Anda di halaman 1dari 21

KHAWARIJ DAN MURJI’AH PERSPEKTIF ILMU KALAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah TEOSOFI

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


[ROIS IMRON ROSI, M.Pd]

Oleh:

Afifah Nabila Nuur Diyanti (210103110015)


Khairunnisa Rahma Triani (210103110019)
Moch Farid Agusandi (210103110031)
M. Zahrul Fuad (210103110030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MARET 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas mata kuliah TEOSOFI
yang berjudul “Khawarij dan Murji’ah perspektif ilmu kalam” dengan lancar.

Tidak lupa pula, saya ucapakan terimah kasih kepada dosen pengampu, Bapak Rois
Imron Rosi, M.Pd. yang telah membimbing dan membagi ilmunya kepada kami. Serta, kami
ucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak bisa kami sebut satu per satu, yang mana
telah terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari kalian semua demi tersusunya makalah yang
lebih baik lagi pada makalah selanjutnya. Kemudian, kami mohon maaf apabila masih banyak
kesalahan, baik dalam penulisan maupun materi yang saya sampaikan. Demikian, saya
sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 9 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Latar belakang kemunculan Khawarij............................................................................3
B. Pengertian Khawarij.......................................................................................................4
C. Ajaran Khawarij.............................................................................................................5
D. Aliran aliran dan tokoh Khawarij...................................................................................8
E. Latar belakang kemunculan Murji’ah............................................................................10
F. Pengertian Murji’ah........................................................................................................12
G. Ajaran Murji’ah..............................................................................................................13
H. Aliran aliran dan tokoh Murji’ah....................................................................................14
BAB III PENUTUP.................................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya beberapa golongan dan aliran dalam Islam
pada dasarnya berawal dari mensikapi permasalahan politik yang pada saat itu terjadi diantara
umat Islam, yang akhirnya merebak pada persoalan Teologi dalam Islam. Paling tepatnya
adalah persoalan ini bermula dari permasalahan Khilafah, yakni tentang siapa orang yang
berhak menjadi Khalifah dan bagaimana mekanisme yang akan digunakan dalam pemilihan
seorang Khalifah. Di satu sisi umat Islam masih ingin mempertahankan cara lama bahwa
yang berhak menjadi Khalifah secara turun temurun dari suku bangsa Quraisy saja.
Sementara di sisi lain umat Islam menginginkan Khalifah dipilih secara demokrasi, sehingga
setiap umat Islam yang memiliki kapasitas untuk menjadi Khalifah bisa ikut dalam pemilihan.
Manusia dalam kedudukannya sebagai Khalifah Fil Ardli mendapat kepercayaan dari Allah
SWT. untuk mengemban Amanah yang sangat berat. Dia diciptakan bersama-sama dengan
jin, dengan tujuan untuk senantiasa menyembah dan beribadah kepada Allah SWT., untuk itu
manusia dituntut untuk mendalami, memahami serta mengamalkan pokok-pokok agamanya
(Ushuluddin) Dan juga cabang-cabangnya. sehingga manusia mampu menentukan jalan
hidupnya sesuai dengan amanah yang dibebankan kepadanya.
Ego kesukuan dan kelompok yang saling mementingkan kelompok masing-masing,
memuncak pada masa kekhalifahan Usman Bin Affan, yaitu pada tahun ke 7 kekhalifahan
Usman sampai masa Ali Bin Abi Thalib yang mereka anggap sudah menyeleweng dari ajaran
Islam. Sehingga terjadilah saling bermusuhan, bahkan pembunuhan sesama umat Islam.
Masalah pembunuhan adalah dosa besar dalam Islam, dalam menyikapi masalah inilah
persoalan politik merebak ke ranah teologi dalam Islam. Dalam makalah ini Penulis
membahas tentang Sejarah, Ajaran Pokok golongan dan tokoh Khawarij dan Murji’ah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Khawarij dan Murji’ah ?
2. Apa latar belakang atau sejarah timbulnya Khawarij dan Murji’ah ?

1
3. Apa saja pokok ajaran Khawarij dan Murji’ah ?
4. Apa saja aliran aliran dan tokoh Khawarij dan Murji’ah ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan pada makalah ini
adalah untuk menjelaskan
1. Mengetahui pengertian Khawarij dan Murji’ah
2. Mengetahui latar belakang atau sejarah timbulnya Khawarij dan Murji’ah
3. Mengetahui Apa saja pokok ajaran Khawarij dan Murji’ah
4. Mengetahui Apa saja aliran aliran dan tokoh Khawarij dan Murji’ah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar belakang kemunculan Khawarij


Ada 2 faktor sehingga terlahirlah aliran teologi Khawarij
1. Faktor Politik
Khawarij secara historis lahir pada tahun 657 M tepat sesaat setelah terjadinya perang
Siffin. Khawarij dapat dikatakan sebagai aliran teologi tertua dalam dunia Islam sekaligus
pelopor lahirnya berbagai aliran teologi lainnya dalam dunia Islam. Pada awalnya aliran
khawarij lahir bukan karena persoalan teologis dalam Islam melainkan karena persoalan
politik yang sengit.
Salah satu peristiwa kelam yang menggegerkan penduduk Madinah adalah peristiwa
terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Terbunuhnya Utsman bin Affan akibat adanya fitnah
yang menimpa Utsman bin Affan. Salah satu penyebab yang semakin membuat fitnah ini
tersulut adalah isu nepotisme yang membayangi pemerintahan Utsman bin Affan. Akibat dari
fitnah ini adalah munculnya gerakan-gerakan pemberontakan yang ingin menggulingkan
pemerintahan Utsman bin Affan. Klimaks dari pemberontakan ini adalah tewasnya Utsman
bin Affan di tangan salah seorang pemberontak dari Mesir yaitu Wardan bin Samurah.

Pada awal mulanya Khawarij adalah pendukung setia Khalifah Ali bin Abi Thalib yang
mendukung Ali dalam melawan konfrontasi pasukan Mu'awiiyah dalam perang Siffin.
Namun, pada akhirnya kaum khawarij merasa kecewa dan menuai kebencian kepada khalifah
Ali bin Abi Thalib. Penyebabnya adalah keputusan Ali yang menerima perundingan
perdamaian/Arbitrase dengan pihak Mu'awiyah. Kaum Khawarij menilai Ali tidak pantas
melakukan perundingan perdamaian dengan pihak yang melakukan bughat/makar.

Setelah mereka mengkafirkan Ali dan pihak lainnya yang ikut terlibat dalam Arbitrase ini,
kaum Khawarij melepaskan dukungannya kepada Ali dan keluar dari barisan kelompok Ali.
Karena keputusan mereka untuk keluar (Khawarij) dari barisan Ali inilah yang menyebabkan
mereka dinamakan dengan kaum Khawarij yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.

3
2. Faktor Sosial

Selain karena faktor politik yang menyebabkan lahirnya kelompok Khawarij ternyata
kondisi sosial juga turut mempengaruhi lahirnya kelompok ini. Sebagian besar orang-orang
Khawarij berasal dari kalangan Arab Badui yang memiliki kedangkalan intelektual jika
dibandingkan dengan kaum Muslim yang bertempat tinggal di pusat kota Madinah maupun
Mekkah.

Selain itu letak geografis tempat tinggal mereka yang sangat berjauhan dengan domisili
Rasul di pusat kota Medinah maupun Mekkah sehingga mereka tidak bisa setiap saat
menjumpai Rasul dalam melakukan sharing mengenai masalah agama Islam.

Namun, walaupun begitu mereka memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan
secara aplikatif ajaran-ajaran Islam sehingga di kemudian hari kaum khawarij ini memiliki
semangat fundamentalis membabi buta yang tidak didukung oleh pemahaman Islam secara
komprehensif. Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat mutasyabihat yang mereka
tafsirkan menurut logika mereka saja dengan tujuan untuk mendukung doktrin ajaran mereka.

B. Pengertian Khawarij
Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja yang berarti keluar,
muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan pengertian etimologis ini, Syahrastani
menyebut orang yang memberontak imam yang sah disebut sebagai khowarij.
Kaum khawarij adalah sekte yang meninggalkan barisan karena tidak sepakat dengan Ali,
yang menerima tahkim (perjanjian) dalam perang siffin tahun 37 H/648 M. Persengketaan
tentang khilafah ini terjadi antara kelompok pendukung Ali dan Dinasti Muawiyah,"
Mereka menilai, tindakan Ali telah melanggar ketentuan Allah SWT. Dikutip dari buku
Membongkar Ciri Kaum Munafik: Tafsir Surah al-Jumu'ah dan al-Munafiqun karya Sayid Ali
Khamene'i, Syekh Nashir Makarim Syirazi, Syekh Ja'far Subhani, "Kaum khawarij
menjadikan ayat Al Quran keputusan menetapkan sesuatu hanyalah hak Allah SWT sebagai
slogan. Mereka menafsirkan dengan pendapatnya sendiri kemudian memerangi Ali bin Abi
Thalib karena dinilai bersebrangan dengan Al Quran," , kaum khawarij sangat ketat dalam

4
melaksanakan ibadah. Namun hal tersebut keburukan pikiran dengan menuduh orang yang
tidak seperti mereka telah keluar Islam.
Khawarij dikenal sebagai aliran kalam tertua dalam sejarah peradaban Islam. Kelompok ini
memiliki pandangan bahwa saat Ali menerima arbitrase yang diajukan oleh Muawiyah, maka
ia telah melakukan dosa besar. Oleh karena itu, Ali dianggap kafir dan darahnya halal untuk
dibunuh. Tak hanya Ali, semua orang yang mereka anggap telah melanggar ajaran Islam
masuk ke dalam golongan kafir, termasuk diantaranya Muawiyah bin Abi Sufyan.
Ciri ciri Kaum Khawarij

1. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walau pun sama-sama
menganut Islam

2. Menurut mereka, Islam yang benar adalah yang diamalkan kelompoknya. Islam lainnya
dianggap tidak benar

3. Orang-orang Islam yang tersesat dan kafir perlu dikembalikan ke jalan yang benar, namun
yang sesuai pemikiran kaum khawrij

4. Karena tidak sepaham dengan lingkungan sekitar, kaum khawarij mengangkat imam dari
golongannya sendiri

5. Kaum khawarij bersikap fanatik dan tidak segan menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuannya.
C. Ajaran Khawarij
Diantara ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah berikut ini:

1. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam.
2. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, dengan demikian setiap muslim
berhak menjadi khalifah apabila sudah memnuhi syarat.
3. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at Islam. Ia harus dijatuhkan bahkan harus dibunuh jika melakukan
suatu kedzaliman.
4. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi setelah tahun
ketujuh dari masa kehalifahannya, Utsman r.a dianggap telah menyeleweng.
5. Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi abitrase (tahkim),ia dianggap
menyeleweng.
5
6. Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
7. Pasukan perang Jamal melawan Ali juga kafir.
8. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut sebagai seorang Muslim sehingga
harus dibunuh. Yang sangat anarkis (kacau) lagi, mereka menganggap seorang
muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim yang lain yang
telah dianggap kafir dengan resiko menanggung beban harus dilenyapkan pula.
9. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila tidak
mau bergabung, ia wajibdiperangi karena hidup dalam dar al-harb (Negara musuh),
sedangkan golongan mereka sendiri dianggap berada dalam dar al-islam (Negara
islam).
10. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.
11. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga dan orang yang jahat
harus masuk neraka).
12. Amar ma’ruf nahi munkar
13. Memalingkan Ayat-ayat Al-Quran yang tampak mutasabihat (samar).
14. Quran adalah makhluk.
15. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

Bila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum khawarij dalapat
dikategorikan dalam tiga kategori: politik, teologi, dan sosial. Dari poin 1 sampai 7
dikategorikan sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala Negara (khilafah).

Melihat pengertian politik secara praktis yakni kemahiran bernegara. Atau kemahiran
dalam berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, atau kemahiran mengenai
latar belakang, motivasi dan hasrat mengapa manusia ingin memperoleh kekuasaan. Khawarij
dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik. Poltik ternyata juga merupakan doktrin sentral
khawarij yang timbul akibat reaksi adanya muawiyah yang secara teoritis tidak pantas
pemimpin Negara, karena ia seorang tulaqa. Kebencian ini bertambah dengan kenyataan bahwa
keislaman Muawiyah belum lama.

6
Mereka menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Jalan pintas yang
ditempuhnya adalah membunuhnya, termasuk orang yang mengusahakannya menjadi khalifah.
Dikumandangkanlah sikap bergerilya untuk membunuh mereka. Dibuat pulalah doktrin teologi
tentang dosa besar sebagaimana tertera pada poin 8 sampai 11 .Akibat ajarannya yang
menentang pemerintah. Khawarij harus menanggung akibatnya, mereka selalu dikejar-kejar dan
ditumpas oleh pemerintah. Kemudian perkembangannya, sebagaimana dituturkan Harun
Nasution, kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar, afrika
utara, dan Arabia selatan.

Ajaran teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung dari
ajaran sentralnya, yakni ajaran politik. Radikalitas itu sangat dipengaruhi oleh sisi budaya
mereka yang juga radikal serta asal-usul meraka yang berasal dari masyarakat badawi dan
pengembara padang pasir tandus. Hal itu menyebabkan watak dan pola pikirnya menjadi
keras,berani, tidak bergantung pada orang lain,dan bebas. Namun, mereka fanatic dalam
menjalankan agama. Sifat fanatic itu biasanya mendorong seseorang berfikir simplisitis;
berpengetahuan sederhana, melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, dan bukan berdasarkan
pada data dan konsistensi logis, bersandar lebih banyak pada sumber pesan (wadah) daripada isi
pesan, mencari informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumber kelompoknya dan bukan
dari sumber kepercayaan orang lain, mempertahankan secara kaku system kepercayaannya, dan
menolak,mengabaikan,dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan system
kepercayaannya.

Orang-orang yang mempunyai prinsip Khawarij ini sering menggunakan cara kekerasan
dalam menyalurkan aspirasinya. Adapun ajaran-ajarannya selanjutnya yakni dari poin 11
sampai 15, dapat dikategorikan sebagai ajaran teologis social. Ajaran ini memperlihatkan
kesalehan asli kelompok Khawarij sehingga sebagian pengamat menganggap ajaran ini lebih
mirip dengan ajaran Mu’tazilah. Meskipun kebenaran adanya ajaran ini dalam wacana
kelompok Khawarij patut dikaji lebih mendalam. Dapat dirumuskan bahwa orang-orang yang
keras dalam pelaksanaan ajaran agama, sebagaimana dilakukan kelompok Khawarij, cenderng
berwatak tekstualitas/skripturalis seingga menjadi fundamentalis. Kesan skriptualitas dan
fundamentalis itu tidak nampak pada ajaran-ajaran khawarij pada poin 10 sampai 15. Namun
bila ajaran telologis social ini benar-benar merupakan ajaran Khawarij, dapat memprediksikan

7
bahwa kelompok Khawarij pada dasarnya merupakan orang-orang baik. Hanya saja,keberadaan
mereka sebagai kelompok minoritas penganut garis keras, yang aspirasinya dikucilkan dan
diabaikan penguasa, ditambah oleh pola pikirnya yang simplistic,telah menjadikan mereka
bersikap ekstrim.

D. Aliran aliran dan tokoh Khawarij


Aliran Dan Tokoh Dalam Khawarij
1. Al-Muhakimmah
Golongan Al Muhakimmah merupakan golongan pertama dari khawarij yang terdiri dari
pengikut Ali dalam perang shifin. Perang siffin adalah perang antara golongan Ali dengan
Golongan Muawiyah, namun mereka kemudian keluar dari barisan Ali dan berkumpul di
Harurah dekat Khufah untuk menyusun kekuatan guna melakukan pemberontakan
terhadap Ali bin Abi Thalib karena tidak terima pada keputusan Ali dalam tahkim saat
perang siffin. Mereka disebut Al Muhakimmah sesuai dengan prinsip dari golongan
mereka: la hukma illa lillah.1 (tidak ada hukum selain hukum Allah) dengan prinsip
tersebut, mereka berpandangan tidak sah menetapkan hukum selain hukum Allah yaitu
Alquran. Oleh karena itu, sikap menerima tahkim menurut golongan mereka merupakan
sebuah kesalahan sebab keputusan seyogianya datang dari Allah bukan dari manusia.
Adapun pemimpin mereka terdiri dari beberapa orang seperti Abdullah ibn al-kawa, Atab
ibn al Awar, Abdullah ibn Wahab Al-Razi, Urwah ibn Jarir, Yazid ibn Abi Ashim al-
Muharibi, dan Harqus ibn Zuhair al Bahali.2 Golongan inilah yang juga menyebarkan
paham bahwa orang yang melakukan dosa besar termasuk kafir dan boleh dibunuh3. Yang
mereka maksudkan dengan dosa besar tersebut adalah berzina dan membunuh tanpa sebab.
Al-Muhakkimah termasuk golongan ekstrem di dalam aliran Khawarij.
2. Al-Azariqah
Golongan ini dibentuk dan diberi nama berdasarkan pemimpin pertamanya yakni Nafi’ ibn
al-Azraq. Golongan ini disebut lebih ekstrem dari golongan sebelumnya yakni al-
Muhakkimah sebab pelaku dosa besar tidak hanya dianggap kafir tetapi musyrik. Dalam

1
Pernyataan ini yang mereka gemborgemborkan sebagai kata hak namun dengan katakata tersebut kebathilanlah
yang dikendaki. Ali tidak bisa mengikuti jalan pikiran mereka, … demikian penjelasan dalam Hasan Ibrahim Hasan,
Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Muliya, 2001), h. 187-188.
2
As-Syahrastani. 2003. Al-Milal wa Al-Nihal terj. Asywadi Syukur (Surabaya: Bina Ilmu) hal. 102
3
Harun Nasution. 2016. Teologi Islam: aliran-aliran, sejarah analisa perbandingan. Jakarta: UI Press. hal. 16
8
islam, syirik termasuk dosa besar, lebih besar dari dosa kufur. Golongan ini dianggap lebih
ekstrem sebab kategori musyrik bukan hanya orang yang melakukan dosa besar, namun
yang tidak sepaham dengan mereka juga dianggap musyrik dan harus dibunuh dan
diperangi termasuk anak dan istri orang islam. Bagi mereka, Utsman, Thalhah, Zubair,
Aisyah, Abdullah ibn Abbas dan seluruh yang tidak sependapat dengan mereka adalah
orang kafir. Hanya daerah merekalah yang disebut dar al-islam, sedangkan daerah lainnya
disebut dar al-kufr.4
3. Al-Najdat/ An-Najdiyah
Pemberian nama golongan ini berdasarkan nama pemimpin mereka Najdah ibn Amir Al-
Hanafi. Golongan ini awalnya merupakan bagian dari Al-Azariqah namun memisahkan
diri sebab menyetujui ajaran dalam Al-Azariqah. Menurut golongan ini, golongan Al-
Azariqah dihukumi kafir beserta pengikutnya. Golongan An-Najdah menjelaskan bahwa
perilaku dosa besar yang dihukumi kafir dan kekal di neraka hanyalah golongan yang tidak
sepaham dengan mereka, adapun orang islam dalam golongan mereka yang melakukan
dosa besar tidak akan kekal di neraka dan akan masuk surga.5
4. Al-Ajaridah
Diberi nama Al-Ajaridah berdasarkan nama pemimpin mereka Abd al-Karim ibn ‘Ajrad.
Golongan ini termasuk golongan yang unik sebab mereka membuat pernyataan bahwa
merekalah yang mengeluarkan surat Yusuf dari Al-Qur’an sebab didalam surat tersebut
terdapat kisah cinta dua insan manusia, Al-Qur’an sebagai kitab suci menurut mereka tidak
mungkin mengandung kisah cinta.6 Golongan Al-Ajaridah juga tidak sependapat dengan
golongan sebelumnya, dimana anak kecil menurut mereka tidak musyrik seperti orang
tuanya, namun ia bersih dan tidak bersalah.7 Menurut mereka hijrah bukan merupakan
kewajiban tetapi kebajikan sehinggga bila pengikutnya tinggal diluar kekuasaan mereka
tidak dianggap kafir.
5. As-Shufriyah
Golongan ini adalah pengikut Ziyad bin Al Ashfar, nama lain golongan ini adalah
Ziyadiyyah. Menurut golongan ini orang yang melakukan dosa besar dikenakan had

4
Ibid. Hal. 16
5
Rois Imron Rosi. 2022. Teosofi: pengantar teologi islam dan tasawuf. Malang: Madza Media. hal 36
6
Ibid. Hal. 37
7
Ibid. Hal. 38
9
sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Seperti pencuri, pezina dan sebagainya.
Sedangkan pelaku dosa besar yang tidak ada hadnya maka disebut kafir namun demikian
ada yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar yang tidak ada hadnya tidak boleh
dikafirkan kecuali atas keputusan hakim.
6. Al-‘Ibadiyyah
Golongan ini dipimpin oleh Abdullah ibn Ibadh. Mereka merupakan penganut paham
Khawarij yang paling moderat dan luwes serta paling dekat dengan paham Sunni.
Sehingga aliran ini masih bertahan sampai sekarang.8
Beberapa pendapat mereka yang menonjol adalah:
a) Orang Islam yang berbeda paham dengan mereka bukan orang musyrik, tetapi juga
bukan orang mu‟min. Mereka menamakannya dengan orang kafir, akan tetapi bukan
kafir dalam hal keyakinan, karena orang tersebut tidak mengingkari adanya Allah
swt.
b) Haram memerangi orang yang tidak sepaham dengan aliran Ibadhiyyah, dan wilayah
mereka adalah wilayah tauhid dan Islam, kecuali wilayah pasukan tentara
pemerintah. Akan tetapi mereka menyembunyikan pendapat itu.
c) Harta rampasan dari kaum muslimin yang menjadi lawan mereka haram diambil,
kecuali kuda, senjata dan perlengkapan peranng lainnya, sedangkan emas dan perak
harus dikembalikan.
Orang yang berbeda pendapat dengan Ibadhiyyah dapat menjadi saksi dalam suatu perkara,
boleh menikahi mereka, serta saling mewarisi antara mereka dan penganut Khawarij lainnya
tetap berlaku.9

E. Latar belakang kemunculan Murji’ah


Lahirnya kelompok murrjiah ada 2 sebab yaitu:

1. Permasalahan Politik

Murji'ah pada awalnya muncul disebabkan persoalan-persoalan politik terutama


masalah Khilafah yaitu siapa yang paling berhak mengganti posisi Utsman Bin Affan sebagai
Khalifah setelah beliau terbunuh. Persoalan Khilafah ini telah menyebabkan timbulnya
8
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h.157-158.
9
Imam Muhammad abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam, Terjemahan Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad
Qarib dari tarikh al-Madzahib al-Islamuyyah, (Jakarta: Logos, 1996), h. 83-84.
10
pertentangan dan perpecahan dalam Islam. Golongan yang bertentangan itu
diantaranya Khawarij yang pada mulanya merupakan pendukung Ali Bin Abi Thalib, tetapi
kemudian jadi memusuhi Ali Bin Abi Thalib dikarenakan menurut kaum Khawarij bahwa Ali
Bin Abi Thalib telah melakukan kesalahan yang teramat fatal. Sikap permusuhan ini
membuat para pendukung fanatik Ali Bin Abi Thalib bertambah keras dan kuat untuk
membelanya, golongan ini dikenal dengan nama Syiah, kedua kelompok ini saling kafir
mengkafirkan satu sama lain

Dalam suasana pertentangan ini, timbullah suatu golongan yang baru yang ingin bersikap
netral dan tidak mau turut dalam praktek kafir mengkafirkan yang terjadi antara golongan
yang bertentangan ini. Bagi mereka sahabat-sahabat yang bertentangan ini merupakan orang-
orang yang dapat di percayai dan tidak keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu mereka
tidak mengeluarkan pendapat siapa sebenarnya yang salah, dan lebih baik menunda (arja'a)
yang berarti penyelesaian persoalan ini di hari perhitungan di depan tuhan. Gagasan irja' atau
arja yang di kembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan juga bertujuan menghindari
sekatrianisme.

2. Permasalahan Tuhan
Dari permasalahan politik, mereka kaum murji'ah pindah kepada permasalahan ketuhanan
(teologi) yaitu persoalan dosa besar yang di timbulkan kaum khawarij, mau tidak mau
menjadi perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum khawarij menjatuhkan
hukum kafir bagi yang membuat dosa besar, kaum Murji'ah menjatuhkan hukum mukmin.
Pendapat penjatuhan hukum kafir pada orang yang melakukan dosa besar oleh kaum
Khawarij ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji'ah yang mengatakan
bahwa pembuat dosa besar tatap mukmin, tidak kafir, sementara dosanya di serahkan kepada
Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak. Aliran Murji'ah menangguhkan penilaian
terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan Tuhan, karena
hanya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang.

11
Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmin di
hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu di anggap tetap mengakui
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul Nya. Dengan kata lain
bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan dua kalimat
syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu, orang tersebut masih tetap
mukmin, bukan kafir.

F. Pengertian Murji’ah

Murji’ah diambil dari kata irja’ atau arja’a yang bermakna penundaan, penangguhan, dan
pengharapan yang artinya memberi harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat dari Allah. Oleh karena itu Murji’ah artinya orang yang menunda
penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta
pengikutnya hari kiamat kelak, singkatnya murjiah adlah sekelompok orang yang menunda
ataupun menangguhkan atau juga penangguhan keputusan atas perbuatan seseorang sampai di
pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa
besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah
Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap
diakui sebagai Muslim dan punya harapan dan kesempatan untuk bertobat.

Adapun kaum Murji'ah terbagi menjadi dua golongan yaitu;

1. Murji'ah Moderat berpendapat bahwasanya orang yang melakukan dosa besar bukanlah


kafir dan tidak kekal di neraka melainkan akan dihukum di neraka sesuai dengan besarnya
dosa yang telah dilakukan. dan ada kemungkinan bahwa Allah akan mengampuni seluruh
dosanya tersebut.perihal Iman Murji'ah Moderat berpendapat iman adalah pengetahuan
dan pengakuan akan segala yang datang dari Allah,bahkan iman tidak memiliki sifat
bertambah ataupun berkurang dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam hal
keimanan.

2. Murji'ah Ekstrem berpendapat setiap muslim yang beriman kepada Allah dan kemudian
menyatakan kekufuran secara lisan dia tidak dikatakan kafir, karena iman dan kafir
tempatnya didalam hati bukan pada bagian lain dari tubuh manusia, sekalipun seseorang
itu menyembah berhala bagi Allah orang itu tetap seorang yang sempurna keimanannya.

12
Ciri ciri murjiah

Murji'ah sendiri memiliki sekian banyak ciri yang paling menonjol di antranya ialah:

1. Mereka berpendapat bahwa iman hanya sebatas penetapan dengan lisan atau sebatas
pembenaran dengan hati atau hanya penetapan dan pembenaran.
2. Mereka mengharamkan istitsn' (mengucapkam`saya beriman insyaAllah') di dalam iman
3. Mereka berpendpat bahwa orang yang meninggalkan kewajiban dan melakukan perbutaan
haram (dosa dan maksiat) tidak berkurang iman nya dan tidak merubah imannya
4. Mereka membatasi kekufuran hanya pada pendustaan dengan hati
5. Mereka mensifati amal amal kekufuran yang tidak membawa melainkan kepada
kekufuran , seperti mencel atau menghina dan mencela (Allah, rasul-nya maupun syari'ah
islam) ; bahwa hal itu bukanlah sesuatu kekufuran, tetapi hal itu menunjukkan pendustaan
yang ada dalam hati.
6. Mereka berpendapat bahwa iman tidak berkurang dan tidak bertambah, tidak terbagi-bagi
orang yang beriman tidak bertingkat-tingkat dan iman semua orang di anggap sama.
G. Ajaran Murji’ah

Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja yang
diaplikasikan dalam banyak persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik doktrin irja’
diimplementasikan dengan sikap politik netral atau nonblok,yang selalu di ekspresikan
dengan sikap diam. Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jau sehingga membuat Murji’ah
selalu diam dalam persoalan politik.

Adapun dibidang teologi doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika menghadapi


persoalan-persoalan teologis yang muncul saat itu. Pada perkembangan berikutnya persoalan-
persoalan menjadi semakin kompleks sehingga mencakup iman,kufur,dosa besar dan
ringan,tauhid, tafsir Al-Quran,pengampunan dosa besar,dan lain-lainnya.

Berkaian dengan ajaran-ajaran teologi Murji’ah, W. Montgomery Watt memrincinya sebagai


berikut:

a. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Mu’awiyah hingga Allah memutuskannya di


akhirat kelak.

13
b. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat Al-Khalifah Ar-
Rasyidun.
c. Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.
d. Ajaran-ajaran Murji’ah menyerupai pengajaran (mazhab) para skeptis dan empiris dari
kalangan helenis.

Masih berkaitan dengan ajaran-ajaran teologi Murji’ah, Harun Nasution menyebutkan empat
ajaran pokoknya, yaitu:

a. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin ‘Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ari yang
terlibat tahkim hingga kepada Allah pada hari kiamat kelak;
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah SWT. Atas orang muslim yang berdosa besar;
c. Meletakkan (pentingnya) iman lebih utama daripada amal;
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Maududi (1903-1979) menyebutkan dua ajaran pokok ajaran
Murji’ah, yaitu :

a. Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT. Dan rasulnya. Adapun amal atau
perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan hal ini, seseorang
tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan apa yang difardukan kepadanya dan
melakukan perbuatan-perbuatan dosa besar;
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, setiap maksiat
tidak dapat mendatangkan madharat atau-pun gangguan atas seseorang. Untuk
mendapatkan pengampunan, manusia cukup menjauhkan diri dari syirik dan meninggal
dalam keadaan akidah tauhid.
H. Aliran aliran dan tokoh Murji’ah
Aliran Dalam Murji’ah
Dalam hal ini terdapat problem yang mendasar ketika para pengamat mengklasifikasikan
aliran-aliran Murji’ah, yaitu beberapa tokoh aliran tertentu yang diklaim sebagai pengikut
Murjiah, namun pengamat lain tidak mengklaimnya, tokoh aliran tersebut adalah Washil

14
bin Atha dari Mu’tazilah dan Abu Hanifah dari Ahlu Sunnah. Beberapa ahli memiliki
pendapat mengenai golongan-golongan Murji’ah diantara lain, Asy-Syahrastani
menyebutkan bahwa golongan-golongan Murji’ah ada 5 dan Muhammad Imarah
menyebutkan ada 12 golongan Murji’ah. Harun Nasution mengklasifikasikan Murji’ah
menjadi dua golongan, yaitu golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah Moderat
berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula kekal di dalam
neraka, karena menurut golongan ini iman adalah pengetahuan tentang Allah dan Rasul-
Nya serta iman tidak bertambah dan juga berkurang, penggagas tersebut adalah Al-Hasan,
Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan ahli Hadits lainnya. Adapun kelompok Murji’ah Ekstrim
adalah:
a. Jahmiyah, merupakan golongan pengikut Jahm ibn Shafwan. Mereka memiliki
berpandangan orang yang percaya tuhan dan mengatakan kekufurannya secara
lisan, maka tidak kafir karena iman dan kufur berada di dalam hati.
b. Shalihiyah, menurut Al-Syahrastani golongan ini merupakan golongan pengikut
Shalih ibn Umar ash-shalihi.10 Berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Allah,
kufur adalah tidak tahu Tuhan, ibadah adalah iman kepada Allah bukan sholat,
begitu pula zakat, puasa, haji, itu hanyalah sekedar kepatuhan.
c. Yunusiyah dan Ubaidiyah, merupakan golongan pengikut Yunus ibn ‘Aun An-
Numairi dan Al-‘Ubaidiyah. Melontarkan pernyataan bahwa maksiat atau
perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang sebagai musyrik, walaupun
sudah mati.
d. Ghassaniyah, pengikut dari Ghassan al-Kafi. Mereka menyebutkan bahwa jika
seseorang mengatakan “Saya tahu Tuhan melarang saya memakan babi, tetapi
saya tidak tahu babi yang diharamkan itu kambing ini” ataupun berkata “ Saya
tahu Tuhan mewajibkan untuk naik Haji ke Ka’bah,tetapi saya tidak tahu apakah
Ka’bah di India atau di tempat lain.” Maka orang-orang tersebut tetaplah mukmin.
Secara garis besar, golongan ekstrem ini berpendapat bahwa amal seseorang tidak
penting sebab yang penting hanyalah iman yang ada di dalam hati, perbuatan

10
As-Syahrastani. 2003. Al Milalwa Al-Nihal terj. Asywadie Syukur (Surabaya: Bina Ilmu) hal 179
15
apapun baik berupa dosa ataupun perbuatan baik tidak akan memberikan pengaruh
terhadap iman seseorang.11

Selain golongan ekstrem diatas, dalam murji’ah ada pula golongan moderat. Golongan
Murji’ah moderat ini dianggap memiliki kesamaan dengan beberapan ajaran ahl-sunnah
wa al-jamaah. Golongan murji’ah moderat berpendapat bahwa pelaku dosa besar
bukanlah secara otomatis kafir. Ia juga tidak akan kekal di neraka walaupun ia
meninggal dunia sebelum bertaubat.12

11
Rois Imron Rosi. 2022. Teosofi: pengantar teologi islam dan tasawuf. Malang: Madza Media. hal 45
12
Ibid. Hal. 45
16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti
keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Terdapat beberapa doktrin pokok dalam kaum
Khawarij. Doktrin yang dikembangkan kaum Khawari’j dapat dikategorikan dalam tiga
kategori: politik, teologi, dan sosial. Dalam perkembangannya subsekte Khawari’j yang besar
terdiri dari delapan macam. Murji’ah diambil dari Al-Irjo’, yaitu menunda, menangguhkan,
mengakhirkan: mungkin karena mereka mengakhirkan tingkatan amal dari iman, atau kah
mereka menangguhkan hukuman terhadap pelaku dosa besar sampai hari qiamat, dan
menyerahkan perkaranya kepada Tuhannya. Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber
dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja diimplementasikan dengan
sikap politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam.
Golongan Murji’ah dibagi kedalam 2 kelompok besar yaitu golongan moderat dan ekstrim.

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan untuk
memperbaiki makalah kami dimasa mendatang. Dengan adanya makalah ini kami mengharap
pembaca dapat mengetahui pengertian, latar belakang, pokok ajaran, aliran aliran dan tokoh
Khawarij dan Murji’ah.

17
DAFTAR RUJUKAN

https://www.kompasiana.com/maulanagaul5914/5bb3729aab12ae7515561c08/asal-usul-
munculnya-aliran-murji-ah/

Harun Nasutiion, 1985, Teologi Islam: Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press.

Rubini, KHAWARIJ DAN MURJI’AH PERSFEKTIF ILMU KALAM Sekolah Tinggi Agama
Islam Masjid Syuhada Yogyakarta

https://retizen.republika.co.id/posts/15593/sejarah-singkat-aliran-syiah-dan-khawarij#/

Ibrahim madzzkur,fi al-falsafah al-islamiyah manhaj wa tathbiquh, juz II,

dar al-maarif, mesir 1947

Tulaqa adalah bekas kaum musyirkin mekah yang dinyatakan bebas pada hari jatuhnya kota itu
kepada kaum muslimin,Muhammad al-ghazali, Fiqhu As-Sirrah,terj Abu Laila,cet 10

https://hurie85.wordpress.com/2014/07/16/makalah-ilmu-kalam-khawarij-dan-murjiah/

Abdul Rozak 7 Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2011

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Muliya, 2001)
As-Syahrastani. 2003. Al-Milal wa Al-Nihal terj. Asywadi Syukur (Surabaya: Bina Ilmu)
Harun Nasution. 2016. Teologi Islam: aliran-aliran, sejarah analisa perbandingan. Jakarta: UI
Press.

Rois Imron Rosi. 2022. Teosofi: pengantar teologi islam dan tasawuf. Malang: Madza Media

Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998)


Imam Muhammad abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam, Terjemahan Abd.
Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib dari tarikh al-Madzahib al-Islamuyyah, (Jakarta: Logos, 1996)

18

Anda mungkin juga menyukai