Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ALIRAN ILMU QALAM DALAM PERDEBATAN MASALAH SAMI'IYYAT

“Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid”

Dosen Pengampu :
Dr.Zulfahmi Lubis, Lc. MA

Kelompok 5

Disusun Oleh:
NAMA : MAGHFIRAH ( 0308223097 )

FADIZA SYAFIRA (0308223070)

YOLA ADELA SINDY (0308221031 )

SYAHDIA SHINTA ( 0308221009 )

KELAS : PIAUD - 4

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN


PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
MAKALAH...............................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................
1. Pengertian Ilmu Kalam.......................................................................................................
2. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam......................................................................................
3. Aliran Ilmu Kalam Dalam Perdebatan Masalah Sam’iyyat...........................................
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari tiga
komponen utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani
(mengucapkan dengan lisan), ‘amalun bi al-arkani (melaksanakan sesuai dengan
rukun-rukun), dan tashiqun bi al-qalbi (membenarkan dalam hati).
Ilmu kalam adalah ilmu yang tergolong eksklisif dikalangan umat islam.
Itupun hanya terbatas pada perguruang tinggi keagamaan Islam (PTKI) saja, yang
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa tidak banyak orang yang tau mengenai
seluk beluk ilmu yang langkah ini.
Sebagai penentuan segala sesuatu dalam bidang keilmuan. Padahal dalam
islam, kerangka berfikit yang mirip, bahkan lebih kokoh sandarannya, telah tercipta
jauh sebelum keilmuan lain dalam islam itu terbentuk, yaitu ilmu kalam mengaji
aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka
berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam
menyelesaikan personal-soalan kalam. Aliran kalam lebih merupakan bentuk
segregasi komitas dalam tubuh umat islam yang terbentuk karena adanya perbedaan
pandangan dalam beberapa persoalan teologi islam.
Dalam artikel ini, penulis akan menjelaskan tentang aliran-aliran yang
terdapat didalam ilmu kalam beserta tokoh dan doktrin-doktrinnya. Cukup banyak
memang aliran-aliran yang ada di dalam pembahasan Ini
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, ilmu dan kalam, prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu kalam. Ilmu kalam merupakan
suatu cabang ilmu yang merupakan suatu cabang ilmu yang merupakan kegiatan
bagian dari disiplin ilmu-ilmu berlatar Islam sebelum terlampau jauh membicarakan
tentang ilmu ini.
Kata ilmu merupakan kata yang salah satu nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti maha
mengetahui. Kata ilmu berakar dari 3 huruf, sedangkan kata kalam merupakan kata
yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan.
Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajaran-ajaran
dasar itu menyangkut wujud Allah, kerasulan Muhammad dan Al-Qur’an. Serta
orang yang percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang
yang tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dan lain-lain.
2. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam
a. Aliran Khawarij
Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan oleh kalangan lapangan
di sana karena tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran siffin yang terjadi
wantara Ali dan Mu’awiyah dalam upaya penyelesaian persengketaan antara
keduanya tentang masalah khalifah. Khawarij berasal dari kata kharaja, artinya ialah
keluar, dan yang dimaksudkan disini ialah mereka yang keluar dari barisan Ali
sebagai diterimanya arbitse oleh Ali. Tetapi sebagaian orang berpendapat bahwa
nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka
dengan maksud berjihad di jalan Allah. Hal ini didasarkan pada QS An-Nisa: 100.
Berdasarkan ayat tersebut, maka kaum khawarij memandang diri mereka sebagai
orang yang meninggalkan rumah atau kampung halamannya untuk berjihad.
Bila di masa Rasulullah kafir hanya untuk mereka yang tidak memeluk Islam
tapi kaum Khawarij memperluas pengertiannya dengan memasukkan orang-orang
yang telah masuk Islam. Yakni orang Islam yang bila ia menghukum, maka yang
digunakan bukanlah hukum Allah. Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan
mereka tentang kufur. Kufur (orang-orang kafir), berarti tidak percaya. Lawannya
adalah iman (orang yang dikatakan mukmin) berarti percaya. Di masa Rasulullah
kedua kata itu termanifestasi secara tajam sekali, yakni orang yang telah percaya
kepada Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang
tidak percaya kepada Allah tersebut. Dengan kata lain, mukmin adalah orang yang
telah memeluk agama Islam sedangkan kafir adalah orang yang belum memeluk
agama Islam. Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang
belum memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan
memasukkan orang yang telah beragama Islam ke dalamnya. Yakni orang Islam
yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum Allah. Secara
umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati semata-mata.
Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah disempurnakan
dengan menjalankan perintah agama. Seseorang yang telah memercayai bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan Allah, tapi ia tidak melakukan
kewajiban agama, berarti imannya tidak benar, maka ia akan menjadi kafir.
Tokoh-tokoh Dalam Aliran Khawarij: Urwah bin Hudair, Mustarid bin Sa'ad,
Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, dan 'Abdullah bin Basyir.
Doktrin-Doktrin Khawarij

 Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam

 Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab

 Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syariat Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila melakukan
kedzaliman.
 Orang yang baik harus masuk surga dan orang yang jahat masuk ke neraka.
 Qur’an adalah makhluk
 Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

b. Aliran Syiah
Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok atau
pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser mempunyai
pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut syiah, maka asosiasi pikiran orang
tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok masyarakat yang amat memihak Ali dan dan
memuliakannya beserta keturunannya. Kelompok tersebut lambat laun membangun
dirinya sebagai aliran dalam Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah nabi”.
Menurut syiah yang dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah, suaminya Ali, Hasan dan
Husein anak kandungnya, menantu dan cucu-cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi
tidak termasuk Ahl alBait.

Asal-Usul Syiah dan Perkembangan Syiah


Sejak jaman Rasulullah serta khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab, belum
pernah ditemukan adanya satu golongan politik atau golongan agama yang memiliki
banyak pengikut, memiliki karakter dan identitas khusus dan memiliki target yang
jelas. Golongan itu baru muncul pada masa Khalifah Utsman. Mereka adalah orang-
orang yang setia pada Ali, yang menganggap bahwa kekhalifahan Ali berdasarkan
Nash Al-quran dan wasiat dari Rasulullah SAW, baik yang disampaikan secara jelas
maupun samar. Menurut mereka seharusnya tampuk kepemimpinan diduduki oleh
Ali dan keturunannya, serta tidak boleh lepas darinya. Para ulama masih berbeda
pendapat mengenai asal-usul Syi’ah dan perkembangannya. Menurut Prof. Walhus,
akidah Syi‟ah banyak terpengaruh oleh ajaran Yahudi, bukan persia karena
mengingat pendirinya adalah Abdullah bin Saba‟ yang berasal dari Yahudi.
Sementara pendapat Prof. Dawzi cenderung pada pendapat yang menyatakan bahwa
pendiri Islam adalah orang Persia, karena orang Arab bebas memeluk agama.
Menurut Prof. Ahmad Amin, Syiah sudah muncul sebelum orang-orang Persia
masuk Islam, tetapi masih belum ekstrim seperti sekarang. Mereka hanya
berpendapat bahwa Ali lebih utama dari sahabat lainnya. Kemudian pemahaman
Syiah ini berkembang seiring perkembangan zaman dan adanya kasus pembunuhan-
pembunuhan yang mengatas namakan Syiah.

Tokoh-tokoh Aliran Syiah: Jalaludin Rakhmat, Haidar Bagir, Haddad Alwi, Nashr
bin Muzahim, Ahmad bin Muhammad bin Isa Al-Asy’ari.

Doktrin-doktrin Syiah
 Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl al-hall wa
al-‘aqd.
 Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka meyakini
kekuasaan imam mereka ketika ghaib dan baru pada akhir jaman kembali kepada
mereka.
 Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik berdasarkan
petunjuk Allah dan wasiat Nabi.
 Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi

c. Aliran Jabbariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan
mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz aljabr yang
berarti paksaan. Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat Aljabbar (dalam bentuk
mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa. Selanjutnya kata jabara setelah
ditarik menjadi jabariyah memiliki arti suatu aliran. Lebih lanjut Asy- Syahratsan
menegaskan bahwa paham Al jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam
arti yang sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, Dengan kata lain
manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Secara istilah,
jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah SWT. Jabariyyah
menurut mutakallimin adalah sebutan untuk mahzab al-kalam yang menafikkan
perbuatan manusia secara hakiki dan menisbatkan kepada Allah SWT semata.

Menurut Harun Nasution, jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qada dan Qadar Allah.
Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan oleh manusia tidak
berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan
kehendaknya, disini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena
tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahkan bahwa jabariyah adalah aliran
manusia menjadi wayang dan tuhan sebagai dalangnya. Asal-usul Jabariyah Aliran
Jabbariyah ini sebenarnya sudah ada di kalangan bangsa Aeab sebelum Islam.
Sejarah mencatat bahwa orang yang pertama kali menampilkan paham jabbariyah di
kalangan umat Islam adalah Al-Ja’ad Ibn Dirham.

Tokoh-tokoh Aliran Jabbariyah: Al-Ja‟ad bin Dirham, Jahm bin Sofwan, Adh-
Dhirar, Husain bin Muhammad al-Najjar.

Doktrin-doktrin jabbariyah
 Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa
 Kalam Tuhan adalah makhluk
 Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat
 Surga Neraka tidak kekal

d. Aliran Qaddariyah
Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan kemampuan
dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah
adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan
terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-
perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai Qudrat atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan. Adapun menurut
pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa
segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini juga berpendapat
bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat
sesuatu atau meninggalkannya atas kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian
tersebut, qodariyyah merupakan nama suatu aliran yang memberikan suatu
penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya.
Harun Nasution menegaskan bahwa kaum qodariyyah berasal dari pengertian bahwa
manusia mempunyai qodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, akan
tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat Tuhan. Kata qadar
dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan untuk
kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah.

Asal Usul Aliran Qadariyah


Sekilas pemahaman Qadariyah ini sangat ideal dan sesuai dengan ajaran Islam. Di
samping benar menurut logika, juga didasarkan pada ayat-ayat Al Qur’an dan hadis
yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih dan menentukan
perbuatannya sendiri. Akan tetapi jika kita mendalami ajaran Al-quran dan Hadis
secara komprehensif serta memerhatikan realitas kehidupan sehari-hari, maka akan
tampak jelas bahwa paham Qadariyah yang tidak mempercayai adanya takdir adalah
mengandung berbagai kelemahan dan telah menyimpang dari ajaran Islam yang
benar.
Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah: Ma’bad al-Jauhani dan Ghailan al-Dimasyqi.

Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah


 Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri
 Dalam memahami takdir aliran Qadariyah terlalu Liberal
 Aliran Qadariyah mengukur keadilan Allah dengan barometer keadilan manusia
 Paham ini tidak percaya jika ada takdir dari Allah.

e. Aliran Mu’tazillah
Kata mu’tazilah berasal dari kata I’tazala dengan makna yang berarti menjauhkan
atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi nama sebuah aliran di
dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya sebagai Mu’tazillah berdasarkan
peristiwa yang terjadi pada Washil ibn Atha (80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr
ibn Ubayd dengan al-Hasan al-Bashri. Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Bashri
muncul pertanyaan tentang orang yang berdosa besar bukanlah mu‟min dan juga
bukanlah orang kafir, tetapi berada diantara dua posisi yang istilahnya al Manzillah
bayn al-manzilatayn. Dalam uraian di atas bisa dipahami pemimpian tertua di aliran
Mu’tazillah adalah Washil ibn Atha. Ada kemungkinan washil ingin mengambil
jalan tengah antara khawarij dan murjiah, melainkan berada di dua posisi. Alasan
yang dikemukakan adalah bahwa orang yang berdosa besar itu masih ada imannya
tetapi tidak pula dapat dikatakan mu’min karena ia telah berdosa besar. Orang yang
serupa itu apabila meninggal dunia maka ia akan kekal di dalam neraka, hanya
azabnya saja yang lebih ringan dibandingkan orang kafir. Itulah pemikiran Washil
yang pertama sekali muncul. Asal-Usul Aliran Mu’tazillah Pembina pertama aliran
Mu’tazilah ini adalah Wasil bin Ata’. Sebagaimana telah dikatakan oleh Al-Mas’udi,
Wasil bin Ata’ adalah syaikh Al-Mu’tazilah wa qadimuha, yaitu kepala Mu’tazilah
yang tertua. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 81 H dan meninggal di Basrah pada
tahun 131 H. Di Madinah ia berguru pada Hasyim Abd bin Muhammad bin
Hanafiyah kemudian pindah ke Basrah dan belajar pada Hasan Al-Basri.
Kemunculan aliran Mu’tazilah untuk pertama kalinya pada masa dinasti Umayyah
berada diambang kehancuran, yakni dimasa pemerintahan Abd AlMalik bin Marwan
dan Hisyam bin Abd Al-Malik. Dan ketika Dinasti Umayyah jatuh ke tangan
abbasiyah, golongan Mu’tazillah mendapatkan tempat yang amat baik di dalam
pemerintahan. Bahkan di masa peerintahan AlMa’mun teologi Mu’tazillah secara
resmi dijadikan ideologi bangsa.

Tokoh-tokoh Aliran Mu’tazillah: Wasil bin Ata’, Abu Huzail al-allaf, An-Nazzam,
dan Al-Jubba’i.

Doktrin-doktrin Aliran Mu’tazillah


 Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas Waktunya
 Akal yang menentukan perlu tidaknya dibentuk negara
f. Aliran Asy’ariyyah

Asy’ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini adalah Ahlu
Sunnah wal Jamaah. Aliran Asy’ariyyah adalah aliran teologi yang dinisbahkan
kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail alAsy’ari. Ia dilahirkan di
Bashrah, besar dan wafat di Baghdad (260-324 H). Ia berguru pada Abu Ali al-
Jubbai, salah seorang tokoh Mu’tazillah yang setia selama 40 tahun. Setelah itu ia
keluar dari Mu’tazillah dan menyusun teologi baru yang berbeda dengan Mu’tazillah
yang kemudian dikenal dengan sebutan Asy’ariyyah, yakni aliran atau paham
Asy’ari. Kasus keluarnya Asy’ari ini menurut suatu pendapat karena ia bermimpi
bertemu dengan Rasulullah yang berkata kepadaya, bahwa Mu’tazillah itu salah dan
yang benar adalah pendirian al-Hadis. Menurut aliran Asy’ariyyah, Allah
mempunyai beberapa sifat dan sifat-sifat itu bukan zat-Nya dan bukan pula selain
zat-Nya, namun ada pada zatNya. Meskipun penjelasan Asy’ariyyah itu mengandung
kontradiksi, hanya dengan itulah aliran tersebut dapat melepaskan diri dari paham
ta’addud al- qudama (banyaknya yang kadim) setidak-tidaknya menurut pemikiran
mereka. Asal Usul Aliran Asy’riyah Asy’ariyah dan maturidiyah muncul secara
bersama yang dikenal dengan nama aliran Ahl al-Sunnah wal Jama’ah yang secara
populer disebut dengan Sunni. Pada waktu yang bersamaan Syi’ah sebagai aliran
memainkan peranannya dalam masyarakat Islam dengan pandangan-pandangan
rasional dengan berpegang teguh pada ajaran Imamah yang sangat memuliakan Ahlu
albait. Tidak dipungkiri bahwa sejak lama kaum muslimin di Indonesia menganut
madzhab fiqih Syafi’iyyah. Secara aqidah, banyak yang mengikuti paham
Asy’ariyah, secara tasawuf merujuk pada ajaran-ajaran shufi Imam Abu Hamid Al-
Ghazali.

Tokoh-tokoh Aliran Asy’riyah: Al-Baqillani, Al-Juwaini dan AlGhazali.

Doktrin-doktrin Aliran Asy’riyah


 Tuhan dan Sifat-sifatnya
 Kebebasan dalam berkehendak
 Akal dan Wahyu dan Kriteria baik dan buruk

g. Aliran Maturidiyyah

Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil mengajukan
pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud
al-Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad kesembilan
Masehi kedua abad ke-9 M dan meninggal tahun 944 M. Aliran Maturidiyyah yang
dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap pemikiran-pemikiran mu’tazzilah yang
rasional itu, tidaklah seluruhnya sejalan dengan pemikiran yang yang diberikan oleh
al-asy’ari. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pemikiran teologi as’ari
sangat banyak menggunakan makna teks nash agama (Quran dan Sunnah), maka
Maturidiyyah dengan latar belakang mazhab Habafi yang dianutnya banyak
menggunakan takwil. Asal Usul Aliran Maturidiyyah Tokoh pertama dari aliran
Maturidiyah adalah al-Maturidi sendiri. Sebagai pemikir yang tampil dalam
menghadapi pemikiran Muktazilah, almaturidi banyak menyerang pemikiran
mu’tazillah. Namun karena ia memiliki latar belakang intelektual pandangan-
pandangan rasional Abu Hanifahm dicelah-celah perbedaan itu terdapat pula
kesamaan. Murid terpenting dari Al-Maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad Al
Bazdawi. Ia dilahirkan pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 439 H. Sebagai
diketahui bahwa nenek Al-Bazdawi adalah murid dari Al-Maturidi. Al-Bazwadi
sendiri mengetahui ajaran-ajaran Al-Maturidi dari orang tuanya. Agaknya pewarisan
paham yang sudah melalui tiga jenjang terhadap Al-Azdawi sendiri tidak urung
membuat berbagai perbedaan antara Al-Bazdawi dengan Al-Maturidi.

Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan kebebasan intelektual di kalangan


ulama masa lampau. Inilah kemudian yang membuat terdapatnya dua cabang aliran
dalam Maturidiyyah, yaitu cabang Samarkand dengan tokoh Maturidi sendiri dan
cabang Bukhara dengan tokoh utama al-Bazdawi.

Doktrin-Doktrin Aliran Maturidiyah


 Orang Mukmin melakukan dosa besar tetap Mukmin
 Janji dan ancaman tuhan tidak boleh tidak mesti berlaku kelak

h. Aliran Murji’ah

Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau penangguhan. Karena
sekte yang berkembang pada masa awal islam yang dapat diistilahkan sebagai
“orang-orang yang diam”. Mereka meyakini bahwa dosa besar merupakan imbangan
atau pelanggaran terhadap keimanan dan bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku
selamanya. Oleh karena itu, ia menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman
pelaku dosa di dunia ini. Hal ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah
politik. Satu diantara doktrin mereka adalah shalat berjamaah dengan seorang imam
yang diragukan keadilannya adalah sah. Doktrin ini diakui oleh kalangan islam sunni
namun tidak untuk kalangan syiah. Asal Usul Aliran Murji’ah Aliran Murjiah
muncul sebagai reaksi dari aliran kharjiyyah yang memandang perbuatan dosa
sebagai quasi absolut dan merupakan sifat penentu, murji’ah lebih cenderung sebagai
reaksi terhadap kharijiyyah daripada daripada terhadap aliran mayoritas. Sangat
kontras dengan aliran kharjiyyah yang mirip sekali dengan ajaran yang mirip sekali
dengan ajaran St. John tentang “dosa yang dihukum mati”. Aliran Murji’ah muncul
dengan mengusung keyakinan lain mengenai dosa besar. Masalah yang mulanya
hanya bersifat politis akhirnya berkembang menjadi masalah teologis. Lantara dua
aliran tersebut muncul mendahului aliran Mu’tazillah, maka tidak salah pula jika
Wolfson menyebut bahwa keduanya sebagai aliran pra-Mu’tazilah dalam teologi
Islam.

Doktrin-doktrin Aliran Murji’ah


 Orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara
lisan tidaklah menjadi kafir, karena kufur dan iman letaknya di hatiku
 Menurut murjiah ekstrem ini, iman adalah mengetahui Tuhan dan Kufur tidak tahu
pada Tuhan. Sejalan dengan itu shalat bukan merupakan ibadat bagi mereka, karena
yang disebut ibadat adalah iman kepadanya, dalam arti mengetahui Tuhan.

3. Aliran Ilmu Kalam Dalam Perdebatan Masalah Sam’iyyat

Assam’iyyat menurut bahasa berarti sesuatu yang ghaib yang hanya bisa
diketahui secara benar dengan cara ikhbari (berita yang didengar), yakni apa yang
didengar dan diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Atau dalam arti lain suatau perkara yang tertera dalam al-Qur’an dan disebut
dalam hadits Nabi saw sedangkan perkara itu tidak bisa diterima oleh akal manusia
biasa atau sesuatu yang ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia
biasa tapi harus dipercayai oleh setiap muslim akil dan baligh. Adanya perkara ini
demi untuk meyakinkan kepastian adanya risalah yang dibawa Rasulallah saw.

Hal yang menyangkut sam’iyyat ini banyak sekali diantaranya adanya para Malaikat,
kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi, adanya qadha dan qadar, adanya
mukjizat mukjizat yang diberikan kepada para nabi, menyakini bahwa nabi
Muhammad saw itu adalah nabi terakhir dan nabi yang paling sempurna, adanya hari
kiamat, siksa kubur, pahala dan dosa, hari kebangkitan, hari dikumpulkan manusia
di padang mahsyar, syafaat Nabi saw, hari perhitungan, hari pertimbangan, telaga,
jembatan (shirat), surga dan neraka, Arsy, Kursi, Lauhul Mahfudh, penarikan Al-
Qur’an, Isra’ Mi’raj, kehidupan para syuhada’ dalam kubur, dan lain lainnya.

Semua ini adalah sam’iyyat atau perkara yang berhubungan dengan alam ghaib yang
tidak bisa ditangkap oleh panca indara manusia biasa, tidak bisa dilihat, tidak bisa
diraba dan kita hanya mendengar dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi saw
dan hadisth beliau atau semua yang telah diterangkan oleh para nabi sehubungan
dengan perkara tadi. Perkara perkara ini merupakan ujian bagi manusia selama dia
hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada hal hal
yang ghaib, yang mana semuanya itu tidak tampak ataukah dia mengingkarinya?

Seluruh ummat Islam wajib meyakini dan mengetahui apa saja manfaat dari sebuah
do’a.
Jika kita sudah merasakan manfaat sebuah do’a, maka kenikmatan yang kita rasakan
akan terus bertambah. Orang mukmin yang baik adalah dia yang sedang merasakan
sedih atau pun senang, tapi dia selalu berdo’a. Berdo’a adalah cara kita berbicara,
bercerita dan bersyukur kepada Allah SWT. Tetapi sedikit sekali dari kita jika sedang
bahagia mengingat atau berdo’a kepada Allah SWT. Bukti bahwa berdo’a
merupakan salah satu cara kita berkomunikasi dan dekat dengan Allah SWT, ada di
dalam Al-Qur’an yang berbunyi;

َ
َِ ‫َع ّْن فَا‬ِ ‫ِْ وا َذا َسا َل ِعَباِد ْي‬
ِ
ّ‫ق ِريْ ٌۗب اُ ِجْ ي ُب َد ْعَوة‬ َ ‫ن‬
‫دالع ِا َذا َدعَا ِن‬
ِ ‫ا‬
َ ُْ
‫۝‬۱۸۶‫فَل َي ْس تَ ِجْ يُبْواِ ِْل َولي ِْؤ منُ ْواِ ِْب لعل هُ ْم ْيَ ُر ُش ْد َون‬ْ
Artinya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang aku, maka
sesungguhnya aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia
berdo’a kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman
kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.” (QS. Al-Baqoroh 186)
Seperti yang kita ketahui, ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits.

Kh. Choer Affandi aqidah sam’iyyat, segala sesuatu yang ada di Al-Qur’an dan
hadits harus kita pelajari dan yakini.9 Tentu saja kita mengetahui kalau yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadits itu banyak, salah satunya meyakini manfaat
sebuah do’a.Dalam QS. Ghofir ayat 60Allah SWT berfirman:

َ‫ي ْس تَ ْ ُِِك ْب َون َع ْن‬ ْ ‫وقَا َل َربُّ ُُ ْك ا ْ ُد ْع ِو ّْن َا ْس تَ ِج ْب َل ُُ ۗ ْك ِا ن ا‬


َ ‫َِّلي َن‬
ِ‫۝‬۶۰ ‫عَبا َِد ِْت َس َي ْدُخ ْلُ َون ََج َّنَ دَا ِ ِخريْ َن‬
Artinya:
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdo’alah kepadaKu, maka aku akan mengabulkan
permohonanmu”.
Dari ayat Qur’an tersebut sudah jelas, segala sesuatu selain kita berusaha terlebih
dahulu tetapi kita harus berdo’a juga, agar apa yang kita inginkan tercapai.
Terkadang do’a yang kita minta tidak sesuai dengan apa yang diberikan
BAB 3
PENUTUP

Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar itu
menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang
percaya dengan tiga hal itu, yaitu orang muslim dan mukmin, serta orang yang tidak
percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dan lain-lain.

Ilmu kalam memiliki banyak aliran diantaranya adalah Khawarij, Syiah,


Qadariyah, Jabariyah, Murji’ah, Mu’tazilah, Maturidiyyah, dan Asy’ariyyah. Setiap
aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam memiliki doktrin-doktrinnya masing-
masing yang mereka yakini dan mereka pertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Eri Susanti, Aliran-Aliran Dalam Pemikiran Kalam (Pontianak, Jurnal Konseling


Islam, 2018)
A.Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir Al-Manar
(Jakarta: Erlangga, 2006)
Abdul Mujleb, Syafi’ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali,
(Jakarta: Hikmah, 2009)
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2012)
Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)
Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, (Jakarta: Hikmah, 2008)
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, (Surabaya: Bina Ilmu, 2006)
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007)
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013)
Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017)
Faizal Amin, Ilmu Kalam Sejarah Pemikiran Islam Dan Aktualisasinya, (Pontianak:
STAIN Pontianak Pres, 2012)
Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir
Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016)
Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007)
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan
(Jakarta: UI-Press, 1986)
Ibn Rusyd, 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam (Jakarta: Erlangga, 2006)
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman Vol. 1, No. 1,
2018
Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS,
2017) Muhammad Arifin Ilham, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali (Jakarta:
Hikmah, 2009) Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik
Islam, (Jakarta: Kencana, 2014) Muhammad Maghfur, Koreksi Atas Kesalahan
Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bangil: Al-Izzah, 2002)
Nurcholis Madjid, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Kencana, 2014) Sarkowi, Teologi Islam Klasik (Malang: Resist Literacy, 2010)
Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini: Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam, (Jakarta:
Erlangga, 2008)
Yunan Yusuf, Alam pikiran Islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga
Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004)
Yusran Asmuni. Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan
Pemikiran. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)

Anda mungkin juga menyukai