Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ILMU AQIDAH

PEMIKIRAN ALIRAN KHAWARIJ DAN SYI’AH

DISUSUN

RAHMAT THESAR RINALDI MUHAMMAD HIDAYAT

NIM : NIM : 2120203887220018

MUHAMMAD FARHAN MUHAMMAD SATRIO RAHARJO

NIM : 2120203887220014 NIM : 2120203887220023

PRODI TADRIS IPS

FAKULTA TARBIYA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGER PAREPARE

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga pada saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami di beri kesempatan
untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul ” PEMIKIRAN
ALIRAN KHAWARIJ DAN SYI’AH.”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita harutkan untuk junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT
untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni
syariah agama islam yang sempurna dan merupakan satu satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimah kasih yang sebanyak


banyaknya untuk Dr. Wahidin, S.Ag.,M.A selaku dosen dan penanggung jawab
mata kuliah ilmu aqidah yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada kami
guna menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami juga berharap dengan sungguh sungguh supaya makalah ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan.

Selain itu kita juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapatdi temukan
banyak sekali kekurangan serta juah dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa di sertai saran yang konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat di mengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun mohon maaf yang sebesar besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................

C. TUJUAN PENELITAN...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG KEMUNCUKAN


KHAWARIJ.................................................................................................

B. DOKTRIN – DOKTRIN POKOK KHAWARIJ.........................................

C. PERKEMBANGAN KHAWARIJ DAN TOKOH - TOKOHNYA ...........

D. PENGERTIAN SYI’AH..............................................................................

E. SEJARAH LAHIRNYA SYI’AH...............................................................

F. AJARAN SYI’AH........................................................................................

G. PERKEMBANGAN SEKTE SYI’AH........................................................

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya beberapa golongan dan aliran


dalam Islam pada dasarnya berawal dari menyikapi permasalahan politik yang
terjadi diantara umat Islam, yang akhirnya merebak pada persoalan Teologi dalam
Islam. Tegasnya adalah persoalan ini bermula dari permasalahan Khilafah, yakni
tentang siapa orang yang berhak menjadi Khalifah dan bagaimana mekanisme
yang akan digunakan dalam pemilihan seorang Khalifah. Di satu sisi umat Islam
masih ingin mempertahankan cara lama bahwa yang berhak menjadai Khalifah
secara turun temurun dari suku bangsa Quraisy saja. Sementara di sisi lain umat
Islam menginginkan Khalifah dipilih secara demokrasi, sehingga setiap umat
Islam yang memiliki kapasitas untuk menjadi Khalifah bisa ikut dalam pemilihan.

Manusia dalam kedudukannya sebagai Khalifah Fil Ardli mendapat


kepercayaan dari Allah SWT. untuk mengemban Amanah yang sangat berat. Dia
diciptakan bersama-sama dengan jin, dengan tujuan untuk senantiasa menyembah
dan beribadah kepada Allah SWT., untuk itu manusia dituntut untuk mendalami,
memahami serta mengamalkan pokok-pokok agamanya (Ushuluddin) ditambah
cabang-cabangnya.  sehingga dia dapat menentukan jalan hidupnya yang sesuai
dengan amanah yang dibebankan kepadanya.

Ego kesukuan dan kelompok yang saling mementingkan kelompok masing-


masing, memuncak pada masa kekhalifahan Usman Bin Affan, yaitu pada tahun
ke 7 ke khalifahan Usman sampai masa Ali Bin Abi Thalib yang mereka anggap
sudah menyeleweng dari ajaran Islam. Sehingga terjadilah saling bermusuhan,
bahkan pembunuhan sesama umat Islam. Masalah pembunuhan adalah dosa besar
dalam Islam, dalam menyikapi masalah inilah persoalan politik merebak ke ranah
teologi dalam Islam. Dalam makalah ini Penulis membahas tentang Sejarah,
Tokoh dan Ajaran Pokok golongan Khawarij dan Murjiah  yang muncul karena
terjadinya permasalan politik.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang melatar belakangi berdirinya aliran Khawarij ?


2. Apa saja doktrin-doktrin  pokok dalam ajaran Khawarij ?
3. Sekte- sekte apa saja yang terdapat pada aliran Khawarij ?
4. Apa yang melatar belakangi berdirinya aliran syiah ?
5. Apa saja doktrin-doktrin  pokok dalam ajaran syiah?
6. Sekte- sekte apa saja yang terdapat pada aliran syiah?
C. Tujun penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang melatar belakangi berdirinya aliran


Khawarij.
2. Untuk mengetahui doktrin-doktrin  pokok dalam ajaran Khawarij.
3. Untuk mengetahui sekte- sekte apa saja yang terdapat pada aliran
Khawarij.
4. Untuk mengetahui apa yang melatar belakangi berdirinya aliran syiah.
5. Untuk mengetahui doktrin-doktrin  pokok dalam ajaran syiah.
6. Untuk mengetahui sekte- sekte apa saja yang terdapat pada aliran syiah.
BAB II

PEMBAHASAN

PEMIKIRAN ALIRAN KHAWARIJ

1.      Latar belakang kemunculan khawarij

Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja yang


berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan pengertian
etimologis ini, Syahrastani menyebut orang yang memberontak imam yang sah
disebut sebagai khowarij.2 Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij
berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar dari kesatuan umat
islam.

Adapun yang di maksud khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah


suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan  barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang
menerima arbitrase/tahkim dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M dengan
kelompok bughat (pemberontakan) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah.4  Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan
pasukannya berada pada pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah
yang telah dibai’at mayoritas umat islam, sementara Mu’awiyah berada pada
pihak yang salah karena memberontak kepada khalifah yang sah.

Lagi pula, berdasarkan estimasi Khawarij, pihak Ali hampir memperoleh


kemenangan pada peperangan itu, tetapi karena Ali menerima tipu daya licik
ajakan damai Mu’awiyah, kemenangan yang hampir diraih itu menjadi raib.

Kemunculan kelompok khawarij juga disebabkan oleh :

a. Fanatisme kesukuan: Fanatisme kesukuan ini merupakan satu dari


sebab-sebab munculnya Khawarij. Fanatisme kesukuan ini telah hilang pada
zaman Rasulullah dan Abu Bakar serta Umar, kemudian muncul kembali pada
zaman pemerintahan Utsman dan yang setelahnya. Dan pada masa Utsman
fanatisme tersebut mendapat kesempatan untuk berkembang karena terjadi
persaingan dalam memperebutkan jabatan-jabatan penting dalam kekhilafahan
sehingga Utsman di tuduh mengadakan gerakan nepotisme dengan mengangkat
banyak dari keluarganya untuk menjabat jabatan-jabatan strategis di
pemerintahannya,dan inilah yang dijadikan hujjah oleh mereka untuk mengadakan
kudeta terhadapnya.

b. Faktor ekonomi : Semangat ini dapat dilihat dari kisah Dzul


Khuwaishiroh bersama Rasulullah dan kudeta berdarahnya mereka terhadap
Utsman, ketika mereka merampas dan merampok harta baitul-mal langsung
setelah membunuh Utsman, demikian juga dendam mereka terhadap Ali dalam
perang jamal, ketika Ali melarang mereka mengambil wanita dan anak-anak
sebagai budak rampasan hasil perang sebagimana perkataan mereka terhadap Ali:
Awal yang membuat kami dendam padamu adalah ketika kami berperang
bersamamu di hari peperangan jamal, dan pasukan jamal kalah, engkau
membolehkan kami mengambil apa yang kami temukan dari harta benda dan
engkau mencegah kami dari mengambil wanita-wanita mereka dan anak-anak
mereka.

c. Semangat keagamaan: ini pun merupakan satu penggerak mereka


untuk keluar memberontak dari penguasa yang absah.

Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan di balik ajakan damai kelompok


Mu’awiyah, sehingga pada mulanya Ali menolak permintaan itu. Akan tetapi,
karena desakan sebagian pengikutnya, terutama ahli qurra’, seperti Al-Asy’ats bin
Qais, Mas’ud bin Fudaki At-Tamimi, dan Zaid bin Husein Ath-Tha’I, dengan
terpaksa Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukan Ali) untuk
menghentikan peperangan.

Setelah menerima ajakan damai, Ali bermaksud mengirimkan Abdullah bin


Abbas sebagai delegasi juru damai (hakam)-nya, tetapi orang-orang Khawarij
menolaknya dengan alasan bahwa Abdullah bin Abbas adalah orang yang berasal
dari kelompok Ali. Mereka lalu mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-
Asy’ari dengan harapan dapat memutuskan perkara berdasarkan kitab Allah.
Keputusan tahkim, yaitu Ali di turunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh
utusannya, sementara Mu’awiyah dinobatkan menjadi khalifah oleh delegasinya
pula sebagai pengganti Ali, akhirnya mengecewakan orang-orang Khawarij.

Sejak itulah, orang-orang Khawarij membelot dengan


mengatakan,”Mengapa kalian berhukum kepada manusia? Tidak ada hukum
selain hukum yang ada pada sisi Allah.” Mengomentari perkataan mereka, Imam
Ali menjawab,” Itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka artikan dengan
keliru.” Pada waktu itulah orang-orang Khawarij keluar dari pasukan  Ali dan
langsung menuju Hurura, sehingga Khawarij disebut juga dengan nama Hururiah.
Kadang-kadang mereka disebut dengan Syurah dan Al-Mariqah. 

Di Harura, kelompok Khawarij melanjutkan perlawanan selain kepada


Mu’awiyah juga kepada Ali. Di sana mereka mengangkat seorang pemimpin
definitive yang bernama Abdullah bin Sahab Ar-Rasyibi.   Sebelumnya mereka
dipandu Abdullah Al-Kiwa untuk sampai ke Harura.
2.      Doktrin-doktrin Pokok Khawarij

Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah:

a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umatislam,
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab,
c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat,
d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika
melakukan kezaliman,
e. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuhdari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap
telah menyeleweng,
f. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di anggap
menyeleweng,
g. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir,
h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir,
i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus
dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim
(kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap
kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula,
j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar
al harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada
dalam dar al islam (Negara islam).
k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
l. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan
yang jahat harus masuk kedalam neraka),
m. Amar makruf nahi mungkar,
n. Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat (samar),
o. Al- Qur’an adalah makhluk,
p. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan

Apabila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan kaum


Khawarij dapat di kategorikan kedalam tiga kategori, yaitu politik, teologi, dan
sosial. Doktrin Khawarij dari poin a sampai dengan poin h dapat dikategorikan
sebagai doktrin politik sebab membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala Negara (khalifah).

Melihat pengertian politik secara praktis-yaitu kemahiran bernegara, atau


kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, atau
kemahiran mengenai latar belakang, motivasi, dan hasrat manusia ingin
memperoleh kekuasaan. Khawarij dapat dikatakan sebagai sebuah partai politik.
Politik ternyata merupakan doktrin sentral khawarij. Timbulnya doktrin ini
merupakan reaksi terhadap keberadaan Mu’awiyah yang secara teoretis tidak
pantas memimpin Negara karena ia seorang tulaqa’. Kebencian Khawarij terhadap
Mu’awiyah ditambah dengan kenyataan bahwa keislamannya belum lama.

Kelompok Khawarij menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak


pantas. Jalan pintas yang ditempuh adalah membunuhnya, termasuk orang yang
mengusahakannya menjadi khalifah. Dikumandangkanlah sikap bergerilnya untuk
membunuh mereka. Dibuat pula doktrin teologi tentang dosa besar swbagaimana
tertera pada poin I dan j. Akibat doktrinnya menentang pemerintah, khawarij
harus menanggung akibatnya. Kelompok ini selalu  dikejar-kejar dan ditumpas
pemerintah. Lalu, perkembanggannya sebagaimana di tuturkan Harun Nasution,
kelompok ini sebagian besar sudah musnah. Sisa-sisanya terdapat di Zanzibar,
Afrika Utara, dan Arabia Selatan.

Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas


langsung doktrin sentralnya, yaitu doktrin politik. Radikalitas itu sangat
dipenggaruhi oleh sisi budaya yang juga radikal. Hal lain yang menyebabkan
radikalitas itu adalah asal-usul mereka yang berasal dari masyarakat badawi dan
pengembara padang pasir tandus. Hal itu telah membentuk watak dan tata
pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada orang lain, bebas, dan
tidak gentar hati. Akan tetapi, mereka fanatik dalam menjalankan agama.

Sifat fanatik itu biasanya mendorong seseorang berpikir sangat simplistic;


berpengetahuan sederhana;melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi, bukan
berdasarkan data dan konsistensi logis; bersandar lebih banyak pada sumber pesan
(wadah) dari pada isi pesan; mencari informasi tentang kepercayaan orang lain
dari sumber kelompoknya dan bukan dari sumber kepercayaan orang lain;
mempertahankan secara kaku sistem kepercayaannya; dan menolak mengabaikan
dan mendistorsi pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaannya.

Orang-orang yang mempunyai prinsip khawarij sering menggunakan cara


kekerasan dalam menyalurkan aspirasinya. Sejarah mencatat bahwa kekerasan
pernah memegang peranan penting.

Adapun doktrin-doktrin selanjutnya, yaitu dari poin k sampai p, dapat


dikategorikan sebagai doktrin teologis-sosial. Doktrin-doktrin ini memperlihatkan
kesalehan asli kelompok Khawarij, sehingga sebagai penggamat menganggap
doktrin-doktrin ini lebih mirip dengan doktrin Mu’tazilah, meskipun kebenaran
adanya doktrin ini dalam wacana kelompok Khawarij masih patut dikaji lebih
mendalam. Sebab, dapat diasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam
pelaksanaan ajaran agama, sebagaimana dilakukan kelompok khawarij, cenderung
berwatak tekstualis/skriptualis, sehingga menjadi fundamentalis. Kesan skriptualis
dan fundamentalis itu ternyata tidak tampak pada doktrin-doktrin khawarij pada
poin k sampai p.

Apabila ternyata doktrin teologis-sosial ini benar-benar merupakan doktrin


khawarij, dapat diprediksikan bahwa kelompok khawarij pada dasarnya
merupakan orang-orang baik.

Hanya keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas penganut garis


keras, yang aspirasinya dikucilkan dan diabaikan penguasa, di tambah oleh pola
pikirnyayang simplistis, telah menjadikan mereka bersikap ekstrem.

3.      Perkembangan Khawarij dan tokoh-tokohnya

Khawarij, sebagaimana telah dikemukakan, telah menjadikan


imamah/khilafah/ politik sebagai doktrin sentral yang memicu timbulnya doktrin-
doktrin teologis lainnya.  Radikalitas yang melekat pada watak dan perbuatan
kelompok khawarij menyebabkannya sangat rentan pada perpecahan, baik secara
internal kaum khawarij maupun secara eksternal dengan sesama kelompok islam
lainnya.

Para pengamat telah berbeda pendapat tentang berapa banyak perpecahan


yang terjadi dalam tubuh kaum khawarij. Al-Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini
telah pecah menjadi 20 subsekte. Harun mengatakan bahwa sekte ini telah pecah
menjadi 18 subsekte. Adapun Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi, mengatakan
bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.

Terlepas dari beberapa banyak subsekte pecahan khawarij, tokoh-tokoh


yang disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte khawarij yang besar hanya ada 6,
yaitu:

1) Al-Muhakkimah

Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut


golongan Al-Muhakkimah.Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr
Ibn Al-As dan Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham
bersalah itu dan menjadi kafir.    

2) Al-Azariqah

Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah
golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah.Daerah
kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran.Nama ini diambil dari
Nafi’ Ibn Al-Azraq.
Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya
mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak
pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik

3) Al-Nadjat

Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-


pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-
Azariqah. Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan.
Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ Ibn Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik,
Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang
Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah
musyrik.

Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi
kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan
mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan
mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk
surga.

4) Al-Ajaridah

Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-
Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi.Menurut paham
mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn
Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan.Kaum Ajaridah boleh
tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi
kafir.Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah
mati.

5) Al-Sufriah

Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka
dekat sama dengan golongan Al-Azariqah.

6) Al-Ibadiyah

Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan
Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M.
memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.

Semua subsekte itu membicarakan persoalan hokum orang yang berbuat


dosa besar, apakah masih mukmin atau telah menjadi kafir. Tampaknya, doktrin
teologi tetap menjadi primadona pemikiran mereka, sedangkan doktrin-doktrin
yang lain hanya merupakan pelengkap. Pemikiran subsekte ini lebih bersifat
praktis dari pada teorotis, sehingga kriteria bahwa seseorang dapat dikategorikan
sebagai mukmin atau kafir tidak jelas. Hal ini menyebabkan -dalam kondisi
tertentu- seseorang dapat disebut mukmin sekaligus pada waktu yang bersamaan
disebut sebagai kafir.

Tindakan kelompok khawarij di atas telah merisaukan hati semua umat


islam saat itu. Sebab, dengan cap kafir yang di berikan salah satu subsekte tertentu
khawarij, jiwa seseorang harus melayang, meskipun oleh subsekte yang lain orang
bersangkutan masih dikategorikan sebagai mukmin sehingga dikatakan bahwa
jiwa seorang Yahudi atau Majusi masih lebih berharga dibandingkan dengan jiwa
seorang mukmin.13 Meskipun demikian, ada sekte khawarij yang agak lunak, yaitu
sekte Najdiyat dan Ibadiyah. Keduanya membedakan antara kafir nikmat dan kafir
agama. Kafir nikmat hanya melakukan dosa dan tidak berterima kasih kepada
Allah. Orang seperti ini, kata kedua sekte di atas, tidak perlu dikucilkan dari
masyarakat.

Semua aliran yang bersifat radikal, pada perkembangan lebih lanjut,


dikategorikan sebagai aliran khawarij, selama terdapat indikasi doktrin yang
identik dengan aliran ini. Berkenaan dengan persoalan ini, Harun mengidentifikasi
beberapa indikasi aliran yang dapat dikategorikan sebagai aliran khawarij masa
kini, yaitu:

a. Mudah mengafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka,


walaupun orang itu adalah penganut agama islam;
b. Islam yang benar adalah islam yang mereka pahami dan amalkan,
sedangkan islam sebagaimana yang di pahami dan di amalkan golongan
lain tidak benar;
c. Orang-orang islam yang tersesat dan menjadi kafir perlu di bawa
kembali ke islam yang sebenarnya, yaitu islam seperti yang mereka
pahami dan amalkan;
d. Karena pemerintahan dan ulamayang tidak sepaham dengan mereka
adalah sesat, mereka memilih imam dari golongannya, yaitu imam
dalam arti pemuka agama dan pemuka pemerintahan;
e. Mereka bersifat fanatik dalam paham dan tidak segan-segan
menggunakan kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuannya;
PEMIKIRAN ALIRAN SYI’AH

1.      Pengertian Syi’ah

Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat
setelah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau
kelompok atau golongan, seperti yang terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83
yang artinya: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya
(Nuh).

Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut


dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam pandangan
Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi Muhammad
sendiri, ketika dia (Nabi Muhammad—pen.) masih hidup.

Perkataan Syi’ah secara harfiah berarti pengikut, partai, kelompok, atau


dalam arti yang lebih umum “pendukung”. Sedangkan secara khusus,
perkataan “Syi’ah” mengandung pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau
pendukung ‘Ali bin Abi Thalib.

2.      Sejarah Lahirnya Syiah

Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara
berlebih – lebihan karena mereka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak
menjadi khalifah pengganti Nabi Muhamad SAW berdasarkan wasiatnya,
sedangakan khalifah – khalifah seperti Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khatab, dan
Ustman bin Affan dianggap sebagai penggasab atau perampas khilafah.

Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya
Syiah, sebagian menganggap Syiah langsung muncul setelah wafatnya Nabi
Muhamad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin
dan Anshor di balai pertemuan Syakiffah Bani Sa’idah, pada saat itu muncul suara
dari Bani Hasyim dan sebagian kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi
Ali bin Abi Thalib. Sebagian yang lain menganggap Syiah lahir pada masa akhir
kekhalifahan Ustman bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi
Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khalifah Ustman bin Affan
yang berakhir dengan kematian Ustman dan ada tuntutan umat agar Ali bin Abi
Thalib bersedia dibai’at sebagai khalifah.

Khalifah Ali dengan pihak pemberontak Muawiyah bin Abu Sufyan di


Siffin yang lazim disebut peristiwa at – tahkim atau ar-bitrasi, akibat kegagalan
itu sejumlah pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar
dari pasukan Ali, mereka ini disebut golongan Khawarij (orang – orang yang
keluar ). sebagian besar orang – orang yang tetap setia kapada khalifah disebut
Syi’atu Ali ( pengikut Ali ).

Pendirian kalangan Syiah bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam
atau khalifah yang seharusnya berkuasa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,
telah tumbuh sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup, dalam arti bahwa Nabi
Muhammad SAW sendirilah yang menetapkannya, dengan demikian menurut
Syiah inti dari ajaran Syiah itu sendiri telah ada sejak zaman Nabi Muhammad.

Sebagaimana di maklumi bahwa mulai timbulnya fitnah di kalangan umat


islam, biang keladinya adalah Abdullah bin Saba, seorang yahudi yang pura –
pura masuk islam. Fitnah tersebut cukup berhasil dengan terpecah belahnya
persatuan umat, dan timbulah Syiah sebagai Firqoh pertama.

3. Ajaran Syi’ah

A. Pokok-pokok penyimpangan syiah pada periode pertama diantaranya :

1) Keyakinan bahwa imam sesudah Rasullah SAW adalah Ali bin Abi Thalib
sesuai dengan sabda Nabi SAW karena itu para khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib
2) Keyakinan bahwa imam mereka maksum ( terjaga dari salah dan dosa )
3) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam yang telah wafat akan
hidup kembali setelah hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan
– lawannya yaitu Abu bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain – lain
4) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam mengetahui rahasia
ghoib, baik yang lalu maupun yang akan datang, ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan imam
5) Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh
para pengikut Abdullah bin Saba. Yang pada akhirnya mereka dihukum
bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6) Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu bakar dan Umar
bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk
delapan puluh kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
7) Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti
Utsman bin Affan
8) Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syiah semakin
menjadi-jadi. Sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat
keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti
Fathimiyah di mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran, terakhir aliran
tersebut terangakat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan
sebagai aliran resmi Negara iran sejak 1979

B. Pokok – pokok ajaran Syiah secara umum diantaranya :

1) Pada rukun iman, syiah hanya memiliki lima rukun iman tanpa menyebut
keimanan kepada para malikat, rasul, qodho dan qhodar. Yaitu tauhid
( keesaan allah ), Al – Adl (keadilan allah), nubuwah (kenabian), imamah
(kepemimpinan iman), ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan)
2) Pada rukun islam
Syiah tidak mencantumkan syahadat dalam rukun islam, yaitu
sholat, zakat, puasa, haji, wilayah ( perwakilan ).
a. Syiah meyakini bahwa Al Qur’an sekarang ini telah dirubah, ditambah
atau dikurangi dari yang seharusnya, karena itu mereka meyakini Abu
Abdillah ( imam syiah ) berkata “Al Qur’an yang dibawa oleh Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW adalah tujuh belas ribu ayat dan di
sebut mushaf Fatimah
b. Syiah meyakini bahwa para sahabat sepeninggal nabi SAW mereka
murtad kecuali beberapa orang saja seperti Al-Miqdad bin Al-Aswad,
Abu Dzar al-Gifari dan Salman al-Fsarisyi
c. Syiah menggunakan senjata taqiyah yaitu berbohong,
dengan  cara menampakan sesuatu yang berbeda dengan yang
sebenarnya untuk mengelabui
d. Syiah percaya akan Ar-raj’ah yaitu kembalinya ruh-ruh ke jasadnya
masing-masing di dunia ini sebelum kiamat di kala imam ghaib
mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali dan
anak – anaknya untuk balas dendam kepada lawan – lawannya
e. Syiah percaya kepada Al-Bada yakni tampak bagi Allah dalam hal
keimanan Ismail ( yang telah di nobatkan keimanannya oleh ayahnya
Jafar As-Sidiq tetapi kemudian meninggal di saat ayahnya masih
hidup ) yang tadinya tidak tampak jadi bagi mereka Allah boleh khilaf
tetapi imam mereka tetap maksum ( terjaga )
f. Syiah membolehkan nikah mut’ah yaitu nikah kontrak dengan jangka
waktu tertentu, padahal hal itu telah di haramkan oleh Rasullah SAW
yang di riwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib sendiri

4. Perkembangan Sekte Syi'ah

Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin
Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu
muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein bin Ali. Dalam hal
ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok  pertama yaitu imamah beralih
kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali, sedangkan kelompok lainnya
meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali
bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah.

Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul beberapa sekte
dalam Syi'ah. Para penulis klasik berselisih tajam mengenai pembagian sekte
dalam Syi'ah ini. Akan tetapi, para ahli umumnya membagi sekte Syi'ah dalam
empat golongan besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan Kaum Gulat.

a. Al-Kaisaniyah

Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa kepemimpinan


setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Para
ahli berselisih pendapat mengenai pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada yang berkata
ia adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga yang berkata
bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki nama lain Kaisan.

Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah, mengkafirkan khalifah yang
mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan
Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s mendatangi Almukhtar
dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan Muhammad bin
Hanafiyah.

Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun


kesemuanya kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 1. Meyakini bahwa 
Muhammad bin Hanafiyah masih hidup. 2. Meyakini bahwa Muhammad bin
Hanafiyah telah tiada, dan jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lain.

Pokok-pokok ajaran Syi’ah al-Kaisaniyah anatara lain:

1. Mereka tidak percaya adanya roh Tuhan menetes ke dalam tubuh Ali ibn
Abi Thalib, seperti kepercayaan orang-orang Saba’iyah.
2. Mereka mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggalnya.
Bahkan kebanyakan pengikut al-Kaisaniyah percaya bahwa Muhammad
Ibn Hanafiyah itu tidak meninggal, tetapi masih hidup bertempat di
gunung Radlwa.
3. Mereka menganggap bahwa Allah Swt. itu mengubah kehendak-Nya
menurut perubahan ilmu-Nya. Allah Swt. Memerintah sesuatu, kemudian
memerintah pula kebalikannya.
4. Mereka mempercayai adanya reinkarnasi (tanasukh al-arwah).
5. Mereka mempercayai adanya roh.
b. Az-Zaidiyah

Zaidiyah adalah sekte dalam Syi'ah yang mempercayai kepemimpinan Zaid


bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka
tidak mengakui kepemimpinan Ali bin Husein Zainal Abidin seperti yang diakui
sekte imamiyah, karena menurut mereka Ali bin Husein Zainal Abidin dianggap
tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin. Dalam Zaidiyah, seseorang dianggap
sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria, yakni:  keturunan Fatimah binti
Muhammad  SAW, berpengetahuan luas tentang agama, zahid (hidup hanya
dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah SWT dengan mengangkat senjata
dan berani.

Sekte Zaidiyah mengakui keabsahan khalifah atau imamah Abu Bakar As-
Sidiq dan Umar bin Khattab. Dalam hal ini, Ali bn Abi Thalib dinilai lebih tinggi
dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh karena itu sekte Zaidiyah ini
dianggap sekte Syi'ah yang paling dekat dengan sunnah.[24] Disebut juga Lima
Imam dinamakan demikian sebab mereka merupakan pengikut Zaid bin 'Ali bin
Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dapat dianggap moderat karena tidak
menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan imam mereka yaitu:

a) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
b) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
c) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
d) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
e) Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid,
adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.

Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya:

1. Meyakini seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang


melancarkan pemberontakan dalam membela kebenaran, dapat diakui
sebagai imam, jika ia memiliki pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia,
berani, dan murah hati. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa siapapun
dari keturunan Ali bin Abi Thalib dapat menjadi imam, bisa lebih dari
seorang dan bahkan tidak ada sama sekali. Jabatan imam dapat
dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam memimpin dan dapat juga
berdasarkan latar belakang pendidikan.
2. Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin,
mengakui kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa
pemerintahannya, meskipun Ali bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat
yang paling mulia. Dalam kaitan ini, terdapat konsep Syi’ah Zaidiyah yang
berbunyi : ‫ جواز امامة المفضول مع وجود األفضل‬. Yang dimaksud dengan ‫المفضول‬
adalah Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Usman. Sedangkan yang dimaksud dengan
‫ األفضل‬ialah Ali bin Abi Thalib.
3. Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui paham ishmah, yaitu
keyakinan bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa
dan dosa. Mereka juga menolak paham rajaah (seorang imam akan muncul
sesudah bersembunyi atau mati), paham mahdiyah (seorang imam yang
bergelar al-Mahdi akan muncul untuk mengambangkan keadilan dan
memusnahkan kebatilan), dan paham taqiyah (sikap kehati-hatian dengan
menyembunyikan identitas di depan lawan).
4. Dari segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah
mengikuti jalan yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham
rasionalis. Adapun dari segi furu’ atau masalah hukum dan lembaga-
lembaganya, mereka menerapkan fikih Hanafi (salah satu mazhab fikih
dari golongan Sunni). Karenanya, dalam hal nikah mut’ah mereka
mengharamkannya, meskipun pada awal Islam nikah itu pernah
dibolehkan namun telah dibatalkan. Dewasa ini, fikih Syi’ah Zaidiyah
termasuk fikih yang diajarkan di Universitas al-Azhar.

c. Al-Imamiyah

Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad SAW


telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan penunjukan
yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan
kepemimpinan Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Bagi mereka persoalan
imamah adalah salah suatu persoalan pokok dalam agama atau ushuludin.

Sekte imamah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang besar


adalah golongan Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas. Golongan terbesar kedua
adalah golongan Isma'iliyah. Golongan Isma'iliyah berkuasa di Mesir dan
Baghadad.Disebut juga Tujuh Imam. Dinamakan demikian sebab mereka percaya
bahwa imam hanya tujuh orang dari 'Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya
bahwa imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan imam mereka yaitu:

a) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
b) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan Al-Mujtaba
c) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain Asy-Syahid
d) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
e) Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad Al-Baqir
f) Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far  Ash
Shadiq
g) Ismail bin Ja'far  (721 – 755), adalah anak  pertama Ja'far ash-Shadiq dan
kakak Musa al-Kadzim.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya

1. Ilmu al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam. Maka


dengan itu imam-imam, mempunyai kedudukan di atas manusia pada
umumnya dan beilmu belebihi manusia lainnya. Mereka secara khusus
mempunyai ilmu yang tidak dimiliki orang lain. Baginya mengetahui ilmu
Syari’at melebihi apa yang diketahui.
2. Sesungguhnya iman itu tidak harus tampak dan di kenal masyarakat,
tetapi boleh jadi samar bersembunyi. Namun demikian tetap harus ditaati.
Dialah al-Mahdi yang member petunjuk kepada manusia, sekalipun dia
tidak tampak pada beberapa waktu. Dia tentu muncul, dan hari kiamat
tidak akan dating sampai al-Mahdi itu muncul, memenuhi bumi ini
dengan keadilan, sebagaimana kejahatan dan kezaliman telah merajalela.
3. Sesungguhnya imam itu tidak bertanggungjawab di hadapan siapa pun.
Seorang pun tidak boleh menyalahkannya, apa pun yang diperbuatnya.
Masyarakat harus membenarkan bahwa apa yang diperbuatnya adalah
baik, tidak ada kejelekan sedikitpun. Sebab imam mempunyai ilmu yang
tidak dapat dicapai orang lain. Karena itulah mereka menetapkan bahwa
imam itu ma’shum.

d. Al-Ghaliyah

Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya bertambah


dan naik. Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga
melampaui batas. Syi’ah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki
sikap berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah menjelaskan bahwa
Syi’ah ekstrem (ghulat) adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat
ketuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi
daripada Nabi Muhammad.

Gelar ektrem  (ghuluw) yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan


dengan pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa orang yang secara khusus
dianggap Tuhan dan ada juga beberapa orang yang dianggap sebagai Rasul setelah
Nabi Muhammad. Selain itu mereka juga mengembangkan doktrin-doktrin
ekstrem lainnya tanasukh, hulul, tasbih dan ibaha.

Sekte-sekte yang terkenal di dalam Syi’ah Ghulat ini adalah Sabahiyah,


Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah, Mansuriyah, Khattabiyah, Kayaliyah,
Hisamiyah, Nu’miyah, Yunusiyah dan Nasyisiyahwa Ishaqiyah. Nama-nama
sekte tersebut menggunakan nama tokoh yang membawa atau memimpinnya.
Sekte-sekte ini awalnya hanya ada satu, yakni faham yang dibawa oleh Abdullah
Bin Saba’ yang mengajarkan bahwa Ali adalah Tuhan. Kemudian karena
perbedaan prinsip dan ajaran, Syi’ah ghulat terpecah menjadi beberapa sekte.
Meskipun demikian seluruh sekte ini pada prinsipnya menyepakati tentang hulul
dan tanasukh. Faham ini dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno yang ada
di Irak seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam dan Mazdakisme.

Adapun doktrin Ghulat menurut Syahrastani ada enam yang  membuat


mereka ektrem yaitu:

1. Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil
tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu.
Penganut agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara
berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan
cara berpindah dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi.
Syi’ah Ghulat menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga
ada yang menyatakan seperti Abdullah Bin Muawiyah Bin Abdullah Bin
Ja’far bahwa roh Allah berpindah kepada Adam seterusnya kepada imam-
imam secara turun-temurun.
2. Bada’ yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya
sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga
sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam
pandangan Syi’ah Ghulat  memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan dengan
ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka artinya
memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan
hukum yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya
yaitumemerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah yang
sebelumnya.Faham ini dipilih oleh Mukhtar ketika mendakwakan dirinya
dengan mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik melalui wahyu yang
diturunkan kepadanya atau melalui surat dari imam. Jika ia menjanjikan
kepada pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu benar-benar terjadi
seperti yang diucapkan, maka itu dijustifikasikan sebagai bukti kebenaran
ucapannya. Namun jika terjadi sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan
menghendaki bada’
3. Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
Faham raj’ah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam
Syi’ah. Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali.
Sebagian mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali dan
sebagian lagi megatakan bahwa yang akan kembali adalah Ja’far As-
Shaddiq, Muhammad bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan
Mukhtar ats-Tsaqafi.
4. Tasbih artinya  menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau
menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham
hululiyah dan tanasukh dengan khaliq.
5. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat
berarti Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
6. Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan
kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan
tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali
diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa
ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam
Mahdi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

PEMIKIRAN ALIRAN KHAWARIJ

1.      Latar belakang kemunculan khawarij

Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja yang


berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan pengertian
etimologis ini, Syahrastani menyebut orang yang memberontak imam yang sah
disebut sebagai khowarij.2 Berdasarkan pengertian etimologi ini pula, khawarij
berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar dari kesatuan umat
islam.

Adapun yang di maksud khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah


suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar
meninggalkan  barisan karena tidak sepakat terhadap Ali yang
menerima arbitrase/tahkim dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M dengan
kelompok bughat (pemberontakan) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah.

Kemunculan kelompok khawarij juga disebabkan oleh :

a. Fanatisme kesukuan
b. Faktor ekonomi 
c. Semangat keagamaan

2.      Doktrin-doktrin Pokok Khawarij

Di antara doktrin-doktrin pokok khawarij adalah:

a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umatislam,
b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab,
c. Setiap orang muslim berhak menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat,
d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika
melakukan kezaliman,
e. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah, tetapi
setelah tahun ketujuhdari masa kekhalifahannya, Utsman r.a. dianggap
telah menyeleweng,
f. Khalifah Ali juga sah, tetapi setelah terjadi arbitrase, ia di anggap
menyeleweng,
g. Mu’awiyah bin Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir,
h. Pasukan perang jamal yang melawan Ali juga kafir,
i. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus
dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tidak lagi muslim
(kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap
kafir, dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula,
j. Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
Apabila tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam dar
al harb (Negara musuh), sedangkan golongan mereka di anggap berada
dalam dar al islam (Negara islam).
k. Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng,
l. Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan
yang jahat harus masuk kedalam neraka),
m. Amar makruf nahi mungkar,
n. Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasyabihat (samar),

3.      Perkembangan Khawarij dan tokoh-tokohnya

Para pengamat telah berbeda pendapat tentang berapa banyak perpecahan


yang terjadi dalam tubuh kaum khawarij. Al-Bagdadi mengatakan bahwa sekte ini
telah pecah menjadi 20 subsekte. Harun mengatakan bahwa sekte ini telah pecah
menjadi 18 subsekte. Adapun Al-Asfarayani, seperti dikutip Bagdadi, mengatakan
bahwa sekte ini telah pecah menjadi 22 subsekte.

Terlepas dari beberapa banyak subsekte pecahan khawarij, tokoh-tokoh


yang disebutkan di atas sepakat bahwa subsekte khawarij yang besar hanya ada 6,
yaitu:

1) Al-Muhakkimah
2) Al-Azariqah (Nafi’ Ibn Al-Azraq)
3) Al-Nadjat (Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi)
4) Al-Ajaridah (Abd Al-Karim Ibn Ajrad)
5) Al-Sufriah (Ziad Ibn Al-Asfar)
6) Al-Ibadiyah (Abdullah Ibn Ibad)

PEMIKIRAN ALIRAN SYI’AH

1.      Pengertian Syi’ah

Syi’ah adalah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat
setelah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau
kelompok atau golongan, seperti yang terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83
yang artinya: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya
(Nuh).

Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut


dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi Thalib sebagai
pemimpin pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam pandangan
Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi Muhammad
sendiri, ketika dia (Nabi Muhammad—pen.) masih hidup.

2.      Sejarah Lahirnya Syiah

Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya
Syiah, sebagian menganggap Syiah langsung muncul setelah wafatnya Nabi
Muhamad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin
dan Anshor di balai pertemuan Syakiffah Bani Sa’idah, pada saat itu muncul suara
dari Bani Hasyim dan sebagian kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi
Ali bin Abi Thalib. Sebagian yang lain menganggap Syiah lahir pada masa akhir
kekhalifahan Ustman bin Affan atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi
Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khalifah Ustman bin Affan
yang berakhir dengan kematian Ustman dan ada tuntutan umat agar Ali bin Abi
Thalib bersedia dibai’at sebagai khalifah.

3. Ajaran Syi’ah

A. Pokok-pokok penyimpangan syiah pada periode pertama diantaranya :

1) Keyakinan bahwa imam sesudah Rasullah SAW adalah Ali bin Abi Thalib
sesuai dengan sabda Nabi SAW karena itu para khalifah dituduh
merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib.
2) Keyakinan bahwa imam mereka maksum ( terjaga dari salah dan dosa ).
3) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam yang telah wafat akan
hidup kembali setelah hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan
– lawannya yaitu Abu bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lain – lain.
4) Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para imam mengetahui rahasia
ghoib, baik yang lalu maupun yang akan datang, ini berarti sama dengan
menuhankan Ali dan imam.
5) Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh
para pengikut Abdullah bin Saba. Yang pada akhirnya mereka dihukum
bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6) Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu bakar dan Umar
bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk
delapan puluh kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7) Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti
Utsman bin Affan.
8) Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syiah semakin
menjadi-jadi. Sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat
keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti
Fathimiyah di mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran, terakhir aliran
tersebut terangakat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan
sebagai aliran resmi Negara iran sejak 1979.

4. Perkembangan Sekte Syi'ah

Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin
Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu
muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein bin Ali. Dalam hal
ini muncul dua pendapat. Pendapat kelompok  pertama yaitu imamah beralih
kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali, sedangkan kelompok lainnya
meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali
bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah.

Akibat perbedaan antara dua kelompok ini maka muncul beberapa sekte
dalam Syi'ah.

a. Al-Kaisaniyah (Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga
yang berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki
nama lain Kaisan).
b. Az-Zaidiyah
c. Al-Imamiyah
d. Al-Ghaliyah
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/sejarah-munculnya-golongan-khawarij-pemikiran-doktrin-
alirannya-ghjo

https://id.wikipedia.org/wiki/Khawarij

https://aina1327.blogspot.com/2019/02/makalah-aliran-ilmu-kalam-
khawarij-dan.html

https://hurie85.wordpress.com/2014/07/16/makalah-ilmu-kalam-khawarij-
dan-murjiah/

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalâm. Bandung: Pustaka Setia.
2007.

Al-Ashiddieqy, T.M. Hasby. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam.


Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2009.

Al-Nemr, Abdul Mun‘eim. Sejarah dan Dokumen-dokumen Syî‟ah. T.tp.:


Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988.

Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam,1991

http://taufikirawan.wordpress.com

http://awanaalfaizy.blogspot.com/

Rozak, Abdul, Ilmu Kalam Edisi Revisi, Pustaka Setia Bandung,2012

Rozak Abdul, Rosihon Anwar. Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2001.

Anda mungkin juga menyukai