Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ALIRAN MURJI’AH
Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
DOSEN PENGAMPU: DR. H. USMAN ARMALUDIN, M.Ag.

Disusun Oleh :

Puja Paujiah

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANDINA
SUKABUMI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul ‘’ ALIRAN MURJI’AH ’’. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam ilmiyah pada saat ini. Saya sadar makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik serta saran kepada pembaca
agar makalah ini menjadi lebih baik. Saya mengharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Jika ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Sukabumi, 27 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
a) Pengertian Murji’ah ................................................................................................. 2
b) Sejarah Aliran Murji’ah........................................................................................... 3
c) Doktrin – Doktrin Pokok Aliran Murji’ah ............................................................. 4
d) Pemikiran dan Sekte – sekte dalam Aliran Murji’ah ............................................ 5
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP ................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang membahas
tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu agama yaitu setiap orang yang mendalami agamanya
secara mendalam. Mempelajari ilmu kalam akan memberikan keyakinan yang kuat terhadap
seseorang dengan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits yang tidak mudah diombang-
ambing oleh kemajuan zaman.
Islam tidaklah sesempit yang dipahami pada umumnya, dalam sejarah terlihat bahwa
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat berhubungan dengan masyarakat
luas. Akidah pada saat Rasulullah wafat telah melekat dengan kokoh dalam hati setiap muslim,
mereka hidup dalam ikatan persatuan yang sangat kuat, penuh dengan kesucian dan kemuliaan.
Namun, setelah itu mulai bermunculan bid’ah-bid’ah seperti bid’ahnya aliran Murji’ah.
Kemunculan Murji’ah pada mulanya ditimbulkan oleh persoalan politik, tegasnya persoalan
khilafah yang membawa perpecahan dikalangan umat Islam setelah Ustman bin Affan
terbunuh. Dalam makalah ini akan dibahas tentang sejarah, tokoh-tokoh, sekte-sekte, doktrin-
doktrin dan implikasi pemikiran kalam Murji’ah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan inilah kami akan menyajikan pembahasan tentang golongan murji’ah dalam
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah Aliran Murji’ah ini, saya mendapatkan beberapa masalah
dalam penulisannya, diantaranya:
a) Apa pengertian dari Aliran Murji’ah ?
b) Apa sejarah dari Aliran Murji’ah ?
c) Apa saja doktrin-doktrin pokok Aliran Murji,ah ?
d) Apa saja pemikiran dan sekte-sekte dalam Aliran Murji’ah ?
C. Tujuan Pembahasan
Untuk lebih memahami dan menjawab masalah-masalah di dalam pembuatan
makalah tentang Aliran Murji’ah secara mendalam, maka saya terlebih dahulu akan
menjelaskan tentang pengertian Aliran Murji’ah, kemudian Sejarah tentang Aliran Murji’ah,

1
BAB II

PEMBAHASAN

a) Pengertian Murji’ah
Kata Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda atau
menangguhkan. Salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad pertama Hijriyah.
Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi Syahristani menyebutkan dalam bukunya Al-
Milal wa an-Nihal (buku tentang perbandingan agama serta sekte-sekte keagamaan dan filsafat)
bahwa orang pertama yang membawa paham Murji’ah adalah Gailan ad-Dimasyqi.
Aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda penyelesaian
persoalan konflik politik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Khawarij
ke hari perhitungan di akhirat nanti. Karena itu mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat
tentang siapa yang benar dan siapa yang dianggap kafir diantara ketiga golongan yang tengah
bertikai tersebut. Menurut pendapat lain, mereka disebut Murji’ah karena mereka menyatakan
bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin selama masih beriman kepada Allah SWT dan
rasul-Nya. Adapun dosa besar orang tersebut ditunda penyelesaiannya di akhirat. Maksudnya,
kelak di akhirat baru ditentukan hukuman baginya.
Persoalan yang memicu Murji’ah untuk menjadi golongan teologi tersendiri berkaitan
dengan penilaian mereka terhadap pelaku dosa besar. Menurut penganut paham Murji’ah,
manusia tidak berhak dan tidak berwenang untuk menghakimi seorang mukmin yang
melakukan dosa besar, apakah mereka akan masuk neraka atau masuk surga. Masalah ini
mereka serahkan kepada keadilan Tuhan kelak. Dengan kata lain mereka menunda penilaian
itu sampai hari pembalasan tiba.
Paham kaum Murji’ah mengenai dosa besar berimplikasi pada masalah keimanan
seseorang. Bagi kalangan Murji’ah, orang beriman yang melakukan dosa besar tetap dapat
disebut orang mukmin dan perbuatan dosa besar tidak mempengaruhi kadar keimanan.
Alasannya, keimanan merupakan keyakinan hati seseorang dan tidak berkaitan dengan
perkataan ataupun perbuatan. Selama seseorang masih memiliki keimanan didalam hatinya,
apapun perbuatan atau perkataannya, maka ia tetap dapat disebut seorang mukmin, bukan kafir.
Murji’ah mengacu kepada segolongan sahabat Nabi SAW, antara lain Abdullah bin Umar,
Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Imran bin Husin yang tidak mau melibatkan diri dalam

2
pertentangan politik antara Usman bin Affan (khalifah ke-3; w. 656) dan Ali bin Abi Thalib
(khalifah ke-4; w. 661).

b) Sejarah Aliran Murji’ah


Munculnya aliran ini di latar belakangi oleh persoalan politik, yaitu persoalan khilafah
(kekhalifahan). Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat Islam terpecah kedalam
dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali dan Mu’awiyah. Kelompok Ali lalu terpecah pula
kedalam dua golongan, yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut Syiah) dan golongan
yang keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij). Ketika berhasil mengungguli dua kelompok
lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij, dalam merebut kekuasaan, kelompok Mu’awiyah lalu
membentuk Dinasti Umayyah. Syi’ah dan Khawarij bersama-sama menentang kekuasaannya.
Syi’ah menentang Mu’awiyah karena menuduh Mu’awiyah merebut kekuasaan yang
seharusnya milik Ali dan keturunannya. Sementara itu Khawarij tidak mendukung Mu’awiyah
karena ia dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian antara ketiga golongan
tersebut terjadi saling mengkafirkan. Di tengah-tengah suasana pertikaian ini muncul
sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin terlibat dalam pertentangan politik yang
terjadi. Kelompok inilah yang kemudian berkembang menjadi golongan Murji’ah.
Dalam perkembanganya, golongan ini ternyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan
teologis yang muncul di zamannya. Waktu itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang yang
berdosa besar. Kaum Murji’ah menyatakan bahwa orang yang berdosa besar tidak dapat
dikatakan sebagai kafir selama ia tetap mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan
Muhammad SAW sebagai rasul-Nya. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum
Khawarij yang mengatakan bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya adalah kafir.
Oleh karena itu, Aliran Murji’ah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar,
sebagaimana hal ini dilakukan oleh aliran khawarij.1
Golongan Murji’ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan beragama
adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang masih beriman berarti dia tetap mukmin,
bukan kafir, kendatipun ia melakukan dosa besar. Adapun hukuman bagi dosa besar itu terserah
kepada Tuhan, akan ia ampuni atau tidak. Pendapat ini menjadi doktrin ajaran Murji’ah.

1 Drs. Adeng Muchtar Ghazali, M.Ag, Perkembangan Ilmu Kalam:Dari Klasik Hingga Modern
(Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 90.

3
Dan pada masa Murji’ah ini pula timbullah istilah Ilmu Kalam yang berarti ilmu berbicara
(berdebat) sebagai nama baru bagi Ilmu Tauhid atau Ilmu Ushuluddin yang telah ada.

c) Doktrin – Doktrin Pokok Aliran Murji’ah


Menurut W. Montgomery Watt merincikan sebagai berikut :
a) Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Mu’awiyah hingga Allah memutuskannya di
akhirat kelak.
b) Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat Khalifah
Rasyiddin.
c) Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah.
d) Doktrin-doktrin murji’ah menyerupai pengajaran para empiris dari kalangan Helenis.
Menurut Harun Nasution menyebutkan 4 ajaran pokoknya dalam doktrin teologi murji’ah
yaitu:
a) Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah,Amr bin Ash, dan Abu Musa Al – Asy’ari
yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah dihari kiamat kelak.
b) Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
c) Meletakkan pentingnya iman dari pada amal.
d) Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah.
Menurut Abu ‘Ala Al Maududi menyebutkan 2 doktrin pokok ajaran murji’ah,
yaitu :
A. Iman adalah percaya kepada Allah dan rasulnya saja. Adapun amal perbuatan tidak
merupakan suatu adanya iman. Berdasarkan hal ini, sesorang tetap dianggap mukmin
walaupun meningggalkan perbuatan yang difardhukan dan melakukan dosa besar.
B. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat
tidak dapat mendatangkan madharat ataupun gangguan atas seorang. Untuk
mendapatkan pengampunan, manusia cukup hanya dengan menjauhkan diri dari syirik
dan mati dalam keadaan akidah tauhid.2

2 Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof. Dr. Rozihon Anwar, M.Ag, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka
Setia, 2011) Cet. VI, hlm. 58-59.

4
d) Pemikiran dan Sekte – sekte dalam Aliran Murji’ah
Watt menyebutkan sekte-sekte Murji’ah terdiri atas beberapa sekte yaitu:
a. Murji’ah Khawarij
b. Murji’ah Qadariah
c. Murji’ah Jabariah
d. Murji’ah Murni
e. Murji’ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah)
Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi dua sekte,
yaitu golongan moderat dan golongan ekstrem.3 Atau bisa juga disebut Murji’ah al-Sunnah
dan Murji’ah al-Bid’ah sebagai mana yang tercantum dalam buku karya Prof. Dr. Imam
Muhammad Abu Zahrah.4 Murji’ah moderat berpendirian bahwa pendosa besar tetap
mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya
dan diampuni oleh Allah SWT. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan Rasul-
rasulNya serta yang datang dariNya secara keseluruhan, namun dalam garis besar. Iman
tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Tidak ada perbedaan manusia dalam hal ini.
Penggagas pendirian ini adalah Al-Hasan bin Muhammad bin ‘Ali bin Thalib, Abu
Hanifah, Abu Yusuf, dan beberapa Ahli Hadis.
Adapun yang termasuk kelompok ekstrem adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-
Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah. Pandangan tiap-tiap kelompok itu dapat
dijelaskan seperti berikut:
1. Al-Jahamiyah di pelopori oleh Jahm bin Safwan. Menurut paham ini, iman adalah
mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya, dan segala sesuatu yang datangnya dari
Allah SWT. Sebaliknya, kafir yaitu tidak mempercayai hal-hal tersebut diatas. Apabila
seseorang sudah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya dan segala sesuatu yang
datang dari Allah SWT, berarti ia mukmin meskipun ia menyatakan dalam
perbuatannya hal-hal yang bertentangan dengan imannya, seperti berbuat dosa besar,
menyembah berhala, dan minum-minuman keras. Golongan ini juga meyakini bahwa
neraka itu tidak abadi, karena keabadian hanya bagi Allah SWT semata.
2. As-Shalihiyah diambil dari nama tokohnya, Abu Hasan As-Shalihi. Sama dengan
pendapat Al-Jahamiyah, golongan ini berkeyakinan bahwa iman adalah semata-mata

3 Prof. Dr. Abdul Rozak, M.Ag dan Prof. Dr. Rozihon Anwar, M.Ag, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka
Setia, 2012) Cet. 1 Edisi Revisi, hlm. 74.
4 Prof. Dr. Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos
Publishing House, 1996), hlm. 148.

5
hanya ma’rifat kepada Allah SWT, sedangkan kufur (kafir) adalah sebaliknya. Iman
dan kufur itu tidak bertambah dan tidak berkurang.
3. Al-Yunusiyah dan Ubaidiyah adalah pengikut Yunus bin An-Namiri. Menurut
golongan ini, iman adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati,
dan tidak takabur; sedang kufur kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir bukan karena
tidak percaya kepada Tuhan, melainkan karena ketakaburannya. Mereka pun meyakini
bahwa perbuatan jahat dan maksiat sama sekali tidak merusak iman.
4. Hasaniyah, menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan
melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah
kambing ini”. Orang tersebut mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang
mengatakan,”saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke kakbah, tetapi saya tidak tahu
apakah kakbah di india atau tempat lain”.
Harun Nasution mengemukakan bahwa golongan Murji’ah moderat, sebagai
golongan yang berdiri sendiri telah hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka
mengenai iman, kufr dan dosa besar masuk ke dalam aliran Ahli Sunnah dan Jama’ah.
Adapun golongan Murji’ah ekstrim juga telah hilang sebagai aliran yang berdiri sendiri,
tetapi dalam praktek masih terdapat sebagian umat islam yang menjalankan ajaran-
ajaran ekstrim itu, mungkin dengan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dalam hal ini
mengikuti ajaran-ajaran golongan Murji’ah ekstrim.5
Tetapi juga tidak semua ajaran murji’ah membahayakan dan ditolak. Karena ajaran
murji’ah moderat masih diterima kalangan ahli sunnah waljamaah dalam islam. Masih
ada ajaran murji’ah moderat yang identik dengan pendapat al-asy’ari dari golongan ahli
sunnah waljamaah misalnya adalah masalah iman. Menurut al-asy’ari iman adalah
pengakuan dalam hati pada keesaan tuhan tentang kebenaran para rasul dengan segenap
apa yang dibawanya. Mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan segala rukun islam
adalah cabang dari iman. Orang melakukan dosa besar bila meninggal dunia sebelum
taubat, nasibnya terserah pada tuhan.

5 Harun Nasution, Teologi Islam:Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-Press, 1986),
hlm. 30.

6
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
 Kata Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a, yarji’u, yang berarti menunda
atau menangguhkan. Salah satu aliran teologi Islam yang muncul pada abad
pertama Hijriyah.
Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa, yaitu ‘Ali dan Mu’awiyah serta pasukannya pada hari kiamat kelak.
 Doktrin-doktrin pokok Murji’ah menurut Harun Nasution ada 4, yaitu :
o Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah,Amr bin Ash, dan Abu Musa Al
– Asy’ari yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah dihari
kiamat kelak.
o Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa
besar.
o Meletakkan pentingnya iman dari pada amal.
o Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.

7
DAFTAR PUSTAKA
Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam Sejarah pemikiran Islam, Banjarmasin:
Antasari Press, 2010.

Ghazali, Adeng Muchtar, Perkembangan Ilmu Kalam:Dari Klasik Hingga Modern, Bandung:
Pustaka Setia, 2003.

A. Nasir, Sahilun, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: Rajawali Pers, 1991.

Rozak, Abdul dan Anwar, Rozihon, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2011, Cet. VI.

Rozak, Abdul dan Anwar, Rozihon Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2012, Cet. 1 Edisi
Revisi.

Abu Zahrah, Imam Muhammad, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, Jakarta: Logos
Publishing House, 1996.

Nasution, Harun, Teologi Islam:Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI-


Press, 1986.

Mulyono dan Bashori, Study Ilmu Tauhid atau Kalam, Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010.

Anda mungkin juga menyukai