PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran
Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad.Pentingnnya masalah aqidah ini
dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di
Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang
cukup kuat dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-
Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada
masalah keimanan.1
Munculnya berbagai kelompok teologi dalam Islam tidak terlepas dari
faktor historis yang menjadi landasan kajian. Bermula ketika Nabi Muhammad
saw wafat, riak-riak perpecahan di antara kaum Muslim timbul kepermukaan.
Perbedaan pendapat dikalangan sahabat tentang siapa pengganti pemimpin setelah
Rasul, memicu pertikaian yang tidak bisa dihindari. Semua terbungkus dalam isu-
isu yang bernuansa politik, dan kemudian berkembang pada persoalan keyakinan
tentang tuhan dengan mengikutsertakan kelompok-kelompok mereka sebagai
pemegang “predikat kebenaran”.
Ada beberapa kelompok besar yang pemahamannya sangat ekstrim
(berlebihan) dan saling bertolak belakang. Kelompok ini muncul di akhir era para
sahabat. Diantara kelompok tersebut adalah Qadariyah dan Jabariyah. Pemikiran
qadariyah ini bercorak liberal, sedangkan jabariyah mempunyai corak pemikiran
tradisional.
Munculnya corak pemikiran yang beragam dalam Islam disebabkan karena
semakin luasnya wilayah Islam ke Timur dan ke Barat. Umat Islam mulai
bersentuhan dengan keyakinan dan pemikiran dari ajaran-ajaran lain, terutama
filsafat Yunani. Seperti diketahui wilayah-wilayah yang bergabung dengan Islam,
1
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Alqur'an, diterjemahkan dari "Mabahits fi Ulum al-
Qur'an. 2004. Jakarta: Litera AntarNusa, hal. 86.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Aliran Qodariyah dan Jabariyah?
2. Bagaimana Aliran Qodariyah dan Jabariyah muncul?
3. Bagaimana pokok pemikiran Aliran Qodariyah dan Jabariyah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Aliran Qodariyah dan Jabariyah.
2. Untuk mengetahui kemunculan Aliran Qodariyah dan Jabariyah.
3. Untuk mengetahui pokok pemikiran Aliran Qodariyah dan Jabariyah.
2
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, 1986. Jakarta: UI-
Press, Cet ke-5, hal.1
3
Alkhendra, Pemikiran Kalam. 2000. Bandung: Alfabeta, hal. 43
4
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 33
5
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam. 2006. Bandung: Puskata Setia, Cet ke-2, hal. 70.
6
AB Hadariansyah, Pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam. 2008.
Banjarmasin: Antasari Press, hal. 68.
7
Ibid,.
8
Ahmad Amin, Fajr Islam. 1965. Kairo: al-Nahdhah, hal. 255
9
Ibid,.
10
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam. 2006. Bandung: Puskata Setia, Cet ke-2, hal. 70.
11
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran,
1996. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 74
12
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 34.
13
Muhammad ibn Abd al-Karim al-Syahrastani, al-Milal wa al- Nihal. Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah, hal. 38.
14
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 31.
2. Doktrin-Doktrin Qodariyah
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, pembahasan masalah Qadariyah
disatukan dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga
perbedaan antara kedua aliran ini kurang begitu jelas.
15
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam. 2006. Bandung: Puskata Setia, Cet ke-2, hal. 73.
16
Alkhendra, Pemikiran Kalam. 2000. Bandung: Alfabeta, hal. 44.
17
Muhammad ibn Abd al-Karim al-Syahrastani, al-Milal wa al- Nihal. Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah, hal. 38.
18
Alkhendra, Pemikiran Kalam. 2000. Bandung: Alfabeta, hal. 44.
19
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 47
Qs.Ar-raad:11:
11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
20
Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq.
[767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara
bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang
dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat
Hafazhah.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-
sebab kemunduran mereka.
Q.S. al-Fussilat: 40
40. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak
tersembunyi dari kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik,
ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang
kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.23
21
Ibid,.
22
Ibid,.
23
Ibid,.
B. ALIRAN JABARIYAH
1. Pengertian dan Asal-usul Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Dalam
istilah Inggrisnya paham ini disebut fatalism atau predestination25. Dalam kamus
Jhon M. Echols, pengertian fatalism adalah kepercayaan bahwa nasib menguasai
segala-galanya, sedangkan predestination adalah takdir.26 Di dalam kamus Munjid
dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah
adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah
Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan
semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan
perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur).27 Sehingga makna secara umum
adalah bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh Qodo dan Qadar Tuhan.
Dalam konteks pemikiran kalam, istilah jabariyah diartikan bahwa
manusia makhluk yang terpaksa di hadapan Tuhan.
Menurut Syahrastani, Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah Swt.
Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya,
Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan
bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan
Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia
tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan
kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat,
karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah
24
Ibid,.
25
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 33.
26
Jhon M.Echols, Kamus Inggris Indonesia, Cet. XXVIII. 2006. Jakarta: Gramedia, hal. 234 dan
443.
27
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam. 2006. Bandung: Puskata Setia, Cet ke-2, hal. 63.
28
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 31.
29
Tim, Enseklopedi Islam, Jabariyah. 1997. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, Cet ke-4, hal. 239.
30
Adapun riwayat Jahm tidak diketahui dengan jelas, akan tetapi sebagian ahli sejarah mengatakan
bahwa dia berasal dari Khurasan yang juga dikenal dengan tokoh murjiah, dan sebagai pemuka
golongan Jahmiyah. Karena kelerlibatanya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah,
sehingga dia ditangkap.
31
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 35.
32
K. Ali, Sejarah Islam Tarikh Pramodern, Cet. Ke-3. 2000. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
hal. 132.
39
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 286-287.
40
Taib Thakhir Abd. Mu’in, Ilmu Kalam, Cet. Ke- 8. 1980. Jakarta : Penerbit Wijaya, hal. 102.
41
Muhammad ibn Abd al-Karim al-Syahrastani, al-Milal wa al- Nihal. Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah, hal. 35.
Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam
Alquran sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar
belakang lahirnya paham Jabariyah, diantaranya:
a. QS ash-Shaffat: 96
96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".46
b. QS al-Anfal: 17
17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah
yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan
untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang
baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.47
c. Q.S. al-Insan: 30
30. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.48
45
Muhammad ibn Abd al-Karim al-Syahrastani, al-Milal wa al- Nihal. Beirut: Dar al-Kutub
Ilmiah, hal. 78.
46
Al-Qur’an In Word Version 1.2.0 by Mohamad Taufiq.
47
Ibid,.
48
Ibid,.
[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar
tidak beriman kepada Nabi.
e. Q.S. al-Hadid: 22
22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.50
Setelah melihat ayat-ayat yang menjadi sandaran bagi kaum Qadariyah dan
Jabariyah di atas, maka tidak mengherankan kalau dua paham ini masih tetap
berkembang dalam kalangan umat Islam, walaupun pelopor-pelopor paham ini
sudah tiada. Dalam sejarah teologi Islam, selanjutnya paham Qadariyah dianut
oleh kaum Mu’tazilah, sedangkan paham jabariyah, dilanjutkan oleh Asy’ariyah.51
49
Ibid,.
50
Ibid,.
51
Harun Nasution, Teologi Islam. 1986. Jakarta: UI-Press, hal. 39
A. KESIMPULAN