Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIRQAH MURJI'AH

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas "Kepesantrenan” yang


dibimbing oleh: Siti Babur Rahmah, SST

Oleh:

1. Nafa Umairahmah (2176610053)


2. Nofi Umairahmah (2176610055)
3. Desty Ebhil Puspita Sari (21766120103)
4. Nur Vadilah (2176610058 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI ALQODIRI
JEMBER
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, pentunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin
Yaa Robbal 'Alamiin.

Jember, 6 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................1

Daftar isi...............................................................................................................2

BAB I: PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang.........................................................................................3


1.2. Rumusan masalah...................................................................................3
1.3. Tujuan penulisan......................................................................................4

BAB II: PEMBHASAN

2.1. Pengertian Firqah Murji'ah......................................................................5

2.2. Sejarah Munculnya Firqah Murji'ah........................................................5

2.3. Tokoh-tokoh Pencetus Firqah Murji'ah..................................................6

2.4. Pokok-pokok ajaran Firqah Murji'ah.......................................................6

2.5. Pembagian Firqah Murji'ah dan Tokoh Pelopornya ............................8

2.6. I'tiqad - i'tiqad Kamu Murji'ah................................................................. 9

2.7. I'tiqad Kaum Murji'ah Yang Bertentangan Dengan Kaum Aswaja......10

2.8. Dasar Nash Al-Qur'an Aliran Murji'ah.................................................... 11

BAB III: PENUTUP

3.1. Kesimpulan...................................................................................................13

3.2. Saran.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kaum muslimin terpecah menjadi beberapa golongan yang mengusung pemikiran
yang berbeda. Hal ini tidak lain karena kaum muslimin jauh dari ajaran Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam dan jauh dari pemahaman Para Sahabat yang beragama.
Mengenai perpecahan ini, Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya:
"Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup, maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara yang baru, karena
ia adalah kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang mendapatinya, maka wajib
berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khulafa-ur rasyidin al-mahdiyin,
gigitlah ia dengan gigi gerahammu.” (HR At-Tirmidzi)
Al-Asy’ari menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Dasar Aliran
Theologi Islam, bahwa perpecahan dalam masyarakat muslim secara implisit muncul
sejak pemberontakan terhadap kekhalifahan Utsman bin Affan. Kemudian terjadi
perlawanan Mu’awiyah, Talha, dan Zubair terhadap Ali karena perebutan kekuasaan
politik. Pemberontakan melawan Utsman dipimpin oleh kaum Khawarij.
Pemberontakan dan perang saudara ini mengakibatkan reaksi keras umat muslim.
Reaksi ini menimbulkan dukungan masyarakat yang dikenal dengan Irja’. Sikap
pragmatis inilah yang kemudian dikenal sebagai suatu ajaran.
1.2. Rumusan Masalah

Berikut adalah rumusan masalah yang akan kita bahas dalam isi makalah
1. Pengertian dari Firqah Murji'ah
2. Sejarah munculnya Firqah Murji'ah
3. Tokoh tokoh pencetus Firqah Murji'ah
4. Pokok pokok ajaran Firqah Murji'ah
5. Pembagian Firqah Murji'ah beserta tokoh pelopornya
6. I'tiqod i'tiqod kaum Murji'ah
7. I'tiqod kaum Murji'ah yang bertentangan dengan I'tiqod kaum Aswaja
1.3. Tujuan Penulisan
Dari makalah ini pembaca dapat mengetahui:
1. Pengertian tentang Firqah Murji'ah
2. Sejarah munculnya Firqah Murji'ah
3. Siapa saja tokoh pencetus Firqah Murji'ah
4. Ajaran pokok Firqah Murji'ah
5. Bagaimana pembagian Firqah Murji'ah beserta tokohnya
6. I'tiqad Kaum Murji'ah
7. Apa saja Firqah Murji'ah yang bertentangan dengan Firqah Aswaja

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Firqah Murji'ah


Secara etimologis, Murji’ah berasal dari kata Arja’a yang artinya menunda,
menangguhkan, atau juga penangguhan keputusan atas perbuatan seseorang sampai di
pengadilah Allah SWT kelak. Maksudnya ialah mereka (Kaum Murji’ah) tidak
mengafirkan seorang muslim yang yang berdosa besar, sebab yang berhak
menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga
seorang muslim dalam kaum ini yang berdosa besar tetap dianggap mukmin dan
memiliki kesempatan bertaubat.
Sedangkan menurut terminologis atau arti sebenarnya, Murji’ah adalah aliran islam
yang muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin dari
ajarannya yang saling bertolak belakang.
2.2 Sejarah Munculnya Firqah Murji'ah
Awal kemunculan aliran islam terjadi pada saat Khalifah Islamiyah mengalami suksesi
kepemimpinan dari Utsman bin Affan kepada Ali bin Abi Thalib. Masa pemerintahan
Ali bin Abi Thalib merupakan era kekacauan dan awal perpecahan dikalangan umat
islam. Namun, bibit perpecahan tersebut mulai muncul saat akhir kekuasaan Utsman
bin Affan. Ada 2 permasalahan yang menyebabkan munculnya aliran atau Firqah
Murji'ah ini.
1. Permasalah Politik
Pada masa pemerintahan khalifah ke empat ini, perang fisik beberapa kali
terjadinantara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan para penentangnnya. Peristiwa-
peristiwa ini telah menyebabkan terkoyaknya persatuan dan kesatuan umat. Sejarah
mencatat, paling tidak ada dua perang besar pada masa itu. Perang utama adalah perang
jamal (perang unta) yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Aisyah yang dibantu
Zubair bin Awam dan Thalhah bin Ubaidillah. Perang kedua adalah perang sifin yang
berlangsung antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan tentara Muawiyah bin Abu
Sufyan.Faktor penyulut perang jamal disebabkan oleh kebijakan Ali bin Abi Thalib
yang tidak mau menghukum para pembunuh Utsman bin Affan. Ali bin Abi Thalib
sebenarnya ingin menghindari perang dan menyelesaikan perkara tersebut secara damai
namun ajakan tersebut ditolak oleh Aisyah, Zubair, dan Thalhah. Zubair dan Thalhah
terbunuh ketika melarikan diri sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke
Madinah Bersamaan dengan itu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Ali bin Abi
Thalib semasa memerintah juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari Gubernur
Damaskus. Perlawanan itu didukung oleh sejumlah mantan pejabat tinggi.
Ketika terjadi pertikaian antara Ali dan Mu’awiyah, dilakukanlah tahkim (arbitrase)
atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki tangan Mu’awiyah. Kelompok Ali terpecah
menjadi 2 kubu, yang pro dan kontra. Kelompok kontra akhirnya keluar dari Ali yakni
Khawarij. Mereka memandang bahwa tahkim bertentangan dengan Al-Qur’an, dengan
pengertian, tidak ber-tahkim dengan hukum Allah. Oleh karena itu mereka berpendapat
bahwa melakukan tahkim adalah dosa besar, dan pelakunya dapat dihukumi kafir, sama
seperti perbuatan dosa besar yang lain. Seperti yang telah disebutkan di atas Kaum
khawarij, pada mulanya adalah penyokong Ali bin Abi thalib tetapi kemudian berbalik
menjadi musuhnya. Karena ada perlawanan ini, pendukung-pendukung yang tetap setia
pada Ali bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka
merupakan golongan lain dalam islam yang dikenal dengan nama Syi’ah.
2. Permasalahan Ketuhanan
Dari permasalahan politik, mereka kaum Mur’jiah pindah kepada permasalahan
ketuhanan (teologi) yaitu persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum khawarij, mau
tidak mau menjadi perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij
menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang membuat dosa besar, kaum Murji’ah
menjatuhkan hukum mukmin.
Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh kaum
Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Mur’jiah yang
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya
diserahkan kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak.
2.3 Tokoh-tokoh Pencetus Firqah Murji'ah
Aliran murji’ah yang muncul pada abad ke-1 Hijriah. Pembawa paham Murji’ah ialah
Gailan Ad-Damsiqy. Dia adalah penduduk yang berasal dari kota Damaskus. Ayahnya
pernah bekerja pada Khalifah Usman bin Affan. Dia datang ke Damaskus pada masa
pemerintahan Khalifah Hasyim bin Abdul Malik (105-125 H). Aliran ini disebut
Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian konflik politik antara
Khalifah Ali Bin Abi Thalib , Mu’awiyah bin Abu Sufyan, dan
2.4 Pokok pokok Ajaran Firqah Murji'ah
Murjiah muncul dengan pendapatnya bahwa dosa tidak merusak keimanan,
sebagaimana ketaatan tidak memberi manfaat bagi orang yang kafir.[3]Aliran Murji’ah
membahas tentang batasan pengertian “Iman”. Menurut Ahlus Sunnah bahwa iman itu
terdiri dari tiga unsur, yaitu membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan,
dan menyertainya dengan amal perbuatan seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-
lain. Sedangkan kebanyakan golongan Murji’ah berpendapat bahwa iman ialah hanya
membenarkan dengan hati saja. Apabila seseorang beriman dengan hatinya, maka dia
adalah Mukmin dan Muslim, sekalipun lahirnya menyerupai orang Yahudi atau
Nasrani dan meskipun lisannya tidak mengucapkan dua kalimat syahadat.
Mengikrarkan dengan lisan dan amal perbuatan, itu bukan bagian dari iman.
Secara umum kelompok Murji’ah menyusun teori-teori keagamaan yang independen,
sebagai dasar gerakannya, yang intisarinya sebagai berikut
1. Iman adalah cukup dengan mengakui dan percaya kepada Allah dan Rasulnya saja.
Adapun amal atau perbuatan, tidak merupakan sesuatu keharusan bagi adanya iman.
Berdasarkan hal ini, seseorang tetap dianggap sebagai mukmin walaupun ia
meninggalkan apa yang difardhukan kepadanya dan melakukan perbuatan-perbuatan
dosa besar.
2. Dasar keselamatan adalah iman semata-mata. Selama masih ada iman dihati, maka
setiap maksiat tidak akan mendatangkan mudharat ataupun gangguan atas diri
seseorang. Untuk mendapatkan pengampunan, manusia hanya cukup dengan
menjauhkan diri syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
Harun Nasution menyebutkan ada empat ajaran pokok dalam doktrin teologi Murji’ah
yaitu:
1. Menunda hukuman atas Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Amr bin Ash, dan Abu
Musa Al-Asy’ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari
kiamat kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
3. Menyerahkan meletakkan iman dari pada amal.
4. Memberikan pengaharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah.
Kemudian sebagian dari golongan Murji’ah berpendapat bahwa iman itu terdiri dari
dua unsur, yaitu membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan.
Membenarkan dengan hati saja tidak cukup, dan mengikrarkan dengan lisan saja pun
tidak cukup, tetapi harus dengan bersama kedua-duanya, supaya seseorang menjadi
mukmin. Karena orang yang membenarkan dengan hati dan menyatakan
kebohongannya dengan lisan tidak dinamakan mukmin.
Oleh karena itu, bagi Kaum Murji’ah, seseorang yang melakukan dosa besar dengan
iman dihatinya tidak dinyatakan kafir. Sebaliknya Khawarij menyatakan kafir pendosa
besar walaupun ada iman didalam hatinya. Dengan demikian jelas bahwasanya iman
bagi Kaum Murji’ah hanyalah sebatas keyakinan dalam hati tanpa harus diwujudkan
dengan perbuatan.

2.5 Pembagian Firqah Murji'ah dan Tokoh Pelopornya


Sebagaimana kaum Khawarij, Murji’ah pun terpecah menjadi beberapa golongan. Al-
Syahrastani membagi kelompok-kelompok Murji’ah yang dikutip watt. Farly islam hal
(181) yaitu sebagai berikut:
1. Murji’ah Khawarij adalah kelompok yang tidak mempermasalahkan pelaku dosa
besar.
2. Murji’ah qadariyah adalah orang-orang yang dipimpin oleh Ghilan Ad-Damsyiki
sebutan mereka Al-Ghilaniah.
3. Murji’ah jabbariyah adalah jahmiyyah (para pengikut Jahm Ibn Shafwan), mereka
hanya mencukupkan diri dengan keyakinan dalam hati sajadan menurut mereka
maksiat itu tidak berpengaruh pada iman dan bahwasannya ikrar dengan lisan dan
amal bukan dari iman.
4. Murj’ah sunni adalah para pengikut Hanafi termasuk didalamnya adalah Abu
Hanifah dan gurunya Hammad Ibn Abi Sulaiman juga orang orang yang mengikuti
mereka dari golongan Murji’ah kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-
orang yang mengakhirkan amal dari hakekat iman.
Sementara itu, Harun Nasution membagi dalam 2 sekte yaitu :
1. Murji'ah Moderat
Murjiah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir tidak
pula kekal di dalam neraka, mereka di siksa sebesar dosanya, dan bila diampuni
oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah pengetahuan
tentang Tuhan dan Rasul-Nya, serta apa saja yang datang darinya secara
keseluruhan namun dalam garis besar , iman adalah dalam hal ini tidak bertambah
dan berkurang, tokohnya adalah : Al Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib,
Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadist.
2. Murji'ah Ekstrem
 Al-Jahmiyyah, kelompok Jahm bin Syahwan dan para pengikutnya,
berpandangan bahwa orang yang percaya kepada tuhan kemudian menyatakan
kekufuran secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena iman dan kufur itu
bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.
 Shalihiyyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui tuhan, sedangkan kufur tidak tahu tuhan. Sholat bukan
merupakan ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya
dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah
ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
 Yunusiyyah dan Ubaidiyyah, melontarkan pernyataan bahwa melakukan
maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam
iman, dosa-dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang
yang bersangkutan. Dalam hal ini Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa
perbuatan jahat, banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai
musyrik.
 Al-Gosaniyah atau Hasaniyyah, merupakan pengikut Gosan Al-Qufi, yang juga
termasuk ekstrem berpendapat bahwa Allah SWT melarang makan babi, tetapi
mereka tidak tau apakah babi itu yang diharamkan adalah babi yang dimakan
ini. Oleh sebab itu orang yang makan babi tetap dianggap mukmin.
 Al-Ghailaniyah di pelopori oleh Ghailan Ad-Dimasyqi. Menurut mereka, iman
adalah ma’rifat kepada Alah SWT melalui nalar dan menunjukkan sikap
mahabah dan tunduk kepada-Nya.
 As-Saubaniyah, dipimpin oleh Abu Sauban mempunyai prinsip ajaran yang
sama dengan paham Al-Ghailaniyah. Mereka hanya menambahkan bahwa yang
termasuk iman adalah mengetahui dan mengaku sesuatu yang wajib menurut
akal wajib dikerjakan.
 Al-Marisiyah dipelopori oleh Bisyar Al-Marisi. Menurut paham ini, iman
disamping meyakini tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW
merupakan Rasul-Nya, juga harus diucapkan secara lisan. Jika tidak diyakini
dalam hati dan juga lisan maka bukan iman namanya.
 Al-Karamiyah yang perintisnya adalah Muhammad bin Karram mempunyai
pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah
pengingkaran secara lisan.
Pendapat pendapat ekstrem seperti diuraikan di atas menimbulkan pengertian bahwa
hanya imanlah yang penting dan menentukan mukmin atau tidaknya mukminnya
seseorang. Perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Karena
yang penting ialah iman dalam hati, ucapan dan perbuatan tidak merusak iman.
2.6 I'tiqod i'tiqod Kaum Murji'ah
1. Persoalan utama yang menjadi fokus murjiah adalah persoalan iman dan kafir.
2. Iman bagi meraka adalah pengakuan seseorang dalam hati dan diucapkan dengan
lisan. Sedangkan amal perbuatan bukanlah bagian dari iman.
3. Jika seseorang berbuat dosa besar, maka tidak berpengaruh terhadap imannya
4. Bagi mereka iman seseorang bersifat paten, tidak bertambah karena amal soleh dan
tidak berkurang karena maksiat.
5. Pelaku dosa besar tetap dianggap mukmin, bukan kafir (sebagaimana khawarij),
mereka tidak kekal dalam neraka, bahkan bisa saja Allah SWT mengampuninya
sehingga tidak disiksa dalam neraka karena Rahmat Allah SWT.
6. Menurut mereka yang berhak menentukan kafir atau tidaknya seseorang hanyalah
Allah SWT, asal orang tersebut masih mengakui keesaan Allah SWT (iman secara
batin).
2.7 I'tiqad kaum Murji'ah yang bertentangan dengan kaum Aswaja
Pada mulanya Murji’ah berasal dari golongan Ahli Sunnah Waljama’ahah. Kaum
Murji’ah membentuk suatu paham dalam Ushuludin yang berbeda, bukan hanya
berbeda dengan kaum Syi’ah dan Khawarij saja, namun juga berbeda dengan kaum
Aswaja. Paham yang dibentuk ini ialah paham mereka sendiri. Sahabat-sahabat Nabi
yang menjadi sandaran bagi kaum ini ialah Abdullah bin Umar, Abi Bakrah dan lain-
lain tidak sepaham dengan Kaum Murji’ah ini
Paham-paham Kaum Murji’ah ialah
1. Iman itu ialah mengenal Tuhan dan Rasul-Rasul-Nya. Jika seseorang sudah
mengenal Tuhan dan Rasul-Nya maka itu sudah cukup menjadi mukmin. Kaum
Murji’ah mengatakan juga, bahwa orang mukmin yang percaya dalam hati adanya
Tuhan dan percaya pada Rasul-Rasul maka, ia adalah mukmin walaupun ia
mengerjakan segala macam dosa besar atau dosa kecil.
2. Orang yang telah iman dalam hatinya, tetapi ia kelihatan menyembah berhala atau
membuat dosa-dosa besar yang lain, bagi kaum Murji’ah orang ini masih mukmin.
3. I’tiqad menangguhkan dari kaum Murji’ah, yakni menangguhkan orang yang
bersalah sampai ke muka Tuhan pada hari kiamat, ditentang oleh kaum Ahlusunnah
wal Jama’ah, karena setiap orang yang salah harus dihukum di dunia ini.
Sedangkan paham Kaum Aswaja ialah sebagai berikut
1. Kaum Ahlusunnah wal Jama’ah, mengatakan bahwa iman itu harus percaya pada 6
fatsal, yaitu percaya pada adanya Allah, percaya pada Rasul-Nya, percaya pada
Malaikat-Malaikat-Nya, percaya pada kitab-kitab-Nya, percaya pada hari kiamat
dan percaya pada qadha dan qadar.
2. tiqad kaum Ahlusunnah wal Jama’ah yang berpendapat bahwa seorang mukmin
menjadi kafir (murtad) kalau ia mengerjakan suatu hal yang membawa kepada
kekafiran, seumpama menyembah berhala, mengejek ngejek Nabi atau mengejek-
ngejek kitab suci, sujud kepada manusia, menghalalkan yang telah sepakat ulama
Islam mengharamkannya (umpama zina, mencuri, makan riba dan lain-lain),
mengharamkan yang telah sepakat umal Islam menghalalkannya (seumpama
kawin, jual beli, makan daging lembu dan lainlainnya).
3. Kaum Ahlusunnah Wal Jama’ah berpendapat bahwa seseorang yang melakukan
kesalahan harus dihukum di dunia sesuai kesalahan yang ia perbuat.
2.8 Dasar Nash Al-Qur'an Aliran Murji'ah
Dalil yang di ambil dalam mendukung pemikirannya adalah Firman Allah dalam
Alquran, Q.S. Az-Zumar : 53

ِ ‫وب َج ِميعًا ۚ ِإنَّهُ ه َُو ْال َغفُو ُر الر‬


‫َّحي ُم‬ َ ُ‫ي الَّ ِذينَ َأ ْس َرفُوا َعلَ ٰى َأ ْنفُ ِس ِه ْم اَل تَ ْقنَطُوا ِم ْن َرحْ َم ِة هَّللا ِ ۚ ِإ َّن هَّللا َ يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬
َ ‫قُلْ يَا ِعبَا ِد‬
Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Q.S. Az-Zumar : 53)
Nash yang dijadikan keimanan dan kekufuran seluruhnya terletak pada hati adalah:

ْ‫•وا ُّدونَ َم ْن َح• ا َّد هَّللا َ َو َر ُس•ولَهُ َولَ••وْ َك••انُوا آبَ•ا َءهُ ْم َأوْ َأ ْبنَ••ا َءهُ ْم َأوْ ِإ ْخ• َوانَهُ ْم َأو‬ َ •ُ‫اَل تَ ِج ُد قَوْ ًما يُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَ••وْ ِم اآْل ِخ• ِر ي‬
ۚ ‫ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَ••ا اَأْل ْنهَ••ا ُر خَالِ• ِدينَ فِيهَ••ا‬ ٍ ‫َب فِي قُلُوبِ ِه ُم اِإْل ي َمانَ َوَأيَّ َدهُ ْم بِر‬
ٍ ‫ُوح ِم ْنهُ ۖ َويُ ْد ِخلُهُ ْم َجنَّا‬ َ ‫ك َكت‬َ ‫ع َِشي َرتَهُ ْم ۚ ُأو ٰلَِئ‬
َ‫ب هَّللا ِ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
َ ‫ك ِح ْزبُ هَّللا ِ ۚ َأاَل ِإ َّن ِح ْز‬ ٰ
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم َو َرضُوا َع ْنهُ ۚ ُأولَِئ‬ ِ ‫َر‬
Artinya: Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam
hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun
merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (Q.S.
Al-Mujadalah : 22)

ِ ‫َض•بٌ ِمنَ هَّللا‬ ْ •ِ‫ط َمِئ ٌّن بِاِإْل ي َما ِن َو ٰلَ ِك ْن َم ْن َش• َر َح ب‬
َ ‫•ال ُك ْف ِر‬
َ ‫ص• ْدرًا فَ َعلَ ْي ِه ْم غ‬ ْ ‫َم ْن َكفَ َر بِاهَّلل ِ ِم ْن بَ ْع ِد ِإي َمانِ ِه ِإاَّل َم ْن ُأ ْك ِرهَ َوقَ ْلبُهُ ُم‬
‫َظي ٌم‬ِ ‫َولَهُ ْم َع َذابٌ ع‬
Artinya: Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang
dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (Q.S.
An-Nahl : 106)
Dalil dari Sunnah mereka berhujjah dengan sebagian hadits dan atsar, yang secara
dhahir menunjukkan atas perintah untuk menjauhi syirik dan keberadaan iman dalam
hati seseorang untuk menggapai kejayaan dan keridhaan Allah:
‫َخَل ْال َجنَّة‬ ُ ‫ت َأنَّا َم ْن َمات اَل يُ ْش ِر‬
َ ‫ك بِاهلل ِ َش ْيًئا د‬ ُ ‫ َوقُ ْل‬:‫ قَا َل ِإبْنُ َم ْسعُوْ ٍد‬.‫ك بِاهلل ِ َشيْئا َدخَ َل النَّا َر‬
ُ ‫َم ْن َماتَ يُ ْش ِر‬

Artinya: Barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu
maka ia akan masuk neraka”, Ibnu Mas’ud berkata: “Saya katakan: “Barang siapa yang
mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah maka ia masuk Jannah.”
Inilah beberapa dalil yang digunakan oleh kolompok murjiah dalam menguatkan
mazhabnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas bahwa aliran Murji’ah yang
terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika
seseorang masih beriman, berarti dia tetap mukmin, bukan kafir walaupun ia
melakukan dosa besar. Adapun hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan,
akan diampuni atau tidak. Dan dikatakan Murji’ah karena ada sekelompok orang yang
menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi antara Ali
dan Mu’awiyah.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah yang telah penulis buat dapat memberikan informasi
pengetahuan kepada pembaca. Bukan hanya sekedar bacaan, tetapi menjadi sumber
pengetahuan tentang Firqah Murji’ah. Penulis memahami begitu banyak kurangnya
ilmu pengetahuan serta ketidaksempurnaan makalah ini, oleh karean itu penulis
mengharap kepada pembaca agar dapat memberi kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan makalah.

Daftar Pustaka
Anwar, Rosihon. 2007, Ilmu Kalam. Bandung. CV Pustaka setia.
Nurul Fahmi, 2020. Mengenal sekte Murji’ah. (Online)
Durotun Nafisah. Makalah Murji’ah. (Online) (www.academia.edu/319351
/MAKALAH_MURJIAH) Diakses pada 6 Januari 2022 pukul 20.00.
Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam. Jakarta. UI press.
(https://muslim.or.id/22277-mengenal-sekte-murjiah.html) Diakses pada 6
Januari 2022 pukul 20.00
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 152-156 http://aftanet.blogspot.com/2011/06/munculnya-kaum
murjiah-ekstrim-dan.html diakses tanggal 6 Januari 2022 pukul 20.00
Rizal, 2017. Makalah Murji,ah. (Online) (http://kumpulanmakalahkuliahlengkap.
blogspot.com/2017/03/makalah-golongan-murjiah.html). Diakses pada 6
Januari 2022 pukul 20.00
.

Anda mungkin juga menyukai