Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Mu’tazillah dan Ahlus Sunnah”


Dosen Pengampu: Umi Hafsah, M.Ag

Disusun Oleh :

Nafisah Destriani Gonggalang (20226004)


Vidiastuti Adampe (20226013)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TADRIS BAHASA INGGRIS
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal terjadi beberapa konflik


politik saat masa para sahabat yang menjadi dasar munculnya beberapa aliran
dalam islam, antara lain Mu’tazillah dan Ahlus sunnah. Mu’tazillah dikenal
dnegan kelompok rasionalis atau kelompok yang selalau mengedepankan akal
pikiran. Ciri utama aliran ini adalah pandangan-pandangan theologis mereka
yang menggunakan dalil-dalil aqliyah (akal). Sedangkan kelompok
Ahlussunnah atau yang sering disebut sunni adalah salah satu aliran kalam.
Secara sederhana sunni atau ahlussunnah dapat diartikan sebagai kelompok
yang mengikuti sunnah nabi Muhammad, para sahabat, dan tabi-tabi’in yang
ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah (Hadis) nabi Muhammad.
Dalam beberapa literasi pengertian sunni atau ahlussunnah dibagi dalam
pengertian umum dan khusus. Dalam pengertian umum sunni sering di sebut
sebagai lawan dari syi’ah. Sedangkan dalam pengertian khusus sunni
merupakan lawan dari mu’tazillah.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya aliran Mu’tazillah)
2. Apa saja prinsip dasar/ajaran, dan tokoh dari aliran Mu’tazillah
3. Bagaimana sejarah aliran Ahlus sunnah?
4. Bagaimana krakteristik Ahlus Sunnah?
5. Apa saja ajaran pokok aliran Ahlus Sunnah?
6. Apa saja organisasi Ahlus Sunnah di Indonesia?

1
Abdul Rozak dan Rosidan Anwar, dkk, Ilmu Kalam, (Bandung CV. Pustaka Setia, 2010, hlm 119)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Mu’tazillah

1. Sejarah Munculnya Aliran Mu’tazillah


Aliran mu’tazillah lahir pada masa pemerintahan Bani Umayah, yaitu
pada pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam.
Mu’tazillah sendiri berasal dari Bahasa arab I’tazala yang berarti meniggalkan
atau memisahkan diri. Meraka adalah pengikut Abdul Husail washil bin Atha
yang memisahkan diri dari gurunya yang Bernama Hasan Basri. Ada juga yang
berpendapat bahwa aliran mu’tazillah muncul sejak zaman para sahabat.
Mereka adalah golongan pengikut Ali yang memisahkan diri dari politik
terutama disaat turunnya Hasan bin Ali sebagai khalifah. Golongan ini
kemudian memusatkan diri kepada persoalan-persoalan teologi. Karena itulah
ada pendapat yang mengatakan bahwa mu’tazillah adalah golongan pertama
mutallimin sebab mereka yang mulanua mengadakan diskusi dalam agama
secara filsafat.
Masalah utama yang menjadikan golongan ini berpisah dari Hasan basri
adalah masalah “Murtakibil Kabirah” yakni memperbincangkan kedudukan
orang melakukan dosa besar. Wasil bin Atha berpendapat bahwa orang yang
melakukan dosa besar adalah fasik, atau berada di posisi tidak mukmin dan
tidak pula kafir. Pendapat itu bertentangan dengan pendapat gurunya Hasan
Basri, karena itulah dia memisahkan diri dan mengadakan jamaah sendiri,
maka dia pun disebut “Mu;tazili” dan alirannya di namakan “Mu’tazillah”. 2

2
Alwan Fillah, Aliran Mu’tazillah (Academia.edu, hal-6)
2. Prinsip Dasar (Ajaran) Mu’tazillah, Tokoh dan pemikirannya.
a. Ajaran Mu’tazillah
Ada lima prinsip dasar atau jaran mu’tazillah (al-ushul al-
khamsah) yaitu:
1) Tauhid (Keesaan Allah)
Mu’tazillah berpendapat bahwa Allah SWT itu maha esa, tanpa
sesuatupun yang menyerupai-Nya. Namun mu’tazillah
berganggapan bahwa ada kesalahpahaman umat islam memahami
tauhid Allah swt. Penganut mu’tazillah meyakini bahwa sifat-sifat
atau nama-nama Allah yang indah (Asmaul Husna) adalah kesatuan
dengan zat Allah SWT, bukan berpisah dari-Nya. Sifat Allah yang
Maha Agung dan di luar kemampuan panca indera manusia,
sehingga mereka berpendapat bahwa ketika manusia masuk surga,
mereka tidak dapat melihat Allah SWT karena keterbatasan
kemampuan indera manusia.3
2) Keadilan Allah (Al-‘adlul)
Mu’tazillah meyakini bahwa Tuhan adalah maha adil sehingga
hanya bertindak baik dan terbaik. Jadi mu’tazillah tidak menyetujui
jika ada kelompok yang mengatakan bahwa Tuhan lah yang
mentakdirkan jika seseorang itu bermaksiat, jika itu benar maka
mu’tazillah beranggapan bahwa Tuhan tidak berbuat adil. Karena
itu mu’tazillah berpendapat bahwa manusia adalah merdeka dalam
segala perbuatan atau bebas bertindak, oleh karena itu mereka di
azab atas perbuatan dan tindakannya sendiri.4

3
Abdul Hadi, Sejarah Mu’tazilah:Tokoh Aliran, Pemikiran, dan doktrin Ajarannya, tirto.id, 2021
4
Rohidin, Mu’tazillah; Sejarah dan Perkembangannya, hal-7, El-Afkar VoL. 7 Nomor 11, Juli-
Desember 2018
3) Janji dan Ancaman (Al-Wa’du dan wal wa’lid)
Mu’tazillah yakin bahwa Tuhan pasti akan memberikan pahala dan
siksa kepada manusia di akhirat. Orang yang melakukan kebaikan
berhak mendapat pahala, sedangkan orang yang melakukan dosa
berhak mendapatkan siksa. 5
Mu’tazillah tidak mempercayai
adanya syafaat di hari kiamat, karena di anggap bertentangan
dengan janji Tuhan.
4) Tempat di antara dua tempat (Al-Manzillah bain Al-Manzilatain)
Ajaran ini sering di sebut sebagai posisi tengah. Posisi tengah yang
di maksud oleh mu’tazillah adalah posisi kafir atau mukmin dan
antara surga atau neraka. Prinsip jalan tengah ini didasari oleh dalil
dalam surah Al-Isra’ ayat 110 tentang sebaik-baiknya perkara
adalah jalan tengah. 6
5) Perintah mengerjakan yang baik dan mencegah yang munkar
Ajaran ini menekankan untuk menyampaikan yang baik untuk
mencegah perbuatan munkar sama seperti ajaran golongan lain.
Namun ada perbedaan dalam pelaksanaannya. Menurut
Mu’tazillah bahwa jika memang diperlukan, kekerasan dapat di
lakukan untuk mewujudkan ajaran Amar ma’ruf nahyi munkar7.

b. Tokoh-tokoh Mu’tazillah
1) Wasil bin Atha
Washil bin atha adalah orang pertama yang mencetuskan aliran
mu’tazillah. Ada tiga ajaran pokok yang dicetusnya, yaitu al-
manzillah bain al-manzilatain, qadariyah dan paham peniadaan

5
Alwan Fillah, Aliran Mu’tazillah, (Academia.edu, hal-15)
6
Alwan Fillah, Aliran Mu’tazillah (Academia.edu, hal-16)
7
Rohidin, Mu’tazillah; Sejarah dan Perkembangannya, hal-8, El-Afkar VoL. 7 Nomor 11, Juli-
Desember 2018
sifat-sifat Tuhan. Dua dari paham itu dijadikan ajaran mu’tazilah,
yaitu al-manzilah bain al-manzilatain dan peniadaan sifat-sifat
Tuhan.
2) Abu Huzail al-Allaf
Abu Huzain al-Allaf adalah tokoh mu’tazillah yang mendirikan
sekolah mu’tazillah pertama di kota Bashrah, Irak. Sekolah ini
mengkaji dan mengembangkan pemikiran mu’tazillah tentang
rasionalisme dalam aspek pemikiran dan hukum islam.
Pemikirannya yang paling terkenal adalah nafy as-sifat, bahwa
pengetahuan, kekuasan dan lainya adalah zat Tuhan. Ajarannya
yang lain adalah Tuhan menganugrahkan akal kepada manusia
untuk membedakan baik dan buruk.
3) Al-Jubba’i
Al-Jubba;i adalah guru Abu Hasan al-Asy‟ari, pendiri aliran
Asy‟ariah. Pendapatnya yang masyhur adalah mengenai kalam
Allah SWT, sifat Allah SWT, kewajiban manusia, dan daya akal.
4) An-Nazzam
An-Nazzam pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan
Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Adil, Ia tidak berkuasa untuk
berlaku zalim. Dalam hal ini berpendapat lebih jauh dari gurunya,
al-Allaf. Kalau Al-Allaf mangatakan bahwa Tuhan mustahil berbuat
zalim kepada hamba-Nya, maka an-Nazzam menegaskan bahwa hal
itu bukanlah hal yang mustahil, bahkan Tuhan tidak mempunyai
kemampuan untuk berbuat zalim. Ia berpendapat bahwa pebuatan
zalim hanya dikerjakan oleh orang yang bodoh dan tidak sempurna,
sedangkan Tuhan jauh dari keadaan yang demikian.
5) Mu’ammar bin Abbad
Mu’ammar bin Abbad. pendapatnya tentang kepercayaan pada
hukum alam. Ia mengatakan bahwa Tuhan hanya menciptakan
benda-benda materi. Adapun al-arad atau accidents (sesuatu yang
datang pada benda-benda) itu adalah hasil dari hukum alam.
Misalnya, jika sebuah batu dilemparkan ke dalam air, maka
gelombang yang dihasilkan oleh lemparan batu itu adalah hasil atau
kreasi dari batu itu, bukan hasil ciptaan Tuhan.
6) Bisyr al-Mu’tamir
Ajarannya yang penting menyangkut pertanggungjawaban
perbuatan manusia. Anak kecil baginya tidak dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya di akhirat kelak karena ia
belum *mukalaf. Seorang yang berdosa besar kemudian bertobat,
lalu mengulangi lagi berbuat dosa besar, akan mendapat siksa
ganda, meskipun ia telah bertobat atas dosa besarnya yang
terdahulu.
7) Abu Musa al-Mudrar
Abu Musa al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin muktazilah yang
sangat ekstrim, karena pendapatnya yang mudah mengafirkan orang
lain. Dia menuduh kafir semua orang yang mempercayai kekadiman
Al-Quran. Ia juga menolak pendapat bahwa di akhirat Allah SWT
dapat dilihat dengan mata kepala.
8) Hisyam bin Amr al-Fuwati
Hisyam bin Amr al-Fuwati berpendapat bahwa apa yang dinamakan
surga dan neraka hanyalah ilusi, belum ada wujudnya sekarang.
Alasan yang dikemukakan adalah tidak ada gunanya menciptakan
surga dan neraka sekarang karena belum waktunya orang memasuki
surga dan neraka8

8
Rohidin, Mu’tazillah; Sejarah dan Perkembangannya, hal 3-6 El-Afkar VoL. 7 Nomor 11, Juli-
Desember 2018
B. Aliran Ahlus Sunnah

1. Sejarah Ahlus Sunnah


Ahlus sunnah berasal dari kata ahlun yang berarti penganut. Sunnah
berarti hadist. Jadi ahlus sunnah mempunyai arti orang islam yang
mengikuti sunnah nabi. Ahlus sunnah sering juga di sebut sunni.
Syihab menjelaskan ada beberapa pendapat para ahli mengenai kapan
awal mula munculnya istilah ahlussunnah wa al-Jama’ah sebagai berikut:
Pendapat pertama menyebutkan bahwa Ahlussunnah wa al-Jama’ah telah
ada sejak masa Rasulullah saw. Bahkan beliau sendiri yang memunculkan
istilah tersebut melalui sejumlah hadis yang diucapkan. Yakni hadis riwayat
Ibnu Majah dan hadis riwayat at-Tirmidzi.
a) ”Sesungguhnya umatku terpecah belah menjadi 73 golongan. 1
golongan di dalam surga dan 72 golongan di neraka. Ditanyakan kepada
beliau: siapakah mereka (yang satu golongan) itu ya Rasulullah? Beliau
menjawab: Al-jama’ah” (HR. Ibnu Majah No. 3992)
b) “Sesungguhnya bani israil terpecah belah menjadi 72 kelompok
keagamaan, dan umat ku akan terpecah belah menjadi 73 kelompok
keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok.
Mereka (sahabat) bertanya: siapa sat kelompok itu ya rasulullah?
Beliau menjawab: Mereka yang mengikuti jejak ku dan sahabat-
sahabat ku” (HR. at-Tirmidzi No.2643)
Pendapat kedua menegaskan bahwa istilah Ahlussunnah wa al-Jama’ah
lahir pada akhir kelima tahuan Hijriyah, yakni tahun terjadinya kesatuan
jamaah dalam Islam, atau yang lebih dikenal dalam sejarah Islam dengan
nama “am-al-jama’ah (tahun persatuan). Sejarah mencatat bahwa bahwa
pada akhir tahun kelima Hijriah Hasan ibn Ali meletakkan jabatannya
sebagai khalifah, dan menyerahkannya kepada Mu’awiyah ibn Abu Sufyan
dengan maksud hendak menciptakan kesatuan dan persatuan jama’ah Islam,
demi menghindari perang saudara sesama Islam. Jadi, dari kata “am-al-
jama’ah” itulah lahirnya istilah ”wa al-jama’ah” yang kemudian
berkembang menjadi Ahlussunnah wa al-Jama’ah.
Pendapat ketiga menyatakan bahwa istilah Ahlussunnah wa al-Jama’ah
lahir pada akhir abad ke dua Hijriah atau awal abad ke tiga Hijriah, yaitu di
masa puncak perkembangan ilmu kalam (teologi Islam) yang ditandai
dengan berkembangnya aliran modern dalam teologi Islam yang dipelopori
oleh kaum Mu’tazilah (rasionalisme). Oleh karena itu, dalam rangka
mengimbangi aliran Mu’tazilah ini, maka Imam Abu Hasan al-Asy’ari
tampil membela aqidah Islam. Para pengikutnya, menyebut gerakan Imam
al-Asy’ari ini sebagai Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Akan tetapi, oleh
sebagian kalangan lain yang tidak menyukai teologi Imam al-Asy’ari,
mereka menyebutnya dengan Asy’ariyyah atau Asya’irah 9.

2. Karakteristik Ahlus Sunnah wa al-jama’ah


Menurut Abdullah bin abdul hamid al-atsari, Ahlus sunnah wa al-
jama’ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan diantaranya:
a) Mereka mempunyai sikap wasathiyah (pertengahan). Mereka berada di
pertengahan golongan-golongan lain baik dalam masalah akidah, hukum,
atau akhlak.
b) Sumber pengambilan pedoman bagi mereka hanyalah al-qur’an dan sunnah
(hadist)
c) Mereka tidak mempunyai imam yang di agungkan, yang semua
perkataannya diambil dan meninggalkan apa yang bertentangan dengan nya
kecuali perkataan Rasulullah.
d) Mereka saling mencintai dan mengasihi

9
Umma Farida, Membincang Kembali Ahlussunnah Wa Al-Jamaah: Pemaknaan dan Ajarannya dalam
perspektif Mutakallimin, Fikrah, vol.2 No.1, juni 2014 ( hal 44-45)
3. Ajaran pokok Ahlus Sunnah Wa Al-Jama’ah
Secara garis besar, Ahlus Sunnah memiliki beberapa ajaran pokok
sebagai berikut:
a) Allah mempunyai takdir atas manusia tetapi manusia memiliki
usaha atau ikhtiar.
b) Ahlus Sunnah tidak mengkafirkan manusia. Ahlus Sunnah
berpendapat bahwa manusia yang berdosa besar tetaplah seorang
mukmin dan bukan kafir.
c) Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa Al-Qur’an itu firman Allah dan
bukan makhluk Allah.
d) Ahlus Sunnah meyakini Allah memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat
mustahil dan 1 sifat jais
e) Ahlus Sunnah berpendapat bahwa orang yang beriman masuk surga
dan dapat melihat Allah, jika Allah mengizinkan
f) Ahlus Sunnah berpendapat bahwa keadilan Allah adalah Allah
menempatkan sesuatu sesuai tempatnya.10
4. Organisasi Ahlus Sunnah di Indonesia

a) al-jam’iyah al-khairiyyah atau Jamiat Khair


Adalah organisasi Islam pertama yang didirikan di Indonesia
pada tahun 1901. Jamiat Khair merupakan organisasi terbuka kepada
siapa pun, meski mayoritas anggotanya keturunan arab yang berada di
Indonesia
b) Muhammadiyah

10
Dr. H. Mudzakkir Ali, MA., Pokok-pokok Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Wahid Hasyim University
Press, Semarang, 2014 (hal 19-20)
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 november
1912. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan.
c) Mathla’ul Anwar
Adalah lembaga Pendidikan yang didirikan oleh Abdulrahman
bin Jamal, TB Sholeh Kananga, Kiai yasin, Kiai Arsyad, dan Kiai rusdi
pada tahun 1916.
d) Nahdlatul Ulama
Organisasi ini didirikan pada 31 Januari 1926, di Surabaya oleh
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
e) Rabithah Alawiyah
Adalah organisasi Islam khusus keturunan Rasulullah, yang
didirikan pada tahun 1928.
f) Al khairaat
Adalah organisasi yang didirikan oleh guru tua di palu Sulawesi
g) Jamiyatul Wasliyah
Adalah organisasi islam yang didirikan pada 30 november
1930, oleh Muhammad arsyad thalib lubis, ismail banda, dan
Abdulrahman syihab
h) Nahdlatul Wathan
Organisasi ini didirikan pada tanggal 1 maret 1953, oleh tuan
guru KH. Muhammad Zainudin Abdul Majid.
BAB III

KESIMPULAN

Aliran mu‟tazilah merupakan aliran teologi Islam yang terbesar dan tertua Kaum
mu‟tazilah secara teknis terdiri dari dua golongan dan masing-masing golongan
mempunyai pandangan yang berbeda. Golongan tersebut ialah golongan pertama,
(disebut Mu‟tazilah I) muncul sebagai respon politik murni dan golongan kedua,
(disebut Mu‟tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di
kalangan Khawarij dan Mur‟jiah akibat adanya peristiwa tahkim .

Ahlus sunnah berasal dari kata ahlun yang berarti penganut. Sunnah berarti
hadist. Jadi ahlus sunnah mempunyai arti orang islam yang mengikuti sunnah nabi.
Ada 3 pendapat tentang munculnya ahlus sunnah, pertama sudah ada sejak zaman
Rasulullah yang di jelaskan melalui hadist, pendapat kedua menyatakan bahwa ahlus
sunnah muncul akhir abad kelima hijriah, dan pendapat ketiga menyatakan bahwa
ahlus sunnah muncul pada akhir abad ke dua atau ketiga hijriah.

Ada beberapa perbedaan pandangan antara Muta’zillah dan Ahlus sunnah


tentang prinsip penerapan ajaran keduanya, salah satu contohnya muta’zillah
membolehkan melakukan kekerasan untuk mengajak orang, sedangkan ahlus sunnah
tidak membolehkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak dan Rosidan Anwar, dkk, Ilmu Kalam, (Bandung CV. Pustaka Setia, 2010)

Alwan Fillah, Aliran Mu’tazillah (Academia.edu)

Abdul Hadi, Sejarah Mu’tazilah:Tokoh Aliran, Pemikiran, dan doktrin Ajarannya, tirto.id,
2021

Umma Farida, Membincang Kembali Ahlussunnah Wa Al-Jamaah: Pemaknaan dan Ajarannya


dalam perspektif Mutakallimin, Fikrah, vol.2 No.1, juni 2014

Dr. H. Mudzakkir Ali, MA., Pokok-pokok Ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Wahid
Hasyim University Press, Semarang, 2014

Anda mungkin juga menyukai