Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah “Ilmu Sosiologi dan Antropologi”
Dosen Pengampu:
Cut Dhien Nourwahida M.A.

Disusun oleh:

SABRINA AULIA LESTARI (11200110000115)

NENDEN FEBRIANA PUTRI WIJAYA (11200110000135)

ULUL AZMI (11200110000141)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Allhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada

baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya

di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk

menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah

Pengantar Ilmu Sosiologi dengan judul “Sejarah Perkekmbangan Sosiologi”.

Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah,

sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Penulis mengakui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki

sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untukmemberikan

masukan-masukan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 27 September 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Perkembangan Sejarah Ilmu Antropologi

B. Pengertian, Definisi Konsep, dan Objek Kajian Ilmu Antropologi

C. Antropologi Pendidikan Islam4

BAB III PENUTUP 6


A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sosioliogi antropologi pendidikan di Indonesia awalnya hanya
sebagai ilmu pembantu, tetapi sekarang menjadi ilmu yang penting, di Indonesia sosiologi
dan antropologi merupakan ilmu yang masih baru, mempelajari sosiologi dan antropologi
memiliki banyak manfaat serta meningkatkan peradaban baik dalam masyarakat maupun
bangsa. Manusia adalah mahkluk sosial yang memerlukan kerja sama antara satu dengan
yang lain. Pengetahuan adalah upaya seseorang yang bersifat benar, sedangkan ilmu
adalah usaha mencari kebenaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya ilmu antropologi?

2. Apakah konsep, ruang lingkup serta objek kajian ilmu antropologi?

3. Apa yang dimaksud dengan Antropologi pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Memahami sejarah perkembangan ilmu antropologi.

2. Memahami pengertian dan lingkup antropologi.

3. Mengetahui kegunaan dan tujuan ilmu antropologi dalam kehidupan.

D. Manfaat Penulisan
Maanfaat dari penulisan makalah ini, yakni menambah ilmu pengetahuan terkait
dengan sejarah ilmu antropologi. Semoga makalah ini dapat membuka mata dan pikiran
pembaca akan pentingnya pembelajaran tentang sejarah ilmu antropologi terhadap
kehidupan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Sejarah Ilmu Antropologi

SEJARAH BERDIRINYA ANTROPOLOGI

Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas mengenai budaya
masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul karena adanya ketertarikan dari orang Eropa
yang melihat budaya, ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda

Antropologi muncul dan mulai berkembang sejak abad ke-15. Secara umum,
perkembangan antropologi dibagi menjadi empat fase. Keempat fase tersebut dijabarkan
dibawah ini:

1. Fase Pertama (abad 15-18)

Fase pertama dimulai sejak kemunculan studi antropologi yaitu abad ke-15 hingga
abad ke-18. Pada akhir abad ke-15, orang Eropa mulai menjelajah dan mendatangi suku-
suku banga di benua lain. Benua yang dikunjungi adalah Afrika, Amerika dan Asia.

Penjelajahan tersebut menghasilkan laporan serta kisah-kisah perjalanan. Laporan


dan kisah tersebut ditulis oleh para pelaut, musafir, pegawai kolonial dan pendeta
penerjemah. Orang Eropa tertarik dengan berbagai kisah dan laporan tersebut. Mereka
tertarik pada perbedaan adat, susunan masyarakat dan ciri-ciri fisik suku bangsa dari benua
lain.

Selain itu, bahan pengetahuan tersebut adalah bahan etnografi yang secara umum
tidak teliti dan hanya mendeskripsikan hal yang aneh saja. Pada akhir abad ke-18, bahan
etnografi tersebut menarik perhatian para ilmuwan Eropa. Pada waktu inilah usaha
integrasi bahan etnografi muncul. Para ilmuwan Eropa memulai suatu usaha untuk
mengintegrasikan bahan etnografi dari seluruh dunia menjadi satu

2. Fase Kedua (pertengahan abad ke-19)

Pada pertengahan abad ke-19, antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan


primitif. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan informasi mengenai tingkatan kuno dalam
sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Pada fase ini muncul
karangan yang menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi dan difusi.
3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Fase ketiga adalah masa dimana antropologi mempelajari masyarakat dan


kebudayaan suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial. Studi ini
bertujuan untuk mendapatkan pengertian mengenai masyarakat masa kini yang kompleks.
Fase ini berkaitan dengan kemantapan kekuasaan dari negara-negara penjajah Eropa.

4. Fase Keempat (setelah tahun 1930)

Fase keempat ditandai dengan terjadinya dua perubahan penting yaitu makin
hilangnya bangsa-bangsa primitif dan timbulnya sikap antipati terhadap kolonialisme.
Pada masa ini antropologi seolah telah kehilangan lapangan dan obyek penelitian sehingga
mengembangkan lapangan penelitian baru. Fase ini antropologi menetapkan tujuan
barunya. Antropologi memiliki tujuan akademik untuk mencapai pengertian makhluk
manusia secara umum dengan jalan mempelajarinya. Tujuan praktis antropologi adalah
mempelajari beragam warna masyarakat suku bangsa di dunia untuk membangun bangsa
tersebut.

B. Pengertian, Definisi Konsep, dan Ruang Lingkup Kajian Ilmu Antropologi

1. Pengertian Ilmu Antropologi

Antropologi sendiri Berasal dari bahasa Yunani, antropos yang memiliki arti
manusia dan Logos yang artinya studi atau ilmu. Jadi , dapat diartikan bahwa Antropologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia, dalam artian khusus, yaitu mengacu
pada segala jenis manusia dalam semua zaman, mulai dari manusia yang ada lebih dari
sejuta tahun yang lalu sampai zaman sekarang, melalui pendekatan perbandingan dan
historis dari kebudayaan di seluruh dunia, yang pernah didiami manusia. Segi yang
menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan secara menyeluruh (holistik) bukan
terkhusus (atomistik).

Ada salah satu tokoh yang terkenal dalam ilmu Antropologi yaitu Koentjaraningrat
dimana ia mengemukakan bahwa antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia
secara universal dan mempelajari segala warna,bentuk fisik dari masyarakat serta
kebudayaan yang ada di masyarakat itu sendiri.

Beberapa tokoh-tokoh pelopor antropologi pada umumnya yang dikenal antara lain :

A. EB. Taylor (1832-1971) yang pertama membuat definisi kebudayaan: sebagai


“kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral,
kebiasaan dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat” (1958).
B. B. Malinowski (1884-1942) yang melahirkan teori fungsional, masyarakat dilihat
sebagai totalitas fungsional. Seluruh adat istiadat dan kebiasaan serta praktik harus
difahami dalam totalitas konteksnya dan dijelaskan dengan melihat fungsinya bagi anggota
masyarakat yang bersangkutan (1922).

C. Redcliffe-Brown (1881-1995) yang melahirkan teori fungsionalisme struktural.


Masyarakat beserta struktur sosialnya dipandang sebagai organism yang sama dengan
anatomi tubuh . tubuh bisa sehat, tapi bisa sakit oleh sebab-sebab tertentu yang terganggu
fungsinya (1952).

D. Claude Levi Strauss (lahir 1908) pendiri teori strukturalisme dan penemu metode
analisis unsur-unsur kebudayaan dengan metode kuliner. Suatu metode yang terdiri dari
tiga jenis : Mentah-dimasak-fermentasi (peragian). Untuk memahami system pemikiran
pada masyarakat pada cerita rakyat, dianalisis dengan sudut pandang oposisi biner (laki-
laki–perempuan, matang-mentah, bumi-langit, atas-bawah dan sebagainya) (lih, ivan
Baal,1970)

2. Konsep Antropologi

Adapun yang merupakan konsep-konsep antropologi, diantaranya:

A. Kebudayaan

Istilah culture (kebudayaan) berasal dari bahasa latin, yakni cultura dari kata dasar
colere yang berarti tumbuh atau berkembang. Namun, secara umum pengertian
kebudayaan memfokuskan kepada kumpulan pengetahuan yanng secara sosial diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna tersebut kontras dengan pengertian
kebudayaan yang sehari-hari,dimana hanya menunjuk kepada bagian-bagian tertentu
warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian.

B. Adat Kelompok Etnik

Adat Kelompok Etnik merupakan kondisi mengeneai adat atau tradisi yang dimiliki
serta dikembangkan bahkan dilestarika oleh berbagai etnik tertentu yag tinggal di dunia.
Misalnya, masyarakat jawa ketika akan melaksanakan pernikahan harus memenuhi syarat
yang diinginkan para sesepuh atau masyarakat jawa dahulu.

C. Etnosentrisme

Merupakan tindakan yang dilakukan dari berbagai kelompok tertentu yang lebih
cenderung mengangungkan kebudayaannya sendiri daripada kebudayaan suku bangsa
lainnya. Misalnya, orang yang berasal dari Jawa menganggap kebudayaannya lebih baik
dibandingkan dengan kebudayaan masyarakat lainnya.

D. Relativisme Kebudayaan (Cultural Relativism)

Adalah sebuah pemikiran yang menolak kritik tertentu terhadap kebudayaan yang
berguna dalam menentukan suatu rasa, pola perilaku, nilai dan norma yang telah disepakai
bersama dalam masyarakat. Misalnya, seseorang yang menyukai musik pop tidak boleh
memandang rendah musik dangdut karena lagu-lagunya yang jaman dahulu dan dikenal
genre yang hanya untuk proletar saja.

E. Emik, Etik, Holistik

Emik merupakan sudut pandang dalam etnografi yang mencoba menjelaskan suatu
fenomena tertentu dalam masyarakat dengan perspektif dari masyarakat itu sendiri.
Begitupula dengan etik, dimana etik disini berusaha untuk menjelaskan suatu fenomena
yang terjadi dalam masyarakat dengan sudut pandang dari peneliti.

F. Struktur Sosial

Merupakan suatu tatanan maupun rangkaian yang berbentuk vertikal atau tingkatan
dalam masyarakat, yang menentukan kuat atau tidaknya hubungan antar anggota
masyarakat dalam kehidupan sosial.

G. Bhinneka Tunggal Ika

Merupakan semboyan dari suku bangsa Indonesia, yang bertujuan agar masyarkat
ingat bahwa mereka harus saling bersatu walaupun adanya perbedaan suku, ras, agama
yng tersebar di negara Indonesia ini. Sehingga diharapkan masyarakat Indonesia tidak
menimbulkan suatau pertengkaran dan konflik antar daerah.

H. Kerukunan nasional

Suatu kondisi sosial ketika semua manusia dalam suatu negara terntentu, misalnya
Indonesia dapat hidup rukun secara bersama tanpa mengurangi hak dan kewajibna dasar
kepada negara.

I. Sikap Mental

Merupakan salah satu unsur mendasar dalam menjamin suatu keadaan yang baik
atau normal. Unsur ini menjadi penentu bagi individu dalam perilakunya, apakah
perilakunya sesuai atau tidak di dalam masyarakat. Sehingga, melalui perilaku tersebut
mereka dapat menanamkan nilai-nilai yang baik seperti kejujuran, kedisplinan, kepedulian
dimana itu semua sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.

J. Revolusi Mental

Revolusi merupakan perubahan yang dasar dimana terjadi dalam waktu-waktu


tertentu dan sangatlah singkat. Sedangkan mental adalah kemampuan individu dalam
merespons kondisi tertentu. Jadi, revolui mental merupakan sebuah perubahan kondisi
maupun situasi yang terjadi dalam waktu singkat terkait dengan pola pikir individu dalam
bertindak (respon).

3. Ruang Lingkup Kajian Antropologi


Obyek dari antropologi adalah manusia, kebudayaan serta perilakunya. Obyek
antropologi dengan kata lain menyangkut semua manusia dimanapun dan kapanpun.
Tujuan dari antropologi adalah untuk membangun masyarakat dengan mempelajari
perilaku, bagaimana manusia dapat bermasyarakat dalam suku bangsa dan budaya
manusia. Antropologi memadukan secara integratif tujuan biologi dan sosio-budaya dalam
kehidupan.

Kajian Antropologi

Menurut Stanley Wahburn, bidang kajian antropologi antara lain:

A. Antropologi Ragawi

Antropologi Ragawi mempelajari mengenai evolusi manusia dan hubungannya


dengan hewan lain dan secara khusus bagaimana hubungan manusia dengan primata.
Antropologi Ragawi pada hakikatnya lebih mendekati biologi dibandingkan dengan ilmu
sosial. Para ahli antropologi budaya mengantungkan informasi dari ahli antropologi ragawi
mengenai unsur-unsur biologis yang khusus pada manusia. Unsur biologis tersebut
memiliki fungsi yang esensial dalam pembentukan kebudayaan manusia.

B. Antropologi Sosial Budaya

Antropologi budaya mempelajari kebudayaan secara keseluruhan termasuk


akulturasi, perubahan budaya dan difusi kebudayaan. Konsep kunci dalam antropologi
sosial adalah struktur sosial dan bukan kebudayaan. Antropologi budaya berfokus pada
pencarian sejarah dari unsur-unsur kebudayaan, sedangkan antropologi sosial berfokus
pada pencarian hukum dan generalisasi lembaga-lembaga sosial.
C. Antropologi Etnografi, Etnologi dan Linguistik

Etnografi mendeskripsikan dengan lengkap mengenai kebudayaan-kebudayaan yang


masih ada saat ini. Etnologi membandingkan dan menjelaskan kesamaan serta perbedaan
antar sistem kebudayaan. Linguistik berfokus dalam mendeskripsikan dan menganalisis
bahasa-bahasa yang dipergunakan di berbagai kebudayaan.

D. Antropologi Prahistori

Antropologi Prahistori berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat dengan cara


menggali artefak dan unsur kebudayaan lain yang dimilikinya

C. Antropologi Pendidikan Islam

Dalam silabus Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2004,
terdapat suatu mata kuliah eleksi, Antropologi Pendidikan Islam. Mata kuliah tersebut
diberikan untuk jurusan Pendidikan Agama Islam semester VI. Satu pertanyaan yang
tampaknya serius adalah : adakah antropologi islam ?. Sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri agaknya memang belum ada. Tetapi sebagai suatu pengetahuan, sah-sah saja, tidak
ada salahnya. Meskipun demikian, dalam rangka kegiatan akademik di suatu perguruan
tinggi, apakah tidak ‘janggal’ apabila ada suatu mata kuliah formal tetapi materi kajiannya
belum dapat dikategorikan dalam kategori disiplin ilmu pengetahuan. Sesungguhnya tidak
ada istimewa dari pertanyaan tersebut karena banyak contoh lain dari suatu mata kuliah
yang tidak berdiri sendiri sebagai suatu disiplin yang otonom melainkan merupakan
derivat atau keluasan dari disiplin ilmu yang otonom. Jadi Antropologi Pendidikan Islam
juga merupakan keluasan dari Antropologi.

Penambahan kata Islam dibelakang Antropologi agaknya berhubungan dengan issue


islamisasi ilmu pengetahuan seperti Sosiologi Islam, Ekonomi Islam, Biologi Islam, Kimia
Islam, Matematika Islam. Pandangan yang demikian mau tidak mau harus ada pemilahan
misalnya ada Antropologi Islam dan Antropologi Non Islam, Biologi Islam dan Biologi
non Islam, mengandung kategori lainnya misalnya Kafir,Musyrik, Kristen, Budha dan
sebagainya. Konsekuensi lebih lanjut harus ada pembedaan ilmu pengetahuan dengan
indikator-indikator tertentu menurut agama-agama tertentu. Hal ini tentu sangat rumit.

Terlepas dari kerumitan tersebut, maka Antropologi Islam tentunya harus


dikategorikan bersama dengan Ekonomi Islam. Dalam Ekonomi Islam, kaidah-kaidah
keilmiahannya bersumber dari kitab suci Al Qu`ran dan dari As Sunah. Seperti Ekonomi
Islam (juga Hukum Islam) yang sejak awal pertumbuhannya telah diberi contoh oleh nabi
dan juga diteruskan oleh para sahabat, Antropologi Islam kaidah-kaidah keilmiahannya
seharusnya juga bersumber atau didasarkan pada Al Qu`ran dan As Sunah. Akan tetapi
dalam sejarah kebudayaan Islam belum ada pengakuan terhadap tokoh-tokoh atau pelopor
Antropologi yang diakui dari zaman nabi atau sesudahnya.

Islamisasi ilmu pengetahuan yang pembahasannya menjadi rumit tersebut,


sesungguhnya bisa disederhanakan apabila dipahami anjuran Nabi Muhammad SAW :
Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina ! ( Pada waktu itu Islam belum berkembang sampai
negeri Cina).

Misalnya pada zaman Nabi, di negeri Cina, ilmu yang telah maju adalah obat-
obatan (farmakologi). Setelah beberapa orang sahabat Nabi berangkat untuk menuntut
ilmu obat-obatan Cina beberapa tahun, setelah berhasil lalu pulang kembali ke kampong
halaman, mereka lalu menjadi ahli obat-obatan (farmakologi) muslim. Apabila
dibandingkan dengan farmakologi Cina asli dan non muslim, perbedaannya adalah pada
cara kerja dan motivasi kerjanya. Yang muslim, bekerja itu dikaitkan dengan ibadah
mencari keridhaan Allah. Sedang yang non muslim tidak demikian. Bisa jadi mereka
bekerja hanya semata memperoleh keuntungan material saja, bahkan mungkin digunakan
untuk kejahatan, misalnya meracun. Nisbah yang demikian, berlaku juga bagi penuntut
ilmu yang lain yang berasal dari kawasan non muslim. Jadi, masalahnya menjadi
bagaimana seharusnya memanfaatkan ilmu itu menurut Islam.

Sesungguhnya Ibnu Batutah (1304-1377 M) dapat disebut sebagai ahli antropologi


Islam yang pertama. Tokoh yang bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin
Muhammad bin Ibrahim at Tauji yang lahir di Tenger Maroko itu dikenal sebagai
“Pengembara Islam”. Jelajah kembarannya dimulai dari Maroko ujung Barat laut Afrika—
Mesir—Madinah—Mekah—Sumatra—Cina—Afganistan—Asia Tengah—Kaukasia—
Spanyol dan lain-lain. Tokoh ini juga dikenal sebagai seorang etnografer. Keterangan
tentang itu diperoleh dari kitab yang tulisannya berjudul : Tuhfah an Nazeer fi Garaib al
Amsar wa Ajabul al Asfar (persembahan seorang pengamat tentang kota-kota asing dan
perjalanan yang mengagumkan).

Mengingat Ibnu Batutah hidup beratus-ratus tahun sebelum Malinowski yang hanya
mengamati kehidupan orang-orang Trobriand di Fasifik Selatan, maka pengamatan Ibnu
Batutah diberbagai Negara, tentunya lebih kaya memberi informasi perihal perilaku
manusia ynag diamati dengan perbedaan kebudayaan mereka yang meliputi tiga benua
(Nurkholis Majid, 2001).

Selain Ibnu Batutah sebagai perintis antropologi, dikenal juga tokoh yang bernama
Ibn Khaldun, lahir di Tunusia (1332) dan wafat di Kairo (1460 M). Nama lengkapnya
Waliuddin Abd.Rahman bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Al Hasan. Beliau
gemar mencantumkan nama suku dibelakang namanya : Khaldun. Tokoh ini adalah
perintis sosiologi Islam. Karya besarnya berjudul Al Iber (tujuh jilid). Kitab ini didahului
dengan kitab yang sangat terkenal yakni Muqaddimah Ibnu Khaldun. Isi kitab ini
mengemukakan teori sosial politik yang member pengaruh pada kondisi sosiokultural,
perkembangan dalam islam kemudian mendorong munculnya kristalisasi pengertian yang
membedakan antara ilmu Agama dengan ilmu Umum. Kecemerlangan ilmu Islam
menerangi dunia pada abad II dan III Hijriyah,setelah itu mulai redup. Meski abad 15 H
oleh umat Islam ditekadkan sebagai Abad kebangkitan Islam, tetapi ilmu-ilmu dari Cina
(juga barat) tetap harus dikuasai dalam rangka memancarkan lagi khazanah kebudayaan
Islam klasik menjadi modern.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas mengenai


budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul karena adanya ketertarikan dari orang
Eropa yang melihat budaya, ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda. Antropologi
muncul dan mulai berkembang sejak abad ke-15.

2. Antropologi berguna untuk mengetahui pola prilaku tiap-tiap masyarakat dari


berbagai suku bangsa. Dapat mengetahui peran yang harus kita lakukan sesuai dengan
harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang. Pembangunan bangsa dan
negara yang lebih maju.

B. Saran

Setelah menulis makalah ini, penulis mengharapkan setiap mahasiswa Program


Studi Pendidikan Agama Islam pada khususnya, dan pembaca lainnya untuk selalu
berusaha belajar dan menambah wawasan dalam segala bidang ilmu. Demikian makalah
ini kami buat dengan sebaik-baiknya, kami meminta maaf atas kesalahan dan kekeliruan
dalam penulisan makalah ini. Kami harap pembaca mampu memahami materi yang
disajikan, dan memberikan manfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai