“Sekte Murji’ah”
Javanya Sinaga ( - )
Dosen Pengampu
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Maha suci Allah
yang telah mencurahkan segala karunia-Nya pada seluruh umat manusia. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta
para sahabatnya, beliaulah sosok yang telah memperbaiki buruknya peradaban
manusia di zaman jahiliyah. Beliau juga sebagai pemimpin umat islam yang wajib
kita tiru dan ikuti ajarannya. Para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Kelompok Abbasiyah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1. Kesimpulan..............................................................................................12
3.2. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
Pokok ajaran kaum murji’ah pada dasarnya berasal dari gagasan atau
doktrin yang mereka percaya yaitu irja atau arja’ah, dua ajaran yang
sangat penting menurut kaum murji’ah yaitu tentang pelaku dosa besar
dan masalah iman.
Pandangan aliran murji’ah terhadap status pelaku dosa besar yaitu selama
meyakini dua kalimat syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar
itu tidak termasuk kafir dan hukumannya di tangguhkan di akhirat dan
hanya Allahlah yang berhak menghukumnya. Jadi dengan kata lain jika
seorang muslim sekalipun jika melakkan dosa besar namun masih
mengucapkan dua kalimat syahadat yang dimana kalimat tersebut
menjadi dasar utama dari iman. Oleh karnanya orang tersebut masih
seorang mukmin dan bukan seorang kafir. Masalah perbuatan mereka
selama di dunia nantinya akan masuk surga atau neraka semua di tunda
hingga ada putusan dari Allah. Selain itu mereka juga berharap bahwa
orang yang berbuat dosa besar, mereka mau bertaubat dan berharap agar
di terima di sisi Allah SWT.
2. Masalah Iman :
Kaum murji’ah berpendapat bahwa iman itu terletak di dalam qolbu dan
tidak ada kaitannya dengan perilaku.
Pada saat berkecamuknya pertikaian setelah wafatnya Usman Ibnu Affan, muncul
sekelompok orang yang cendrung memiliki sikap tidak mau ikut melibatkan diri ke
dalam kancah pertikaian. Diantaranya orang-orang tersebut adalah Abu Bakrah,
Abdullah Ibnu Umar, Saad Ibn Waqash, Imran Ibn Husain. Sikap tidak mau
melibatkan diri dalam pertikaian muncul pula dari sekelompok orang yang baru saja
pulang dari medan perang memasuki Madinah setelah terjadinya peristiwa
pemberontakan dan terbunuhnya Usman.
Sikap tidak mau melibatkan diri ini diduga merupakan dasar dan benih bagi
kemunculan paham Murji’ah sekalipun sebagai sebuah aliran teologi baru terbentuk
setelah lahirnya Khawarij dan Syiah. Berdasarkan sikap sekelompok orang yang tidak
mau terlibat dalam sebuah pertikaian dan menyerahkan keputusan dengan
menangguhkanya kepada Allah dianggap sebagai penyebab tidak langsung bagi
kemunculan Murji’ah. Hal ini terjadi karena kemungkinan sikap-sikap yang mulai
muncul pada waktu itu mulai berkembang dan banyak mempengaruhi para fuqoha,
Muhaddisin, dan masyarakat dalam perkembangan selanjutnya.
Situasi kekacauan politik ini ternyata berlanjut bahkan semakin memanas pada masa
pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib. Goncangan politik mulai dari kelompok Thalhah
dan Zubair di Mekkah yang menduduki posisi khalifah dengan basis dukungan
Aisyah. Guncangan politik ini mengakibatkan terjadinya perang Jamal. tantangan
berikutnya datang dari pihak Muawiyah sebagai gubernur Damaskus waktu itu
dengan keluarga dekat pihak Usman yang menuntut Ali supaya menghukum
pembunuh Usman, sebab kelihatannnya Ali tidak bertindak tegas terhadap
pemberontakan itu. Bahkan Muawiyah balik menuduh Ali tersebut dalam
pembunuhan Usman. Puncak pertikaian Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan
tragedi perang Siffin.
Dalam pemberontakan senjata yang terjadi antara pihak Ali dengan Muawiyah yang
berakhir dengan arbitrase sekelompok orang yang semula berada di pihak Ali
kemudian berbalik menjadi lawan. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Khawarij.
Kekerasan mereka menentang Ali menyebabkan pengikut Ali yang setia bertambah
keras pula membelanya. Terlebih lagi setelah kemudian Ali mati terbunuh
pertentangan diantara mereka semakin bertambah keras. Sekalipun pada akhirnya
baik golongan Khawarij maupun pembela setia Ali akhirnya sama-sama menentang
kekuasaan Bani Umayyah, akan tetapi motivasi perlawanan mereka berbeda.
Khawarij menentang dinasti ini karena dianggap telah menyeleweng dari ajaran
Islam. Sementara pengikut Ali yang setia menganggap bahwa dinasti ini telah
merampas kekuasaan kekhalifahan dari Ali ibnu Abi Thalib.
Dalam suasana yang berpuncak pada keadaan saling tuduh dan saling kafir
mengkafirkan satu sama lain itu muncul kelompok “ netral’ yang tidak mau
menentukan sikap siapa yang salah diantara pihak-pihak yang bersengketa,kalaupun
yang telah menerima dan menjalankan arbitrase itu dipandang telah berbuat dosa
besar yang menyebabkan mereka dituduh kafir. Maka kelompok ini lebih baik
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Tuhan dan memandang lebih baik
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Tuhan dan memandang lebih baik
menunda ketentuannya di hari kemudian . Dari suasana historis seperti inilah
Murji’ah lahir dengan kerangka dasar mereka tidak mengkafirkan salah satu golongan
mereka menganggap bahwa golongan Khawarij, pendukung Ali demikian juga pihak
Bani Umayyah semuanya tetap mukmin, mereka masih bersyahadat dan mereka yang
bertikai itu merupakan orang - orang yang dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang
benar.
SUMBER (Sariah, Sariah (2012). Murji’ah dalam Perpektif Theologis. Toleransi,
4(2).)
Bersadarkan paham teologi Murji’ah ada beberapa pendapat terkait dengan ajaran
pokoknya yaitu :
a. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa
Al Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di
hari kiamat kelak.
b. Menyerahkan keputusan hanya kepada Allah atas orang-orang muslim
yang melakukan dosa besar.
c. Menganggap bahwa lebih penting iman daripada amal.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara garis besar murji’ah menjadi dua kelompok yaitu golongan moderat dan
golongan ekstrim. Murjiah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin,
tidak kafit dan tidak pula kekal dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya dan
bila di ampini Allah sehingga tidak masuk neraka. Adapun yang termasuk murji’ah
ekstrim adalah orang yang percaya pada tuhan dan menyatakan kekufurannya secara
lisan tidak menjadi kafir karna imam dan kufur tempatnya di dalam hati bukan bagian
lain dari tubuh manusia.
3.2. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dengan
keterbatasan pengetahuan penulis juga menyadari ketidak sempurnaan pada makalah
ini, maka dari itu penulis berharap untuk diberikan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul. Maman Abdul Djaliel. Rosihin Anwar. 2016. ILMU KALAM.
Bandung : CV PUSTAKA SETIA.