Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SEJARAH LAHIRNYA AJARAN JABARIAH SEKTE DAN AJARAN


POKOKNYA

Dosen Pembina:

Dr. Juwaini, M.Ag.

Oleh:

Miftaul Ihyaiddin Hasibuan (220306017)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran Islam
tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah
ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at,
sehingga tema sentral dari ayat-ayat alQuran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat
yang menyerukan kepada masalah keimanan.1

Islam adalah agama yang paling banyak melahirkan pemahaman keagamaan meskipun
landasan hukumnya adalah al-Qur’an dan al-Hadis, tetapi dengan keberagaman ini membuat
agama Islam menjadi kaya dengan pemahaman meskipun nantinya pemahamann itu akan
menjadi perpecahan dan mengkafirkan satu sama lain antara pemahan satu dengan yang
lainnya demi kepentingan masing-masing. Tetapi jikalau dicermati disinilah letak kebesaran
Allah walaupun baginya tidak sulit untuk membuatnya menjadi satu ajaran.

Di sini allah mengajarkan kita untuk toleransi antar umat beragama terlebih dalam satu
agama yakni addinul Islam terlebih lagi didalam negara kita tercinta Indonesia. Teologi yang
diajarkan di Indonesia pada umumnya adalah teologi dalam bentuk ilmu tauhid, ilmu tauhid
biasanya kurang mendalam dalam pembahasan dan kuran bersifat filosofis. Selanjutnya ilmu
tauhid biasanya memberi pembahasan sepihak dan tidak mengemukakan pendapat dan paham
dari aliran-aliran yang lain atau golongan lain yang ada dalam teologi. Dan ilmu tauhid yang
diajarkan dan dikenal di Indonesia adalah ilmu tauhid menurut Asy’ariyah, sehingga timbul
kesan dikalangan sementara umat Islam Indonesia, bahwa ialah satu-satunya teologi yang ada
dalam Islam sehingga baginya teologi yang lain seperti Qhadariyah, Syi’ah, Khawarij,
Murji’ah, Mu’tazilah dianggap sesat.

Oleh kearena itu diperlukan memperkenalkan Islam secara mendalam dari aspek-aspek
lain. dalam hal teologi lebih luas pandangannya dari pada fiqh, kalau fiqh membahas soal
haram dan halal, teologi, disamping soal ketuhanan, membahas juga soal iman dan kufr, siapa
yang sebenarnya mulsim siapa yang masih dalam Islam dan siapa sebenarnya kafir yang
keluar dari ajaran Islam.

Misalnya pemahaman teologi paham Qadariah manusia mempunyai kemerdekaan dan


menentukan jalan hidupnya tidak ada campur tangan dari yang maha kuasa dari pemahan
seperti ini pasti timbul sebaliknya yakni paham jabariyah yang segala sesuatu adalah

1
Manna Khalil al-Qathani, Studi Ilmu-ilmu Alqur’an, diterjemahkan dari “Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Jakarta:
Litera Antar Nusa,2004), hlm. 86
kehendak yang maha kuasa yang mutlak, tetapi dalam kesempatan ini saya hanya
menjabarkan pemahaman teologi paham Qadariah

BAB 2

PEMBAHASAN
.

B. Sejarah Awal Faham Qhadariyah

Pengertian Qodariyah secara etimologi, berasal dari kata “Qadara” yang bermakna
kemampuan dan kekuatan, adapun secara terminologi istilah adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diinversi2 oleh Allah.3 Aliran-aliran ini berpendapat
bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran-aliran ini lebih menekankan atas
kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya, Harun
Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.4

Menurut Harun Nasution kemunculan aliraran pemahaman keagamaan Qadariah tak


dapat diketahui secara pasti kapan paham ini muncul dalam sejarah perkembangan tologi
Islam, tetapi menurut keterangan para ahli-ahli teologi Islam, paham qadariah kelihatannya
ditimbulkan pertama kali oleh seorang bernama Ma’bad al-Juhaini. Menurut Ibn Nabatah,
Ma’bah al-Juhaini dan temanya ghailan al-Dimasyikin mengambil paham ini dari seorang
Kristen yang masuk Islam di Irak, dan menurut al-Zahabi, Ma’bad adalah seorang Tabi’i
yang baik, tetapi dia memasuki lapangan politik dan memihak ‘Abd-Arrahman Ibn alAsy’ah,
Gubernur Sajistan dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah. Dalam pertempuran dengan
al-Hajjaj, Ma’bad mati terbunuh dalam tahun 80 H.5

Menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariah
pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan adDimasyqi sekitar tahun 70
H/689M.6 Memiliki ajaran yang sama dengan Mu’tazilah. Yaitu bahwa manusia mampu
mewujudkan tindakan atau perbuatannya sendiri. Tuhan tidak campur tangan dalam
perbuatan manusia itu, dan mereka menolak segala sesuatau terjadi karena qada dan qadar.
Ma’bad alJuhany sebagai tokoh utama paham Qadariah yang menyebarkan paham Qadariah

2
Lihat Kamus Ilmiah, Hendro Darmawan, Dkk, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2013), inversi “diciptakan”,
hlm. 249.
3
Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 36.
4
Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Press, 2010), hlm, 33.
5
Ibid, hlm, 34.
6
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Puskata Setia, cet ke-II, 2006),hlm. 71.
di Irak ini juga berguru dengan Hasan al-Bashri yang juga merupakan guru Washil bin Atha’
pendiri aliran Mu’tazilah.7

Paham Qadariah yang disebarluaskan oleh dua sekawan ini banyak mendapat tantangan.
Selain penganut paham Jabariyah, penguasa yang berwenang terakhir dari para sahabat,

seperti Abdullah ibn Umar, Jabir Ibn Abdullah, Abu Hurairah, ibn Abbas, Anas Ibn Malik
dan kolegakoleganya. Bahkan mereka menghimbau kepada generasi penerusnya, agar tidak
mengikuti paham Qadariah, tidak usah menyembahyangkan jenazah-jenazahnya dan tidak
perlu membesuknya jika mereka sakit. Hal demikian dapat dimaklumi, sebab menurut
pendapat mereka, berdasarkan hadis atau atsar yang diterimanya, bahwa kaum Qadariah
merupakan majusi umat Islam, dalam arti golongan yang tersesat.8

Dari segi politik, Qadariah merupakan tantangan bagi dinasti Bani Umayyah, sebab
dengan paham yang disebarluaskannya dapat membangkitkan pemberontakan. Dengan
paham itu maka setiap tindakan bani Umayyah yang negatif, akan mendapat reaksi keras dari
masyarakat. Karena kehadiran Qadariah merupakan isyarat penentangan terhadap politik
pemerintahan Bani Umayyah, walaupun ditekan terus oleh pemerintahan tetapi ia tetap
berkembang. Paham ini tertampung dalam madzhab Mu’tazilah.9

Kiranya timbul keraguan bagi ahli sejarah, mengapa aliran ini disebut dengan aliran al-
Qadariah, padahal mereka meniadakan (menafikan) qa-dar Tuhan? Sebagian ahli sejarah
mengatakan, penyebutan demikian tidaklah mengapa, sebab banyak juga terjadi menyebutkan
sesuatu justru dengan sebutan kebalikannya. Sebagian ahli yang lain mengatakan, bahwa
karena mereka meniadakan qadar Tuhan dan menetapkannya pada manusia serta menjadikan
segala perbuatan manusia tergantung pada kehendak dan kekuasaan manusia sendiri, maka
mereka disebut dengan kaum atau aliran al-Qadariah.10 Dalam istilah Inggrisnya paham ini
dikenal dengan Free Will atau Free Act. 11

Dari penjelasan di atas, kiranya dapat dikatakan, bawah lahirnya paham Qadariah dalam
Islam dipengaruhi oleh paham bebas yang berkembang dikalangan pemeluk agama Masehi
(Nestoria). Dalam hal ini Max Hortan berpendapat, “bahwa teologi Masehi di dunia Timur
pertama-tama menetapkan kebebasan manusia dan pertanggungan jawabnya yang penuh
dalam segala tindakannya”. Karena dalil-dalil mengenai pendapat ini memuaskan golongan
bebas Islam (Qadariah), maka mereka merasa perlu mengambilnya.12

C. Paham dan Doktrin Qadariah


7
Rosihan Anwar, , op.cit., hlm. 70.
8
Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, (Jakarata: Logos, cet. I,1996), hlm. 193.
9
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1996), hlm. 74.
10
Abu Zahrah, op. cit., hlm. 186
11
Harun Nasution, op. cit., hlm. 29
12
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm 41
Hampir semua paham-paham qadariah bertentangan dengan apa yang dipahami ahlu al-
sunnah wa al-jamaah. Adapun paham yang dikembangkan kaum qadariah diantaranya adalah:

1. Meletakkan posisi manusia sebagai makhluk yang merdeka dalam tingkah laku dan
semua perbuatan, baik dan buruknya. Mereka meyakini bahwa manusia mempunyai
kekuatan untuk menentukan nasibnya tanpa ada intervensi dari Allah Swt. Jadi
manusia mendapatkan surga dan neraka karena kehendak mereka sendiri bukan
karena taqdir. Paham ini merupakan ajaran terpenting dalam keyakinan qadariah. 13
2. Kaum qadariah mengatakan bahwa Allah itu Esa, dalam artian bahwa Allah tidak
memiliki sifat-sifat Azaly, seperti ilmu, kudrah dan hayat. Menurut mereka Allah
mengetahui semuanya dengan zat-Nya, dan Allah berkuasa dengan zat-Nya, serta
hidup dengan zat-Nya, bukan dengan sifat-sifat qadimNya tersebut. Mereka juga
mengatakan, kalau Allah punya sifat qadim tersebut, maka sama dengan mengatakan
bahwa Allah lebih dari satu
3. Takdir merupakan ketentuan Allah SWT terhadap hukum alam semesta sejak zaman
azali, yaitu hukum yang dalam Al-Qur’an disebut sunnatullah,14 seperti matahari
terbit dari timur, rotasi bumi dll. Tidak termasuk perbuatan dan tingkah laku manusia.
4. Kaum qadariah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang
baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan agama. Agama tidak
menyebabkan sesuatu menjadi baik karena diperintahkannya, dan tidak pula menjadi
buruk karena dilarangnya. Bahkan perintah atau larangan agama itu justru mengikuti
keadaan segala sesuatu, kalau sesuatu itu buruk, tentu saja agama melarangnya,
begitu sebaliknya.15

BAB 3

PENUTUP

13
Alkhendra, Pemikiran Kalam (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm. 44
14
Alkhendra, loc cit
15
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 47.
G. Kesimpulan

Adapun golongan Qadariah sebenarnya perbedaan pendapat dan pemahaman seputar


masalah taqdir. Ada golongan qadariah yang berpendapat bahwa kebaikan berasal dari
Allah, sedangkan keburukan berasal dari manusia itu sendiri. Pemahaman ini sama
dengan menganggap ada dua pencipta. Ada yang berpendapat bahwa semua kebaikan dan
keburukan penciptanya adalah pelakunya sendiri. Sebagian golongan qadariah lainnya
menyebutkan bahwa setelah Allah menciptakan makhluk, lalu Allah menciptakan
kemampuan pada makhluk tersebut untuk berbuat sesuai kemauannya tanpa ada
pengaturan lagi dari Allah. Tetapi pada intinya adalah satu, demi menciptakan
keharmonisan, dari pada sibuk mengurusi masalah perbedaan teologi yang tidak berujung
dan saling mengecam dan menjatuhkan seperti kata al-Gazali “titik awal permasalahan
adalah karena suatu yang menyedihkan yang terjadi didepan matanya, dimana setiap
kelompok merasa berhak untuk mengecam kelompok yang lainnya”. lebih baik
memikirkan bagaimana cara agar Islam bisa menjadi maju dan berkembang dalam
mengintegrasikan ilmu Islam dan sain agar pemikiran dalam ilmu keislaman tidak
menjadi terbelakang.

Daftar Pustaka

Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Pranada Media Group, 2011. ,
Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, Jakarata: Logos, cet. I,1996.

Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Al Hikmah, al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: CV Penerbit Diponogoro, 2010.

Alkhendra, Pemikiran Kalam, Bandung: Alfabeta, 2000.

Azyumardi Azra, Konteks Berteologi Di Indonesia Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina, 1999

Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI Press,
2010.

Hendro Darmawan, Dkk, Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2013.


Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Alqur'an, diterjemahkan dari
"Mabahits fi Ulum al-Qur'an, Jakarta: Litera AntarNusa, 2004.

Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, cet ke-II, 2006.
Toshihiko Izutsu, Ter, Agus Fahri Husein, Konsep Kepercayaan Dalam Teologi Islam Analisis
Semantik Iman dan Islam, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1994.

Anda mungkin juga menyukai