DISUSUN
FAKULTA TARBIYA
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga pada saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami di beri kesempatan
untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul ” PEMIKIRAN
ALIRAN KHAWARIJ DAN SYI’AH.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita harutkan untuk junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
syariah agama islam yang sempurna dan merupakan satu satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Kami juga berharap dengan sungguh sungguh supaya makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan.
Selain itu kita juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapatdi temukan
banyak sekali kekurangan serta juah dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa di sertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat di mengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun mohon maaf yang sebesar besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................
C. TUJUAN PENELITAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
D. PENGERTIAN SYI’AH..............................................................................
F. AJARAN SYI’AH........................................................................................
A. KESIMPULAN............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umatislam,
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab,
c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat,
d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika
melakukan kezaliman,
e. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuhdari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap
telah menyeleweng,
f. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di anggap
menyeleweng,
g. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir,
h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir,
i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus
dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim
(kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap
kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula,
j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar
al harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada
dalam dar al islam (Negara islam).
k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
l. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan
yang jahat harus masuk kedalam neraka),
m. Amar makruf nahi mungkar,
n. Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat (samar),
o. Al- Qur’an adalah makhluk,
p. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
1) Al-Muhakkimah
2) Al-Azariqah
Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah.Daerah
kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran.Nama ini diambil dari
Nafi’ Ibn Al-Azraq.
Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya
mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak
pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik
3) Al-Nadjat
Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi
kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan
mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk
surga.
4) Al-Ajaridah
Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-
Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi.Menurut paham
mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn
Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan.Kaum Ajaridah boleh
tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi
kafir.Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah
mati.
5) Al-Sufriah
Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka
dekat sama dengan golongan Al-Azariqah.
6) Al-Ibadiyah
Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan
Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M.
memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.
1. Pengertian Syi’ah
Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat
setelah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau
kelompok atau golongan, seperti yang terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83
yang artinya: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya
(Nuh).
Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara
berlebih – lebihan karena mereka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak
menjadi khalifah pengganti Nabi Muhamad SAW berdasarkan wasiatnya,
sedangakan khalifah – khalifah seperti Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khatab, dan
Ustman bin Affan dianggap sebagai penggasab atau perampas khilafah.
Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya
Syiah, sebagian menganggap Syiah langsung muncul setelah wafatnya Nabi
Muhamad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin
dan Anshor di balai pertemuan Syakiffah Bani Sa’idah, pada saat itu muncul suara
dari Bani Hasyim dan sebagian kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi
Ali bin Abi Thalib. Sebagian yang lain menganggap Syiah lahir pada masa akhir
kekhalifahan Ustman bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi
Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khalifah Ustman bin Affan
yang berakhir dengan kematian Ustman dan ada tuntutan umat agar Ali bin Abi
Thalib bersedia dibai’at sebagai khalifah.
Pendirian kalangan Syiah bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam
atau khalifah yang seharusnya berkuasa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,
telah tumbuh sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup, dalam arti bahwa Nabi
Muhammad SAW sendirilah yang menetapkannya, dengan demikian menurut
Syiah inti dari ajaran Syiah itu sendiri telah ada sejak zaman Nabi Muhammad.
3. Ajaran Syi’ah
1) Keyakinan bahwa imam sesudah Rasullah SAW adalah Ali bin Abi Thalib
sesuai dengan sabda Nabi SAW karena itu para khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib
2) Keyakinan bahwa imam mereka maksum ( terjaga dari salah dan dosa )
3) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam yang telah wafat akan
hidup kembali setelah hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan
– lawannya yaitu Abu bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain – lain
4) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam mengetahui rahasia
ghoib, baik yang lalu maupun yang akan datang, ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan imam
5) Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh
para pengikut Abdullah bin Saba. Yang pada akhirnya mereka dihukum
bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6) Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu bakar dan Umar
bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk
delapan puluh kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
7) Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti
Utsman bin Affan
8) Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syiah semakin
menjadi-jadi. Sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat
keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti
Fathimiyah di mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran, terakhir aliran
tersebut terangakat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan
sebagai aliran resmi Negara iran sejak 1979
1) Pada rukun iman, syiah hanya memiliki lima rukun iman tanpa menyebut
keimanan kepada para malikat, rasul, qodho dan qhodar. Yaitu tauhid
( keesaan allah ), Al – Adl (keadilan allah), nubuwah (kenabian), imamah
(kepemimpinan iman), ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan)
2) Pada rukun islam
Syiah tidak mencantumkan syahadat dalam rukun islam, yaitu
sholat, zakat, puasa, haji, wilayah ( perwakilan ).
a. Syiah meyakini bahwa Al Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambah
atau dikurangi dari yang seharusnya, karena itu mereka meyakini Abu
Abdillah ( imam syiah ) berkata “Al Qur’an yang dibawa oleh Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW adalah tujuh belas ribu ayat dan di
sebut mushaf Fatimah
b. Syiah meyakini bahwa para sahabat sepeninggal nabi SAW mereka
murtad kecuali beberapa orang saja seperti Al-Miqdad bin Al-Aswad,
Abu Dzar al-Gifari dan Salman al-Fsarisyi
c. Syiah menggunakan senjata taqiyah yaitu berbohong,
dengan cara menampakan sesuatu yang berbeda dengan yang
sebenarnya untuk mengelabui
d. Syiah percaya akan Ar-raj’ah yaitu kembalinya ruh-ruh ke jasadnya
masing-masing di dunia ini sebelum kiamat di kala imam ghaib
mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan
anak – anaknya untuk balas dendam kepada lawan – lawannya
e. Syiah percaya kepada Al-Bada yakni tampak bagi Allah dalam hal
keimanan Ismail ( yang telah di nobatkan keimanannya oleh ayahnya
Jafar As-Sidiq tetapi kemudian meninggal di saat ayahnya masih
hidup ) yang tadinya tidak tampak jadi bagi mereka Allah boleh khilaf
tetapi imam mereka tetap maksum ( terjaga )
f. Syiah membolehkan nikah mut’ah yaitu nikah kontrak dengan jangka
waktu tertentu, padahal hal itu telah di haramkan oleh Rasullah SAW
yang di riwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri
Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin
Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu
muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein bin Ali. Dalam hal
ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok pertama yaitu imamah beralih
kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali, sedangkan kelompok lainnya
meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali
bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah.
Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul beberapa sekte
dalam Syi'ah. Para penulis klasik berselisih tajam mengenai pembagian sekte
dalam Syi'ah ini. Akan tetapi, para ahli umumnya membagi sekte Syi'ah dalam
empat golongan besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan Kaum Gulat.
a. Al-Kaisaniyah
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan khalifah yang
mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan
Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s mendatangi Almukhtar
dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan Muhammad bin
Hanafiyah.
1. Mereka tidak percaya adanya roh Tuhan menetes ke dalam tubuh Ali ibn
Abi Thalib, seperti kepercayaan orang-orang Saba’iyah.
2. Mereka mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggalnya.
Bahkan kebanyakan pengikut al-Kaisaniyah percaya bahwa Muhammad
Ibn Hanafiyah itu tidak meninggal, tetapi masih hidup bertempat di
gunung Radlwa.
3. Mereka menganggap bahwa Allah Swt. itu mengubah kehendak-Nya
menurut perubahan ilmu-Nya. Allah Swt. Memerintah sesuatu, kemudian
memerintah pula kebalikannya.
4. Mereka mempercayai adanya reinkarnasi (tanasukh al-arwah).
5. Mereka mempercayai adanya roh.
b. Az-Zaidiyah
Sekte Zaidiyah mengakui keabsahan khalifah atau imamah Abu Bakar As-
Sidiq dan Umar bin Khattab. Dalam hal ini, Ali bn Abi Thalib dinilai lebih tinggi
dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh karena itu sekte Zaidiyah ini
dianggap sekte Syi'ah yang paling dekat dengan sunnah.[24] Disebut juga Lima
Imam dinamakan demikian sebab mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin
Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak
menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:
a) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
b) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
c) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
d) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
e) Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid,
adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.
c. Al-Imamiyah
a) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
b) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan Al-Mujtaba
c) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain Asy-Syahid
d) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
e) Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad Al-Baqir
f) Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far Ash
Shadiq
g) Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan
kakak Musa al-Kadzim.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya
d. Al-Ghaliyah
1. Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil
tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu.
Penganut agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara
berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan
cara berpindah dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi.
Syi’ah Ghulat menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga
ada yang menyatakan seperti Abdullah Bin Muawiyah Bin Abdullah Bin
Ja’far bahwa roh Allah berpindah kepada Adam seterusnya kepada imam-
imam secara turun-temurun.
2. Bada’ yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya
sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga
sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam
pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan dengan
ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka artinya
memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan
hukum yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya
yaitumemerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah yang
sebelumnya.Faham ini dipilih oleh Mukhtar ketika mendakwakan dirinya
dengan mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik melalui wahyu yang
diturunkan kepadanya atau melalui surat dari imam. Jika ia menjanjikan
kepada pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu benar-benar terjadi
seperti yang diucapkan, maka itu dijustifikasikan sebagai bukti kebenaran
ucapannya. Namun jika terjadi sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan
menghendaki bada’
3. Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
Faham raj’ah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam
Syi’ah. Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali.
Sebagian mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali dan
sebagian lagi megatakan bahwa yang akan kembali adalah Ja’far As-
Shaddiq, Muhammad bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan
Mukhtar ats-Tsaqafi.
4. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau
menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham
hululiyah dan tanasukh dengan khaliq.
5. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat
berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
6. Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan
kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan
tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali
diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa
ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam
Mahdi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Fanatisme kesukuan
b. Faktor ekonomi
c. Semangat keagamaan
a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umatislam,
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab,
c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat,
d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika
melakukan kezaliman,
e. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuhdari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap
telah menyeleweng,
f. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di anggap
menyeleweng,
g. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir,
h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir,
i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus
dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim
(kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap
kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula,
j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar
al harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada
dalam dar al islam (Negara islam).
k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
l. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan
yang jahat harus masuk kedalam neraka),
m. Amar makruf nahi mungkar,
n. Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat (samar),
1) Al-Muhakkimah
2) Al-Azariqah (Nafi’ Ibn Al-Azraq)
3) Al-Nadjat (Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi)
4) Al-Ajaridah (Abd Al-Karim Ibn Ajrad)
5) Al-Sufriah (Ziad Ibn Al-Asfar)
6) Al-Ibadiyah (Abdullah Ibn Ibad)
1. Pengertian Syi’ah
Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat
setelah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau
kelompok atau golongan, seperti yang terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83
yang artinya: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya
(Nuh).
Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya
Syiah, sebagian menganggap Syiah langsung muncul setelah wafatnya Nabi
Muhamad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin
dan Anshor di balai pertemuan Syakiffah Bani Sa’idah, pada saat itu muncul suara
dari Bani Hasyim dan sebagian kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi
Ali bin Abi Thalib. Sebagian yang lain menganggap Syiah lahir pada masa akhir
kekhalifahan Ustman bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi
Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khalifah Ustman bin Affan
yang berakhir dengan kematian Ustman dan ada tuntutan umat agar Ali bin Abi
Thalib bersedia dibai’at sebagai khalifah.
3. Ajaran Syi’ah
1) Keyakinan bahwa imam sesudah Rasullah SAW adalah Ali bin Abi Thalib
sesuai dengan sabda Nabi SAW karena itu para khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib.
2) Keyakinan bahwa imam mereka maksum ( terjaga dari salah dan dosa ).
3) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam yang telah wafat akan
hidup kembali setelah hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan
– lawannya yaitu Abu bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain – lain.
4) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam mengetahui rahasia
ghoib, baik yang lalu maupun yang akan datang, ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan imam.
5) Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh
para pengikut Abdullah bin Saba. Yang pada akhirnya mereka dihukum
bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6) Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu bakar dan Umar
bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk
delapan puluh kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7) Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti
Utsman bin Affan.
8) Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syiah semakin
menjadi-jadi. Sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat
keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti
Fathimiyah di mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran, terakhir aliran
tersebut terangakat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan
sebagai aliran resmi Negara iran sejak 1979.
Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin
Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu
muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein bin Ali. Dalam hal
ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok pertama yaitu imamah beralih
kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali, sedangkan kelompok lainnya
meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali
bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah.
Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul beberapa sekte
dalam Syi'ah.
a. Al-Kaisaniyah (Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga
yang berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki
nama lain Kaisan).
b. Az-Zaidiyah
c. Al-Imamiyah
d. Al-Ghaliyah
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/sejarah-munculnya-golongan-khawarij-pemikiran-doktrin-
alirannya-ghjo
https://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij
https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-aliran-ilmu-kalam-
khawarij-dan.html
https://hurie85.wordpress.com/2014/07/16/makalah-ilmu-kalam-khawarij-
dan-murjiah/
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalâm. Bandung: Pustaka Setia.
2007.
http://taufikirawan.wordpress.com
http://awanaalfaizy.blogspot.com/
Rozak Abdul, Rosihon Anwar. Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2001.