Anda di halaman 1dari 20

ALIRAN-ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM

ERI SUSANTI
Bimbingan Konseling Islam (BKI)
Fakultas Ushuluddin adab dan dakwah (FUAD)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak
Email: erisusanti0892@gmail.com

Abstrak
Setiap ilmu memiliki aliran di dalamnya termasuk ilmu kalam. Aliran-aliran ilmu kalam
cukup banyak dan menarik untuk dibahas. Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan
tentang aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam. Masalahnya ada banyak aliran yang
terdapat di dalam ilmu kalam. Apa sajakah perbedaan yang terdapat di dalam ilmu kalam?.
Melalui artikel ini penulis akan menjelaskan tentang beberapa aliran yang ada di dalam
ilmu kalam. Metode yang digunakan adalah metode penelusuran kepustakaan. Berdasarkan
hasil penelusuran kepustakaan penulis dapat menyimpulkan tentang perbedaan aliran yang
ada di dalam ilmu kalam.

Kata Kunci: Aliran, Ilmu, Kalam

PENDAHULUAN
Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari tiga komponen
utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani (mengucapkan
dengan lisan), „amalun bi al-arkani (melaksanakan sesuai dengan rukun-rukun), dan
tashiqun bi al-qalbi (membenarkan dengan hati).1
Ilmu kalam adalah ilmu yang tergolong eksklisif di kalangan umat Islam,
itupun hanya terbatas pada perguruang tinggi keagamaan Islam (PTKI) saja, yang
merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa. Tidak banyak orang yang tau
mengenai seluk beluk ilmu yang langka ini. Kebanyakan para intelektual Muslim,
lebih memilih filsafat sebagai pembentuk pola pikir, yang dijadikan sebagai dasar

1 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 5.

23
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

sebagai penentuan segala sesuatu dalam bidang keilmuan. Padahal dalam Islam,
kerangka berfikir yang mirip, bahkan lebih kokoh sandarannya, telah tercipta jauh
sebelum keilmuan lain dalam Islam itu terbentuk, yaitu ilmu kalam.2
Mengkaji aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami
kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki
setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi psikologis secara
natural adalah sangat distingtif. Oleh sebab itu, perbedaan kesimpulan antara satu
pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan
suatu hal yang bersifat natural pula.3

Aliran kalam lebih merupakan bentuk segregasi komitas dalam tubuh umat
Islam yang terbentuk karena adanya perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan
teologi Islam. Perbedaan pandangan dalam beberapa persoalan teologi Islam.
Perbedaan ini juga terjadi dalam satu komunitas yang mengklaim menganut aliran
kalam tertentu. Fenomena inilah yang lazim terjadi dalam tradisi pemikiran kalam,
hingga setiap aliran kalam masih memiliki golongan-golongan yang berbeda satu
sama lain. Hal itu disebabkan oleh adanya kecenderungan berpandangan ekstrem
pada satu sisi dan ada juga yang moderat dalam satu aliran pemikiran kalam yang
sama.4

Dalam artikel ini, penulis akan menjelaskan tentang aliran-aliran yang terdapat
di dalam ilmu kalam beserta tokoh dan doktrin-doktrinnya. Cukup banyak memang
aliran-aliran yang ada di dalam pembahasan ilmu kalam.

2 Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 1


3 Abdul Rozak dan Rosihin Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm.
31.
4 Faizal Amin, Ilmu Kalam: Sejarah Pemikiran Islam dan Aktualisasinya, (Pontianak:
STAIN Pontianak Pres, 2012), hlm. 20.

24
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
merupakan suatu cabang ilmu yang merupakan bagian dari displin ilmu-ilmu
berlatar Islam sebelum terlampau jauh membicarakan tentang ilmu ini.
Kata Ilmu merupakan kata yang salah satu nama-Nya. Al-Ilmu juga berarti
maha mengetahui. Kata ilmu berakar dari 3 huruf. Sedangkan kata kalam
merupakan kata yang penuh makna. Kalam berarti pengucapan atau ucapan. 5

Ilmu kalam membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam.


Ajranajaran dasar itu menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-
Quran, serta orang yang percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan
mukmin, serta orang yang tidak percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan
neraka, dll.6

2. Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam a. Aliran Khawarij


Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan oleh kalangan
lapangan di sana karena tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran
siffin yang terjadi wantara Ali dan Mu‟awiyah dalam upaya penyelesaian
persengketaan antara keduanya tentang masalah khalifah.
Khawarij berasal dari kata kharaja, artinya ialah keluar, dan yang
dimaksudkan disini ialah mereka yang keluar dari barisan Ali sebagai
diterimanya arbitse oleh Ali. Tetapi sebagaian orang berpendapat bahwa nama
itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari rumah-rumah mereka
dengan maksud berjihad di jalan Allah. Hal ini di dasarkan pada QS An-Nisa:

5 Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017), hlm. 8


6 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 3

25
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

100. Berdasarkan ayat tersebut, maka kaum khawarij memandang kaum


khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan rumah
atau kampung halamannya untuk berjihad. 7
Bila di masa Rasulullah kafir hanya untuk mereka yang tidak memeluk
Islam tapi kaum Khawarij memperluas pengertiannya dengan memasukkan
orang-orang yang telah masuk Islam. Yakni orang Islam yang bila ia
menghukum, maka yang digunakan bukanlah hukum Allah.8
Ajaran Khawarij bermula dari masalah pandangan mereka tentang kufur.
Kufur (orang-orang kafir), berarti tidak percaya. Lawannya adalah iman (orang
yang dikatakan mukmin) berarti percaya. Di masa Rasulullah kedua kata itu
termanifestasi secara tajam sekali, yakni orang yang telah percaya kepada
Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang
tidak percaya kepada Allah tersebut. Dengan kata lain, mukmin adalah orang
yang telah memeluk agama Islam sedangkan kafir adalah orang yang belum
memeluk agama Islam.
Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang
belum memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan
memasukkan orang yang telah beragama Islam ke dalamnya. Yakni orang
Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum
Allah.
Secara umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati
semata-mata. Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah
disempurnakan dengan menjalankan perintah agama. Seseorang yang telah
memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan

7 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 33


8 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan
Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.44

26
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

Allah, tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar,
maka ia akan menjadi kafir.9
Pengikut Khawarij terdiri dari suku Arab Badui yang masih sederhana cara
berpikirnya. Jadi sikap keagamaan mereka sangat ekstrem dan sulit menerima
perbedaan pendapat. Mereka menganggap orang yang berada di luar
kelompoknya adalah kafir dan halal dibunuh. Sikap picik dan ekstrem ini pula
yang membuat mereka terpecah menjadi beberapa sekte.

Berbeda dengan kelompok Sunni dan Syi‟ah, mereka tidak mengakui


hakhak istimewa orang atau kelompok tertentu untuk menduduki jabatan
khalifah. Khawarij tidak memandang kepala negara sebagai orang yang
sempurna. Ia adalah manusia biasa juga yang tidak luput dari kesalahan dan
dosa. Karenanya, mereka menggunakan mekanisme syura untuk mengontrol
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Kalau ternyata kepala negara
menyimpang dari semestinya, dia dapat diberhentikan atau dibunuh.10

Tokoh-tokoh Dalam Aliran Khawarij: Urwah bin Hudair, Mustarid bin


Sa'ad, Hausarah al-Asadi, Quraib bin Maruah, Nafi' bin al-Azraq, dan
'Abdullah bin Basyir.

Doktrin-Doktrin Khawarij
• Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam
• Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab
• Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syariat Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila
melakukan kedzaliman.

9 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 46-47 10

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2014),
hlm. 140

27
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

• Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman
dianggap menyeleweng. Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi
arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.
• Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
• Pasukan perang jamal yang melawan Ali kafir.
• Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus
dibunuh dan seseorang muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau
membunuh muslim lainnya yang telah dianggap kafir.
• Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
• Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng.
• Orang yang baik harus masuk surge dan orang yang jahat masuk ke
neraka.

• Qur‟an adalah makhluk


• Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.10

b. Aliran Syiah
Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok
atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser
mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut syiah, maka
asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok masyarakat
yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya beserta keturunannya.
Kelompok tersebut lambat laun membangun dirinya sebagai aliran dalam

Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah nabi”. Menurut syiah yang
dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah, suaminya Ali, Hasan dan Husein anak

10 Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS, 2017),


hlm. 10

28
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

kandungnya, menantu dan cucu-cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi tidak


termasuk Ahl alBait.11

Asal-Usul Syiah dan Perkembangan Syiah


Sejak jaman Rasulullah serta khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab,
belum pernah ditemukan adanya satu golongan politik atau golongan agama
yang memiliki banyak pengikut, memiliki karakter dan identitas khusus dan
memiliki target yang jelas. Golongan itu baru muncul pada masa Khalifah
Utsman. Mereka adalah orang-orang yang setia pada Ali, yang menganggap
bahwa kekhalifahan Ali berdasarkan Nash Al-quran dan wasiat dari Rasulullah
SAW, baik yang disampaikan secara jelas maupun samar. Menurut mereka
seharusnya tampuk kepemimpinan diduduki oleh Ali dan keturunannya, serta
tidak boleh lepas darinya.
Para ulama masih berbeda pendapat mengenai asal-usul Syi‟ah dan
perkembangannya. Menurut Prof. Walhus, akidah Syi‟ah banyak terpengaruh
oleh ajaran Yahudi, bukan persia karena mengingat pendirinya adalah
Abdullah bin Saba‟ yang berasal dari Yahudi. Sementara pendapat Prof. Dawzi
cenderung pada pendapat yang menyatakan bahwa pendiri Islam adalah orang
Persia, karena orang Arab bebas memeluk agama.
Menurut Prof. Ahmad Amin, Syiah sudah muncul sebelum orang-orang
Persia masuk Islam, tetapi masih belum ekstrim seperti sekarang. Mereka
hanya berpendapat bahwa Ali lebih utama dari sahabat lainnya. Kemudian
pemahaman Syiah ini berkembang seiring perkembangan zaman dan adanya
kasus pembunuhan-pembunuhan yang mengatas namakan Syiah.12
Tokoh-tokoh Aliran Syiah: Jalaludin Rakhmat, Haidar Bagir, Haddad
Alwi, Nashr bin Muzahim, Ahmad bin Muhammad bin Isa Al-Asy‟ari.

11 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm.52


12 Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi‟i, (Jakarta: Hikmah, 2008), hlm. 95

29
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

Doktrin-doktrin Syiah
• Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl
al-hall wa al-‘aqd.
• Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka
meyakini kekuasaan imam mereka ketika ghaibdan baru pada akhir
jaman kembali kepada mereka.
• Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik
berdasarkan petunjuk Allah dan wasiat Nabi.
• Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi13

c. Aliran Jabbariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan
mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz
aljabr yang berarti paksaan. Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat
Aljabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa.
Selanjutnya kata jabara setelah ditarik menjadi jabariyah memiliki arti
suatu aliran. Lebih lanjut Asy- Syahratsan menegaskan bahwa paham Al
jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang
sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, Dengan kata lain
manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.14

Secara istilah, jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia


kepada Allah SWT. Jabariyyah menurut mutakallimin adalah sebutan untuk
mahzab al-kalam yang menafikkan perbuatan manusia secara hakiki dan
menisbatkan kepada Allah SWT semata. 15

13 Nurcholish Madjij, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm 147


14 Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal (Surabaya: Bina Ilmu, 2006), hlm. 71.
15 Muhammad Maghfur, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam,
(Bangil: Al-Izzah, 2002), hlm.41.

30
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

Menurut Harun Nasution, jabariyah adalah paham yang


menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula
oleh Qada dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan
yang dikerjakan oleh manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi
diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendaknya, disini manusia tidak
mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan.
Ada yang mengistilahkan bahwa jabariyah adalah aliran manusia menjadi
wayang dan tuhan sebagai dalangnya.16

Asal-usul Jabariyah
Aliran Jabbariyah ini sebenarnya sudah ada di kalangan bangsa Aeab
sebelum Islam. Sejarah mencatat bahwa orang yang pertama kali
menampilkan paham jabbariyah di kalangan umat Islam adalah Al-Ja‟d Ibn
Dirham.17

Pandangan-pandangan Ja'ad bin Dirham ini kemudian disebar


luaskan oleh pengikutnya, seperti Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam
sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran
jahmiyyah dalam kalangan Murji’ah. Ia adalah sekretaris Surai bin Al hariz
dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan bani Umayyah.
Namun dalam perkembangannya paham Jabariyyah juga dikembangkan
oleh tokoh lainnya diantaranya Al Husain bin Muhammad An-Najjar dan
Ja‟ad bin Dirrar. Paham Jabariyah ini diduga telah ada sejak sebelum agama
Islam datang kemasyarakat Arab. 19

16 Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-
Press, 1986), hlm.31
17 Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.65
19
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm.64

31
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh Gurun Pasir Sahara telah
memberi pengaruh besar dalam ke dalam cara hidup mereka. Dan
dihadapkan alam yang begitu ganas, alam yang indah tetapi kejam,
menyebabkan jiwa merasa dekat dengan Dzat Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Dengan suasana alam yanga demikian menyebabkan mereka
tidak punya daya dan kesanggupan apa-apa, melainkan semata-mata patuh,
tunduk dan pasrah kepada kehendak Tuhan, dan dalam al-Qur'an sendiri
banyak memuat ayat-ayat yang membawa kepada timbulnya paham
Jabariyah. "Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" {QS
AshShaffat: 96} .Selain ayat-ayat Al Quran diatas, benih-benih paham al-
jabar juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah: Suatu ketika Nabi
menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir
Tuhan, Nabi melarang mereka memperdebatkan persoalan tersebut, agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat tuhan mengenai
takdir.
Adanya paham jabar telah mengemukakan ke permukaan pada masa
bani umayyah yang tumbuh berkembang di Syria.
Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul
dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri, ada sebuah pandangan
mengatakan bahwa aliran jabar muncul karena adanya pengaruh dari
pemikiran asing, yaitu pengaruh agama yahudi bermadzhab Qurra dan
agama Kristen bermadzhab Yacobit.18

Tokoh-tokoh Aliran Jabbariyah: Al-Ja‟ad bin Dirham, Jahm bin


Sofwan, Adh-Dhirar, Husain bin Muhammad al-Najjar.

Doktrin-doktrin jabbariyah
• Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa

18 Sarkowi, Teologi Islam Klasik (Malang: Resist Literacy, 2010), hlm. 52-53.

32
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

• Kalam Tuhan adalah makhluk


• Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat
• Surga Neraka tidak kekal19

d. Aliran Qaddariyah
Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan
kemampuan dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu
kalam. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia
dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan
kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa
tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan.
Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran
yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh
Tuhan. Aliran ini juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, qodariyyah merupakan
nama suatu aliran yang memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya. Harun Nasution
menegaskan bahwa kaum qodariyyah berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, akan
tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat Tuhan. Kata qadar
dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan untuk
kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah.20

19 Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)


20 Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.

33
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

Asal Usul Aliran Qadariyah


Sekilas pemahaman Qadariyah ini sangat ideal dan sesuai dengan ajaran
Islam. Di samping benar menurut logika, juga didasarkan pada ayat-ayat
alqur‟an dan hadis yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk
memilih dan menentukan perbuatannya sendiri. Akan tetapi jika kita
mendalami ajaran Al-quran dan Hadis secara komprehensif serta memerhatikan
realitas kehidupan sehari-hari, maka akan tampak jelas bahwa paham
Qadariyah yang tidak mempercayai adanya takdir adalah mengandung berbagai
kelemahan dan telah menyimpang dari ajaran Islam yang benar.21

Tokoh-tokoh Aliran Qadariyah: Ma‟bad al-Jauhani dan Ghailan al-Dimasyqi.

Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah


• Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri
• Dalam memahami takdir aliran Qadariyah terlalu Liberal
• Aliran Qadariyah mengukur keadilan Allah dengan barometer keadilan
manusia
• Paham ini tidak percaya jika ada takdir dari Allah.22

e. Aliran Mu’tazillah
Kata mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna yang berarti
menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi
nama sebuah aliran di dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya
sebagai Mu‟tazillah berdasarkan peristiwa yang terjadi pada Washil ibn Atha
(80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr ibn Ubayd dengan al-Hasan al-Bashri.
Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Bashri muncul pertanyaan tentang orang

21 Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir
Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016), hlm. 140
22 Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim…, hlm. 141

34
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

yang berdosa besar bukanlah mu‟min dan juga bukanlah orang kafir, tetapi
berada diantara dua posisi yang istilahnya al Manzillah bayn al-manzilatayn.
Dalam uraian di atas bisa dipahami pemimpian tertua di aliran

Mu‟tazillah adalah Washil ibn Atha. Ada kemungkinan washil ingin


mengambil jalan tengah antara khawarij dan murjiah, melainkan berada di dua
posisi. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa orang yang berdosa besar itu
masih ada imannya tetapi tidak pula dapat dikatakan mu‟min karena ia telah
berdosa besar. Orang yang serupa itu apabila meninggal dunia maka ia akan
kekal di dalam neraka, hanya azabnya saja yang lebih ringan dibandingkan
orang kafir. Itulah pemikiran Washil yang pertama sekali muncul.23

Asal-Usul Aliran Mu’tazillah


Pembina pertama aliran Mu‟tazilah ini adalah Wasil bin Ata‟.
Sebagaimana telah dikatakan oleh Al-Mas‟udi, Wasil bin Ata‟ adalah syaikh

Al-Mu‟tazilah wa qadimuha, yaitu kepala Mu‟tazilah yang tertua. Ia dilahirkan


di Madinah pada tahun 81 H dan meninggal di Basrah pada tahun 131 H. Di

Madinah ia berguru pada Hasyim „Abd bin Muhammad bin Hanafiyah


kemudian pindah ke Basrah dan belajar pada Hasan Al-Basri.
Kemunculan aliran Mu‟tazilah untuk pertama kalinya pada masa dinasti
Umayyah berada diambang kehancuran, yakni dimasa pemerintahan „Abd
AlMalik bin Marwan dan Hisyam bin „Abd Al-Malik. Dan ketika Dinasti
Umayyah jatuh ke tangan abbasiyah, golongan Mu‟tazillah mendapatkan
tempat yang amat baik di dalam pemerintahan. Bahkan di masa peerintahan
Al-

Ma‟mun teologi Mu‟tazillah secara resmi dijadikan ideologi bangsa.26

23 Ibn Rusyd, 7 perdebatan utama dalam teologi islam (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 30 26

Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini: Peletak dasar teologi rasional dalam islam, (Jakarta: Erlangga, 2008),
hlm. 9

35
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

Tokoh-tokoh Aliran Mu‟tazillah: Wasil bin Ata‟, Abu Huzail al-allaf,


An-Nazzam, dan Al-Jubba‟i.

Doktrin-doktrin Aliran Mu’tazillah


• Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas Waktunya
• Akal yang menetukan perlu tidaknya dibentu negara24

f. Aliran Asy’ariyyah

Asy‟ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini
adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah.25 Aliran Asy‟ariyyah adalah aliran teologi
yang dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail
alAsy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan wafat di Baghdad (260-324 H).
Ia berguru pada Abu Ali al-Jubbai, salah seorang tokoh Mu‟tazillah yang setia
selama 40 tahun. Setelah itu ia keluar dari Mu‟tazillah dan menyusun teologi
baru yang berbeda dengan Mu‟tazillah yang kemudian dikenal dengan sebutan
Asy‟ariyyah, yakni aliran atau paham Asy‟ari. Kasus keluarnya Asy‟ari ini
menurut suatu pendapat karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang
berkata kepadaya, bahwa Mu‟tazillah itu salah dan yang benar adalah
pendirian al-Hadis.26

Menurut aliran Asy‟ariyyah, Allah mempunyai beberapa sifat dan


sifatsifat itu bukan zat-Nya dan bukan pula selain zat-Nya, namun ada pada
zatNya. Meskipun penjelasan Asy‟ariyyah itu mengandung kontradiksi, hanya
dengan itulah aliran tersebut dapat melepaskan diri dari paham ta’addud

24 Nurcholis Madjid, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:


Kencana, 2014), hlm. 147-153
25 Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24
26 Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85

36
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

alqudama (banyaknya yang kadim) setidak-tidaknya menurut pemikiran


mereka.27

Asal Usul Aliran Asy’riyah


Asy‟ariyah dan maturidiyah muncul secara bersama yang dikenal
dengan nama aliran Ahl al-Sunnah wal Jama‟ah yang secara populer disebut
dengan Sunni. Pada waktu yang bersamaan Syi‟ah sebagai aliran memainkan
peranannya dalam masyarakat Islam dengan pandangan-pandangan rasional
dengan berpegang teguh pada ajaran Imamah yang sangat memuliakan Ahlu
albait.28

Tidak dipungkiri bahwa sejak lama kaum muslimin di Indonesia


menganut madzhab fiqih Syafi‟iyyah. Secara aqidah, banyak yang mengikuti
paham Asy‟ariyah, secara tasawuf merujuk pada ajaran-ajaran shufi Imam Abu
Hamid Al-Ghazali.29

Tokoh-tokoh Aliran Asy‟riyah: Al-Baqillani, Al-Juwaini dan


AlGhazali.

Doktrin-doktrin Aliran Asy’riyah


• Tuhan dan Sifat-sifatnya
• Kebebasan dalam berkehendak
• Akal dan Wahyu dan Kriteria baik dan buruk30

27 A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm. 91
28 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14
29 Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2012), hlm. 80
30 Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)

37
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

g. Aliran Maturidiyyah
Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil
mengajukan pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur
Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada
pertengahan kedua abad kesembilan Masehi kedua abad ke-9 M dan meninggal
tahun 944 M.
Aliran Maturidiyyah yang dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap
pemikiran-pemikiran mu‟tazzilah yang rasional itu, tidaklah seluruhnya sejalan
dengan pemikiran yang yang diberikan oleh al-asy‟ari. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa pemikiran teologi asy‟ari sangat banyak menggunakan
makna teks nash agama (Quran dan Sunnah), maka Maturidiyyah dengan latar
belakang mazhab Habafi yang dianutnya banyak menggunakan takwil.31

Asal Usul Aliran Maturidiyyah


Tokoh pertama dari aliran Maturidiyah adalah al-Maturidi sendiri.
Sebagai pemikir yang tampil dalam menghadapi pemikiran Muktazilah,
almaturidi banyak menyerang pemikiran mu‟tazillah. Namun karena ia
memiliki latar belakang intelektual pandangan-pandangan rasional Abu
Hanifahm dicelah-celah perbedaan itu terdapat pula kesamaan.
Murid terpenting dari Al-Maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad al-
Bazdawi. Ia dilahirkan pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 439 H.
Sebagai diketahui bahwa nenek Al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi.
Al-Bazwadi sendiri mengetahui ajaran-ajaran al-Maturidi dari orang tuanya.
Agaknya pewarisan paham yang sudah melalui tiga jenjang terhadap
AlBazdawi sendiri tidak urung membuat berbagai perbedaan antara al-
bazdawi dengan al-maturidi.

31 Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran: Dari Khawarij Ke Buya Hamka Hingga
Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99

38
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan kebebasan intelektual di kalangan


ulama masa lampau. Inilah kemudian yang membuat terdapatnya dua cabang
aliran dalam Maturidiyyah, yaitu cabang Samarkand dengan tokoh Maturidi
sendiri dan cabang Bukhara dengan tokoh utama al-Bazdawi. 32

Doktrin-Doktrin Aliran Maturidiyah


• Orang Mukmin melakukan dosa besar tetap Mukmin
• Janji dan ancaman tuhan tidak boleh tidak mesti berlaku kelak

h. Aliran Murji’ah
Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau
penangguhan. Karena sekte yang berkembang pada masa awal islam yang
dapat diistilahkan sebagai “orang-orang yang diam”. Mereka meyakini bahwa
dosa besar merupakan imbangan atau pelanggaran terhadap keimanan dan
bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya. Oleh karena itu, ia
menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman pelaku dosa di dunia ini.
Hal ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah politik. Satu
diantara doktrin mereka adalah shalat berjamaah dengan seorang imam yang
diragukan keadilannya adalah sah. Doktrin ini diakui oleh kalangan islam sunni
namun tidak untuk kalangan syiah.33

Asal Usul Aliran Murji’ah


Aliran Murjiah muncul sebagai reaksi dari aliran kharjiyyah yang
memandang perbuatan dosa sebagai quasi absolut dan merupakan sifat
penentu, murji‟ah lebih cenderung sebagai reaksi terhadap kharijiyyah

daripada daripada terhadap aliran mayoritas. Sangat kontras dengan aliran


32 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99
33 Muhammad Arifin Ilham, ensiklopedia tasawuf imam al-ghazali (Jakarta: Hikmah, 2009), hlm. 320

39
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

kharjiyyah yang mirip sekali dengan ajaran yang mirip sekali dengan ajaran St.

John tentang “dosa yang dihukum mati”.34

Aliran Murji‟ah muncul dengan mengusung keyakinan lain mengenai


dosa besar. Masalah yang mulanya hanya bersifat politis akhirnya berkembang
menjadi masalah teologis. Lantara dua aliran tersebut muncul mendahului
aliran Mu‟tazillah, maka tidak salah pula jika Wolfson menyebut bahwa
keduanya sebagai aliran pra-Mu‟tazilah dalam teologi islam.35

Doktrin-doktrin Aliran Murji’ah


• Orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan
kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena kufur dan iman
letaknya di hatiku
• Menurut murjiah ekstrem ini, iman adalah mengetahui Tuhan dan Kufur
tidak tahu pada Tuhan. Sejalan dengan itu shalat bukan merupakan ibadat
bagi mereka, karena yang disebut ibadat adalah iman kepadanya, dalam
arti mengetahui Tuhan.36

PENUTUP
Ilmu kalam berasal dari dua kata yaitu, Ilmu dan Kalam. Prasa ini ingin
menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah ilmu tentang kalam. Ilmu kalam
membahas ajaran-ajaran dasar di dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar itu
menyangkut wujud Allah, Kerasulan Muhammad, dan Al-Quran, serta orang yang
percaya dengan tiga hal itu, yakni orang muslim dan mukmin, serta orang yang tidak
percaya, yakni kafir dan musyrik, soal surga dan neraka, dll.

34 Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta:
Hikmah, 2009), hlm. 320
35 Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 32
36 Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 52

40
Eri Susanti
Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam

Ilmu kalam memiliki banyak aliran yang diantaranya: Khawarij, Syiah,


Qadariyah, Jabariyah, Murji‟ah, Mu‟tazilah, Maturidiyyah, dan Asy‟ariyyah. Setiap
aliran-aliran yang ada di dalam ilmu kalam memiliki doktrin-doktrinnya
masingmasing yang mereka yakini dan mereka pertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:
Erlangga, 2006)
Abdul Mujleb, Syafi‟ah, & Ahmad Ismail, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali,
(Jakarta: Hikmah, 2009)
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah di Nusantara, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2012)
Achmad Surya, Pemikiran Jabariyah dan Qadariyah (Achmadsurya.id1945.com)
Ahmad Nahraei Abdus Salam, Ensiklopedia Imam Syafi’i, (Jakarta: Hikmah, 2008)
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, (Surabaya: Bina Ilmu, 2006)
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007)
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013)
Elmansyah, Ilmu Kalam (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2017)
Faizal Amin, Ilmu Kalam Sejarah Pemikiran Islam Dan Aktualisasinya, (Pontianak:
STAIN Pontianak Pres, 2012)
Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)
Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, Panduan Muslim Sehari-Hari Dari Lahir
Sampai Mati, (Jakarta: WahyuQolbu, 2016)
Hamka Haq, Al-Syatibi, (Jakarta: Erlangga, 2007)
Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan
(Jakarta: UI-Press, 1986)
Ibn Rusyd, 7 Perdebatan Utama Dalam Teologi Islam (Jakarta: Erlangga, 2006)
Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyah, (Yogyakarta: LKiS,
2017)

41
Jurnal Ad-Dirasah: Jurnal Hasil Pembelajaran Ilmu-ilmu Keislaman
Vol. 1, No. 1, 2018 [p. 23-42].

Muhammad Arifin Ilham, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali (Jakarta: Hikmah,


2009)
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Kencana, 2014)
Muhammad Maghfur, Koreksi Atas Kesalahan Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam,
(Bangil: Al-Izzah, 2002)
Nurcholis Madjid, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Kencana, 2014)
Sarkowi, Teologi Islam Klasik (Malang: Resist Literacy, 2010)
Tsuroya Kiswali, Al-Juwaini: Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam,
(Jakarta: Erlangga, 2008)
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga
Hasan Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004)
Yusran Asmuni. Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam
dan Pemikiran. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996)

42

Anda mungkin juga menyukai