Disusun Oleh :
KELAS : 1G
FAKULTAS TARBIYAH
2. H.M. Rasyidi
K.H Ahmad Dahlan salah satu sosok ulama yang karismatik. Sang pembawa
teologi kemajuan yang mendobrak segala tradisi dan pola pikir umat islam
yang jumud dan sempit. Ia berhasil membawa Islam ke arah yang elegan dan
berkemajuan. Selain dikenal dengan sebutan Kiai al-Ma’un, ia juga dijuluki
dengan Kiai al-‘Ashr. Selama ini, hanya teologi Al-Ma’un yang dikaji dan
diterapkan dalam Muhammadiyah, tapi sedikit sekali yang membincangkan
tentang teologi al-‘Ashr.
Walaupun eksplorasi dan elaborasi gagasan Kiai Dahlan lebih banyak dalam
pemikiran Al-Ma’un, dan juga teologi Al-ma’un lebih dulu dari al-‘Ashr. Akan
.tetapi, dalam teologi al-‘Ashr banyak juga mengandung nilai-nilai atau hikmah
positif yang masih bisa diterapkan. Al-Ma’un biasa dikenal dengan ideologi
liberasi, yaitu gerakan untuk membebaskan umat dari keterbelakangan,
kebodohan, dan ketidakberdayaan. Karena itu Muhammadiyah sejak lama telah
melakukan pembangunan dalam bidang pendidikan, kesehatan, mengentaskan
kemiskinan, dan menjadikan umat lebih berdaya. Sedangkan teologi al-‘Asr
sendiri menyangkut hubungan dengan Allah (hablum minallah), mengajarkan
agar umat Islam menjadi Muslim sejati yang berakidah Islam secara kaffah,
dan menjadikan manusia makhluk yang ber-insan kamil, sebagaimana yang
didambakan dalam Al-Qur’an. Istilah tauhid menurut Kiai Dahlan ialah iman,
merujuk pada kalimat Al-Qur’an “wa shaddaqa bi al-husnâ,” artinya adalah
orang yang percaya dengan sungguh-sungguh perbedaan antara keutamaan dan
kenistaan. Juga percaya bahwa dirinya, alam semesta, semuanya ada yang
mencipta dan memelihara. Yang dimana puncak dari tauhid/iman tersebut
berdampak pada amal shaleh. Sebaliknya, amal shaleh baik disebabkan oleh
iman yang baik pula.
5. Nurkholis Madjid
Tauhid dalam pemikiran Nurcholish, merupakan sentral dan dari konsep itu ia
transformasikan dalam bentuk pemikiran yang lebih praktis dan aplikatif dalam
kehidupan sosial umat Islam.
Kalimat tauhid (ه االهللاHH )الالmengandung dua ungkapan : peniadaaan (nafyu;
negation) dan pengukuhan (itsbat; affirmation), yakni “tiada tuhan selain
tuhan”. Perkataan “tidak ada tuhan” (dengan “t” kecil) adalah peniadaan , dan
perkataan “melainkan Tuhan” (dengan “T” besar) adalah pengukuhan. Pada
yang pertama, berarti pembebasan manusia dari objek-objek palsu dan
mitologis, yaitu sikap menuhankan kepada selain Allah, maka setelah
kebebasan itu diperoleh, harus diisi dengan kepercayaan yang benar, yakni
ketundukan manusia kepada Tuhan atau Allah.
7. Prof. Amal
Tentang apa itu Ilmu Kalām, Prof. Amal mendefinisikannya dengan mengutip
sekian banyak pandangan ulama dan expert dalam Ilmu Kalām. Beliau
mengutip Imam al-Baydhāwī dan Imam ‘Adhuddīn al-Ījī: “Ilmu Kalām adalah
ilmu yang (dengannya) dapat meneguhkan keyakinan agama di hadapan orang
lain (selain Muslim) dengan cara menyampaikan hujjah (bantahan rasional) dan
menolak berbagai keraguan.”
Jadi, Kalām menurut para ulama dan Prof. Amal adalah ilmu alat: pengetahuan
yang memuat how to ‘menguatkan keyakinan internal dan membantah
serangan eksternal’. Poin inilah yang berulang-ulang disampaikan oleh Prof.
Amal di dalam kelas: “Ilmu Kalām itu li barhanat ‘alā haqīqati’l-Islam
(meneguhkan kebenaran Islam) wa radd al-syubuhāt (membantah berbagai
upaya musuh dalam meragukan kebenaran Islam).
8. Muhammad Natsir
9. Gus Dur