Anda di halaman 1dari 12

Makalah

“Sekte Murji’ah”

Yang disusun oleh kelompok Abbasiyah Yaitu

Javanya Sinaga ( - )

Kiki Andiani Silaban ( 3233121048 )

Pria Satria Damanik ( 3233121035 )

Dosen Pengampu

Drs. Yushar, M. Si.

Prodi Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Maha suci Allah
yang telah mencurahkan segala karunia-Nya pada seluruh umat manusia. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta
para sahabatnya, beliaulah sosok yang telah memperbaiki buruknya peradaban
manusia di zaman jahiliyah. Beliau juga sebagai pemimpin umat islam yang wajib
kita tiru dan ikuti ajarannya. Para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT . Akhirnya penulisan tugas makalah


ini berhasil di selesaikan, penulis menyadari bahwa adanya kekurangan yang terjadi
baik dalam penulisan maupun kata-kata yang penulis uraikan dalam makalah ini.
Dengan demikian, penulis tetap mengharapkan kritik serta saran sebagai koreksian
untuk mendapatkan pengalaman pembuatan makalah yang lebih baik lagi. Penulis
tetap bersyukur karna dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tak lupa ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada bapak dosen pembimbing mata kuliah
Psejarah Islam.

Medan, 1 Oktober 2023

Kelompok Abbasiyah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Pengertian Murji’ah...................................................................................3

2.2. Latar Belakang Munculnya Aliran Murji’ah.............................................4

2.3. Ciri Aliran Murji’ah..................................................................................7

2.4. Sekte-sekte Dalam Aliran Murji’ah..........................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1. Kesimpulan..............................................................................................12

3.2. Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

I.1.LATAR BELAKANG

Aliran murji’ah sebagaimana halnya dengan ajaran khawarij pada


mulanya berkaitan dengan persoalan politik atau lebih tepatnya berkaitan
dengan masalah khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangana umat
muslim, khususnya yang terjadi saat itu di Madinah setelah terjadi
pemberontakan yang datang dari Mesir sehingga menyebabkan
terbunuhnya Khalifah Usman Bin Affan. Di Madinah pasca terbunuhnya
Khalifah Usman yang menimbulkan kekacauan politik dimana Ali naik
menjadi khalifah menggantikan Usman. Situasi kekacauan politik ini
ternyata berlanjut bahkan semakin memanas pada masa pemerintahan Ali
Ibn Abi Thalib.

Goncangan politik mulai dari kelompok Thalhah dan Zubair di Mekkah


yang menduduki posisi khalifah dengan basis dukungan Aisyah.
Guncangan politik ini mengakibatkan terjadinya perang Jamal.
Tantangan berikutnya datang dari pihak Muawiyah sebagai gubernur
Damaskus waktu itu dengan keluarga dekat fihak Usman yang menuntut
Ali supaya menghukum pembunuh Usman, sebab kelihatannnya Ali tidak
bertindak tegas terhadap pemberontakan itu. Bahkan Muawiyah balik
menuduh Ali tersebut dalam pembunuhan Usman. Puncak pertikaian Ali
dan Muawiyah ini berakhir dengan tragedi perang Siffin. Dalam
pemberontakan senjata yang terjadi antara pihak Ali dengan Muawiyah
yang berakhir dengan arbitrase sekelompok orang yang semula berada di
pihak Ali kemudian berbalik menjadi lawan. Kelompok ini kemudian
dikenal sebagai Khawarij. Sementara kelompok yang setia bersama Ali
dinamakan kaum Murji”ah.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Murji’ah ?
2. Apa latar belakang kemunculan aliran Murji’ah ?
3. Apa prinsip teologi dan ciri aliran Murji’ah ?
4. Apa sekte dalam aliran Murji’ah ?

I.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Murji’ah


2. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan aliran Murji’ah
3. Untuk mengetahui ciri aliran Murji’ah
4. Untuk mengetahui sekte dalam aliran Murji’ah
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Murji’ah

Asal kata murji’ah adalah dari kata irja’ yang artinya


menangguhkan ,mengakhiri, dan memberi pengharapan. Kaum murji’ah
lahir pada permulaan abad ke-1 hijriyah. Pada dasarnya kaum murji’ah
merupakan golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan
yang terjadi di antara mereka dan justru mengambil sikap menyerahkan
semua pertentangan atau masalah yang terjadi kepada Allah SWT.
Kaum murji’ah sangat membenci hal-hal yang berhubungan dengan
politik dan kekhalifahan. Makanya kaum murji’ah ini di kenal sebagai
the queietists ( kelompok bungkam), di karnakan sikap inilah yang
membuat kaum murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.

Pokok ajaran kaum murji’ah pada dasarnya berasal dari gagasan atau
doktrin yang mereka percaya yaitu irja atau arja’ah, dua ajaran yang
sangat penting menurut kaum murji’ah yaitu tentang pelaku dosa besar
dan masalah iman.

1. Tentang Pelaku Dosa Besar :

Pandangan aliran murji’ah terhadap status pelaku dosa besar yaitu selama
meyakini dua kalimat syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar
itu tidak termasuk kafir dan hukumannya di tangguhkan di akhirat dan
hanya Allahlah yang berhak menghukumnya. Jadi dengan kata lain jika
seorang muslim sekalipun jika melakkan dosa besar namun masih
mengucapkan dua kalimat syahadat yang dimana kalimat tersebut
menjadi dasar utama dari iman. Oleh karnanya orang tersebut masih
seorang mukmin dan bukan seorang kafir. Masalah perbuatan mereka
selama di dunia nantinya akan masuk surga atau neraka semua di tunda
hingga ada putusan dari Allah. Selain itu mereka juga berharap bahwa
orang yang berbuat dosa besar, mereka mau bertaubat dan berharap agar
di terima di sisi Allah SWT.

2. Masalah Iman :

Kaum murji’ah berpendapat bahwa iman itu terletak di dalam qolbu dan
tidak ada kaitannya dengan perilaku.

II.2. latar belakang kemunculan aliran Murji’ah


Murji’ah adalah salah satu aliran teologi dalam Islam yang berkembang pada abad
pertama hijriah. Para sejarawan menganggap latar belakang munculnya persoalan
teologi karena persoalan politik yang terjadi pada pemerintahan Khalifah Utsman
Ibnu Affan pada enam tahun terakhir hingga terjadinya arbitrase atau tahkim antara
pihak Ali ibn Abi Thalib dengan pihak Mu’awiyah ibn Abi Sofyan. Terbunuhnya
Khalifah Utsman Ibnu Affan menimbulkan berbagai dampak sosial, politik dan
teologi yang hebat dikalangan umat Islam. Terlebih setelah diketahui bahwa yang
telah membunuh Khalifah Utsman Ibnu Affan adalah Muhammad Ibnu Abiakar yang
pernah menjadi anak angkat dan dikemudian hari menjadi Gubernur Mesir. Peristiwa
ini mengundang terjadinya berbagai perpecahan antar umat Islam dan memancing
timbulnya benih-benih perebutan kekuasaan, munculnya perang saudara dan bahkan
mengakibatkan spektrum Islam mengalami kemunduran.

Pada saat berkecamuknya pertikaian setelah wafatnya Usman Ibnu Affan, muncul
sekelompok orang yang cendrung memiliki sikap tidak mau ikut melibatkan diri ke
dalam kancah pertikaian. Diantaranya orang-orang tersebut adalah Abu Bakrah,
Abdullah Ibnu Umar, Saad Ibn Waqash, Imran Ibn Husain. Sikap tidak mau
melibatkan diri dalam pertikaian muncul pula dari sekelompok orang yang baru saja
pulang dari medan perang memasuki Madinah setelah terjadinya peristiwa
pemberontakan dan terbunuhnya Usman.

Sikap tidak mau melibatkan diri ini diduga merupakan dasar dan benih bagi
kemunculan paham Murji’ah sekalipun sebagai sebuah aliran teologi baru terbentuk
setelah lahirnya Khawarij dan Syiah. Berdasarkan sikap sekelompok orang yang tidak
mau terlibat dalam sebuah pertikaian dan menyerahkan keputusan dengan
menangguhkanya kepada Allah dianggap sebagai penyebab tidak langsung bagi
kemunculan Murji’ah. Hal ini terjadi karena kemungkinan sikap-sikap yang mulai
muncul pada waktu itu mulai berkembang dan banyak mempengaruhi para fuqoha,
Muhaddisin, dan masyarakat dalam perkembangan selanjutnya.

Situasi kekacauan politik ini ternyata berlanjut bahkan semakin memanas pada masa
pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib. Goncangan politik mulai dari kelompok Thalhah
dan Zubair di Mekkah yang menduduki posisi khalifah dengan basis dukungan
Aisyah. Guncangan politik ini mengakibatkan terjadinya perang Jamal. tantangan
berikutnya datang dari pihak Muawiyah sebagai gubernur Damaskus waktu itu
dengan keluarga dekat pihak Usman yang menuntut Ali supaya menghukum
pembunuh Usman, sebab kelihatannnya Ali tidak bertindak tegas terhadap
pemberontakan itu. Bahkan Muawiyah balik menuduh Ali tersebut dalam
pembunuhan Usman. Puncak pertikaian Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan
tragedi perang Siffin.

Dalam pemberontakan senjata yang terjadi antara pihak Ali dengan Muawiyah yang
berakhir dengan arbitrase sekelompok orang yang semula berada di pihak Ali
kemudian berbalik menjadi lawan. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Khawarij.
Kekerasan mereka menentang Ali menyebabkan pengikut Ali yang setia bertambah
keras pula membelanya. Terlebih lagi setelah kemudian Ali mati terbunuh
pertentangan diantara mereka semakin bertambah keras. Sekalipun pada akhirnya
baik golongan Khawarij maupun pembela setia Ali akhirnya sama-sama menentang
kekuasaan Bani Umayyah, akan tetapi motivasi perlawanan mereka berbeda.
Khawarij menentang dinasti ini karena dianggap telah menyeleweng dari ajaran
Islam. Sementara pengikut Ali yang setia menganggap bahwa dinasti ini telah
merampas kekuasaan kekhalifahan dari Ali ibnu Abi Thalib.

Dalam suasana yang berpuncak pada keadaan saling tuduh dan saling kafir
mengkafirkan satu sama lain itu muncul kelompok “ netral’ yang tidak mau
menentukan sikap siapa yang salah diantara pihak-pihak yang bersengketa,kalaupun
yang telah menerima dan menjalankan arbitrase itu dipandang telah berbuat dosa
besar yang menyebabkan mereka dituduh kafir. Maka kelompok ini lebih baik
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Tuhan dan memandang lebih baik
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Tuhan dan memandang lebih baik
menunda ketentuannya di hari kemudian . Dari suasana historis seperti inilah
Murji’ah lahir dengan kerangka dasar mereka tidak mengkafirkan salah satu golongan
mereka menganggap bahwa golongan Khawarij, pendukung Ali demikian juga pihak
Bani Umayyah semuanya tetap mukmin, mereka masih bersyahadat dan mereka yang
bertikai itu merupakan orang - orang yang dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang
benar.
SUMBER (Sariah, Sariah (2012). Murji’ah dalam Perpektif Theologis. Toleransi,
4(2).)

II.3.Ciri aliran Murji’ah

Paham Murji’ah bersumber dari gagasan yang dikembangkan dalam banyak


persoalan baik dibidang politik maupun dibildang teologis. Dibidang politik paham
Murji’ah ini senantiasa bersikap nertral yang diaplikasikan dengan tidak berbicara,
itulah sebabnya Murji’ah dikenal dengan kelompok yang pembangkan. Dalam bidang
teologis, Murji’ah yang dikembangkan dengan menanggapi berbagai masalah yang
muncul terkait dengan iman, kufur, dosa besar dan kecil.

Bersadarkan paham teologi Murji’ah ada beberapa pendapat terkait dengan ajaran
pokoknya yaitu :

Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokoknya yaitu

a. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa
Al Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di
hari kiamat kelak.
b. Menyerahkan keputusan hanya kepada Allah atas orang-orang muslim
yang melakukan dosa besar.
c. Menganggap bahwa lebih penting iman daripada amal.

Berkaitan dengan teologi aliran ini W. Montgomery dalam Rosihan (2000-59)


merinci sebagai berikut :

1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga


memutuskannya di akhirat kelak.

2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking ke empat dalam peringkat al-


Khalifah ar-Rasyidin.

3. Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa


besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah

4. Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (mazhab) para skeptic


dan empiris dari kalangan helenis.
Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Maududi {1903-1979} menyebutkan dua pokok
ajaran Murji’ah yaitu:

1. Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT.dan Rasul-NYA.


Adapun amal atau perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya
iman. Berdasarkan hal ini , seseorang tetap dianggap mukmin walaupun
melakukan perbuatan dosa besar

II.4.Sekte-sekte Dalam Kelopok Mur’jiah

Beberapa ahli berpendapat mengenai sekte-sekte Murji’ah diantara lain, Asy-


Syahrastani menyebutkan bahwa sekte-sekte Murji’ah ada 5 dan Muhammad Imarah
menyebutkan ada 12 sekte Murji’ah. Harun Nasution mengklasifikasikan Murji’ah
menjadi dua sekte, yaitu golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah golongan
moderat berpendapat bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal
di dalam neraka, karena menurut golongan ini iman adalah pengetahuan tentang
Allah dan Rasul-Nya serta iman tidak bertambah dan juga berkurang, pencetusnya
adalah Al-Hasan, Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan ahli Hadits lainnya.

Adapun kelompok Murji’ah Ekstrim adalah:

a. Jahmiyah, berpendapat bahwa orang yang percaya tuhan dan


mengatakan kekufurannya secara lisan, maka tidak kafir karena
imandan kufur berada di dalam hati.
b. Shalihiyah, mengemukakan bahwa iman adalah mengetahui Allah
dan kufur adalah tidak tahuTuhan, ibadah adalah iman Rubini
c. Yunusiyah dan Ubaidiyah, melontarkan pernyataan bahwa
perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang sehingga
dikatakan musyrik, walaupun sudah mati.
d. Hasaniyah, mengatakan bahwa jika seseorang mengatakan ““ Saya
tahu Tuhan mewajibkan untuk naik Haji ke Ka’bah,tetapi saya
tidak tahu apakah Ka’bah di India atau di tempat lain.” Maka
orang-orang tersebut tetaplah mukmin.
Teori lain mengatakan bahwa saat terjadi perseturuan antara Ali dan Mu’awiyah
dilakukan takhim atas usulan Amr bin Ash. Kelompok Ali terbagi menjdi dua kubu,
kubu yang pro dan kontra. Yang kontra menyatakan keluar dari Ali yang disebut
khawarij dan memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan al-qur’an, tidak
berlandaskan hukum Allah swt.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Murji’ah yakni orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang


bersengketa yaitu Ali dan Mu’awiyyah serta pasukannya dihari kiamat kelak. Kaum
murji’ah sangat membenci dengan hal-hal yang berbau politik dan kekhalifahan maka
dari itu kaum murji’ah dikenal dengan kelompok bungkam. Ajaran yang sangat
penting menurut kaum murji’ah adalah tentang pelaku dosa besar dan iman.

Secara garis besar murji’ah menjadi dua kelompok yaitu golongan moderat dan
golongan ekstrim. Murjiah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin,
tidak kafit dan tidak pula kekal dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya dan
bila di ampini Allah sehingga tidak masuk neraka. Adapun yang termasuk murji’ah
ekstrim adalah orang yang percaya pada tuhan dan menyatakan kekufurannya secara
lisan tidak menjadi kafir karna imam dan kufur tempatnya di dalam hati bukan bagian
lain dari tubuh manusia.

3.2. Saran

Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan
keterbatasan pengetahuan penulis juga menyadari ketidak sempurnaan pada makalah
ini, maka dari itu penulis berharap untuk diberikan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul. Maman Abdul Djaliel. Rosihin Anwar. 2016. ILMU KALAM.
Bandung : CV PUSTAKA SETIA.

Yusuf, Muhammad. Faridah Faridah. Laessaach M. Pakatuwo. 2021. AL-KHWARIJ


DAN ALI-MURI’AH (SEJARAH MUNCULNYA DAN POKO AJARANYA) :
Jurnal Tekhnologi Pendidikan Islam Volume 01 Nomor 02 (hlm. 10-13).

Anda mungkin juga menyukai