Anda di halaman 1dari 19

ALIRAN ALIRAN DALAM ILMU KALAM

(JABARIYAH DAN QODARIYAH)

“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teologi Islam”

Dosen Pengampu:

Bayu Fermadi. Lc., M. Hum

Disusun oleh :

 KHAMDAN NABHANI N (934105320)


 SHELINA AGUSTINA (934105220)
 YANTI PUSPITA SARI (934105420)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

KEDIRI 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena atas izin karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa lupa kami haturkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita Rasulullah S.A.W. yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir
kelak.

Dalam penulisan makalah yang berjudul “Aliran Aliran Dalam Ilmu Kalam (Jabariyah
Dan Qodariyah)” ini kami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah di IAIN Kediri.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Bayu Fermadi. Lc.,
M. Hum selaku dosen mata kuliah Teologi Islam. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 6 Oktober 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB . PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Tujuan ................................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Aliran Aliran Ilmu Kalam..............................................................................................6
B. Pemikiran Aliran Ilmu Kalam......................................................................................11
C. Tokoh - Tokoh Aliran Jabariyah..................................................................................13
D. Tokoh - Tokoh Aliran Qodariyah..................................................................................17

BAB III. PENUTUP ................................................................................................................18


A. Kesimpulan...................................................................................................................18
B. Saran.............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan


pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan Ilmu Kalam
yang berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh umat islam, tanpa
argumentasi rasional (aqliyah) ilmu ini dapat disebut dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu
aqaid.

Ilmu kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh seorang muslim, dalam ilmu
kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar
agama, karena persolan aqidah Islam ini memiliki konsekuensi yang berpengaruh pada
keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang harus menginterpretasikan tuhan
itu sebagai sembahannya sehingga terhindar dari kesesatan dan dosa yang tak
terampunkan (syirik).

Pembahasan pokok dalam Agama Islam adalah aqidah, namun dalam kenyataanya
masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi,
melainkan persolaan di bidang politik,  hal ini di dasari dengan fakta sejarah yang
menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan
lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya
itu di awali dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok
dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.

Dalam Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada berbagai macam gerakan pemikiran-
pemikiran besar yang semuanya dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa agama Islam
telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga sekarang
semuanya dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat menjadikan
alasan bahwa Islam banyak dijumpai dalam karena Islam merupakan sumber daripada Al
Quran dan As-Sunnah yang dapat berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas.
A. Tujuan

 Mengetahui apa itu Ilmu Kalam


 Mengetahui beberapa Aliran Ilmu Kalam
 Mengetahui beberapa pemikiran Ilmu Kalam
 Mengetahui tokoh - tokoh Jabariyah dan Qodariyah

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ilmu Kalam?
2. Bagaimana Aliran Ilmu Kalam?
3. Bagaimana Pemikiran Ilmu Kalam?
4. Siapa tokoh tokoh Jabariyah dan Qodariyah?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. ALIRAN ALIRAN ILMU KALAM

1. Aliran Khawarij

Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakan Aliran pertama
yang muncul dalam teologi Islam. Menurut ibnu Abi Bakar Ahmad Al-Syahrastani,
bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang berhak dan
telah di sepakati para jemaah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin, atau
pada masa tabi’in secara baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal dari kata
“kharaja” yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari
barisan Ali. Kelompok ini juga menyebut dirinya Syurah yang berarti “golongan yang
mengorbankan dirinya untuk allah di samping itu nama lain dari khawarij ini adalah
Haruriyah, istilah ini berasal dari kata harura, nama suatu tempat dekat kufah, yang
merupakan tempat mereka menumpahakn rasa penyesalannya kapada Ali bin abi Thalib
yang mau berdamai dengan  Mu’awiyah.

Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali yang
memisahkan diri, dengan beralasan ketidak setujuan mereka  terhadap sikap Ali bin abi
Thalib yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan
dan konfliknya dengan mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu perang
siffin.

Latar belakang ketidaksetujuan mereka itu, beralasan bahwa tahkim merupakan


penyelesaian masalah yang tidak di dasarkan pada  ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan oleh
manusia sendiri, dan orang yang tidak memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir.
Kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya berbalik  menentang
dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim lainnya yaitu Abu Musa Al-
Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.Untuk itu mereka berusaha keras
agar dapat membunuh ke empat tokoh ini, dan menurut fakta sejarah, hanya Ali yang
berhasil terbunuh ditangan mereka.

Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:

1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan
zubair, dengan Ali bin abi tahAlib) dan para pelaku tahkim—termasuk yang
menerima dan mambenarkannya – di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim
berhak menjadi Khalifah apabila suda memenuhi syarat-syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman bunuh bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa
kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).
2. Aliran Murji’a

Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat
dalam upaya mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar. Mereka
menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu
di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang.
Orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmin di hadapan mereka.
Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada
tuhan selain allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang
mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat
yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin,
bukan kafir. Pandangan mereka itu terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata
arja-a yang berarti menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.

Hal-hal yang melatar belakangi kehadiran murji’ah antara lain adalah :

1. adanya perbedaan pendapat antara Syi’ah dan Khawarij; mengkafirkan pihak-


pihak yang ingin merebut kekuasaan ali dan mengakfirkan orang- yang terlihat
dan menyetujui tahkim dalam perang siffin.
2. adanya pendapat yang menyalahkan aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan
terjadinya perang jamal.
3. adanya pendapat yang menyalahkan orang yang ingin merebut kekuasaan Usman
bin Affan.

Ajaran-ajaran Murji’ah :

1. Ajaran-ajaran pokok murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut: .


2. Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati
3. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim tersebut
tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadt.
4. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat.

3. Aliran Qadariyah

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki
kekuatan atau kemampuan. Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam, qadariyah
adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam
paham qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk kepada qadar dan qada Tuhan.

Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran tentang


Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah sehingga Aliran
Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mu’tazilah, kesamaan keduanya terletak
pada kepercayaan keduanya yang menyatakan bahwa manusia mampu mewujudkan
tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan manusia ini,
dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan qadar Allah SWT.

Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari pada
prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka tafsirkan
berdasarkan logika semata-mata.
 Pokok-pokok ajaran Qadariyah :

Menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam halaman 297/298, pokok-pokok
ajaran qadariyah adalah :

1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlahmukmin, tapi fasik dan
orang fasikk itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusia lah
yang menciptakannyadan karena itulah maka manusia akan menerima pembalasan
baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima balasan buruk (siksa
Neraka) atas segala amal perbuatannya yang salah dan dosakarena itu pula, maka
Allah berhak disebut adil.
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam ati
bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat,
mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka
Allah SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan meilahat dengan
zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama.
Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik
atau buruk.

4. Aliran Jabariyah

 Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan dalam
bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan
bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar tuhan.

Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini telah ada sejak sebelum agama
Islam datang ke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir
sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup mereka, dengan keadaan yang
sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu itu. Hal ini kemudian mendasari
mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan menyebankan mereka semata-mata tunduk
dan patuh kepada kehendak tuhan. Munculnya mazhab ini berkaitan dengan munculnya
Qadariyah. Daerah kelahirannya pun berdekatan. Qadariyah muncul di irak, jabariyah di
khurasan. Aliran ini pada mulanya di pelopori oleh al-ja’ad bin dirham. Namun, dalam
perkembangannya. Aliran ini di sebarluaskan oleh jahm bin Shafwan. Karena itu aliran
ini terkadang disebut juga dengan Jahmiah.
5. Aliran Mu’tazilah

Kata Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal yang artinya “memisahkan diri”, pada
awalnya nama ini di berikan oleh orang dari luar mu’tazilah karena pendirinya, Washil
bin Atha’, tidak sependapat dan memisahkan diri dari gurunya, Hasan al-Bashri. Dalam
perkembangan selanjutnya, nama ini kemudian di setujui oleh pengikut Mu’tazilah dan di
gunakan sebagai nama dari bagi aliran teologi mereka.

Aliran mu’tazilah lahir kurang lebih 120 H, pada abad permulaan kedua hijrah di
kota basyrah dan mampu bertahan sampai sekarang, namun sebenarnya, aliran ini telah
muncul pada pertengahan abad pertama hijrah yakni diisitilahkan pada para sahabat yang
memisahkan diri atau besikap netral dalam peristiwa-peristiwa politik. Yakni pada
peristiwa meletusnya perang jamal dan perang siffin, yang kemudian mendasari sejumlah
sahabat yang tidak mau terlibat dalam konflik tersebut dan memilih untuk menjauhkan
diri mereka dan memilih jalan tengah.

Pokok-pokok ajaran Mu’tazilah :

Ada lima prinsip pokok ajaran Mu’tazilah yang mengharuskan bagi pemeluk ajaran ini
untuk memegangnya, yan dirumuskan oleh Abu Huzail al-Allaf :

1. al Tauhid (keesaan Allah)


2. al ‘Adl (keadlilan tuhan)
3. al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
4. al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
5. amar mauruf dan Nahi mungkar.

6. Ahlussunah Wal- Jamaah

 Ahlussunnah berarti penganut atau pengikut sunnah Nabi Muhammad SAW, dan
jemaah berarti sahabat nabi. Jadi Ahlussunnah wal jama’ah mengandung arti “penganut
Sunnah (ittikad) nabi dan para sahabat beliau. Ahlussunnah sering juga disebut dengan
Sunni dapat di bedakan menjadi 2 pengertian, yaitu khusus dan umum, Sunni dalam
pengertian umum adalah lawan kelompok Syiah, Dalam pengertian ini, Mu’tazilah
sebagai mana juga Asy’ariyah masuk dalam barisan Sunni. Sunni dalam pengertian
khusus adalah mazhab yang berada dalambarisan Asy’ariyah dan merupakan lawan
Mu’tazilah. Aliran ini, muncul sebagai reaksi setelah munculnya aliran Asy’ariyah dan
maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.

Pokok-pokok pemikirannya :

 Sifat-sifat Tuhan. Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman di sebut di


dalam Alqur’an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri
diatas zat tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
 Al-Qur’an, Manurutnya, al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
 Melihat Tuhan, menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di
akhirat nanti.
 Perbuatan Manusia. Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan tuhan, bukan di
ciptakan oleh manusia itu sendiri.
 Keadlian Tuhan, Menurutnya, tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk
menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak
mutlak tuhan sebab tuhan maha kuasa atas segalanya.

7. Aliran Syiah

  Secara bahasa Syi’ah berarti pengikut. Yang dimaksud dengan pengikut disini
ialah para pendukung Ali bin Abi Thalib. Secara istilah Syi’ah sering di maksudkan pada
kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-bait.selanjutnya, istilah
yiah ini untuk pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali (syi’ah ali), pemimpin
pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW.

Mengenai latar belakng munculnya aliran ini, terdapat dua pendapat, pertama
menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan Usman bin
Affankemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib,
Adapun menurut Watt, Syi’ah bener-bener muncul ketika berlangsung peperangan antara
Ali dan Mu’awiyah yang dikenal denganPerang siffin. Dalam peperangan ini, sebagai
respon atas penerimaan ali terhadap arbitrase yang diatwarkan Mu’awiyah, pasukan Ali
di ceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali –kelak  di sebut
Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali, kelak di sebut Khawarij.

Pokok-Pokok Pikiran Syi’ah

1. al Tauhid, Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha esa,
tunggal, tempat bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai
adanya sifat-sifat Allah.
2. al ‘adl, Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak
melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan
buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat
zalim.
3. al Nubuwwah, Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda
dengan keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah
mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat
manusia.
4. al imamah, Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama
dan dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at, melaksanakan
Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.
5. al ma’ad, Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat
percaya sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi
8. Aliran Salafiyah

Secara bahasa salafiyah berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu, yang
dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul SAW, para
sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti orang-orang yang
mengikuti salaf. Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah
Rasul SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al
Qur’an dan hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud tersirat dari
ayat-ayat al-Qur’an  sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak layak bagi Allah
SWT.

Salafiyah baru al afgani ini terdiri dari 3 komponen pokok yakni :

1. Keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanya mungkin di


wujudkan jika mereka kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan
kembali pada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pokok hidup
sahabat Nabi. Komponen pertama ini merupakan satu unsur yang di miliki oleh
salfiyah sebelumnya.
2. perlwanan terhadap kolonialisme dan mominasi barat, baik politik, ekonomi,
maupun kebudayaan.
3. pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.

B. PEMIKIRAN ALIRAN ILMU KALAM


1. Pemikiran Ilmu kalam Klasik
Ilmu kalam klasik adalah teologi islam yang pokok lebih cenderung kepada
pembahasan tentang ketuhanan. Dalam ilmu kalam klasik telah jauh menyimpang
dari misinya yang paling awal dan mendasar, yaitu liberasi dan emansipasi umat
manusia. Padahal semangat awal dan misi paling mendasar dari gagasan teologi
islam (tauhid) sebagaimana tercermin di masa Nabi SAW sangatlah liberatif,
progresif, emansipatif, dan revolutif. Ilmu kalam menjadi suatu rangkaian kesatuan
sejarah, dan telah ada di masa lampau, masa sekarang dan akan tetap ada di masa
yang akan datang. Beberapa aliran yang akan diuraikan adalah Khawarij, Jabariyah,
Qadariyah, Mu‟tazilah, Ahlussunnah Waljamaah, Syiah. Banyak pendapat-pendapat
yang timbul pada saat pemikiran kalam klasik dan pendapat inilah sebagai pijak
dasar pikiran-pikiran teologi klasik, seperti khawarij, murjiah, jabariyah, qadariyah,
dan aliran ini berkembang dengan berbagai bentuknya tetapi masih memperdebatkan
prinsip- prinsip dasar dalam Islam seperti Asy‟ariyah, Mutazilah, Maturidiyyah
Samarkand dan Maturidiyah Bazdawi, aliran-aliran pemikiran klasik memiliki lebih
cenderung berpikir kepada sandaran wahyu dan lebih cenderung menyandarkan
pemikirannya tersebut menyandarkan kepada akal. Hal ini kemudian berkembang
dari waktu ke waktu dan senantiasa mengalami pergeseran.
2. Pemikiran Ilmu Kalam Modern
Secara teologis Islam merupakan sistem nilai yang bersifat ilahiyah, tetapi
dari sudut sosiologis, merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial
dalam kehidupan manusia yang tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan
sosial lain, yaitu perubahan apalagi, di lihat dari pandanganajaran islam sendiri,
perubahan adalah sunnatullahyang merupakan salah satu sifat asasi manusia dan
alam raya secara keseluruhan.Pandangan umat islam terhadap modernitas barat
dapat dipologikan menjadi 3 kelompok, yaitu modrnis (ashraniyyun hadatsiyun),
tradisionalis atau salafi (salafiyyun) dan kaum elektis (tadzabdzub).Yang pertama
menganjurkan adopsi modernitas berat sebagai model yang tepat bagi masa kini.
Artinya sebagai model secara historis memaksakan dirinya sebagai paradigma
peradaban modern untuk masa kini dan masa depan.
Sikap kaum salafi sebaliknya berupaya mengembalikan kejayaan islam
masa lalu sebelum terjadinya penyimpangan dan kemunduran. Sedangkan yang
terakhir (kaum elektif) berupaya menghadapi unsur-unsur yang terbaik, baik yang
terdapat dalam model barat modern maupun dalam islam masa lalu , serta
menyatukan diantara keduanya dalam bentuk yang dianggap memenuhi kedua
model tersebut.Era modern secara umum dimulai ketika masyarakat Eropa
menyadari tentang pentingnya kembali berfikir filsafat. Para pemikir Eropa
kembali bergelut dalam dunia ide yang dikembangkan dalam tataran praktis
menjadi gerakan penciptaan alat-ala yang mampu memudahkan segala urusan
manusia. Mereka menyebutnya dengan „moda‟ atau „modern‟. Era ini terjadi pada
awal-awal abad ke-16, yang dikenal dengan istilah ‘renaissance’.
C. TOKOH-TOKOH ALIRAN JABARIYAH
1. Jahm Bin Shafwan
Jahm bin Safwan adalah seorang teolog Islam yang kontroversial yang melekat
dirinya dengan Harith bin Surayj, seorang pemberontak di Khurasan menjelang akhir
periode Umayyah, dan dihukum mati di tahun 128 H /745-6 M oleh Salim bin Ahwaz.
Ia dilahirkan di Kufah, tapi menetap di Khurasan di Tirmidh. Tahun lahirnya tidak
diketahui, tetapi dia mungkin lahir di abad pertama. Dia belajar dibawah asuhan al-Ja'd
bin Dirham, seorang sektarian dari Harran di Suriah. al-Ja'd bin Dirham adalah seorang
guru dari Dinasti Umayyah Khalifah terakhir, Marwan II, dan digambarkan sebagai Dahri
dan Zindq. Dia adalah Muslim pertama yang berbicara tentang createdness dari Al
Qur'an, penolakan persahabatan Abraham kepada Allah dan Musa berbicara kepada-Nya
Dari al-Ja'd Jahm bin Safwan mewarisi beberapa doktrin sektarian dan akan menjadi
pendiri Jahmiyyah.
Jahm adalah propagator besar pertama dari createdness dari Qur'an. Dia percaya
bahwa Firman Allah diciptakan, karena semua atribut yang dianggap berasal dari Allah
dan yang bersama oleh penciptaan diciptakan juga. Tidak ada sharing dalam nama atau
atribut, menurut Jahm, karena itu akan memerlukan asimilasi (al-tashbh). Karena itu ia
menolak setiap dan setiap atribut yang disebutkan dalam kitab suci, karena takut
antropomorfisme. Satu-satunya atribut ia menerima dan dijelaskan Allah dengan dua:
menciptakan dan kekuasaan. Dia percaya bahwa menciptakan adalah satu-satunya atribut
yang dimiliki dengan benar untuk Allah dan kekuasaan terlalu; semua kekuatan
menyaksikan antara makhluk adalah kiasan mereka, tidak secara harfiah. Keyakinan
terakhir membawanya ke doktrin fatalisme, yang disebut al-Jabr (keharusan) untuk yang
mereka disebut al-Mujbira. Dia mendasarkan theologinya pada sebuah pemikiran filsafat
dipinjam dari non-Arab khususnya, para filsuf Yunani awal.
Doktrin-doktrin Jahm tentang Tuhan dan sifat-Nya menemukan banyak
kesesuaian dengan Mu'tazilah, yang diberi nama Jahmites oleh musuh-musuh mereka.
Mu'tazilah dikenal karena keyakinan mereka bahwa Qur'an dibuat, sebuah prinsip yang
juga ditiru Jahm. Mereka juga dikenal sebagai atribut mendustakan Allah bertentangan
dengan pemahaman Asy'ariyah dan lain-lain.
Jahm bin Safwan sangat dikritik dan dinyatakan kafir oleh kaum Muslim
ortodoks. Awal, banyak ulama hadis menulis sanggahan dari doktrin Jahm bin Safwan,
khususnya Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, dan al-Darimi Yang terakhir juga. menulis
bantahan besar dari Jahmite terkemuka dengan nama Bishr bin Ghiyt al-Marisi dimana
dia menyatakan dia kafir (kafir).Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalaan teologi
adalah sebagai berikut:
a. Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak
mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan.
b. Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada ynag kekal selain Tuhan.
c. Iman adalah ma'rifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini konsepnya
sama dengan konsep iman yang dimiliki kaum Murji'ah.
d. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah MAha Suci dari segala sifat dan kemiripan
dengan manusia seperti bicara, mendengar, dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak
bisa dilihat oleh mata manusia kelak di akhirat.

2. Al- Ja’ad bin Dirham


Al-ja'ad adalah seorang maulana bani hakim, tinggal di damaskus. Ia dibesarkan
di dalam orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ia dipercayai untuk
mengajar dilingkungan bani unayah, tetapi setelah tampak pikiran- pikiran kontroversial,
bani umayah menolaknya kemudian al-ja'ad  lari kr kufah dan di sana ia bertemu dengan
jahm untuk dikembangkan dan disebarluaskan.
Ibnul Atsir menceritakan tentang kronologis terbongkarnya kedok Ja'd, sehingga
ia menjadi buronan Khalifah dengan berkata, 'Telah tersebar berita bahwa Ja'd zindiq
(kufur). Maimun bin Mihran pun telah menasihatinya, tetapi justru Ja'd membantahnya
dengan mengatakan, 'Aliran Syah Qubadz lebih aku cintai daripada agama yang engkau
anut (Islam)', kemudian Maimun bersaksi di hadapan Khalifah tentang ucapannya itu,
hingga akhirnya urusan Ja'd diserahkan kepada Khalid Al Qasri untuk dibinasakan'.
Khalid bin Abdullah al-Qasir --seorang gubernur Irak pada masa pemerintahan Bani
Umayyah- pada saat hari raya Idul Adha, selesai shalat beliau berkhotbah di hadapan
kaum muslimin seraya berkata: "Wahai sekalian manusia, pulanglah kalian lalu
sembelihlah binatang kurban, semoga Allah menerima ibadah kurban kami dan kalian.
Saya akan menyembelih Ja'd bin Dirham karena dia mengatakan bahwa Allah tidak
menjadikan Nabi Ibrahim sebagai khalil dan tidak berbicara kepada Nabi Musa
(mendustakan Alquran pen.). Maha Tinggi Allah atas apa yang dikatakan oleh Ja'd bin
Dirham ini." Lalu beliau turun dan menyembelih Ja'd bin Dirham.
Doktrin pokok ja'd secara umum sama dengan pemikiran jahm. Al- ghuraby
menjelaskannya sebagai berikut:
a. Al- Qur'an itu adalah makhluk
b. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk
c. Manusia terpaksa oleh allah dalam segalanya.
d. Berbeda dengan jabariyah ekstrim, jabariyah moderat mengatakan bahwa tuhan
memang menciptakan manusia, baik pearbuatan jahat maupun baik, tetapi
manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud
dengan kasab. Menurut faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh
tuhan).

3. Husain bin Muhammad An-Najjar


Para pengikutnya disebut An Najjariyah atau Al Husainiyah. An-Najar hidip
mpada masa khalifah Al-Makmun sekitar tahun 198 Hijriyah sampai 218 Hijriyah. Pada
mulanya dia adalah seorang murid dari mu’tazilah bernama Basyar Al-Marisi. Tapi beliau
keluargikuti madzhab ahlus sunnah wal jama’ah dan akhirnya membuat madzhab sendiri
yaitu Najariyyah. Beliau ini berusaha mempersatukan diantara faham-faham yang ada.
Kadang-kadang fatwanya sama dengan Mu’tazilah, terkadang mirip dengan Jabariyah,
terkadang juga mirip dengan Murji’ah atau Syi’ah, bahkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Namun, sekarang aliran ini sudah tidak ada lagi, karena sudah tidak ada lagi pengikutnya.
Diantara pendapatnya adalah:
a. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, mengambil bagian atau peran
dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Inilah yang disebut kasab. Menurut
faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan).
b. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat, tetapi An Najjar menyatakan bahwa Tuhan
dapat saja memindahkan potensi hati (ma'rifat) pada mata, sehingga manusia
dapat melihat Tuhan.
4. Dirar Ibnu Amr
Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husain An Najjar, yakni
bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa
dalam melakukan perbuatannya. Diantara pendapatnya adalah:
a. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husain An Najjar, yakni
bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia
mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata
dipaksa dalam melakukan perbuatannya.
b. Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.
c. Tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indra keenam.
d. Hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah Ijtihad.
e. Hadist  ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.

5.  Abu al-Hasan al-Asy’ari


Abu al-Hasan al-Asy’ari dilahirkan di Basrah pada tahun 260 H dan wafat di
baghdad pada tahun 324 H. Pada mulanya ia adalah murid al-Jubbai dan menganut paham
Mu’tazilah selama 40 tahun, sehingga menjadi salah seorang pemuka Mu’tazilah. Namun
karena alasan-alasan yang kurang begitu jelas, al-Asy’ari akhirnya meninggalkan
Mu’tazilah. Bagi al-Asy’ari, manusia dipandang lemah dan dalam kelemahannya banyak
bergantung pada kehendak dan kekuasaan Tuhan. Untuk menggambarkan hubungan
perbuatan manusia dengan kemauan dan kekuasaan mutlak Tuhan, al-Asy’ari memakai
kata al-kasb. Dia menunjuk firman Allah (Q.S. al-Safat, 37 )‫وهللا خلقكم وماتعملون‬
Terjemahnya : ”Tuhan menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat ” (al-shafat
37-96). Wa ma>ta’malu>n, diartikan oleh al-Asy’ari dengan ”apa yang kamu perbuat”
dan bukan ”apa yang kamu buat”. Dengan demikian, ayat ini mengandung arti Allah
menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatan kamu. Jadi dalam pandang al-Asy’ari,
perbuatan-perbuatan manusia adalah diciptakan Tuhan dan tidak ada pembuat (fail atau
agen) bagi al-kasb  kecuali Allah.
Al-Asy’ari mengartikan bahwa manusia tidak bisa menghendaki sesuatu kecuali
jika Allah menghendaki manusia supaya menghendaki sesuatu itu. Dengan demikian,
seseorang tidak bisa menghendaki pergi ke Baitullah, kecuali jika Tuhan menghendaki
seseorang itu supaya berkehendak pergi ke Baitullah. Hal ini berarti, kehendak manusia
adalah satu dengan kehendak Tuhan dan bahwa kehendak yang terdapat dalam diri
manusia sebenarnya tidak lain adalah dari kehendak Tuhan
6. Abu Hamid al-Gazali.
Dia adalah pengikut al-Asy’ari yang terpenting, ia juga menganut
paham Jabariah yang pada dasarnya sejalan dengan al-Asy’ari tentang perbuatan manusia
dan keadilan Tuhan yang memberi hukuman menurut kehendak mutlakNya.

D. TOKOH-TOKOH ALIRAN QODARIYAH


1. Ma'bad al-Juhani (meninggal dunia tahun 80 H)
Dia meluncurkan pemikiran seputar masalah takdir sekitar tahun 64 H. Ia
menggugat ilmu Allah dan takdir-Nya. Ia mempromosikan pemikiran itu secara terang-
terangan. Disamping orang-orang yang mengikutinya juga banyak, Namun bid'ahnya ini
mendapat penentangan yang sangat keras dari kaum Salaf, termasuk para sahabat yang
masih hidup ketika itu. Seperti Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma.
2. Ghailan Ad-Dimasyqi
Dialah yang mengibarkan pengaruh cukup besar seputar masalah-masalah takdir
sekitar tahun 98 H. Dan juga dalam masalah ta'wil, ta'thil (mengingkari sebagian sifat-
sifat Allah) dan masalah irja.  Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar,
Ghailan adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-
Haris Ibnu Sa'id yang dikenal sebagai pendusta. 
Ia pernah taubat terhadap pengertian faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu
Abdul Aziz, namun setelah Umar wafat ia kembali lagi dengan mazhabnya. Sepeninggal
Ma'bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal juga dengan Abu Marwan. 3.
Ibnu Sauda' Abdullah bin Saba' Al-Yahudi Dia adalah seorang Yahudi yang mengaku-
ngaku beragama Islam 34 H. Dia memadukan antara faham Khawarij dan Syi'ah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu Kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan


pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan Ilmu
Kalam yang berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh umat
islam, tanpa argumentasi rasional (aqliyah) ilmu ini dapat disebut dengan istilah ilmu
tauhid atau ilmu aqaid.

Setiap aliran-aliran tersebut memilki tokoh dan ajaran dalam


perkembangannya. Aliran islam banyak aliran-aliran sempalan dalam islam. Sedangkan
yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-
ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya telah
disampaikan Rasulullah SAW atau dalam bahasa agama ini disebut Ahli Bid‟ah. Oleh
karena itu, sebagai umat Islam kita harus cermat serta berhati-hati dalam meyakini dan
mempelajari suatu aliran baik itu Khawarij, Syi‟ah, dan aliran-aliran lainnya. Setiap
aliran memiliki pendapat yang berbeda-beda, pendapat itu mereka yakini walaupun
bertentangan dengan ajaran Islam. Aliran-aliran di atas selalu menganggap bahwa
masing-masing aliran mereka adalah yang sempurna dan patuh untuk dikembangkan
dalam ajaran disekitar mereka.

B. Saran
Diharapkan kita semua khususnya para mahasiswa untuk mempelajari Aliran
aliran, pemikiran pemikiran dan tokoh - tokoh dalam pembahasan ilmu kalam, untuk
menambah ilmu pengetahuan. Ketiganya sangat berperan penting dalam bidang
keilmuan sebagai wacana keislaman. Oleh sebab itu, kita sebaiknya mengetahui secara
spesifik perbedaan dan persamaan antara ketiganya.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
1995)
Ahmad Qusyairi Ismail dkk, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah Dalam Ukhuwah? (Pustaka
Sidogiri, 2007)
Al-Gazali, Risalah-Al-Laduniyah, dalam Majmumah Rasail (Beirut:Daral-Fikr, 1966)
Effendi Bachtiar, Teologi Baru Politik Islam (Yogyakarta: Galang Press, 21)

Anda mungkin juga menyukai