Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
402019224093
Fakultas Ushuluddin
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
I. Kajian Pustaka
A. Biografi Al Ghazali
a. Kelahiran dan Riwayat Hidup
b. Karya-karya Al Ghazali
B. Konsep Alam
1. Konsep Alam Dalam Al Qur’an
2. Konsep Akal Menurut Kaum Rasionalis dan Kaum
Trasionalisme
3. Konsep Akal Menurut Imam Al Ghozali
BAB 4: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik
C. Saran
D. Penutupan
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal
secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan beban
taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum-pun tidak
berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban
apapun.
Akal memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan mulia sekali di dalam
Islam. Dengan akal maka terselamatlah diri daripada mengikuti hawa nafsu yang
sentiasa menyuruh untuk melakukan keburukan. Dan setiap perbuatan buruk
adalah yang akan membawa manusia ke Neraka Jahannam, Allah berfirman: Dan
mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyalanyala".
[Q.S. Al-Mulk: 10]1
1
Norhasanah Norhasanah, “PENGARUH KONSEP AKAL DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM,” NALAR: Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam 1, no. 2 (14 Juli 2018):
138.
Melihat pentingnya akal dalam khazanah literatur tasawwuf, selain itu
terdapat pertentangan antara kelompok sufi dan filosof terutama dengan posisi
akal dalam mengenal Tuhan. Pentingnya posisi dan kedudukan Maulana
Jalaluddin Ar-Rumi dalam tradisi sufistik, terutama dalam wacana sastra mistik
dikarenakan Rumi tidak hanya menjelaskan posisi akal dalam tasawwuf saja, akan
tetapi juga menjelaskan tentang bagaimana memposisikan akal dalam memandang
persoalan. Dalam karya-karya Jalaluddin Ar-Rumi banyak pengalaman spiritual
yang dijelaskan secara logis dan masuk akal sehingga dapat diterima oleh semua
kalangan yang membacanya. Dan dia memilki kemampuan yang mampu
menguraikan berbagai pemikiran dari setiap pembicaraan tentang permasalahan
yang ada, membuat hati orang yang membacanya penuh dengan ketenangan dan
kedamaian.
Akal dalam kehidupan manusia memiliki arti yang sangat penting dan
vital. Tidak salah jika dikatakan bahwa yang membuat manusia bertahan hidup
dan mengembangkan budaya serta peradaban yang menakjubkan. Dalam Islam
akal juga diakui sebagai salah satu karya cipta Allah yang luar biasa, namun
dalam tradisi intelektual Islam, para ulama dan cendekiawan memperdebatkan
2
Kata akal yang sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-„aql, yang dalam bentuk
kata benda berlainan dengan kata al- wahy, tidak terdapat dalam Al-Qur‟an. Al- Qur‟an hanya
membawa bentuk kata. Lihat Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta:UI-Press,
1986 ) hlm. 5- 12.
mengenai apa itu akal dan sejauh mana peran akal dalam masalah keagamaan.
Para filosof Muslim dan fuqaha ahlu ra’y membela akal sebagai sumber
pengetahuan dan rujukan dalam kehidupan dan masalah agama, namun para
ulama ahli ḥadīs dan yang memegang tradisi fiqh literal menganggap peran akal
sangat terbatas dalam masalah agama, bahkan ada yang berpandangan tidak
diizinkan akal bermain dalam ranah agama. Hingga detik ini, perdebatan klasik
mengenai akal dan kemampuan rasional manusia masih terus diperdebatkan
khususnya dalam bidang agama.3
3
Reynaldi Adi Surya, “KEDUDUKAN AKAL DALAM ISLAM: PERDEBATAN ANTARA
MAZHAB RASIONAL DAN TRADISIONAL ISLAM,” Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin 1,
no. 1 (5 Mei 2020): 1–21.
4
Mohammad Takdir, “Membumikan Fiqh Antroposentris: Paradigma Baru Pengembangan
Hukum Islam yang Progresif,” Jurnal Ahkam 7, no. 1 (2019): 98.
5
Sulaiman Abdullah, Dinamika Qiyas dalam Pembaharuan Hukum Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1996), 18-19.
6
Murtaḍa Muṭahhari dan Muḥammad Baqir Ṣadr, Pengantar Ushul Fiqh dan Ushul Fiqh
Perbandingan, terj. Satrio Pinandito dan Ahsin Muhammad (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993), 153.
Munculnya kedua mazhab tersebut tak lain karena kedua kelompok
tersebut berbeda pandangan dalam menempatkan posisi akal dan berbeda porsi
penggunaan akal. Hingga akhirnya mendorong perdebatan yang lebih intensif
mengenai akal dalam tradisi intelektual Islam. Pertanyaan seputar apa hakikat
akal? Apa fungsi akal? Apakah akal bisa mencapai kebenaran? Dan seberapa jauh
akal itu berperan dalam kehidupan manusia, khususnya dalam hal agama,
membuat diskusi menjadi menjadi mengarah pada pembahasan falsafi.
7
Kata qalb dipahami juga sebagai akal.
Tidak mudah menguraikan pemikiran Jalaluddin Rumi tentang peran dan
posisi atau kedudukan akal secara tuntas dalam sebuah skripsi. Oleh karena itu
yang akan dipaparkan dalam tulisan ini adalah sepintas mengenai poin-poin inti
yang tertuang dalam pemikiran Rumi terkait topik yang didiskusikan. Tulisan ini
memasuki tema pembahasan dengan pemaparan singkat tentang perdebatan antara
kaum rasionalis dengan kaum tradisionalis mengenai kedudukan akal, serta peran
akal itu sendiri.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Adapun alasan penulis untuk membahas dan meneliti judul ini adalah
sebagai berikut ini :
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang berjudul Konsep dan Peran Akal Menurut
Jalaluddin Ar-Rumi, diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi semua
orang, baik sisi keilmuan akademik, maupun sisi praktis:
1. Sisi Keilmuan Akademik
a. Menambah khazanah mengenai konsep akal dalam tasawuf,
sekaligus menegaskan bahwasanya penggunakan akal dalam
tasawuf adalah hal yang seharusnya bukan dengan saling
mempertentangkan diantara keduanya. Selain hal tersebut, hal lain
yang perlu diperhatikan adalah akal dalam tasawwuf Rumi
memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan yang lain.
b. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai posisi dan peran akal
dalam tasawuf Maulana Jalaluddin Rumi khususnya dalam kitab
fihi ma fihi.
2. Sisi Praktis
a. Memberikan kontribusi dalam upaya mengupas pemikirannya
terutama tentang konsep akal dalam tasawuf serta mengenalkan
lebih mendalam tentang pemikiran Maulana Jalaluddin Rumi.
b. Memberikan kontribusi dalam upaya menyadarkan pentingnya
akal dan tasawuf sebagai sebuah satu kesatuan, bukan sebagai
kontra dalam upaya menciptakan gagasan dan pemikiran yang
memberikan ketentraman dan kedamaian serta menambah
khazanah keilmuwan
E. Tinjauan Pustaka
F. Kerangka Teori
Dalam meneliti konsep dan peran akal menurut Jalaluddin Ar-Rumi
membutuhkan teori-teori dari beberapa filosof diantaranya:
Menurut Al-Farabi akal dikelompokan menjadi beberapa macam
diantaranya ialah akal praktis, yaitu akal yang menyimpulkan apa yang mesti
dikerjakan, dan teoritis yaitu yang membantu menyempurnakan jiwa. Akal teoritis
ini di bagi lagi menjadi, yang fisik , yang terbiasa , dan yang diperoleh.
Berbeda pada akal fisik atau yang biasa disebut al-Farabi sebagai akal
potensial, adalah jiwa atau bagian jiwa atau unsur yang mempunyai kekuatan
menyerap esensi keberadaan. Akal dalam bentuk aksi atau kadang disebut
terbiasa, adalah salah satu tingkat dari pikiran dalam upaya memperoleh sejumlah
pemahaman. Karena pikiran tak mampu menangkap semua pengertian, maka akal
dalam bentuk aksilah yang membuat ia menyerap. Begitu akal mampu menyerap
abstraksi, maka ia naik ke tingkat akal yang diperoleh, yaitu suatu tingkat di mana
akal manusia mengabstraksi bentuk-bentuk yang tidak mempunyai hubungan
dengan materi.10
Ibn Khaldun adalah pemikir jenius peletak dasar ilmu sosiologi dan
politik. Melalui karyanya Muqaddimah Tuhan membedakan manusia karena
kesanggupannya berfikir. Manusia berfikir dengan akalnya, yaitu dalam membuat
analisa dan sintesa.11 Ditegaskan bahwa pertemuan akal dan wahyu merupakan
dasar utama dalam pembangunan pemikiran Islam. Islam tidak membiarkan akal
berjalan tanpa arah, karena jalan yang merentang di hadapannya bermacam
macam. Islam menggambarkan suatu metode bagi akal, agar ia terpelihara di atas
dasar-dasar pemikiran yang sehat. Di antara unsur-unsur metode ini ialah
10
M. M. Syarif, MA, Para Filosof Muslim (Bandung: Mizan, cet VII, 1994), h. 55
11
Ibn Khaldun, Mukaddimah Ibn khaldun, peterjemah, Ahmadie Thoha, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, cet VI, 2006)
seruannya kepada akal untuk melihat kepada penciptaan langit dan bumi. Sebab,
semakin bertambah pengetahuan akal tentang rahasia keduanya, akan semakin
bertambah pula pengetahuannya tentang Sang Pencipta.
G. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, metode12 merupakan unsur penting yang
menentukan dan mempengaruhi hasil terhadap penelitian tersebut. Penelitian ini
murni data-datanya diambil dan bersumber dari kepustakaan, baik itu dari jurnal,
buku, ensiklopedia, majalah ataupun sumber yang lainnya. Oleh karena hal
tersebut, penelitian ini adalah penelitian kepustakaan ( library research ).
1. Jenis Penelitian
Jenis peneleitian dalam skripsi ini adalah penelitian naskah. Karena
yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang
merupakan hasil pemikiran. Dengan menggunakan sember data,
baik yang primer ataupun sekunder.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
sumber, yaitu primer dan sekunder. Sumber primer tersebut yaitu
karangan Maulana Jalaludin Rumi yang berjudul Fihi Ma Fihi baik
teks berbahasa Arab maupun terjemahan. Sedangkan untuk sumber
sekunder berupa karya dari berbagai penelitian atau pemikir yang
membahas tentang Maulana Jalaludin Rumi yang tentunya
berkaitan dengan penelitian ini baik itu berupa karya asli atupun
terjemahan yang berkaitan.
3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian skripsi ini adalah dengan mencari dan
mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yaitu buku
Fihi Ma Fihi. yang kedua dengan menggunakan sumber data
12
Metode adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani yakni Metodos. Meta artinya menuju,
melalui, sesudah dan mengikuti. Hodos artinya jalan, cara, atau Arah. Sedangkan arti luas Metode
adalah cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Lihat Sudarto, Metode Penelitian
Filsafat ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.41.
sekunder baik itu buku, tulisan ilmiah, ensiklopedia, jurnal ataupun
karya lain yang bersangkutan sebagai bahan penelitian ini.
4. Metode Analisis Data
a. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengumpulkan data
dalam naskah yang tertuang dalam beberapa buku, salah
satunya Fihi Ma Fihi.
b. Pengelolaan Data
Pengelolaan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan
melakukan :
1) Deskripsi; yaitu dengan cara menguraikan secara
teratur seluruh konsepsi tokoh.13 Secara tekhnis
peneliti mengadakan parafrase sebagai tolak ukur
untuk mengetahui seberapa jauh peneliti mampu
memahami sebuah teks sebelum melakukan analisa
yang ada di balik teks tersebut.14 Dalam penelitian
ini penulis berusaha menguraikan seteratur mungkin
semua konsep Maulana Jalaludin Rumi dari topik
yang telah di tentukan. Baik mengambil kutipan dari
tokoh lain ataupun pembahasan ulang yang ada
dalam literatur lainnya.
2) Interpretasi; yakni berusaha menyelami pemikiran
tokoh, untuk mendapatkan arti dan hakekat yang
dimaksudkan tokoh secara khas.15 Dalam filsafat
interpretasi berarti menafsirkan pemikiran secara
objektif. Dengan demikian, penulis berusaha
memahami tulisan-tulisan dan pokok pikiran
Maulana Jalaludin Rumi yang terdapat dalam
13
Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius,
1990), hlm. 54.
14
Muzairi, dkk, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: FA Press, 2014), hlm.53.
15
Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat , hlm.63.
karyanya Fihi Ma Fihi ataupun karya lain yang
membahas pemikiran Maulana Jalaludin Rumi.
3) Analisis; mendeskripsikan istilah-istilah tertentu
yang membutuhkan pemahaman secara konseptual
guna menemukan pemahaman lebih jauh, dengan
melakukan perbandingan pikiran-pikiran yang
lain.16
5. Pendekatan
Penulis menggunakan pendekatan filosofis, yakni meneliti dengan
mengarah pada perumusan ide-ide dasar atau gagasan yang bersifat
mendasar (fundamental idea) terhadap suatu objek persoalan yang
dikaji.17
H. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah terdiri sebagai berikut:
Bagian utama atau isi skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang tersusun secara
berurutan dengan pembahasan sebagai berikut :
Bab pertama, yakni berisi pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, sistematika penulisan, dan kajian pustaka.
Bab kedua, memaparkan biografi tokoh, peran akal menurut Al Qur’an,
posisi akal menurut Al Qur’an, dan Posisi akal menurut kaum rasionalis dan kaum
tradisionalis.
Bab ketiga, membahas tentang peran dan posisi akal dalam tasawuf
menurut Maulana Jalaludin Rumi beserta perumpaannya menurut Jalaluddin Ar-
Rumi.
Bab keempat, adalah penutup yang disertai kesimpulan, kritik, dan saran
dalam tulisan skripsi ini.
16
Louis Katsof, Pengantar Filsafat, ter. Soerjono Soemargono (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992),
hlm.18.
17
Muzairi, dkk, Metodologi Penelitian Filsafat, hlm.78.
I. Kajian Pustaka
Referensi (Primer)