Anda di halaman 1dari 20

‫عل َيْك ُْم َو َر ْح َم ُة ِ‬

‫الله َوبَ َركَا تُ ُه‬ ‫ا َ َّ‬


‫لسل َا ُم َ‬
KELOMPOK 5
ALIRAN MU'TAZILAH : CABANG BASHRAH
Disusun Oleh :
Sabrina Aulia Lestari
Nim. 11200110000115
Sakina Nur Azkiya
Nim. 11200110000116
Syerima Hanifah Maulana
Nim. 11200110000119
A. Pengertian Aliran Mu’tazilah

Secara etimologi, kata mu'tazilah berasal dari kata ‘Itizala yang artinya
menunjukan kesendirian, kelemahan, keputus-asa-an, mengasingkan diri.
Sebagian ulama mendefinisikan Mu’tazilah sebagai suatu kelompok yang lahir
dari Qodariyah yang berselisih pendapat dengan umat Islam lain dalam
permasalahan hukum pelaku dosa besar. kelompok ini dipimpin oleh Wasil bin
Atha dan Amr Bin ‘Ubaid pada zaman Hasan Al-Bashri. Aliran Mu’tazilah
adalah aliran pikiran Islam terbesar dan tertua, yang telah memainkan peranan
yang sangat penting.
B. Sejarah Kemunculan Aliran Mu’tzilah
Sejarah munculnya aliran mu’tazilah oleh para kelompok pemuja dan aliran
mu’tazilah tersebut muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun
105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan
dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk
Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-
Makhzumi Al-Ghozzal, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha’ berpendapat
bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik.
Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin.
Inilah awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan tersebut antar murid dan Guru,
dan akhirnya golongan mu’tazilah pun dinisbahkan kepadanya. Sehingga kelompok
Mu’tazilah semakin berkembang dengan sekian banyak sektenya. kemudian para dedengkot
mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak tersebar di masa khalifah Al-Makmun.
Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar diwarnai oleh manhaj ahli kalam (yang
berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah). Aliran
mu’tazilah merupakan salah satu aliran teologi dalam islam yang dapat dikelompokkan
sebagai kaum rasionalis Islam.
C. Doktrin Tokoh-Tokoh Aliran Mu’tazilah
Wasil bin Atha Abu Huzail Muhammad al-Allaf
Washil ibn Atha . Ia merupakan Abu Huzail Muhammad ibn Huzail ibn Ubaidillah ibn Makhul al-
tokoh pertama yang melahirkan Allaf. Ia lahir di Bashrah tahun 135 dan wafat tahun 235 H. Ia lebih
aliran Mu’tazilah. Wasil bin Atha populer dengan panggilan al-Allaf karena rumahnya dekat
dengan tempat penjualan makanan ternak. Abu Huzail al-‘Allaf ,
adalah orang pertama yang seorang pengikut aliran Wasil bin Atha, mendirikan sekolah
meletakkan kerangka dasar ajaran Mu’tazilah pertama di kota Bashrah. Lewat sekolah ini, pemikiran
Mu’tazilah. Ada tiga ajaran pokok Mu’tazilah dikaji dan dikembangkan. Mu’tazilah sempat menjadi
yang dicetuskannya, yaitu paham madzhab resmi negara. Abu Huzail al-Allaf adalah seorang filosof
al- manzilah bain al-manzilatain, Islam. Ia mengetahui banyak falsafah Yunani dan itu
paham Qadariyah , dan paham memudahkannya untuk menyusun ajaran-ajaran Mu’tazilah yang
peniadaan sifat-sifat Tuhan. Dua bercorak filsafat. Ajarannya yang lain adalah bahwa Tuhan
menganugerahkan akal kepada manusia agar digunakan untuk
dari tiga ajaran itu kemudian membedakan yang baik dan yang buruk, manusia wajib
menjadi doktrin ajaran Mu’tazilah, mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang
yaitu al-manzilah bain al- buruk. Dengan akal itu pula menusia dapat sampai pada
manzilatain dan peniadaan sifat- pengetahuan tentang adanya Tuhan dan tentang kewajibannya
sifat Tuhan. berbuat baik kepada Tuhan.
Abu Ali Muhammad Al-Jubba’i Ibrahim ibn Sayyar ibn Hani An-Nazham
Panggilan akrabnya ialah Al-Jubba’i Ibrahim ibn Sayyar ibn Hani al-Nazham. Tahun
dinisbahkan kepada daerah kelahirannya di kelahirannya tidak diketahui, dan wafat tahun
Jubba. Ia adalah ayah tiri dan juga guru dari 231 H. Ia lebih populer dengan sebutan Al-
pemuka Ahlussunnah Waljamaah Imam Nazham. Pendapatnya yang terpenting adalah
Abu Hasan al-Asy’ari. Al-Jubba’I adalah mengenai keadilan Tuhan. Kalau Al-Allaf
guru Abu Hasan al-Asy’ari, pendiri aliran mangatakan bahwa Tuhan mustahil berbuat
Asy’ariah. Pendapatnya yang masyhur zalim kepada hamba-Nya, maka an-Nazzam
adalah mengenai kalam Allah SWT, sifat menegaskan bahwa hal itu bukanlah hal yang
Allah SWT, kewajiban manusia, dan daya mustahil, bahkan Tuhan tidak mempunyai
akal. Lalu tentang kewajiban manusia, ia kemampuan untuk berbuat zalim. Ia
membaginya ke dalam dua kelompok, berpendapat bahwa perbuatan zalim hanya
yakni kewajiban-kewajiban yang diketahui dikerjakan oleh orang yang bodoh dan tidak
manusia melalui akalnya dan kewajiban- sempurna, sedangkan Tuhan jauh dari keadaan
kewajiban yang diketahui melalui ajaran- yang demikian. Kalam adalah segalanya
ajaran yang dibawa para rasul dan nabi . sesuatu yang tersusun dari huruf-huruf dan
dapat didengar. Karena itu, kalam adalah
sesuatu yang bersifat baru dan tidak kadim.
D. Doktrin “ Lima Dasar “ (al-Ushul al-Khamsah)

Alira n Mu’tazilah
1. At-Tauhid (Kemahaesaan Tuhan)
Tauhid merupakan ajaran inti dari lima doktrin teologis Mu’tazilah. Hanya saja mungkin
dikarenakan Mu’tazilah merasa dirinya paling menegakkan Kemahaesaan Tuhan, dengan konsep-
konsep filosofis dan menempatkan Tuhan bersifat unik, maka mereka kemudian mengklaim
dirinya sebagai Ahl at-Tauhid. Menurut Abu Zahrah, prinsip tauhid Mu’tazilah ini lebih
dimaksudkan sebagai respons dan sekaligus penolakan terhadap pandangan kaum Mujassimah
atau Musyabbihah. Menurut Mu’tazilah, pemahaman seperti itu berimplikasikan pada
kemunculan ta’addud al-qudama’ , karena itu mesti dihindarkan. Berkaitan dengan doktrin at-
tauhid ini, setidaknya ada empat hal ajaran Mu’tazilah yang penting diuraikan, yakni nafy as-
shifat, kalamullah atau kalam Tuhan , anthropomorphisme, dan ru’yatullah . Dalam upaya
memurnikan ajaran keesaan Tuhan , Mu’tazilah meniadakan sifat-sifat Tuhan . Hal ini sama sekali
bukan berarti Mu’tazilah menolak kebenaran ayat-ayat al-Qur’an yang menggambarkan sifat-sifat
Tuhan seperti ar-Rahman, ar-Rahim, al-‘Alim, al-Qadir dan sebagainya.
Paham ini timbul lebih dikarenakan adanya keinginan mereka untuk senantiasa menjaga
kemurnian Kemahaesaan Tuhan, yang secara teknis dinamakan dengan tanzih dalam
terminologi arabnya. Dalam kontesk ini kiranya penting ditegaskan bahwa berbicara atau kalam,
dalam pandangan Mu’tazilah, termasuk dalam kategori sifat fi’liah , bukan sifat dzatiyyah.
Mu’tazilah telah memposisikan kalamullah atau al-Qur’an sebagai suatu yang «diciptakan».
Pandangan Mu’tazilah tentang peniadaan sifat Tuhan di satu sisi, dan kategorisasi sifat Tuhan
atas dzatiyah dan fi’liyah pada sisi lain, sebagaimana diuraikan di atas, ternyata berimplikasikan
pada diskusi tentang al-Qur’an . Sejalan dengan doktrin teologisnya tentang nafy as-shifat dan
keyakinan yang bersifat qadim hanya Tuhan, maka sudah tentu Mu’tazilah, sebagimana
diuraikan di atas, berpendapat bahwa al-Qur’an karena memang muncul dalam suatu titik
waktu tertentu, yaitu ketika diwahyukan kepada nabi Muhammad diciptakan dan karenanya
mesti bersifat baharu, tidak bersifat qadim.
Sebagaimana dijelaskan oleh as-Syahrastani, bahwa dalam rangka mentauhidkan
Allah, Mu’tazilah dengan tegas berpendapat bahwa Tuhan tidak dapat dilihat dengan
mata kepala di akhirat, apalagi di dunia materi ini. Menurut Abdul Jabbar salah
seorang tokoh Mu’tajilah, sebagaimana dijelaskan Matondang, bahwa Tuhan tidak
dapat dilihat mata kepala dan tidak dapat dicapai oleh penglihatan, sama sekali bukan
dikarenakan ada hambatan melainkan karena memang dzat-Nya mustahil dilihat.
Pandangan Mu’tazilah yang demikian ini sejalan dengan sikap mereka terhadap ayat-
ayat mutasyabihat, dimana mereka menolak kejisiman Tuhan, sehingga mereka
senantias bersikap memberikan takwil terhadap ayata mutasyabihat.
2. Al-‘Adl (Keadilan Tuhan)

Machasin, di dalam penelitiannya mengenai "Mutasyabih al-Qur’an menurut alQadli


Abdul Jabbar", ketika menguraikan ajaran Mu’tazilah tentang keadilan Tuhan (al-‘adl),
menfokuskan bahasannya pada empat hal berikut ini, yaitu: pembebanan kewajiban atau taklif,
perbuatan-perbuatan Tuhan serta masalah pahala dan siksa. Relevan dengan sifat integralitas al-
Ushul al-Khamsah, doktrin pokok kedua (al-‘adl) tidak terpisah tetapi sangat berkaitan dengan
at-tauhid, meski masing-masing memiliki titik tekan sendiri-sendiri. Menurut Mu’tazilah, Allah
dikatakan adil kalau dengan pembebanan itu Ia disamping memberikan kebebasan dan balasan
sesuai dengan perbuatannya, Allah juga memberikan kemampuan dan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan oleh manusia untuk melaksanakan taklif itu. Sesuai dengan ini semua, Mu’tazilah
menolak sejumlah pandangan yang mengatakan bahwa Allah bisa saja memberikan taklif atau
pembebanan kewajiban di luar batas kemampuan manusia. Prinsip keadilan Tuhan tersebut
menuntut Mu’tazilah mengakui kebebasan manusia dalam berkehendak dan berbuat. Dalam hal
penegasan terhadap keadilan itu kaum Mu’tazilah dipandang sebagai pewaris Khawarij dan
terutama Qadariah, yang menetapkan kebebasan berbuat pada manusia dan sekaligus
tanggunng jawab manusia atas perbuatannya itu.
3. Al-Wa’ad wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman)
Mu’tazilah berkeyakinan bahwa janji berupa balasan kebaikan, dan ancaman berupa
siksaan tidak mustahil diturunkan. Janji Allah tentang pahala atas kebaikan akan terjadi, janji
siksaan atas kejahatan juga akan terjadi, dan janji akan menerima taubat yang sungguh-sungguh
juga terjadi. Dengan begitu barang siapa yang berbuat baik , akan dibalas dengan kebaikan, dan
barang siapa yang berbuat kejahatan akan dibalas dengan siksaan yang sangat pedih. Menurut
pandangan Muhamad Abu Zahrah, doktrin dasar Mu’tazilah yang ketiga al-wa’ad wa al-wa’id
adalah merupakan reaksi teologis terhadap paham Murji’ah. Menurut penilain kaum Mu’tazilah,
kalau paham yang disampaikan oleh Murji’ah itu benar berarti janji Allah SWT untuk
menghukum para pelaku kejahatan menjadi sia-sia. Demikian juga Mu’tazilah sepakat bahwa
orang Muslim yang melakukan dosa besar adalah masuk neraka, dan mereka di neraka selama-
lamanya sama halnya dengan orang kafir, meskipun kadar siksa yang diterimanya lebih ringan
dibandingkan dengan siksa orang-orang kafir. Dalam konteks ini, Harun Nasution pernah
menegaskan bahwa Tuhan tidak bisa dikatakan adil jika Ia tidak memberikan pahala kepada
orang yang berbuat baik dan tidak menghukum orang yang berbuat buruk. Pandangan ini
didasarkan pada Qs. Ar-Ra’du (13) ayat 31 ”innallaha la yukhlifu al-mi’ad” (sesungguhnya Allah
tidak akan mengingkari janji-Nya).
4. Al-Manzilah bain al-Manzilatain.

Doktrin teologis al-manzilah bain al-manzilatain, yang secara harfiah berarti satu
posisi diantara dua posisi, dapat dicararikan keterkaitan logisnya dengan ajaran Mu’tazilah
tentang al-‘adl di atas. Bagi Mu’tazilah, Muslim pelaku dosa besar status hukumnya
bukanlah kafir, karena orang tersebut masih percaya kepada Tuhan dan nabi Muhammad
Saw; akan tetapi mereka bukan pula sebagai mukmin, karena keimanannya sudah tidak
lagi sempurna. Karena mereka sudah bukan lagi mukmin maka mereka tidak masuk surga,
dan karena juga bukan kafir maka secara logis sebenarnynya mereka juga tidak layak
masuk neraka. Akan tetapi karena di akhirat kelak, menurut keyakinan Mu’tazilah, tiada
tempat selain surga dan neraka, maka Muslim pelaku dosa besar harus dimasukkan ke
dalam salah satu dari dua tempat itu. Itulah sebabnya iman bagi Mu’tazilah bukan tashdiq,
bukan pula ma’rifah, melainkan ’amal sebagai akibat mengetahui Tuhan. Tegasnya, iman
bagi mereka adalah pelaksanaan perintah-perintah Tuhan. Oleh karena itu Mu’tazilah
berpandangan bahwa Muslim pelaku dosa besar bukanlah mukmin dan oleh karenanya ia
tidak akan bisa masuk surga, dan satu-satunya tempat baginya adalah neraka.
Dikatakan oleh Washil bin Atha’, doktrin al-manzilah bain al-
manzilatain yang dikemukakan adalah sesuai dengan prinsip umum
doktrin Islam sebagai agama yang tidak ekstrims, tetapi agama yang
moderasi . Ayat-ayat al-Qur’an yang mereka rujuk sebagai dasar
legitimasinya antar lain adalah: Qs. al-Baqarah : 143, Qs. Adapun hadis
rujukannya adalah «khair al-umur ausatuha» , tidak ekstrims kiri dan tidak
pula ekstrims kanan, dan hadis-hadis lain yang semakna dengannya.
Sementara argumen rasionalnya, Washil bin Atha’ merujuk kepada konsep
etika filosofis Aristoteles yang menegajarkan bahwa “kebaikan adalah
merupakan titik tengah antara dua ekstrimitas kejahatan”.
5) Al-Amr bi al-Ma’ruf wa an-Nahy ‘an al-Munkar.

Sebenarnya doktrin teologis ini “perintah melaksanakan kebaikan atau yang ma’ruf dan
meninggalkan kemungkaran” bukan hanya kewajiban kaum Mu’tazilah semata, tetapi bagi
seluruh kaum muslimin. Hanya saja di kalangan umat Islam telah terjadi perbedaan pada tingkat
teknis operasionalitasnya di lapangan, dan Mu’tazilah memberikan penjelasan itu secara lebih
khas. Adapun landasan teologis dari kewajiban amar ma’ruf nahi an al-munkar adalah firman
Allah di dalam Qs. Ali Imran (3) ayat 104: Artinya: “Hendaklah ada diantara kamu sekelompok
ummat yang mengajak kepada kebaikan, menuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran.
Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ditambahkannya, di dalam ayat ini Tuhan
mengemukakan dua cara yang secara bertahap dipergunakan untuk menyelesaikan sengketa.
Tahap pertama melalui jalan damai (al-ishlah) dan kemudian tahap kedua melalui jalan
kekerasan (al-qital). Hal ini menunjukkan apabila dapat diselesaikan dengan cara yang lebih
mudah maka tidak diperbolehkan menggunakan cara yang lebih berat.
E. Eksistensi Aliran Mu’tazilah di Era Kontemporer
Dikutip dari akun youtube Buya Yahya dimana beliau sedang menjawab pertanyaan
dari seorang jamaah tentang keberadaan Mu’tazilah di zaman sekarang. Berikut
jawaban Buya Yahya dalam menanggapi pertanyaan tersebut:

Sampai hari ini Mu'tazilah masih ada, khususnya di Yaman Utara, seperti pengikut
imam Zeid bin Ali itu rata-rata mereka ikut Mu'tazilah. Tapi seperti kita sudah
memfokus kepada syarah Ushul khomsahnya qodi Abdul Jabar, yaitu seorang
Mu'tazilah yang punya karangan terbesar mungkin bisa juga ensiklopedi pemikir
Mu'tazilah itu dikumpulkan oleh qodi Abdul Jabar 35 jilid. Kebetulan qadi Abdul Jabar
adalah secara fiqih yaitu bermadzhab Syafi'i.
Thank You
01
Company
You can enter a subtitle
here if you need it
This is a map
Jupiter
It’s the biggest
planet

Venus
Venus has a
beautiful name

Mars
Mars is actually
a cold place
Alternative resources

Anda mungkin juga menyukai