Mazhab teologi dalam Islam
Latar belakang munculnya teologi dalam Islam tidak jauh dari
permasalahan politik yang terjerumus kepada permasalahan agama.
Dari permasalahan yang terjadi dalam lapangan politik tersebut,. Kita
dapat mengetahui penyebab sesungguhnya pertentangan itu adalah
karena ingin memperebutkan kekuasaan politik yang menyebabkan
banyak korban yang jatuh, misalnya Utsman yang dibunuh oleh
Muhammad ibn Bakr. Ada juga Zubair dan Thalhah yang meninggal
terbunuh dalam perang dengan Ali. dan terbunuhnya Ali oleh kaum
Khawarij.
Kaum Khawarij dulunya adalah beberapa pengikut Ali yang keluar,
sedangkan pengikut lain yang masih mengikuti jalan Ali disebut kaum
Syi’ah. Dari sini bisa terlihat bahwa kasus politik telah merembet ke
pertarungan aqidah atau kepercayaan, sebagai akibatnya pada
perkembangan selanjutnya dapat memunculkan banyak sekali paham
atau mazhab teologi pada Islam.
2. Mazhab-Mazhab teologi dalam Islam
- Mazhab Mu'tazilah merupakan kelompok yang mengusung tema
teologi filosofis lebih dalam dari yang dibawa oleh Khawarij dan
Murzian. Mereka menggunakan banyak alasan dalam perdebatan dan
julukan rasionalis Islam. - Mazhab Asy'ariah adalah pemahaman yang
dikaitkan dengan Abu Hasanal-Asy'ari. Sebelumnya, Asy'ariah adalah
penganut paham Mu'tazilah, namun dalam perkembangan selanjutnya ia
menolak pandangan Mu'tazilah dan memisahkannya dari pemikiran
Mu'tazilah. Sebagai seorang Muslim yang sangat peduli dengan
integritas umat Islam, ia sangat khawatir Al-Qur'an dan Al-Hadits bisa
menjadi korban aliran Mu'tazilah.
- Mazhab maturidiah sama seperti mazhab Asy'ariah yang masih
tergolong sunnah. Nama Maturidia berasal dari pendirinya, Muhammad
Bin Muhammad Abuman Sur. Seorang tokoh yang dikenal sebagai
Abman Sur Almaty. Dalam perkembangannya, Maturidia dan Asy'ariah
memiliki satu kesamaan. Hal ini dimungkinkan karena musuh yang
dihadapi kedua mazhab tersebut, yaitu golongan Mu'tazilah, sama.
Namun dalam hal lain, kedua sekolah berbeda pendapat. Keduanya
bekerja keras untuk memperkuat keyakinan yang terkandung dalam Al-
Qur'an dengan perdebatan dan bukti logis, tetapi satu sekolah
memberikan kekuatan yang lebih besar pada intelek daripada yang lain.

D. Mendeskripsikan Konsep Keberagaman Islam


Pada masa lalu jika berbicara tentang mazhab konotasi umat Islam
Indonesia adalah mazhab yang empat, maksudnya adalah mazhab
Syafi`i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali. Namun, kaum muslimin sekarang
memiliki konotasi lain, yaitu mazhab yang lima; maksudnya empat
mazhab tersebut ditambah mazhab Ja’fari, malah lebih dari itu (misal,
ditambah dengan mazhab Zhahiri). Adapun bagi kalangan pelajar
agama yang dimaksud dengan mazhab bukan sekedar mazhab fikih,
melainkan juga mazhab teologi, mazhab tasawuf, dan mazhab bidang
lainnya. Dalam bidang fikih pun bukan hanya lima mazhab, tetapi lebih
dari itu. Dengan kemajuan teknologi informasi, kita – suka ataupun
terpaksa – akan mengetahui beragamnya mazhab dalam Islam.
Beragamnya mazhab di Indonesia, muncul pertanyaan, mengapa NU
(dalam bidang fikih) berpegang kepada empat mazhab? Alasannya:
pertama, banyak dalil yang mengharuskan umat Islam mengikuti ahlus
sunnah wal jamā’ah, dan keempat mazhab ini jelas sekali memiliki ciri-
ciri ahlus sunnah wal jamā’ah; kedua, ada perintah taklid kepada ulama
(mengikuti pendapat ulama), sedangkan keempat imam mazhab
merupakan ulama besar; ketiga, keempat imam mazhab telah
mencurahkan. dirinya dalam meneliti pendapat-pendapat yang
dipastikan dan yang belum dapat dipastikan sehingga para pengikutnya
terbebas dari segala perubahan dan penyimpangan, dan imam mazhab
mengetahui hadis yang sahih dan yang lemah; dan keempat, ulama dari
generasi ke generasi mengikuti empat mazhab.

Alasan Muhammadiyah tidak bermazhab: pertama, tidak ada dalil


yang mengharuskan memilih mazhab empat; kedua, keempat tokoh
imam mazhab memerintahkan pengikutnya untuk merujuk kepada
AlQuran dan As-Sunnah; dan ketiga, adanya dalil yang memerintahkan
berijtihad dan melarang taklid. Beragamnya mazhab dan keyakinan
religius dalam Islam di satu sisi mengharuskan setiap orang Islam perlu
terus belajar sepanjang hayat, jangan puas dengan pengetahuan agama
yang telah dimilikinya. Ini berarti menaati Nabi Muhammad yang
memerintahkan, “Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal laḫdi.” Artinya,
‘Carilah ilmu (ilmu agama yang benar) mulai dari buaian (artinya, pada
masa kecilnya perlu didikan yang benar) hingga masuk ke liang lahat.’
Makna hadis ini, antara lain, didiklah dengan agama yang benar (sesuai
dengan fitrah) ketika anak masih kecil. Adapun setelah dewasa (mulai
akil balig), maka setiap muslim harus terus belajar mencari ilmu (ilmu
shirāthal mustaqām, ilmu Islam kāffah) sepanjang hayat, dan baru boleh
berhenti mencari ilmu jika kematian menjemputnya. Keberadaan
mazhab Syafi`i sebagai mazhab yang dianut oleh penyebar Islam
pertama di Indonesia mengakibatkan pemikiran hukum Islam di
Indonesia sangat berpengaruh mazhab Syafi`i.
Keberadaan mazhab Syafi`i di Indonesia menjadikan beberapa
hukum di Indonesia mengadopsi hukum mazhab Syafi`i, ini
dikarenakan mazhab Syafi`i lebih dekat dengan kepribadian Indonesia.
(Rofiq, 2013, p. 11) Hal ini dapat dilihat dari cara menentapkan hukum
Imam Syafi`isalah satunya adalah dengan menggunakan urf‟, sehingga
selanjutnya Imam Syafi`imempunyai dua qaul yaitu Qaul Qodim dan
Qaul Jadid, penetepan hukum ini didasarkan pada kondisi kebudayaan
Irak dan Mesir, ini menunjukkan faktor kebudayaan menjadi salah satu
pengaruh terhadap penetapan fatwa Imam Syafi`I (Umam, 2017, p. 119)
sehingga ini menunjukkan ke fleksibel-an dan tolerannya mazhab
Syafi`i dalam menetapkan hukum fiqih Islam, berikut juga karakteristik
masyarakat Indonesia yang tidak terlepas dari kebudayaan yang sudah
mengakar sebelum Islam datang ke Indonesia.

E. Cara Membangun Persatuan Umat Dalam Keberagaman


Persatuan dalam dalam ajaran ajaran islam secara umum di sebut
ikhwan yaitu persaudaraan, yang secara umum ukhuawah islamiyah
yaitu persaudaraan dalam islam (saudara sesama umat umat islam) atau
juga kumpulan individu manusia yang bersatu ataumenjadi satu. Jelas
bahwa persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat damai
dandengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat bisa dapat
diwujudkan. Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak semena-
mena terhadap sesama bahkan terhadap yang seagama sekalipun.
Keberagaman kemudian berkembang dan dipergunakan untuk
menjelaskan terdapatnya variasi di tempat pekerjaan, karena dalam
suatu organisasi terdapat orang dengan berbagai latar belakang dan
budaya.
Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan
memahami pruralisme ini:
1) Keadilan yang obyektif Dalam konteks pruralisme, Keadilan
mencakup pandangan maupun tindakan kita terhadap pemeluk agama
lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita tidak suka dan
menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita
(outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam
memutuskan hukum, interkasi sosial maupun hal-hal lain. 2) Menjauhi
kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk
ketika melakukan dakwah. Dalam berdawah kita harus mengutamakan
dialog, kebijaksanaan dan cara-cara argumentatif lainnya (interfaith
dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya sendiri dalam memahami
tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan untuk
saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman,
dan mempertahankan keyakinan kita “Katakanlah olehmu (wahai
Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik pertemuan antara
kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64
3) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif
dalam kebaikan Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial
dengan semisal melakukan advokasi terhadap masyrakat tertindas
seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka kita tidak
boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan
berusaha menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu
bagi kita kaum muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka
dalam hal amal sosial.
Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja
sama dalam berbagai aspek kehidupan dan janii Allah melaui sabda
Nabi saw, akan mengundang rezki material dan spiritual. Jalinan
silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat
berhubungan dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana
sesama muslim mampu hidup damai, rukun, saling menghormati antar
golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah toleransi maka
menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal yang dimiliki oleh
seseorang maupun kelompok. Oleh karena itu, untuk mencegah adanya
perpecahan dalam persatuan dan kesatuan bangsa maka kita harus
menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa menjaga tali silaturrahmi
dalam berbagai aspek kehidupan.

F. Pentingnya mengenal Mazhab dan bermazhab


-Pentingnya mengenal mahzab
1 . Untuk memahami dan mengetahui pendapat para lmam Mazhab
dalam berbagai konflik yang sedang didiskusikan dari hukum serta
dalil-dalil yang jelas yang dapat dijadikan dasar bagi setiap pendapat
para Imam.
“Katakanlah (Muhammad), "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci
Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik." (Q.S Yusuf 108)
2. Tanpa mengenal mazhab dimungkinkan kita malah memusuhi sesama
Islam, yang tentunya akan memperlemah kekuatan umat Islam (padahal
musuh Islam adalah orang-orang kafir, orang-orang munafik, dan orang-
orang zalim)
3. Dengan begitu banyaknya Mazhab, ada banyak peluang untuk
mengatasi masalah kehidupan modern. Imam Syafii berpendapat bahwa
jika kulit laki-laki bersentuhan dengan kulit perempuan, maka wudhu
menjadi tidak efektif. Jamaah haji selalu ramai, sehingga pendapat ini
tidak dapat dipertahankan. Dalam situasi seperti itu, umat kita di mazhab
Syafi'i perlu pindah ke mazhab lain yang menyatakan bahwa wudhu
tidak batal ketika kulit laki-laki bersentuhan dengan kulit perempuan
(misalnya mazhab Hanafi). Bahkan, dalam situasi saat ini, kita mungkin
membutuhkan ide-ide baru yang lebih sesuai dengan konteks waktu dan
tempat.
- Pentingnya bermahzab
Seluruh umat Islam setuju bahwa dasar hukum syariat Islam adalah Al-
Qur’an dan assunnah yang wajib dijalani serta diamalkan kandungan
dan isinya. Kaum Muslimin wajib untuk mengikuti hukum-hukum
Allah itu langsung dari kedua sumber. Tapi realitanya banyak kaum
muslimin yang tidak mampu untuk melakukan istinbath hukum
langsung dari kedua sumber tersebut. Pentingnya bermazhab bermaksud
untuk terhindar dari penafsiran dalil Al-Qur’an yang asal yang bisa
menghancurkan isi kandungan Al-Qur’an dan hadist itu sendiri. Bisa
dibayangkan, jika seorang umat Islam langsung kembali pada Al-
Qur’an dan hadist hanya berbekal terjemahan atau sekedar bisa
membaca, tanpa dibekali ilmu yang mumpuni maka akan fatal
terjadinya kesalahan pemahaman
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perbedaan pemikiran hukum di antara para ulama adalah suatu keniscayaan.
Kondisi ini akan memunculkan aliran atau mazhab. Mazhab fikih ini telah
mengalami banyak proses mulai dari pembentukan, difusi dan pembaharuan.
Mazhab lahir saat Nabi Muhammad wafat. sejarahnya akibat konflik kaum
Muhajirin dan Ansar yang berujung perebutan kekuasaan politik oleh
beberapa mahzab. yang mana banyak sekali menimbulkan korban. Mazhab
diyakini sampai di Indonesia seperti NU yang meyakini 4 mazhab.
Keberadaan mazhab Syafi`i sebagai mazhab yang dianut oleh penyebar Islam
pertama di Indonesia mengakibatkan pemikiran hukum Islam di Indonesia
sangat berpengaruh mazhab Syafi`i. Ada banyak sekali cara Membangun
Persatuan Umat Dalam Keberagaman contohnya seperti bersikap adil dan
Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk
ketika melakukan dakwah. Sebagai Umat Islam, kita harus mengenal mahzab
serta berrmahzab agar tidak salah mengikuti suatu ajaran. apabila terdapat
pendapat dari suatu Imam, kita sudah dapat memahami isi kandungan dalil
tersebut dan mengetahui benar salahnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Anny Nailatur Rohmah & Ashif Az Zafi.2020.Jejak Eksistensi Mazhab


Syafi`i di Indonesia,
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tamaddun/article/view/63
25/pdf_8

Noval. 2020. MAKALAH ISLAM MEMBANGUN PERSATUAN


DALAM KEBERAGAMAN,
https://www.academia.edu/43046190/MAKALAH_ISLAM_MEMBANG

Payiz Zawahir Muntaha. 2017.Paradigma Pendidikan Islam Multikultural:


Keberagamaan Indonesia dalam Keberagaman,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/1279/1295

Zaenal Arifin.2019.MEMBANGUN PERSATUAN DALAM


KEBERAGAMAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM,
https://journal.unsika.ac.id/index.php/pendidikan/article/view/3171 Zaitun

Abdullah.Pendidikan Hukum Islam yang “Mendamaikan” Perbedaan


Antarmazhab,
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/5688/25.
Zaitun%20Abdullah%20dan%20Endra%20Wijaya.pdf?sequence=1&isAl
lowed=y

18
19

Anda mungkin juga menyukai